2. Problem Scale
Scale adalah hasil kristalisasi dan pengendapan mineral dari air formasi yang
terproduksi bersama sama minyak dan gas. Penyebab langsung dalam pembentukan scale
adalah penurunan tekanan, perubahan temperatur, percampuran dua macam fluida dimana
susunan mineral yang dikandungnya tidak saling cocok atau dengan kata lain tidak dapat
saling digabungkan. Endapan scale dapat terjadi di formasi, perforasi, lubang sumur,
rangkaian pompa dalam sumur, tubing, casing, flowline, manifold, separator, tangki dan
peralatan lainnya yang dilalui oleh air formasi yang terproduksi.
Problem ini diidentifikasi dengan air formasi yang mempunyai kandungan ion-ion
Na+, Ca2+, Mg2+, Ba2+, Sr2+, Fe3+, Cl, HCO3, SO42, CO32, dan gas-gas CO2, H2S, O2,
stability index yang berharga positif, pH air formasi yang tinggi (analisa air formasi), dan
adanya penurunan kondisi tekanan dan temperatur (pressure drop). Problem ini juga dapat
diketahui dari scale coupon yang diletakkan di flowline.
Untuk menghilangkan scale dengan workover dapat dibedakan menjadi dua tempat
yaitu scale yang terdapat di dalam sumur dan scale yang terdapat di formasi. Untuk itu
digunakan larutan kimia untuk melarutkannya. Jenis workover yang dilakukan untuk
menghilangkan scale didalam tubing yaitu dengan pembersihan tubing dengan injeksi kimia
dan atau dengan operasi pigging dan bila scale dalam tubing sulit dihilangkan, maka tubing
harus dikeluarkan dan dibersihkan di permukaan. Sedangkan scale yang terbentuk sampai
beberapa inchi masuk kedalam pori pori formasi perlu dilakukan pengasaman (acidizing).
3. Problem Kepasiran
Problem ini bisa diidentifikasi dari harga faktor sementasi dan kekuatan formasi,
kandungan clay (kombinasi SP log, resistivity log dan gamma ray log), mekanisme
pendorong water drive (test produksi) dan laju produksi yang tinggi.
Ikut terproduksinya pasir merupakan masalah yang sering dijumpai pada operasi
produksi. Problem ini terjadi pada formasi batu pasir yang tidak terkonsolidasi
(unconsolidated sand) yang mempunyai faktor sementasi batuan kecil sehingga apabila
terjadi laju aliran yang besar maka butiran pasir tersebut akan lepas. Akibatnya butiran pasir
disekitar sumur terbawa oleh aliran fluida dan akan tertimbun di dasar sumur (untuk butiran
besar) dan untuk butiran kecil akan terbawa ke permukaan. Jumlah pasir yang terbawa ini
tergantung pada kecepatan aliran atau pressure drop di sekitar lubang sumur. Untuk
kecepatan aliran yang rendah (pressure drop kecil) pasir yang terlepas merupakan butiran
butiran tetapi pada kecepatan tinggi pasir yang terlepas sudah merupakan gumpalan
gumpalan kecil sehingga akan mempercepat terjadinya kerusakan peralatan produksi.
Untuk mencegah atau menahan gerak pasir ke arah lubang sumur dan menanggulangi
terproduksinya pasir bersama sama fluida produksi dilakukan recompletion yaitu dengan
menggunakan gravel pack dan sand consolidation. Sedangkan pasir yang terlanjur masuk ke
dalam sumur dapat dilakukan pembersihan dengan jalan sirkulasi ataupun penimbaan.
Tingkat pembersihannya tergantung pada jumlah pasir dan kemampuan
pengkonsolidasiannya oleh liner maupun gravel pack.
4. Problem Emulsi
Problem emulsi dapat di identifikasi dari jika water-oil ratio tinggi (uji produksi),
alirannya turbulen, mekanisme pendorongnya kombinasi water drive dan gas cap drive
reservoir, adanya indikasi oil in water emulsion atau water in oil emulsion (analisa fluida
reservoir) dimana tegangan antar muka minyak-air tinggi.
Air formasi yang ikut terproduksikan sampai ke permukaan dapat mengakibatkan
problem emulsi baik water in oil emulsion maupun oil in water emulsion. Hal ini dapat
mengakibatkan turunnya laju produksi terhadap minyak selain itu juga dapat merusak pipa-
pipa dan peralatan lainnya. Pada dasarnya emulsi merupakan campuran cairan yang dalam
kondisi normal tidak dapat bercampur, dimana dalam emulsi ini salah satu cairan
dihamburkan dalam cairan lain dalam bentuk butiran butiran yang sangat kecil. Emulsi dapat
terjadi karena adanya dua macam zat yang immiscible, adanya koloid yang membantu
terjadinya emulsi (emulsifying agent) dan adanya agitasi atau pengadukan yang mampu
menghamburkan salah satu cairan sehingga menjadi droplet dalam cairan yang lainnya.
Untuk mengatasi problem ini dilakukan dengan cara dehidrasi, yaitu dengan
pemecahan emulsi dengan mengurangi pengaruh emulsifying agent sehingga memungkinkan
butiran butiran untuk saling bergabung satu sama lain menjadi lebih besar dan selanjutnya
mengendap karena gaya beratnya sendiri. Selain itu dehidrasi juga untuk menurunkan
viskositas dari fasa kontinyunya. Metode workover juga dapat dilakukan adalah
menginjeksikan bahan kimia.
5. Problem Korosi
Merupakan kebalikan dari identifikasi scale, yaitu jika air formasi yang mempunyai
kandungan ion-ion Na+, Ca2+, Mg2+, Ba2+, Sr2+, Fe3+, Cl, HCO3, SO42, CO32, dan gas-gas
CO2, H2S, O2, stability index yang berharga negatif, pH air formasi yang rendah (analisa air
formasi), dan dapat pula diketahui dari corrosion coupon dengan harga mils per year (MPY)
yang tinggi.
Air formasi merupakan larutan penghantar listrik yang daya hantarnya naik bila
jumlah garam terlarut di dalamnya atau ion-ion bertambah. Semakin banyak ion yang
terkandung dalam air formasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya korosi pada
peralatan produksi, dimana peralatan produksi terbuat dari logam akan mengalami proses
elektrokimia sebagai akibat dari adanya air formasi yang berfungsi sebagai larutan
penghantar listrik. Akibat dari korosi ini adalah terjadinya kerusakan atau kebocoran
peralatan produksi.
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya korosi ada beberapa cara yang dapat
dilakukan yaitu memilih material atau logam yang tepat, mengubah komposisi elektrolit,
mengisolasi logam dari elektrolit, perlindungan katode (cathodic protection) dan memilih
material non logam. Upaya penanggulangan akhir dari problem ini yaitu dengan pemotongan
pipa dan menggantinya dengan bahan tahan korosi (non metalic material).
6. Problem Paraffin
Problem ini diidentifikasi dengan harga viskositas minyak yang tinggi, kelarutan gas
dan air sedikit, titik tuang dan titik kabut yang tinggi, komposisi rantai karbon yang panjang
(analisa fluida reservoir), terjadinya penurunan tekanan, temperatur dan laju produksi (uji
produksi).
Endapan paraffin pada prinsipnya terjadi karena sifat yang dimiliki oleh minyak yang
diproduksikan yaitu berkaitan dengan komposisi minyak, titik kabut (could point), titik beku
dan titik tuang (pour point). Pada umumnya endapan paraffin terjadi bila minyak yang
diproduksikan banyak mengandung komponen berat (C18 – C38) dan temperatur minyak yang
lebih kecil dari titik kabut maupun titik tuangnya. Proses pembentukan endapan paraffin
yaitu dengan adanya penurunan temperatur sepanjang aliran fluida dari reservoir sampai ke
permukaan. Adanya penurunan temperatur ini mengakibatkan kecepatan aliran menjadi
rendah karena minyak mendekati titik kabut dan titik tuangnya dan sebagian besar komponen
minyak terdiri dari komponen berat karena hilangnya fraksi ringan minyak. Endapan paraffin
dapat terjadi di dalam sumur, tubing, pompa wellhead, separator dan tanki produksi. Endapan
paraffin ini dapat mengakibatkan aliran produksi terganggu dan dapat menyebabkan aliran
terhenti sama sekali.
Untuk mengatasi problem paraffin yang terjadi pada peralatan produksi yaitu
melakukan pembersihan endapan paraffin dengan mechanical removal, solvent removal,
pemanasan (heating) dan dispersant.