LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang
diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Nurhadiani 15543009
Kelas 3 – B
2017
I. Judul Praktikum
II. Tujuan
bantuan enzim.
Saliva Aquadest
4. Menuangkan air kedalam 3 buah gelas kimia masing-masing sebanyak 400 ml.
5. Memanaskan dua gelas kimia yang berisi air menggunakan bunsen spirtus, gelas
kimia pertama dipanaskan sampai suhu 36-37◦C dan gelas kimia yang ke dua
buah.
tetes.
V. Teori Dasar
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-
reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh
jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim
yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun
diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping
itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan
dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana
1. Oksidoreduktase yaitu enzim yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi atau reduksi suatu
bahan. Dalam golongan ini terdapat 2 jenis enzim yang paling utama yaitu oksidase dan
dehidrogenase. Oksidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi antara substrat dengan
tirosinase, dan asam askorbat oksidase. Dehidrogenase adalah enzim yang aktif dalam
atau gugus. Enzim yang termasuk dalam golongan ini adalah transglikosidase,
3. Hidrolase yaitu enzim yang sangat penting dalam pengolahan pangan, yaitu enzim yang
pertolongan molekul air. Enzim yang termasuk kedalam golongan ini adalah lipase yang
menghidrolisis ikatan ester pada lemak alami menjadi gliserol dan asam lemak,
glikosidase menghidrolisis ikatan glikosida dan sebagainya. Disamping itu masih banyak
lagi yang termasuk enzim hidrolase, diantaranya karboksil esterase, pektin metal
4. Liase yaitu enzim yang aktif dalam pemecahan ikatan C-C dan ikatan C-O dengan tidak
menggunakan melekul air. Yang termasuk dalam golongan enzim ini adalah enzim
dekarboksilase.
substrat, sehingga dihasilkan molekul baru yang merupakan isomer dari substrat, atau
dengan perubahan isomer posisi. Yang termasuk dalam golongan ini adalah enzim
6. Ligase yaitu enzim yang mengakatlisis pembentukan ikatan - ikatan tertentu, misalnya
pembentukan ikatan C-O, C-C, dan C-S dalam biosintesis ko-enzim A serta
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim
yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung
gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah
kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan
yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga
mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya
merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan
Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan
pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produktidaklah pasti dan
bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak
mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim.
Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim
Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga
dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi
enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan
pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat
dan kemampuannya (Sadikin, 2002).Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun
diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim
dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim
bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi
meningkat.
molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu
koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi
hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi
lingkungan berubah. Contohnya adalah enzimenzim dari golongan protease dan urase serta
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan
tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa,
sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa
(Salisbury, 1995).Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya
saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan menjadi
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga substrat
tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat
menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat
1. Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim
dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka
kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH
4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif
3. Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi.
Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsenrasi substrat
diperbesar.
4. Zat-zat penghambat
substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.Dalam banyak sistem akibat suhu tes
reaksi enzim adalah mirip dengan tabiat bahwa laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu
dan akhirnya enzim kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas.
Banyk enzim berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH
terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat saling bersaing.
1. Table pengamatan aktivitas enzim amylase pada suhu normal (24°C) setelah
1 menit ke-1 ++ ++
1 menit ke-2 ++ ++
1 menit ke-3 ++ +
1 menit ke-6 ++ +
1 menit ke-7 ++ +
1 menit ke-8 ++ +
1 menit ke-9 ++ +
1 menit ke-10 ++ +
1 menit ke-11 ++ +
1 menit ke-12 ++ +
1 menit ke-13 ++ +
1 menit ke-14 ++ +
1 menit ke-15 + +
1 menit ke-16 + +
1 menit ke-17 + +
1 menit ke-18 + +
1 menit ke-19 + +
1 menit ke-20 + +
Keterangan:
+ : Kurang Pekat
++ : Pekat
*Pada larutan yang ditetesi reagen benedict berubah menjadi warna biru, sedangkan pada
Gambar pengujian aktivitas enzim amilase pada suhu normal menit ke-2
Gambar pengujian aktivitas enzim amilase pada suhu normal setelah didiamkan
2. Table pengamatan aktivitas enzim amylase pada suhu 36°C - 37°C setelah
Perubahan
No. Waktu (menit)
Reagen iodium Reagen benedict
Putih − Putih −
Ungu + Putih −
Ungu ++ Biru + +
tabung
Ungu ++ Biru + +
tabung
Ungu + Biru + +
Ungu + Biru + +
kecoklatan.
Ungu ++ Biru + +
tabung
Ungu ++ Biru + +
tabung
tabung
Ungu ++ Biru + +
10 110 hitam (ungu pekat sekali) dan endapan putih dibagian bawah
pekat
pekat
12 112 Seluruh larutan berwarna ungu Berwarna biru pekat, tidak ada
pekat endapan
16 116 Seluruh larutan berwarna ungu Berwarna biru pekat, tidak ada
pekat endapan
17 117 Seluruh larutan berwarna Ungu Berwarna biru pekat, tidak ada
19 119 Seluruh larutan berwarna Ungu Berwarna biru pekat, tidak ada
20 120 Seluruh larutan berwarna Ungu Berwarna biru pekat, tidak ada
*Pada larutan yang ditetesi reagen benedict berubah menjadi warna biru, sedangkan pada
Gambar pengujian aktivitas enzim amilase pada suhu 36°C - 37°C menit ke-20
3. Table pengamatan aktivitas enzim amylase pada suhu tinggi ( >80°C ) setelah
3 menit Biru +
Praktikum uji enzim amilase ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati aktivitas
enzim amilase memecah pati dalam persatuan waktu dengan indikator titik akromatis dan
pengaruh suhu pada aktivitas enzim amilase. Enzim amilase berfungsi dalam membantu
proses pencernaan makanan secawa kimiawi yaitu memecah gula kompleks menjadi gula
sederhana. Enzim amilase salah satunya terdapat pada air liur manusia yang juga merupakan
awal proses pencernaan. Pada uji ini dilakukan tiga perlakuan dengan penempatan pada suhu
yang berbeda-beda yaitu pada suhu normal (20º - 24ºC), suhu diatur (36º - 37ºC) dan suhu
Fungsi pemberian reagen lugol yaitu untuk mengetahui kandungan karbohidrat atau
pati ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu sampai ungu kehitam-hitaman.
pereduksi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi biru sampai hijau pekat.
Pada pengujian ini tidak dilakukan pemanasan larutan amilum. Berdasarkan hasil
pengamatan, tabung pertama yang ditetesi reagen lugol terjadi perubahan warna dari warna
putih menjadi warna ungu pekat pada menit pertama. Dapat diartikan bahwa larutan amilum
Perubahan menjadi warna ungu pekat itu berlangsung sampai menit ketiga. Pada
menit ke empat sampai menit kelima terjadi perubahan warna dari ungu pekat menjadi ungu
sangat pekat. Setelah itu pada menit ke enam sampai menit ke dua puluh, warna nya menjadi
ungu kurang pekat. Warna tersebut disebabkan karena gula sederhana tidak memberi warna
ungu amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah mengalami hidrolisis
tetapi belum mencapai titik akromatis karena masih memberikan warna ungu kurang pekat.
Pada tabung kedua ditetesi reagen benedict, terjadi perubahan warna dari putih
menjadi biru pekat pada menit pertama dan kedua. Dapat diartikan bahwa larutan amilum
mengandung gula pereduksi yang cukup banyak. Selanjutnya, pada menit ketiga sampai ke
dua puluh terjadi perubahan warna dari biru pekat menjadi biru kurang pekat. Hal tersebut
diakibatkan oleh gula pereduksi yang sudah terhidrolisis tetapi belum mencapai titik
akromatis.
Kemampuan enzim amilase untuk menghidrolisi substrat tergantung pada jenis pati
matang atau pati mentah. Pada percobaan ini, kami menggunakan pati mentah dan akuades.
Pada umumnya, pati mentah itu lebih lama untuk terhidrolisis dari pada pati matang.
Pada suhu 36°C - 37°C keadaan larutan amilum yang berwarna putih, setelah di
diamkan selama 10 menit kemudian ditetesi dengan saliva 15 ml warnanya menjadi putih
susu setelah ditetesi Reagen benedict pada menit pertama dan ke-2 warnanya menjadi putih
serta terdapat warna biru pudar dibagian bawah tabung. Pada menit ke-3 sampai menit ke-10
setelah ditetesi lagi Reagen benedict 2 tetes warnanya menjadi biru dan terdapat endapan
putih dibagian bawah tabung. Pada menit ke-11 sampai ke-20 setelah ditetesi lagi Reagen
benedict 2 tetes warnanya menjadi biru pekat dan tidak ada endapan. Perubahan warna
tersebut dapat diartikan bahwa larutan amilum mengandung gula pereduksi yang cukup
banyak. Setelah pengulangan 20X larutan amilum tidak kembali ke warna semula hal ini
terjadi karena gula tereduksi yang sudah terhidrolisis tetapi belum mencapai titik akromatis
Sedangkan larutan amilum 5 ml yang ditetesi air ludah 15 tetes dan diberi Reagen
lugol 2 tetes setelah 1 menit, pada menit pertama berwarna putih serta terdapat warna ungu
dan kuning. Pada menit ke-2 Berwarna ungu, terdapat endapan putih di bawah, dan diatas
berwarna kuning. Pada menit k-3 dan ke-4 larutan berwarna ungu pekat serta terdapat
endapan putih di bawah. Pada menit ke-5 dan ke-6 berwarna ungu pekat, terdapat endapan
putih di bawah, dan diatas berwarna kuning kecoklatan. Pada menit ke-7 dan ke-8 larutan
berwarna ungu pekat serta terdapat endapan putih di bawah. Pada menit ke-9 Seluruh larutan
Pada menit ke-10 dan ke-11 larutan Bagian atas berwarna berwarna hitam (ungu pekat
sekali) dan bagian bawah berwarna ungu pekat. Pada menit ke-12 Seluruh larutan berwarna
ungu pekat. Menit ke-13 sampai menit ke-15 larutan Bagian atas berwarna hitam (ungu pekat
sekali) dan bagian bawah berwarna ungu pekat. Pada menit ke-16 Seluruh larutan berwarna
ungu pekat. Dan pada menit ke-17 sampai menit ke-20 Seluruh larutan berwarna Ungu tidak
pekat (coklat). Warna tersebut disebabkan karena gula sederhana tidak memberi warna ungu
amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah mengalami hidrolisis tetapi
belum mencapai titik akromatis karena warnanya tidak kembali ke warna semula.
Setelah dilakukan pengulangan sampai 20 kali pada larutan benedict maupun larutan
iodium tidak mengalami achromatis. Ini menunjukan bahwa enzim tidak dapat bekerja secara
Percobaan ini menghasilkan hasil yang tidak biasa. Seharusnya, pada suhu 36-37˚C
perubahan warnanya menjadi bening yang disebut titik akromatik tetapi larutannya berwarna
Ungu tidak pekat (coklat) dan Berwarna biru pekat, ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yaitu
suhu yang turun naik dan jumlah benedick serta jumlah iodium yang diteteskan sehingga
Pada suhu tinggi (>70°C ) keadaan larutan amilum yang berwarna putih, setelah di
diamkan selama 10 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan larutan lugol pada menit
perama warnanya berubah menjadi ungu pekat, setelah itu pada menit ke dua ditetesi kembali
larutan lugol barubah kembali ke warna menjadi putih tau warna semula sehingga waktu
yang dibutuhkan dari percobaan aktivitas enzim pada suhu >700 hingga warna ungu hilang
adalah 2 menit, maka sesungguhnya waktu yang dipergunakan oleh enzim amilase untuk
Pada menit kedua tidak terjadi perubahan warna sekalipun sudah ditetesi pereaksi
lugol. Warna tersebut terbentuk disebabkan karena molekulnya sudah kecil dan maltosa tidak
memberi warna ungu amilum yang berikatan dengan lugol sehingga warna ungu telah
mengalami proses hidrolisis. Proses hidrolisis dianggap selesai jika telah mencapai titik
akromatik, yaitu waktu ketika pereaksi lugol sudah tidak lagi menunjukan perubahan warna.
Sedangkan larutan amilum yang diberi reagen benedict Pada menit pertama terjadi
perubahan warna menjadi biru pekat. Pada menit kedua dan ketiga warna biru mulai
memudar dan tidak lagi pekat karena biuret mulai bereaksi mengikat enzim selanjutnya pada
menit keempat terjadi perubahan warna dari biru kurang pekat menjadi biru telur asin
Pada menit kelima terjadi perubahan warna yang cukup signifikan dari warna biru
telur asin menjadi warna hijau muda + , begitupun terjadi perubahan warna pada menit
keenam menjadi hijau muda ++ , menit ketujuh hijau muda +++ , menit kedelapan hijau
muda ++++ dan menit kesembilan hijau ++++. Hal ini terjadi karena gula tereduksi yang
sudah terhidrolisis tetapi belum mencapai titik akromatis karena masih dapat menunjukan
perubahan warna pada menit kesepuluh sampai seterusnya menit kedua puluh.
Karena masih tidak terjadi titik akromasi pada menit kedua puluh maka kami cukup
mengambil sampel pada percobaan 20 kali pengulangan. Hal ini terjadi karena aktivitas
sebagai berikut :
1. Makanan yang mengandung karbohidrat terumata pati akan dicerna secara kimiawi
dengan bantuan saliva (air ludah) karena saliva (air ludah) mengandung enzim yaitu
enzim amylase. Fungsi enzim amylase yaitu untuk memecah molekul karbohidrat
menjadi molekul yang lebih sederhana seperti fruktosa, maltosa, glukosa dan dekstrin,
2. Aktivitas enzim amilase (saliva) dipengaruhi oleh suhu dilihat dari perubahan warna.
Pada suhu normal (20º - 24ºC) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol
setelah dilakukan pengulangan 20X warnanya berubah menjadi unggu kurang pekat,
sedangkan yang ditetesi dengan reagen benedict warnanya berubah menjadi biru
kurang pekat, menandakan aktivitas enzim amylase belum mencapai titik akromatis.
Pada suhu diatur (36°C - 37°C) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol
setelah dilakukan pengulangan 20X warnanya berubah menjadi ungu kurang pekat,
sedangkan yang ditetesi dengan reagen benedict warnanya berubah menjadi biru
Pada suhu tinggi ( >700 ) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol
menandakan bahwa larutan amilum telah mencapai titik akromatik, sedangkan yang
menjadi hijau sangat pekat menandakan larutan amilum belum mencapai titik
akromatis.
DAFTAR PUSTKA
Ramdhani, C. Suci. 2016. Laporan Praktikum Biokimia Bab X Enzim Pencernaan I. [online]
tersedia http://www.academia.edu/26421644/Hidrolisis_Pati_oleh_Amilase_Air_Liur.
Pravitri, Kartika Gemma. 2015. Laporan Praktikum Pengujian Enzim. [online] tersedia