Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

TB – DOTS

RSIA NUN SURABAYA


2017
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Surat Keputusan RSIA NUN SURABAYA............................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan .............................................................................. 1
BAB II. Gambaran Umum ......................................................................
BAB III. Visi, Misi Dan Nilai ..................................................................
3.1 Visi ............................................................................................
3.2 Misi ...........................................................................................
3.3 Falsafah .....................................................................................
3.4 Nilai............................................................................................
3.5 Tujuan RS .................................................................................
BAB IV. Bagan Organisasi Unit TB DOTS RSIA NUN Surabaya.........
BAB V. Uraian Tugas Jabatan.................................................................
BAB VI. Tata Hubungan Kerja ................................................................
6.1 Jejaring Internal.........................................................................
6.2 Jejaring Eksternal ......................................................................
BAB VII. Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi Personil ...............................
BAB VIII. Pertemuan (Rapat) ....................................................................
BAB IX. Pelaporan...................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahwa tuberkulosis ( TB ) merupakan penyakit yang menjadi perhatian
dunia dalam rangka pelaksanaan MDG’s. Tuberkulosis merupakan penyakit
infeksi nomer satu penyebab kematian di dunia. Peran serta semua pihak sangat
diharapan dalam pemberantasan TB. Salah satu yang berperan dalam
pemberantasan TB adalah rumah sakit.Dalam situasi TB di dunia yang memburuk
dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan
terutama di 22 negara dengan beban TB paling tinggi di dunia, World Health
Organization (WHO) melaporkan dalam Global Tuberculosis Report 2011 terdapat
perbaikan bermakna dalam pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus
dan angka kematian akibat TB dalam dua dekade terakhir ini. Insidens TB secara global
dilaporkan menurun dengan laju 2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun dengan
kemajuan yang cukup berarti ini, beban global akibat TB masih tetap besar. Diperkirakan
pada tahun 2011 insidens kasus TB mencapai 8,7 juta (termasuk 1,1 juta dengan koinfeksi
HIV) dan 990 ribu orang meninggal karena TB. Secara global diperkirakan insidens TB
resisten obat adalah 3,7% kasus baru dan 20% kasus dengan riwayat pengobatan. Sekitar
95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia terjadi di negara berkembang.Pada
tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus) menempati urutan keempat setelah
India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia merupakan negara dengan beban tinggi TB
pertama di Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals
(MDG) untuk penemuan kasus TB di atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada tahun
2006.
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB
karena dapat memutuskan rantai penularan. Meskipun Program Pengendalian TB
Nasional telah berhasil mencapai target angka penemuan dan angka kesembuhan,
penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktik swasta belum sesuai
dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) dan penerapan
standar pelayanan berdasar International Standards for Tuberculosis Care (ISTC).
Padatahun1995,puskesmasmerupakan ujung tombakdalampelayanandi
masyarakat dengan menerapkan strategi DOTS (DirectlyObserved Treatment
Short-course). Dengan berjalannyawaktu strategiDOTS telah mulai
dikembangkandi Balai PengobatanParu-Paru dan diRumah Sakit, baik rumah sakit
swasta maupun rumah sakit pemerintah.
Pada tahun 2004 survey prevalensi tuberkulosis menunjukkan bahwa pola
pencarian pengobatan tuberkulosis kerumah sakit ternyata cukup tinggi. Pasien
tuberkulosis ketika pertama kali sakit mencari pengobatan ke rumah sakit.
Melihat dari besarnya animo masyarakat mencari pengobatan tuberkulosis
kerumah sakit, maka RSIA Nun Surabaya membuka pelayanan klinik TB DOTS
yang bekerja sama dengan pemerintah dalam hal ini adalah dinas kesehatan kota
surabaya.

1.2 Tujuan Pedoman


a. Tuberkulosis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia.
b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberkulosis untuk
mencapai millenium development goals.
c. Menurunkan resistensiterhadap OAT.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


a. Penjaringan pasien tuberkulosis, menegakkan diagnosa dan
pengobatan.
b. Pencatatan dan pelaporan pasien tuberkulosis.
c. Menginformasikan dan atau mengirim pasien ke unit TB DOTS ke
puskesmasatau rumah sakitlain.
d. PKRSberfungsisebagaipelaksanapenyuluhanTBDOTSdirumah sakit.

1.4 Batasan Operasional


Batasan operasional dalam pelayanan Tuberkulosis adalah memberi
asuhan keperawatan kepada pasien tuberkulosis.
1.5 Landasan Hukum
BAB II

GAMBARAN UMUM RSIA NUN SURABAYA

Struktur organisasi RS Nur Ummi Numbi Surabaya dipimpin oleh Direksi


yang terdiri dari Direktur RS Nur Ummi Numbi, Wakil Direktur, Pelayanan
Medis, Penunjang Medis, Kadiv Keperawatan, Kadiv Keuangan, dan
Umum.Strukturorganisasi RS
NurUmmiNumbitidakmenutupkemungkinanuntukterjadinyaperubahansesuaideng
anperkembangan dan kebutuhanorganisasi RS NurUmmiNumbi.

DireksiwajibmembuatrencanajangkapanjangberupaRencanaStrategis 5
tahun yang memuatsasaran dan tujuan yang hendakdicapaidalamwaktu 5 tahun.
Renstra sekurang-kurangnya memuat :

1. Evaluasi kinerja 5 tahun sebelumnya.


2. Posisi rumah sakit saat ini.
3. Asumsi yang digunakan dalam menyusun renstra
4. Penetapan sasaran, strategi dan program kerja 5 tahunan.
BAB III

FISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN

RSIA NUN SURABAYA

3.1 VISI
Mewujudkan rumah sakit ibu dan anak yang terkrmuka dan dipercaya oleh
masyarakat

3.2 MISI
1. Menciptakan budaya patien safety
2. Memberikan pelayanan prima kesehatan ibu dan anak secara terpadau dan
bermutu
3. Memberikan pelatiha dan pendidikan secara brkelanjutan
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan

3.3 FALSAFAH

3.4 NILAI
1. Kejujuran
2. Tanggung jawab
3. Semangat
4. Disiplin
5. Kerjasama
6. Visioner
7. Keadilan
8. Peduli
9. Kebanggaan

3.5 TUJUAN RS
1. Keunggulan dalam mutu pelayanan
2. Keunggulan dalam teknologi tertentu
3. Sumber daya manusia professional, berkomitmen dan menjungjung tinggi
nilai-nilai spiritual
BAB IV

STRUKTUR ORAGANISASI RSIA NUN SURABAYA

DIREKSI PT. NUMBI HUSADA CORPORINDO


K3RS
DIREKTUR UTAMA
PPI
KOMITE KOMITE
MEDIS KEPERAWATAN SPI

Wadir Wadir PMKP


Pelayanan dan Penunjang Medis Administrasi Umum
PFT
Devisi Devisi Devisi Devisi Devisi
Pelayanan Medis Keperawatan Keperawatan KSK HRD KSM

IGD Ins. Rawat Jalan Laboratorium Devisi DevisiAkutansi Devisi House


PRM dan Keuangan Keeping
Farmasi
Ins. Rawat HCU Ins. Rawat
Inap Jalan WAREHOUSE
CSSD

Gizi

Rekam Medis
BAB V

STRUKTUR ORGANISASI TB DOTS RSIA NUN SURABAYA

KETUA TIM TB DOTS

SEKRETARIS

ANGGOTA

Ketua TIM HIV : dr. Edward Nurzali


Sekretaris : Widyaningrum, Amd.Kep
Anggota : 1. Faiza, Amd.AK (Laboratorium)
2. Fitrotin N, Amd.Kep (Keperawatan)
3. Eka, Amd.Keb (bidan VK)
4. (Farmasi)
BAB VI

UARAIAN TUGAS

6.1 Uraian Tugas


6.1.1 Ketua
a. Melaksanakan kebijakan, memberikan arahan, menetapkan standar
pelayanan TB DOTS di rumah sakit.
b. Melakukan perencanaan, penggerakan dan pengendalian pelayanan TB
DOTS dirumah sakit
c. Melakukan koordinasi lintas sektor/organisasi (pemanfaatan sumber daya
efektif dan efisien)
d. Memfasilitasi rujukan internal dan eksternal
e. Mengelola informasi (akurat dan akuntabel)
f. Memfasilitasi kebutuhan logistik (termasuk obat, alat kesehatan dan
peralatan yang dibutuhkan) pada pelayanan TB DOTS di rumah sakit.
g. Melakukan Self Assesment.

6.1.2 Sekretaris :
a. Melaksanakan kegiatan administrasi dan menginventarisir program kerja
Tim TB DOTS
b. Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pelaporan semua kegiatan
Tim TB DOTS
c. Membuat dan mensosialisasikan Uraian Tugas Tim TB DOTS di rumah
sakit
d. Bertanggungjawab terhadap penyediaan dan penyimpanan berkas rekam
medis
e. Bertanggungjawab terhadap pelaporan internal dan eksternal.

6.1.3 Anggota :
a. Dokter
1. Mengidentifikasi suspek dan mengisi buku daftar suspek TB (TB06).
2. Mengisi formulir untuk pemeriksaan dahak.
3. Mendiagnosis TB pada orang dewasa dan anak sesuai dengan
Program Penanggulangan TB.
4. Menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
5. Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB
(TB01) dan kartu identitas pasien (TB02) secara lengkap dan benar.
b. Perawat
1. Membantu dokter dalam menegakkan diagnosis TB
2. Melakukan pencatatan pada lembar TB
3. Memberikan perawatan terhadap pasien TB
4. Menyerahkan pencatatan kepada sekretaris unit TB Dots
c. Laboratorium
1. Melakukan pemeriksaan mikrobiologi
BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja unit DOTS dengan unit-unit lainnya dibentuk sebagai suatu
jejaring internal dalam menangani pasien TB di dalam rumah sakit. Koordinasi
kegiatan dilaksanakan oleh tim DOTS rumah sakit.

Fungsi masing-masing unit dalam jejaring internal RS adalah:

1. Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien tuberculosis


di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga
meliputi konseling, penentuan klasifikasi dan tipe, kategori pengobatan,
pemberian OAT, penentuan PMO, follow up hasil pengobatan, dan pencatatan.
2. Poli umum, IGD, dan poli, spesialis, berfungsi menjaring tersangka pasien TB,
menegakkan diagnosis, pengobatan serta menginformasikan dan atau mengirim
pasien ke unit DOTS RS.
3. Rawat inap berfungsi sebagai pendukung unit DOTS dalam melakukan
penjaringan tersangka serta perawatan dan pengobatan pasien TB.
4. Laboratorium (mikrobiologi dan patologi anatomi) berfungsi sebagai sarana
penunjang diagnostik.
5. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas administrasi TB di unit
DOTS. Petugas rekam medis berfungsi sebagai pendukung data TB di RS.
6. PKRS berfungsi berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan TB DOTS di RS.

POLI SPESIALIS POLI UMUM RAWAT INAP

LABORATORIUM TIM TB DOTS IGD

PKRS PPI REKAM MEDIS


BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

KUALIFIKASI JUMLAH
MASA YANG
NO NAMA JABATAN FORMA SERTIFIKA
KERJ DIPERLUKA
L T
A N
Ketua Tim Pelatihan TB
1 dr. Edward N Dokter 1 Th
Dots
1
DOTS
D3 / S1
Widyaningrum Sekretaria Pelatihan TB
2 , Amd.Kep
jurusan 1 Th
Dots
1
t medik

D3 / S1
Pelatihan TB
3 ? Anggota jurusan 1 Th
Dot
3
medik
BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI RS

9.1 PESERTA ORIENTASI


Peserta orientasi adalah pegawai baru yang sudah dinyatakan di terima
sebagai pegawai tim TB DOTS oleh rumahsakit.

9.2 KELENGKAPAN ORIENTASI


Kelengkapan orientasi yang harus di miliki atau di gunakan oleh peserta
orientasi di lingkungan pelayanan TBDOTS sebagai berikut :
1. Name tag yang bertuliskan nama lengkap beserta keterangan trainee di bawah
nama.
2. Name tag di gunakan di baju peserta di dada sebelah kanan.
3. Peserta orientasi wajib mengenakan baju atasan hem berwarna putih polos serta
bawahan celana panjang kainberwarna hitam polos.
4. Peserta orientasi wajib mengenakan sepatu fantovel hitam selama masa
orientasi.

9.3 WAKTU DAN TEMPAT ORIENTASI


Orientasi karyawan baru di lingkungan Unit DOTS/menjadi ketua TB
DOTS / dokter spesialais paru yangdilaksanakan dalam waktu satu minggu (6 hari
kerja) setelah tanggal penetapan pegawai tersebut di terima dilingkungan
pelayanan TB DOTS RS waktu orientasi adalah dari pukul 08.00 sampai pukul
14.00.

9.4 KEGIATAN ORIENTASI


1. Orientasi Anggota Tim TB DOTS
a. Hari pertama: Peserta orientasi di berikan pemahaman tentang struktur
Organisasi RS, stukturorganisasi Tim TB DOTS, pengenalan unit-unit kerja
melalui survey langsung ke lapangan,pengenalan lokasi dan pelayanan TB
DOTS pengarahan di berikan oleh ketua Tim TB DOTS.
b. Hari ke dua: Peserta diberikan paparan prosedur kerja dari tatacara kerja
Tim TB DOTS, pengenalanpoli TB RS.
c. Hari ke tiga: Mekanisme hubungan dengan unit kerja lain terkait.
d. Hari keempat hingga ke lima: Administrasi dan pencatatan pelaporan TB
DOTS.
BAB X

PERTEMUAN/ RAPAT

10.1 PENGERTIAN
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yangsama untuk membicarakan atau
memecahkan suatu masalah tertentu.
Kegiatan pertemuan rapat antara lain:
1. Pertemua rutin bulanan yang diselenggarakan satu bulan sekali, guna
membahas evaluasi kerja bulan berjalan, pembahasan masalah atau kendala-
kendala, serta sosialisasi kebijakan terbaru di RSIA NUN.

2. Rapat Koordinasi yang diselenggarakan dengan mengundang unit terkait yang


berhubungan dengan kegiatan pelayanan klinik TB

3. Pertemuan insidentil dilaksanakan sewaktu waktu jika diperlukan sifatnya


mendesak dan tidak terjadwal.

4. Rapat tahunan dilaksanakan akhir tahun guna membahas seluruh masalah


yang terjadi dalam satu tahun, kendala dalam pelayanan TB, dan untuk
menjadi laporan ke direktur RSIA NUN.
BAB XI
PELAPORAN

Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan


pelaporan dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis,
diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang
dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus valid (akurat, lengkap, dan tepat
waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis.
Dalam melaksanakan pencatatan di rumah sakit digunakan formulir
sebagai berikut :
1. Daftar tersangka (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB 06).
2. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB 05).
3. Register laboratorium TB (TB 04).
4. Kartu pengobatan pasien TB (TB 01).
5. Kartu identitas pasien (TB 02).
6. Register TB 03 UPK.
7. Formulir rujukan/pindah pasien TB (TB 09).
8. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB 10).
Dari formulir-formulir tersebut dapat dihitung indikator-indikator
keberhasilan sebagai
berikut:
1. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek yang diperiksa dahaknya
(target 5-15%).
2. Proporsi pasien paru TB BTA positif di antara semua pasien TB paru yang
yang ditemukan (≥ 65%).
3. Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB (target 10-15%).
4. Angka konversi (convertion rate) (target ≥ 80%).
5. Angka kesembuhan (cure rate) (target ≥ 85%).
Seluruh data yang didapatkan dievaluasi per triwulan dan dilaporkan
kepada:
1. Direktur melalui Wakil Direktur sebagai Penanggung Jawab tim DOTS RSIA
NUN Surabaya.
2. Dinas kesehatan kota Surabaya.
BAB XII
PENUTUP

Dengan tersusunnya Pedoman Pengorganisasian Tim DOTS RSIA NUN


ini, maka diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan
pengorganisasian Tim DOTS sehingga terbentuk tim yang solid dan terorganisir
dan dapat bekerja secara optimal.
Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan rinci akan disusun dalam bentuk
panduan dan SPO yang diperlukan sesuai dengan pokok kegiatan yang
mendukung pelaksanaan pelayanan TB. Setiap petugas kesehatan di RSIA NUN
diwajibkan mengikuti pedoman ini secara utuh.
Bila di dalam pelaksanaannya terdapat perkembangan yang baru, maka
tidak menutup kemungkinan pedoman ini akan dilakukan perubahan dan
penyesuaian sesuai kebutuhan dan tuntutan.

Anda mungkin juga menyukai