KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut, tanpa
bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara
pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, pemimpinan mempunyai wewenang
dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan.
3. Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku
mereka sesuai dengan perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh
pimpinan.
Peran Pimpinan
1) Peran Antarpersonal
Semua pimpinan diharuskan melakukan tugas-tugas terkait seremonial seperti mengadakan
seminar yang mengundang gubernur, pejabat-pejabat negara ataupun dosen-dosen dari negara
tetangga misalnya Malaysia dan bersifat simbolis seperti Dekan bersama dengan Rektor
menghadiri pengukuhan waktu wisuda mahasiswa. Peran ini mencakup pencarian pegawai
(perekrutan), melatih pegawai setelah diterima bekerja (pelatihan), dan memberikan motivasi
seperti fasilitas yang mendukung kinerjanya dalam bekerja sehingga dapat meningkatkat
prestasi kerja (pemberian motivasi), dan pendisiplian pegawai agar lebih bertanggung jawab
dalam tugas. Peran ketiga dalam pengelompokan antarpersonal ini adalah peran penghubung.
Mintzberg mendeskripsikan aktivitas ini sebagai hubungan dengan individu luar yang
memberikan informasi kepada pimpinan tersebut.
2) Peran Informasional
Semua pimpinan sampai tingkat tertentu mengumpulkan informasi dari organisasi/perusahaan
dan institusi luar. Biasanya pimpinan mendapat informasi dengan membaca majalah dan
berkomunikasi dengan individu lain untuk mempelajari perubahan selera masyarakat, apa
yang mungkin direncanakan oleh para pesaing dan sebagainya. Minzberg menyebutkan hal
ini sebagai peran pemantau. Para pimpinan juga bertindak sebagai penyalur untuk
meneruskan informasi ini kepada pegawainya.
3) Peran Pengambilan Keputusan
Mintzberg mengidentifikasikan empat peran terkait pada pengambilan keputusan. Dalam
peran kewirausahaan, para pimpinan memulai dan mengawasi proyek–proyek baru yang akan
meningkatkan kinerja di perusahaan mereka. Sebagai penyelesaian masalah, pimpinan
melakukan tindakan korektif untuk menyelesaikan berbagai masalah yang tak terduga.
Terakhir, peran pimpinan sebagai negosiator, dimana pimpinan mendiskusikan berbagai
persoalan dan tawar menawar dengan perusahaan lain demi keuntungan perusahaan sendiri.
Menurut Dharma (2003) terdapat 4 (empat) gaya kepemimpinan yang terdiri atas:
1. Kepemimpinan Instruksi
Gaya kepemimpinan yang sifatnya instruktif dinamakan gaya bos karena gaya ini terutama
dicirikan oleh komunikasi satu arah. Dengan gaya ini, pemimpin membatasi peranan
bawahan dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, dan dimana melakukan
pekerjaan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan pemimpin, bawahan
hanya melaksanakan tugas seperti yang telah diinstruksikan pemimpin.
2. Kepemimpinan Konsultasi
Gaya kepemimpinan yang sifatnya konsultatif dapat disebut sebagai gaya dokter karena
dengan gaya ini pemimpin banyak memberikan arahan dan mengambil hampir semua
keputusan. Pemimpin mengambil keputusan dan berusaha menjual gagasan keputusannya
kepada bawahannya. Pada saat yang sama pemimpin telah mulai membuka komunikasi dua
arah dengan menyimak gagasan bawahan. Sekalipun demikian, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan masih dilakukan pemimpin.
3. Kepemimpinan Partisipasi
Gaya kepemimpinan yang bersifat partisipatif dapat dinamakan sebagai gaya konsultan
karena pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan. Dengan menerapkan gaya ini, pemimpin dan bawahannya bertukar pikiran dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Disamping itu, komunikasi dua arah
ditingkatkan dan pemimpin lebih banyak mendengarkan dengan aktif. Pemimpin tidak lagi
memberikan instruksi yang terinci.
4. Kepemimpinan Delegasi
Gaya kepemimpinan yang sifatnya mendelegasi dapat disebut dengan gaya bebas karena
pemimpin dan bawahan hanya mendiskusikan batasan masalah bersama-sama hingga tercapai
kesepakatan. Selanjutnya, proses pengambilan keputusan di delegasi kepada bawahan.
Sekarang bawahanlah yang mengambil keputusan pelaksanaan pekerjaan. Dengan gaya ini
pemimpin memberi kesempatan luas bagi bawahan untuk melaksanakan tugasnya.
PEMIMPIN DAN PIMPINAN
Pemimpin adalah orang yang yang mempunyai orientasi pada kesepakan bersama,
penentuan visi misi bersama, pemecahan masalah bersama, bisa membela, mengayomi
ataupun mempertahankan seorang karyawan sebagai aset yang berharga.
Sedangkan Pimpinan adalah orang yang diangkat dalam artian suka atau tidak suka
bawahannya ia tetap akan memegang suatu jabatan tertinggi didalam organisasi, memiliki
otoritas dan oleh petinggi diatasnya ia diberikan tempat yang istimewa atau spesial karena
kemampuannya atau karena sudah lama ikut dengan petinggi diatasnya dan diberi
kewenangan spesial sehingga bawahan ataupun karyawannya menjadi takut, dengan kata
lain dia takut akan kehilangan jabatannya kelak.
Seorang leader yang sukses adalah jika ia berhasil mennjadi pemimpin yang disukai bawahan
bukan karena menjadi seorang pimpinan yang ditakuti.
TIPE-TIPE PEMIMPIN
Tipe kepemimpinan atau gaya kepemimpinan :
Dalam tipe ini, pemimpin bertindak diktaktor pada bawahannya. Cenderung melakukan
pemaksaan dalam menggerakkan kelompoknya. Disini kewajiban dari bawahan adalah untuk
mengikuti dan menjalankan perintah. Tak boleh ada saran dan bantahan dari bawahan.
Mereka diharuskan patuh dan setia secara mutlak kepada pemimpinnya. Kendali penuh ada
pada pemimpin (bersifat satu arah)
Contoh pemimpin diktaktor Adolf Hitler, Muammar Khadafi, Saddam Husein, Husni
Mubarak dan lain-lain
Kelebihan :
Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada
bantahan dari bawahan
Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi
kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan :
Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan
tidak merasa nyaman
Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin
akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan
mengajukan pendapat.
Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang berlebihan
Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan
dari atasan
Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang
diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya
2. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin otoriter. Disini pemimpin
ikut berbaur dan berada ditengah-tengah anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah
kaku seperti majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri. Pemimpin selalu
memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan kelompok
dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau menerima masukan dan saran dari
bawahannya.
Contoh pemimpin demokratis adalah John F Kennedy, Mahatma Gandhi dan lain-lain
Kelebihan :
Kelemahan :
3. Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik yang luar biasa untuk dapat
mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila memiliki pengikut atau masa yang
jumlahnya besar. Sifat kharismatik yang dimiliki adalah karunia dari tuhan. Pemimpin
kharismatik bisa dilihat dari cara mereka berbicara, berjalan maupun bertindak.
Kelebihan :
4. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin ini memiliki sifat kebapakan, mereka menganggap bahwa bawahan tidak bisa
bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu. Pemimpin ini selalu
melindungi bawahannya. Pemimpin paternalistik memiliki sifat maha tahu yang besar
sehingga jarang memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan
Kelebihan :
Kelemahan :
Bawahan tidak memiliki inisiatif dalam bertindak karena tidak diberi kesempatan
Keputusan yang diambil tidak berdasarkan musyawarah bersama karena menganggap
dirinya sudah melakukan yang benar
Daya imajinasi dan kreativitas para pengikut cukup rendah karena tidak ada
kesempatan untuk mengembangkannya
5. Tipe Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik adalah tipe pemimpin yang memiliki disiplin tinggi dan
biasanya menyukai hal-hal yang formal. Menerapkan sistem komando dalam menggerakkan
bawahannya untuk melakukan perintah. Menggunakan pangkat dan jabatan dalam
mempengaruhi bawahan untuk bertindak.
Kelebihan :
Tegas dan tidak memiliki keraguan dalam bertindak dan mengambil keputusan
Bawahan akan memiliki disiplin yang tinggi
Bawahan akan merasa aman dan terlindungi
Kelemahan :
6. Tipe Laissez-Faire
Dalam tipe ini, pemimpin tidak memberikan instruksi dan perintah, mereka membiarkan
bawahannya untuk berbuat sekehendaknya. Tak ada kontrol dan koreksi. Tentu saja dalam
kepemimpinan inisangatlah mudah terjadi kekacauan dan bentrokan. Pemimpin tak
menjalankan perannya dengan baik
Kelebihan :
Keputusan ada di tangan bawahan sehingga bawahan bisa bersikap mandiri dan
memiliki inisiatif
Pemimpin tidak memiliki dominasi besar
Bawahan tidak akan merasa tertekan dalam menjalankan tugas
Kelemahan :
Pemimpin membiarkan bawahan untuk bertindak sesuka hati karena tidak ada kontrol
Mudah terjadi kekacauan dan bentrokan
Tujuan organisasi akan sulit tercapai apabila bawahan tidak memiliki inisiatif yang
tepat dan dedikasi tinggi
1. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi 1 arah, pemimpin memberikan
batasan peranan penngikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana melaksankan berbagai tugas.
Kelebihan :
2. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai
konsultasi karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan
pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan
meningkatkan komunikasi dua arah, dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar
perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka.
Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
Kelebihan :
Kekurangan :
3. Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai
partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya tiga ini, pemimpin dan pengikut saling
tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua
arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Kelebihan :
Kelemahan :
4. Perilaku pemimpin yang rendah pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai
delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan
sehingga tercapai kesepakatan mengenai visi misi masalah yang kemudian proses
pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Kelebihan :
Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena
pemimpin telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil
keputusan sendiri
Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas
Kelemahan :
Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
ESENSI KEPEMIMPINAN
Edwin A. Locke & Associates (1991) menyatakan bahwa terdapat empat faktor
esensi dari kepemimpinan yaitu :
1. Motif dan bakat kepemimpinan
2. Pengetahuan, keahlian dan kemampuan
3. Visi
4. Penerapan misi
Jika mengaitkan antara pengertian kepemimpinan dan empat faktor esensi tersebut,
faktor pengetahuan, keahlian dan kemampuan adalah faktor sentral keberhasilan
kepemimpinan.
Motif
Motif adalah alasan-alasan manusia yang melatar belakangi mereka untuk
melakukan suatu kehendak (Wikipedia t.thn.) sedangkan Winkel, 1996 (dalam DR.
Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan bahwa motif adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu
kemudian Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyimpulkan bahwa Motif
adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang
disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.
Kesimpulan dari beberapa pendapat tentang motif tersebut adalah motif merupakan
suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang
disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
Dorongan dan kekuatan yang timbul dari dalam diri seseorang merupakan faktor
awal untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai tujuan tertentu, tetapi
motivasi sekuat dan sebesar apapun tidak akan dapat mencapai tujuan jika tidak
didukung oleh pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang sesuai dengan arah
tujuan dan pencapaiannya. Motivasi dapat menjadi lemah dan mengendur ketika
pada tahap implementasi dari usaha pencapaian tujuan tidak cukup mampu karena
tidak mengetahui pengetahuan yang cukup, keahlian yang memadai serta
kemampuan yang handal dalam mencapai tujuan. Motivasi perlu dimunculkan,
dipelihara dan dikembangkan dan dengan cara bersamaan membangun
pengetahuan, keahlian dan kemampuan.
Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Sumber: http://id.shvoong.com Crow dan Crow menyatakan
bahwa bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang
beragam sedangkan pernyataan William B. Michael bahwa bakat adalah kapasitas
seseorang dalam melakukan tugas, yang sedikit sekali dipengaruhi atau tergantung
dari latihan. Brigham juga menyimpulkan bahwa bakat merupakan kondisi, kualitas,
atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan
individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan sementara
Woodworth dan Marquis mendefinisikan bakat sebagai prestasi yang dapat
diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus selain itu Guilford menyatakan
bahwa bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual,
dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual. (mahera.net)
Seperti halnya motivasi, bakat yang dimiliki tidak cukup untuk dapat melakukan
pencapaian tujuan. Seorang pemimpin perlu membangun pengetahuan, keahlian,
dan memperkaya kemampuan dalam hal kepemimpinan. Pemimpin tidak boleh
hanya mengandalkan bakat kepemimpinan yang dimiliki, tetapi harus terus
melakukan upaya untuk menambah pengetahuan, keahlian dan kemampuan
bakatnya agar mampu menerapkan kepemimpinan sesuai dengan perkembangan
yang terjadi.
Jadi dapat disimpulakan bahwa visi adalah cita – cita atau impian sebuah organisasi
atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan untuk menjamin kelestarian dan
kesuksesan jangka panjang.
Berbicara visi tentu saja tidak akan terlepas dari misi. Misi (mission) adalah apa
sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can do). Menurut Prasetyo
dan Benedicta (2004:8), Di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus
dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Dalam operasionalnya
orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi
intepretasi Visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta dapat pula
memberikan petunjuk garis besar car
a pencapaian Visi.
Faktor pengetahuan, keahlian dan kemampuan akan terlihat kentara pada saat
dibicarakan tentang visi dan misi (pencapaian visi) sebab visi mengandung cita-cita
yang akan dituju, dan misi merupakan tindakan nyata untuk mencapai misi. Dalam
konteks ini cita-cita tidak akan tercapai tanpa usaha nyata yang dapat dilakukan oleh
seorang pemimpin dengan kemampuan kepemimpinan yang ditunjang oleh
pengetahuan, keahlian dan kemampuannya.
Dari paparan ini jelas terlihat bahwa peran sentral faktor pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan dari seorang pemimpin amat penting. Pemimpin tidak boleh hanya
memiliki motivasi tinggi dan mengandalkan bakat yang dimiliki. Pemimpin juga
harus melakukan langkah dan tindakan nyata dan tidak hanya sekedar membuat
cita-cita melalui visi dan misi tanpa berbuat apapun, kesemuanya itu membutuhkan
pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang harus terus di up date setiap saat
agar motivasi tidak terhenti, bakat tidak hilang serta mampu mencapai tujuan seperti
yang dicanangkan dalam visi dan misi.
PENGARUH
Esensi pertama dari kepemimpinan adalah pengaruh. Seorang pemimpin seharusnya dapat
membawa pengaruh yang positif bagi mereka yang dipimpinnya. Sebuah organisasi atau
pemerintahan akan dapat berjalan dengan maksimal dan baik, menuju penggenapan visi,
memerlukan pengaruh positif yang kuat dari seorang pemimpin. Pengaruh positif yang kuat
ini akan menciptakan atmosfir yang kondusif bagi pertumbuhan dan kemajuan.Dalam hal
pemerintahan adalah mustahil mencapai pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang
membawa kesejahteraan dalam masyarakat jika tidak ada pengaruh positif yang kuat dari
seorang pemimpin.
Pemimpin membawa pengaruh dalam segala segi kehidupan. Pengaruh yang pemimpin ibarat
air kehidupan bagi mereka yang dipimpinnya. Pengaruh positif yang kuat ini lahir dari
integritas. Pemimpin yang berintegritas akan sangat kuat “cengkeraman” pengaruhnya bagi
organisasi atau pemerintahan yang dipimpinnya. Integritasnya itu adalah suara kehidupannya
yang ia gemakan bagi mereka yang dipimpinnya. Dari integritas inilah lahir keteladanan dan
wibawa. Seperti yang Sun Tzu nyatakan, “Pemimpin memimpin dengan teladan bukan
dengan kekerasan”. Pemerintahan yang bersih dan berwibawa lahir dari pemimpin yang
berintegritas, memancarkan teldan yang baik sehingga pengaruh positifnya sangat kuat
melingkupi seluruh jajaran pemerintahan yang ia pimpin dan bahkan sampai kepada hati
seluruh lapisan masyarakat di mana ia memimpin.
PEMBERDAYAAN
Esensi kedua dari kepemimpinan adalah pemberdayaan. Pemimpin yang baik adalah pemipin
yang akan mampu menggali seluruh potensi yang ada dalam organisasi atau pemerintahan
yang ia pimpin. Pemimpin akan memberdayakan segala potensi yang ada demi kemajuan dan
kesejahteraan bersama. Diperlukan ketajaman dan kejelian dalam melihat segala potensi yang
dimiliki yang ada dalam wilayah kepemimpinannya. Pemberdayaan inilah yang pada
akhirnya akan mampu menjawab segala kebutuhan mereka yang dipimpinnya. Kepentingan
diri sendiri akan terkubur di sini demi kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan
mereka yang ia pimpin.
Maxwell dengan sangat baik mengungkapkan hal ini, “The best leaders are humble enough
to realize their victories depend upon their people”, (Para pemimpin yang terbaik cukup
rendah hati untuk menyadari bahwa kemenangan-kemenangan mereka bergantung pada
orang-orang yang dipimpinnya). Di sini terungkap prinsip pemberdayaan. Pemimpin yang
baik akan dengan senang hati mengakui bahwa kemajuan-kemajuan yang diperoleh adalah
dari orang-orang yang ia pimpin. Organisasi atau pemerintahan yang ia pimpin dapat maju
dikarenakan memberdayakan semua sumber-sumber daya yang ada terutama sumber-sumber
daya manusia, bukan justru memanfaatkan mereka yang ia pimpin demi keuntungan pribadi.
PELAYANAN/PENGABDIAN
Esensi ketiga dari kepemimpinan adalah pelayanan. Pemimpin yang baik adalah mereka yang
justru melayani bukan dengan tujuan untuk dilayani, yang memimpin dari hati seorang
“hamba” yang penuh pengabdian bukan dari hati seorang “boss” yang penuh dengan
kesewenangan. Pelayanan dan kepemimpinan sepertinya adalah dua hal yang sangat bertolak
belakang. Bagaimana mungkin melayani tapi juga memimpin? Bukankah pemimpin itu justru
adalah harus dihormati, dilayani, disanjung?
Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang memiliki jiwa besar untuk bersedia
merendahkan diri melayani mereka yang ia pimpin dengan penuh pengabdian. Fokusnya
hanyalah bagaimana mensejahterakan, mengantarkan segala kebaikan bagi mereka yang ia
pimpin. Jiwa pelayanan atau pengabdian ini akan mengibarkan seorang pemimpin menjadi
pemimpin yang besar dan bermartabat.