Anda di halaman 1dari 114

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA LOG PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI RESERVOAR PADA


LAPANGAN BOONSVILLE

SKRIPSI

MUSYAFAR KUDRI ZAIN

0706163180

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPOK
DESEMBER 2011

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA LOG PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI


RESERVOAR PADA LAPANGAN BOONSVILLE

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

Musyafar Kudri Zain

0706163180

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPOK
DESEMBER 2011

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Musyafar Kudri Zain

NPM : 0706163180

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 Desember 2011

ii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan Oleh


Nama : Musyafar Kudri Zain
NPM : 0706163180
Program Studi : Fisika
Peminatan : Geofisika
Judul Skripsi : Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi
Formasi Reservoar Pada Lapangan
Boonsville

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr.rer.nat Abdul Haris (…………………………..)

Penguji I : Dr. Supriyanto (…………………………..)

Penguji II : Dr. Dede Djuhana (…………………………..)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Desember 2011

iii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


iv

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mengizinkan penulis menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan skripsi ini
dengan judul “Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar Pada
Lapangan Boonsville”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda
Muhammad, beserta segenap keluarga, sahabat dan pengikut setia beliau.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua, affan serta ummi dan abinya serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberi doa dan semangat kepada penulis.
2. Dr. rer. nat. Abdul Haris, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah rela
mengorbankan banyak waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis.
3. Dr. Yunus Daud, Dr. Supriyanto dan Dr. Syamsu Rosid selaku dosen
peminatan Geofisika yang telah memberikan banyak ilmu dan arahan yang
sangat berharga.
4. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Fisika UI, Mbak Ratna dan Pak
Mardi atas bantuan teknis yang penulis peroleh selama menjadi mahasiswa
Fisika UI.
5. Ng Bei Berger M.Si, Aryo Aviarto S.Si., dan Erlangga Wibisono S.Si.
selaku pembimbing teknis.
6. Anak Puri M17, JB, Ai, Aldi Oo, Denny, Angga, Gemmy yang telah
berbagi waktu, makanan, kendaraan baik dalam suka maupun duka.

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


7. Teman-teman pejuang Fisika angkatan 2007, Mmers dan jajaran principia
(Andy, Evan, Denny, Radit), baik yang telah lulus maupun yang akan
lulus.
8. Henny, Aji serta anak HIPPMIB yang telah menemani penulis sebagai
sesama anak rantau dari tanah Buton
9. Anak – anak wisma Riqullah yang telah mengizinkan penulis menjadi
bagian didalam keluarganya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak atas dukungannya.

Semoga Tuhan membalas jasa semua pihak tersebut dengan sebaik-


baiknya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu perlulah kiranya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
pada masa mendatang. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi penulis pribadi
maupun bagi pembaca.

Penulis
2011

vi

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Musyafar Kudri Zain


NPM : 0706163180
Program Studi : Geofisika
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA LOG PETROFISIKA DAN EVALUASI FORMASI


RESERVOAR PADA LAPANGAN BOONSVILLE

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Desember 2011

Yang menyatakan

( Musyafar Kudri Zain )

vii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


ABSTRAK

Nama : Musyafar Kudri Zain


Program Studi : Geofisika
Judul : Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar
Pada Lapangan Boonsville

Analisa log petrofisika dilakukan untuk mengetahui nilai parameter petrofisika


batuan dalam formasi sehingga dapat menjadi bahan pendukung evaluasi kondisi
reservoar serta identifikasi zona prospek hidrokarbon dan jenis hidrokarbon dari
suatu lapangan eksplorasi. Parameter petrofisika yang diperoleh dideskripsikan
dengan lebih sederhana dalam bentuk lumping. Dalam penelitian ini dilakukan
evaluasi formasi reservoar pada lapangan Boonsville berdasarkan analisa log
petrofisika dari data 38 sumur yang berada pada lapangan Boonsville. Hasil akhir
penelitian ini berupa log parameter petrofisika yaitu porositas, saturasi air,
kandungan lempung, movable oil saturation, residual oil saturation, dan movable
hydrocarbon index yang kemudian dirangkum dalam tabel laporan hasil lumping
reservoar lapangan Boonsville.

Kata Kunci : petrofisika, lumping, evaluasi formasi, boonsville,


porositas, saturasi air, kandungan lempung, movable oil
saturation, residual oil saturation, movable hydrocarbon
index
xvi +75 halaman ; 69 gambar; 3 tabel
Daftar Acuan : 12 (1994-2008)

viii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


ABSTRACT

Name : Musyafar Kudri Zain


Program Study : Geophysics
Title : Petrophysics Log Analysis and Formation Evaluation of
Boonsville Field

Petrophysical log analysis is performed to determine the petrophysical parameters


of rocks in the formation so it can be a support for evaluation of reservoir
conditions and identification of prospects hydrocarbon zones and types of
hydrocarbons from a field of exploration. Petrophysical parameters are described
in more modest in the form of lumping. In this study the evaluation of reservoir
formation in the Boonsville field based on petrophysical log analysis of 38 wells
data. The final results of this study in the form of log petrophysical parameters of
porosity, water saturation, clay volume, movable oil saturation, residual oil
saturation, and movable hydrocarbon index and then summarized in the table
reports the results of field Boonsville lumping reservoir.

Keyword : petrophysical, lumping, boonsville, porosity, water


saturation, clay volume, movable oil saturation, residual
oil saturation, movable hydrocarbon index
xvi + 75 pages ; 69 pictures; 3 tables
Bibliography : 12 (1994-2008)

ix

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Metodologi Skripsi ........................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN GEOLOGI & TEORI DASAR


2.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian................................................... 6
2.1.1 Geologi regional lapangan Boonsville ..................................... 6
2.1.2 Stratigrafi dan Litologi ............................................................ 8
2.1.3 Karakteristik Reservoar ........................................................... 9
2.1.4 Analisa Batu Inti...................................................................... 11
2.1.5 Sejarah Produksi...................................................................... 13
2.2 Teori Dasar Analisa Petrofisika ........................................................ 14
2.2.1 Wireline Logs .......................................................................... 14
2.2.1.1 Log Gamma Ray .......................................................... 15

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


2.2.1.2 Log Spontaneous Potential .......................................... 16
2.2.1.3 Log Resistivity ............................................................. 18
2.2.1.4 Log Sonic..................................................................... 21
2.2.1.5 Log Density ................................................................. 22
2.2.1.6 Log Neutron................................................................. 24
2.2.2 Data Batu Inti .......................................................................... 25
2.2.3 Parameter Petrofisika Batuan ................................................... 26
2.2.3.1 Kandungan Lempung (Vsh) .......................................... 26
2.2.3.2 Porositas (ϕ)................................................................. 28
2.2.3.3 Saturasi Air (Sw) .......................................................... 30
2.2.3.4 Permeabilitas (K) ......................................................... 30
2.2.3.5 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil
Saturation (ROS), dan Movable Hydrocarbon Index
(MHI) .......................................................................... 31
2.2.4 Lumping (Pembungkalan) ....................................................... 31

BAB 3. DATA DAN PENGOLAHAN DATA


3.1 Data .................................................................................................. 33
3.2 Pengolahan Data ............................................................................... 35
3.2.1 Pengkondisian Data Log .......................................................... 35
3.2.2 Pembuatan Zonasi Reservoar ................................................... 37
3.2.3 Kandungan Lempung ............................................................... 38
3.2.4 Porositas dan Saturasi Air ........................................................ 40
3.2.5 Evaluasi Permeabilitas ............................................................. 41
3.2.6 Nilai Penggal (cutoffs) ............................................................. 42
3.2.7 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS),
dan Movable Hydrocarbon Index (MHI) .................................. 45
3.2.8 Kontak Fluida .......................................................................... 46

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kandungan Lempung ......................................................................... 47
4.2 Porositas dan Saturasi Air .................................................................. 53
4.3 Nilai Penggal (cutoffs) ...................................................................... 58
4.4 Lumping (pembungkalan) ................................................................. 61

xi

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


4.5 Kontak Fluida ................................................................................... 70
4.6 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI) .................................................. 72

BAB 5. KESIMPULAN
Kesimpulan ............................................................................................ 75

DAFTAR ACUAN

LAMPIRAN

xii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram alir proses pengolahan dan interpretasi data .................. 4
Gambar 2.1 Lokasi Lapangan Boonsville, Texas ............................................ 7
Gambar 2.2 Basin pada Ouachita Foldbelt ...................................................... 7
Gambar 2.3 Stratigrafi Fort Worth Basin ........................................................ 9
Gambar 2.4 Karakter umum dari log pada lapangan Boonsville dengan 13
genetic sequence ......................................................................... 10
Gambar 2.5 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu
inti. Simbol mengindikasikan sumur tempat sampel diambil ....... 12
Gambar 2.6 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu
inti. Simbol mengindikasikan zona tempat sampel diambil .......... 12
Gambar 2.7 Sejarah aktivitas pemboran di lapangan Boonsville ...................... 13
Gambar 2.8 Efek perbedaan litologi pada log gamma ray ................................ 16
Gambar 2.9 Konfigurasi alat log SP ............................................................... 17
Gambar 2.10 Respon umum dari alat log SP .................................................... 18
Gambar 2.11 Prinsip kerja alat log induksi ....................................................... 20
Gambar 2.12 Respon umum dari alat log Induksi ............................................. 20
Gambar 2.13 Respon umum dari alat log sonik ................................................ 22
Gambar 2.14 Penampang alat log densitas ........................................................ 23
Gambar 2.15 Respon umum dari alat log neutron .............................................. 25
Gambar 3.1 Peta lokasi 38 sumur pada Lapangan Boonsville .......................... 33
Gambar 3.2 Diagram alir proses pengolahan data ........................................... 35
Gambar 3.3 Input data well header ................................................................. 36
Gambar 3.4 Membuat kurva temperatur ......................................................... 36
Gambar 3.5 Input data koreksi lingkungan pada neutron log .......................... 37
Gambar 3.6 Membuat zonasi reservoar .......................................................... 38
Gambar 3.7 Hasil zonasi reservoar ................................................................. 38
Gambar 3.8 Pemilihan indikator kandungan lempung .................................... 39
Gambar 3.9 Evaluasi kandungan lempung ...................................................... 39
Gambar 3.10 Pemilihan model porositas dan metode saturasi air ...................... 40

xiii

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


Gambar 3.11 Porositas dan saturasi air .............................................................. 41
Gambar 3.12 Perhitungan nilai permeabilitas ................................................... 41
Gambar 3.13 Pembuatan cross plot porositas vs permeabilitas ......................... 42
Gambar 3.14 Hasil cross plot porositas vs permeabilitas ................................... 43
Gambar 3.15 Pembuatan cross plot porositas vs kandungan lempung ............... 43
Gambar 3.16 Hasil cross plot porositas vs kandungan lempung ........................ 44
Gambar 3.17 Menentukan cutoff untuk lumping .............................................. 44
Gambar 3.18 Hasil lumping ............................................................................. 45
Gambar 3.19 User formula untuk MOS ............................................................ 45
Gambar 4.1 Kandungan lempung sumur C Yates 9 (skala 1:1000) ................. 48
Gambar 4.2 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur C Yates 9 (skala
1:240) ......................................................................................... 49
Gambar 4.3 Kandungan lempung zona 6, 7, 8 ,9 dan zona 10 sumur C Yates
9 (skala 1:240) ............................................................................ 49
Gambar 4.4 Kandungan lempung sumur B Yates 11 (skala 1:1000) ............... 51
Gambar 4.5 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur B Yates 11 (skala
1:240) ......................................................................................... 52
Gambar 4.6 Kandungan lempung zona 21 dan zona 22 sumur B Yates 11
(skala 1:240) ............................................................................... 52
Gambar 4.7 Kandungan lempung sumur IG Yates 11 (skala 1:500) ................ 53
Gambar 4.8 Porositas dan SW sumur C Yates 9 (skala 1:1000) ...................... 55
Gambar 4.9 Porositas dan SW sumur B Yates 18D (skala 1:1000) ................. 56
Gambar 4.10 Porositas dan SW sumur Ashe C5 (skala 1:1000) ........................ 57
Gambar 4.11 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur C Yates 9 ......... 58
Gambar 4.12 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur B Yates 11 ....... 58
Gambar 4.13 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur IG Yates 19 ..... 59
Gambar 4.14 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur B Yates
15 ............................................................................................... 60
Gambar 4.15 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur B Yates
13 ............................................................................................... 60
Gambar 4.16 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur IG Yates
9A .............................................................................................. 61

xiv

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


Gambar 4.17 Zona net reservoar dan zona net pay sumur C Yates 9 .................. 62
Gambar 4.18 Zona net reservoar dan zona net pay sumur Ashe C6 ................... 63
Gambar 4.19 Zona net reservoar dan zona net pay sumur L. O. Fancher 5 ........ 64
Gambar 4.20 Porositas Pay Zona 1 ................................................................... 65
Gambar 4.21 Porositas Pay Zona 7 ................................................................... 65
Gambar 4.22 Porositas Pay Zona 21 ................................................................. 66
Gambar 4.23 Sw Pay Zona 1 ............................................................................ 66
Gambar 4.24 Sw Pay Zona 7 ............................................................................ 66
Gambar 4.25 Sw Pay Zona 21 .......................................................................... 67
Gambar 4.26 Vcl Pay Zona 1 ........................................................................... 67
Gambar 4.27 Vcl Pay Zona 7 ........................................................................... 67
Gambar 4.28 Vcl Pay Zona 21 ......................................................................... 68
Gambar 4.29 Contoh laporan hasil lumping reservoar ...................................... 69
Gambar 4.30 Lokasi sumur pada lapangan Boonsville ..................................... 70
Gambar 4.31 Kontak fluida dari arah B ke B' ................................................... 71
Gambar 4.32 Kontak fluida dari arah A ke A' ................................................... 72
Gambar 4.33 MOS, ROS, dan MHI pada sumur C Yates 9 ............................... 73
Gambar 4.34 MOS, ROS, dan MHI pada sumur IG Yates 13 .......................... 74

xv

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel data log sumur ........................................................................ 34


Tabel 4.1 Cutoff porositas dari hasil crossplot (cutoff permeabilitas 0.1 md).... 59
Tabel 4.2 Cutoff kandungan lempung dari hasil crossplot (cutoff porositas 4
%) .................................................................................................... 61

xvi

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi menjadi hal penting dalam berbagai kegiatan manusia dimana hampir
semua aspek kehidupan manusia tidak lepas dari penggunaan energi. Sehingga
kegiatan eksploitasi terhadap sumber energi menjadi hal yang lumrah dari dulu
hingga sekarang. Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia maka kebutuhan
akan energi pun ikut bertambah, yang mengakibatkan sumber energi tidak dapat
lagi di eksploitasi dengan mudah terutama energi yang tidak dapat diperbaharui
yang salah satunya adalah energi hidrokarbon, sumber energi utama di dunia saat
ini.

Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan eksplorasi terlebih dahulu dimana
dengan melakukan eksplorasi, kita dapat memprediksi kondisi bawah permukaan
sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan eksploitasi
hidrokarbon. Teknologi eksplorasi terus berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi global. Ditambah lagi dengan semakin tipis dan sulitnya menemukan
cadangan hidrokarbon. Integrasi ilmu geologi, geofisika, dan geokimia diterapkan
dalam kegiatan eksplorasi sehingga semakin meningkatkan rasio keberhasilan dari
kegiatan eksplorasi tersebut. Saat eksplorasi telah dilakukan dan berhasil
menemukan kandungan minyak bumi yang komersial, eksploitasi pun dilakukan.
Namun dengan dilakukannya eksploitasi tidak serta merta menghentikan kegiatan
eksplorasi. Eksplorasi terus berjalan seiring dengan kegiatan eksploitasi dengan
tujuan untuk mengembangkan zona, estimasi cadangan, dan meningkatkan
produksi hidrokarbon.

Secara umum kegiatan eksplorasi dapat menghasilkan data seismik, data log
sumur, dan data geologi. Data seismik mampu memberikan informasi spasial yang
luas, tetapi tidak mampu memberikan resolusi yang baik secara vertikal.

1
Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


2

Sebaliknya data log sumur mampu memberikan resolusi yang baik secara vertikal,
tetapi dengan informasi spasial yang sempit. Sehingga, dengan melakukan
integrasi data seismik dan data log sumur, yang di tunjang dengan data geologi,
dapat dihasilkan prediksi yang lebih meyakinkan tentang kondisi bawah
permukaan.

Lapangan Boonsville terletak di Wise-Jack, Fort Worth Basin, Texas Utara,


Amerika Serikat dan merupakan salah satu lapangan penghasil gas terbesar di
Amerika Serikat. Lapangan ini memproduksi gas dan minyak yang berasal dari
reservoar konglomerat Bend yang terbentuk pada tingkat Atoka, selama periode
Middle Pennsylvanian (Tanakov & Kelkar, 2000; Hardage et al., 1996). Distribusi
porositas dan permeabilitas batu pasir Boonsville dan sekitarnya tidak dapat
diprediksi karena pengaruh sistem highstand (HST) dan lowstand (LST)
menyebabkan erosi pada masa pembentukannya (Aissa, 2008). Fort Worth Basin
memiliki luas 140.000 km2, di selatan dan timur dibatasi garis yang mengikuti
struktur Ouachita, walaupun bagian substansial dari struktur ini termasuk dalam
wilayah Dallas. Di utara di batasi oleh garis batas antara negara bagian Texas dan
Oklahoma, dan di barat berbatasan dengan 3 provinsi Oklahoma tenggara
(provinsi Harmon, Jackson, dan Tillman).

Hidrokarbon Fort Worth Basin ditemukan pertama kali pada pertengahan abad ke
19. Hidrokarbon tersebut ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan
penggalian sumur air. Produksi minyak secara komersial baru dilakukan pertama
kali pada awal 1900an. Pada tahun 1917, ditemukan lapangan Ranger yang
kemudian mendorong munculnya kegiatan eksplorasi secara masif di Texas. Pada
tahun 1945, lapangan Boonsville ditemukan dan menghasilkan gas, namun
permintaan gas pada masa tersebut sedikit sehingga mengakibatkan lapangan
tersebut belum dikembangkan. Setelah jalur pipa gas yang menuju Chicago
dibangun pada tahun 1957, barulah lapangan Boonsville mulai dikembangkan.
Sampai saat ini, lapangan Boonsville telah menghasilkan 2,6 TSCF (Trillion
Standard Cubic Feet) gas dengan 2000 sumur yang masih aktif. (Hardage et al.,
1996).

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


3

Pada penelitian kali ini akan dilakukan evaluasi formasi reservoar pada lapangan
Boonsville berdasarkan analisa log petrofisika dari data 38 sumur yang berada
pada lapangan Boonsville. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pendukung untuk evaluasi kondisi reservoar pada lapangan Boonsville sehingga
dapat diperkirakan zona prospek hidrokarbon potensial, termasuk kandungan
hidrokarbon dan jenis hidrokarbon pada zona tersebut. Selain itu dapat pula
menjadi data masukan sebagai data evaluasi petrofisika untuk melakukan
pemodelan geostatik sebagai distribusi dari parameter fisika batuan dalam
reservoar.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk tugas akhir ini yaitu :


1. Melakukan evaluasi formasi dari data log sumur dan melakukan estimasi
parameter petrofisika batuan.
2. Mengetahui zona prospek hidrokarbon potensial berdasarkan nilai
kejenuhan air, kandungan lempung, dan porositas.
3. Pembuatan data statistik reservoar per lapisan (lumping).

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus, maka dilakukan pembatasan pada
beberapa hal :
1. Data yang digunakan adalah data yang berasal dari daerah lapangan
Boonsville.
2. Evaluasi formasi dan log sumur dilakukan pada 38 sumur.
3. Membuat analisa nilai parameter reservoar berupa porositas, kandungan
lempung, dan saturasi air.
4. Menentukan batas kontak fluida pada masing-masing zona reservoar.
5. Data statistik reservoar per lapisan diurutkan berdasarkan nama marker
dan kedalaman zona.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


4

1.4 Metodologi Skripsi

Penelitian ini diawali dengan melakukan tinjauan pustaka dengan mempelajari


teori-teori mengenai evaluasi formasi reservoar dengan menggunakan data log
baik itu berasal dari buku, paper, maupun situs-situs di internet. Sambil
melakukan tinjauan pustaka, dilakukan pula diskusi dengan dosen, pembimbing,
dan praktisi tentang permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Kemudian
dilakukan pengumpulan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini, lalu
dilakukan proses evaluasi formasi reservoar dengan data-data tersebut sambil
mengaplikasikan semua teori yang telah dipelajari sebelumnya.

Data-data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari 38 sumur pada lapangan
Boonsville. Secara umum proses pengolahan dan interpretasi data ditunjukkan
pada diagram alir di gambar 1.1.

Well Data

Pengkondisian data log

Pembuatan Zonasi Reservoar

Evaluasi Formasi

Vsh Sw Porosity

Reservoar Kontak

Pembuatan Lumping

Gambar 1. 1 Diagram alir proses pengolahan dan interpretasi data

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


5

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi terdiri atas lima bab yang secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut. Pada Bab 1 dibahas hal-hal yang melatar belakangi
dilakukannya studi ini, tujuan studi, pembatasan masalah, metode yang telah
dilakukan pada studi serta sistematika penulisan. Pembahasan berikutnya pada
Bab 2, membahas mengenai tinjauan geologi meliputi keadaan geologi regional
pada lapangan penelitian, yaitu lapangan Boonsville, stratigrafi dan litologi,
karakteristik reservoar dan sejarah produksinya. Dilanjutkan dengan teori-teori
dasar analisis log petrofisika yang mendasari proses pengerjaan penelitian ini.

Proses pengolahan data log sumur akan dijelaskan pada Bab 3, yang akan
mencakup proses perhitungan kandungan lempung, porositas dan saturasi air,
serta penentuan oil – water contact. Hasil dan pembahasan data terdapat pada Bab
4. Di bab ini analisa hasil proses pengolahan data sumur dipaparkan termasuk
kurva porositas, saturasi air, kandungan lempung, serta penampang oil – water
contact. Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini diberikan beberapa
kesimpulan yang didapatkan dari keseluruhan penelitian ini, dimana keseluruhan
hal tersebut akan terangkum dalam Bab 5.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


BAB 2
TINJAUAN GEOLOGI & TEORI DASAR

2.1 Kondisi Geologi Daerah Penelitian

Daerah yang di bahas dalam tugas akhir ini yaitu lapangan Boonsville yang
terletak di Fort Worth Basin, Texas, Amerika Serikat. Cakupan lapangan
Boonsville itu sendiri akan mengacu pada model lapangan Boonsville yang
dikeluarkan oleh Railroad Commission of Texas. Gambar 2.1 menunjukkan
lokasi Fort Worth Basin dimana area kotak hitam adalah area dimana 26 mil2 data
seismik 3D diperoleh dan merupakan proyek area yang akan dibahas dalam tugas
akhir ini.

2.1.1 Geologi regional lapangan Boonsville

Lapangan Boonsville memproduksi hidrokarbon (sebagian besar gas) yang berasal


dari reservoar batu pasir konglomerat yang terendap di Fort Worth Basin selama
periode Middle Pennsylvanian tepatnya pada tingkat Atoka. Secara umum,
mekanisme trapping-nya adalah fasies dan permeabilitas pinch-out. Reservoar
batu pasir di daerah ini tipis dan discontinue sehingga sulit untuk dilakukan
karakterisasi dan eksploitasi secara efektif. (Hardage et al., 1996).

Fort Worth Basin merupakan foreland basin Paleozoic akhir yang terisi oleh
sedimen dengan ketebalan maksimum mencapai 13.000 ft, yang sebagian besar
berumur Pennsylvanian (Hardage et al., 1996). Basin ini termasuk basin dewasa
yang terbentuk akibat Ouachita Foldbelt yang muncul karena adanya tumbukan
antara lempeng Amerika Selatan – Afrika dan lempeng Amerika Utara yang
kemudian dapat mempengaruhi lingkungan pengendapan pada Fort Worth Basin
(Aissa, 2008). Gambar 2.2 menunjukkan basin – basin yang muncul akibat
Ouchita Foldbelt. Hidrokarbon yang diproduksi dari basin ini berasal dari formasi

6
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
7

sedimen Ellenburger, Barnet Shale, Marble Falls, Atoka dan Strawn, tetapi hanya
formasi Atoka yang memiliki data lengkap (Tanakov, 1997).

Gambar 2. 1 Lokasi Lapangan Boonsville, Texas. Kotak hitam menunjukkan area akuisisi data
seismik 3D. (Tanakov, 1997)

Gambar 2. 2 Basin pada Ouachita Foldbelt (USGS)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
8

2.1.2 Stratigrafi dan Litologi

Secara umum, stratigrafi Fort Worth Basin ditunjukkan pada gambar 2.3. Secara
keseluruhan, Paleozoic dapat dibagi menjadi tiga interval berdasarkan sejarah
tektoniknya. (Montgomery, Jarvie, Bowker, & Polastro, 2005) :
1. Cambrian – Upper Ordovician Platform strata (Riley – Wilberns,
Ellenburger, Viola, Simpson)
2. Middle – Upper Mississippian strata (Chappel Formation, Barnet Shale,
Lower Marble Falls Formation)
3. Pennsylvanian strata (Upper Marble Falls Formation, Atoka, dll)

Interval Cambrian sampai Mississippian merupakan daerah cratonic shelf yang


terendapkan oleh karbonat, karst yang muncul pada batuan karbonat di akhir
Ellenburger di sebabkan oleh adanya penurunan air laut. Ouachita thrust pada
masa Mississippian menghasilkan ketidakselarasan sehingga terbentuk Barnet
shale. (Aissa, 2008).

Pennsylvanian strata dapat diklasifikasikan sebagai endapan yang terdiri dari


klastik regresif, dan karbonat transgersif. Endapan pada lower Pennsylvanian
terdiri dari konglomerat Atoka, sandstones, shale, dan limestone yang tipis. Pola
pengendapan di lapisan lower Pennsylvanian mengindikasikan daerah tersebut
adalah sumber sedimen aktif. Secara luas, reservoar hidrokarbon di Fort Worth
Basin berhubungan dengan endapan delta, fluvial, dan karbonat pada masa
Pennsylvanian. (Montgomery, Jarvie, Bowker, & Polastro, 2005).

Gambar 2.4 menunjukkan karakter umum dari well log pada lapangan
Boonsville. Interval konglomerat bend berdasarkan Railroad Commission of
Texas berada di antara Caddo Limestone sampai Marble Falls Limestone.
Konglomerat Bend dan Atoka Grup dapat dianggap sinonim, Thompson (1982)
membagi konglomerat bend menjadi dua interval, Lower Atoka dan Upper Atoka.
(Hardage et al., 1996).

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
9

Gambar 2. 3 Stratigrafi Fort Worth Basin (USGS; Montgomery, Jarvie, Bowker, & Polastro, 2005)

2.1.3 Karakteristik Reservoar

Ketebalan dari konglomerat bend di lapangan Boonsville bervariasi mulai dari


100 – 1.700 ft, dan di dalam proyek area bervariasi mulai dari 900 – lebih dari
1.300 ft. Ada 13 genetic sequence dalam interval ini seperti tampak pada gambar
2.4. Genetic sequence tersebut terdiri dari fasies upward – coarsening yang
dibatasi oleh marking maximum flooding surface (MFS). Sequence Caddo dan

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
10

Vineyard merupakan reservoar yang paling produktif dalam proyek area. Secara
umum sequence ini menghasilkan gas, tapi di beberapa bagian juga menghasilkan
minyak yaitu di bagian timur utara dan timur selatan dari proyek area. Sequence
Caddo merupakan reservoar penghasil minyak yang utama. (Hardage et al., 1996).

Gambar 2. 4 Karakter umum dari log pada lapangan Boonsville dengan 13 genetic sequence
(Tanakov, 1997)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
11

Umumnya konglomerat bend ditemukan di kedalaman 4.500 – 6.000 ft dengan


tekanan yang bervariasi mulai dari 1.400 – 2.200 psi, dimana gradien tekanan 0.35
– 0.4 psi/ft. Temperatur reservoar sekitar 150o F dengan permeabilitas bervariasi
mulai dari dibawah 0.1 md sampai lebih besar dari 10 md.

2.1.4 Analisa Batu Inti

Sampel batu inti yang dianalisa sebagian besar berasal dari interval batu pasir.
Batu inti ini diambil dari 4 sumur yaitu I. G. Yates 33 (5446 – 5472 ft), Sealy C-2
(4891 – 4910 ft), Craft Tarrant Water Board 3 (5370 – 5518 ft), dan Tarrant A-4
(4715 – 4750 ft; 4800 – 4841 ft; 5497 – 5566 ft). Sampel batu ini kemudian
dianalisa untuk porositas dan permeabilitas. Hasil analisa batu inti tersebut
terangkum dalam gambar 2.5 dan gambar 2.6. Dari hasil tersebut dapat dibagi
menjadi tiga kelompok data :
1. Kelompok pertama adalah area dimana porositas kurang dari 4 %. Titik
data ini menunjukkan area dengan fasies yang rapat dan tersementasi
dengan baik. Fasies ini tidak merepresentasikan batuan reservoar. Nilai
permeabilitasnya kemungkinan adalah permeabilitas yang disebabkan
microfractures yang terbentuk saat proses coring dan plugging.
2. Kelompok data kedua memiliki porositas 6 % sampai 16 % dan
permeabilitas 0.1 md sampai 200 md. Kelompok data ini didominasi oleh
fasies batu pasir.
3. Kelompok data ketiga memiliki porositas 6 % sampai 14 % dan
permeabilitas 0.1 md sampai 0.6 md. Kelompok data ini menunjukkan
batu pasir dengan permeabilitas rendah yang mungkin telah mengalami
proses sementasi.

Kelompok data kedua dan ketiga mengindikasikan batu pasir produktif pada
konglomerat bend terdiri dari dua atau lebih fasies.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
12

Gambar 2. 5 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu inti. Simbol
mengindikasikan sumur tempat sampel diambil. (Dimodifikasi dari Hardage et al., 1996)

Gambar 2. 6 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu inti. Simbol
mengindikasikan zona tempat sampel diambil. (Dimodifikasi dari Hardage et al., 1996)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
13

2.1.5 Sejarah Produksi

Gambar 2.7 menunjukkan grafik sejarah aktivitas pemboran di lapangan


Boonsville. Grafik tersebut memplot jumlah sumur yang di bor terhadap waktu
tahun pengeboran. Hanya sumur yang berada di dalam dan dekat proyek area saja
yang di plot dalam grafik ini namun tetap dapat merepresentasikan lapangan
Boonsville secara keseluruhan.

Pada tahun 1945, lapangan Boonsville ditemukan dan menghasilkan gas, namun
permintaan gas pada masa tersebut sedikit sehingga mengakibatkan lapangan
tersebut belum dikembangkan. Pengeboran baru marak di pertengahan sampai
akhir tahun 1950an setelah jalur pipa gas dari Wise County menuju Chicago
dibangun pada tahun 1957.

Pada november 1957, Railroad Commission of Texas mengeluarkan peraturan


yang hanya mengizinkan 1 sumur untuk setiap 320 hektar, sehingga di tahun 1960
– 1980 aktifitas pemboran menurun. Di tahun 1980, Railroad Commission
memodifikasi aturan tersebut dan mengizinkan 1 sumur untuk setiap 160 hektar
sehingga kembali meningkatkan aktifitas pemboran. Di tahun 1991 Railroad
Commission kembali mengurangi syarat tersebut, sehingga sumur dapat di bor
tiap 80 hektar. Sampai saat ini, lapangan Boonsville telah menghasilkan 2,6 TSCF
(Trillion Standard Cubic Feet) gas dengan 2000 sumur yang masih aktif.

Gambar 2. 7 Sejarah aktivitas pemboran di lapangan Boonsville (Hardage et al., 1996)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
14

2.2 Teori Dasar Analisa Petrofisika

Dalam suatu tahap pemboran sumur-sumur eksplorasi perlu dilakukan


pengumpulan informasi sebanyak mungkin sehingga dapat diperoleh interpretasi
yang mendalam dari sebuah sumur. Dengan demikian korelasi yang dilakukan
antara satu sumur dengan sumur lainnya dapat dilakukan dengan lebih baik pada
saat pengembangan suatu lapangan minyak.

Analisa petrofisika adalah suatu upaya untuk memahami ciri dan sifat-sifat fisika
batuan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil pengukuran pada lubang
sumur. Analisa petrofisika sangat penting untuk memastikan ada tidaknya
hidrokarbon di bawah permukaan tanah. Pengukuran pada lubang sumur dapat
dikategorikan menjadi 4 kategori (Harsono, 1997):
1. Log operasi pemboran (log lumpur (mud logs), MWD dan LWD (Log
While Drilling))
2. Analisis batu inti
3. Log sumur dengan kabel (elektrik, akustik, radioaktif, elektromagnetik,
ultrasonik, medan magnet, NMR (Nuclear Magnetic Resonance),
temperatur dan tekanan, pengambilan sampel batu inti dan fluida)
4. Uji produksi kandungan lapisan

Dengan melakukan analisa petrofisika, maka parameter petrofisika batuan seperti


porositas batuan, saturasi air, kandungan lempung, dan permeabilitas dari batuan
di reservoar dapat diketahui. Sehingga nantinya dapat digunakan untuk melakukan
identifikasi dan modelling reservoar serta estimasi cadangan hidrokarbon.

2.2.1 Wireline Logs

Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur (Harsono, 1997). Log diperoleh dari operasi logging di sumur terbuka yang
umumnya dimulai dari kedalaman maksimum (total depth) sampai dengan sepatu

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
15

selubung (casing shoe). Kurva log mampu memberikan informasi tentang sifat-
sifat batuan dan cairan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya di dalam
sumur. Operasi logging yang baik memiliki interval yang tidak terlalu panjang
sehingga dapat di peroleh informasi yang lebih akurat dan menghindari
keterbukaan lapisan formasi yang terlalu lama terhadap sistem lumpur.

2.2.1.1 Log Gamma Ray

Prinsip dasar dari log gamma ray yaitu melakukan pengukuran tingkat radioaktif
alami bumi. Radioaktif alami tersebut berasal dari unsur – unsur radioaktif yang
berada di dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Unsur – unsur radioaktif
tersebut antara lain Uranium, Thorium, Potassium. Unsur radioaktif tersebut
cenderung mengendap di dalam shale yang prosesnya terjadi saat perubahan
geologi batuan, sedangkan pada sandstone, limestone, dolomite sangat sedikit
jumlahnya. Sehingga log ini sangat efektif digunakan untuk melakukan evaluasi
formasi pada lingkungan pengendapan fluvial deltaic yang sistem perlapisannya
terdiri dari sandstone atau shale.

Unsur – unsur radioaktif akan memancarkan gamma ray dalam bentuk pulsa
energi radiasi tinggi yang mampu menembus batuan sehingga dapat dideteksi oleh
detektor gamma ray. Karena pulsa – pulsa energinya mampu menembus batuan
maka logging gamma ray dapat dilakukan meskipun lubang bor telah dipasang
casing. Tiap pulsa yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor
sehingga parameter yang di rekam adalah jumlah pulsa yang tercatat per satuan
waktu.

Log gamma ray memiliki satuan API (American Petroleum Institute) yang
biasanya dalam skala berkisar 0 – 150 API atau 0 – 200 API jika terdapat lapisan
organic rich shale.

Karena kemampuannya yang mampu memisahkan shale dari lapisan permeabel,


log gamma ray dapat digunakan untuk mengukur kandungan shale dalam lapisan
batuan. Selain itu dapat pula digunakan untuk well to well correlation dan

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
16

penentuan sequence boundary dengan cara mengidentifikasi Maximum Flooding


Surface (MFS).

Gambar 2. 8 Efek perbedaan litologi pada log gamma ray (Glover, 2007)

2.2.1.2 Log Spontaneous Potential

Prinsip dasar dari log Spontaneous Potential (SP) adalah merekam beda potensial
antara elektroda yang bergerak sepanjang lubang bor dengan elektroda yang diam
di atas permukaan. Satuan yang digunakan adalah milivolt (mV).

Elektroda yang bergerak di dalam lubang bor membutuhkan medium konduktif


sehingga arus listrik dari formasi batuan dapat dihantarkan ke elektroda, sehingga
apabila lumpur yang digunakan tidak konduktif, log SP tidak dapat dilakukan.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
17

Penyimpangan pada log SP disebabkan oleh adanya aliran arus listrik di dalam
lumpur yang muncul akibat tenaga elektromotif di dalam formasi batuan, yaitu
komponen elektrokimia dan elektrokinetik.

Log SP biasanya akan menunjukkan garis lurus (baseline) pada lapisan shale dan
bila bertemu dengan lapisan permeabel, log SP akan menyimpang dari baseline
dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang tebal seperti sand.
Penyimpangan log SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung dari kadar garam air
formasi dan filtrasi lumpur. Apabila lumpur lebih tawar dari air formasi, log SP
akan menyimpang ke kiri dan sebaliknya apabila air formasi lebih tawar dari
lumpur maka log SP akan menyimpang ke kanan.

Gambar 2. 9 Konfigurasi alat log SP (Glover, 2007)

Kemiringan log SP di setiap kedalaman akan sebanding dengan intensitas arus SP


dalam lumpur pada kedalaman tersebut. Intensitas arus SP akan maksimum pada
batas – batas formasi permeabel sehingga pada batas – batas permeabel tersebut
akan terjadi kemiringan log SP yang maksimum pula. Bentuk serta besar
kemiringan dari log SP di tentukan oleh faktor – faktor berikut :
1. Ketebalan formasi
2. Resitivitas formasi dan formasi – formasi yang berdekatan
3. Resistivitas lumpur

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
18

4. Diameter lubang bor


5. Kedalam zona rembesan

Gambar 2. 10 Respon umum dari alat log SP (Glover, 2007)

Log SP dapat digunakan untuk :


1. Identifikasi lapisan permeabel
2. Menentukan batas lapisan dan korelasi antar sumur
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi
4. Mengukur kandungan shale

2.2.1.3 Log Resistivity

Prinsip dasar dari log resistivity yaitu mengukur sifat resistivitas listrik dari
batuan formasi. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dalam satuan
Ohmmeter, dan di tampilkan dalam skala logaritmik dengan nilai antara 0.2 –
2000 Ohmmeter.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
19

Untuk mengukur resistivitas dari formasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
mengirimkan arus bolak balik langsung ke formasi (alat laterolog) atau
menginduksikan arus listrik ke dalam formasi (alat induksi).

Alat laterolog ganda (Dual Laterolog (DLT)) mengfokuskan arus listrik secara
lateral masuk ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis. Dengan mengukur
tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik yang tetap,
resistivitas dapat dihitung dengan menggunakan hukum Ohm. Alat DLT terdiri
dari 2 bagian, bagian pertama memiliki elektroda yang diatur sehingga dapat
memaksa arus listrik masuk sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur
resistivitas laterolog dalam (LLd) dan bagian kedua memiliki elektroda yang
diatur agar lembar arus listrik yang terbuka sedikit sehingga hanya dapat
mengukur resistivitas laterolog dangkal (LLs). Hal ini hanya dapat tercapai jika
digunakan arus bolak balik dengan frekuensi yang berbeda.

Alat induksi terdiri dari 2 set kumparan yang disusun dalam batangan non-
konduktif. Saat arus listrik dialirkan ke dalam kumparan pemancar, maka akan
timbul medan magnet (medan magnet primer) disekitar kumparan pemancar
tersebut. Medan magnet tersebut kemudian akan membangkitkan arus eddy di
dalam formasi di sekitar alat induksi. Arus eddy tersebut akan menghasilkan
medan magnet pula (medan magnet sekunder) yang akan dapat dideteksi oleh
kumparan penerima dan menghasilkan arus emf di kumparan penerima. Kuat arus
emf yang terjadi di kumparan penerima akan sebanding dengan kekuatan medan
magnet sekunder dan sebanding dengan arus eddy dan sebanding pula dengan
konduktifitas dari formasi. Karena parameter yang diukur adalah konduktifitas
maka alat induksi biasa disebut alat konduktifitas dan alat laterolog disebut alat
resistivitas. Perbedaan ini akan menentukan jenis alat yang digunakan sesuai
dengan kondisi lumpur dan formasi batuan. Alat induksi lebih tepat digunakan
untuk resistivitas rendah hingga menengah sedangkan alat laterolog untuk
resistivitas menengah hingga tinggi.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
20

Gambar 2. 11 Prinsip kerja alat log induksi (Harsono, 1997)

Gambar 2. 12 Respon umum dari alat log Induksi (Glover, 2007)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
21

Log resistivity dapat digunakan untuk :


1. Interpretasi pintas untuk mendeteksi hidrokarbon
2. Menentukan nilai saturasi air (Sw)
3. Menentukan diameter rembesan
4. Menentukan resistivitas air formasi (Rw)

2.2.1.4 Log Sonic

Setiap benda padat dapat menjadi medium perambatan gelombang akustik. Jika
gelombang suara merambat dari satu titik ke titik lainnya dalam benda padat, dan
jarak kedua titik tersebut diketahui maka kecepatan gelombang suara didalam
benda padat tersebut dapat diketahui dengan menghitung waktu perambatan
gelombang antara kedua titik. Sehingga prinsip dasar dari alat sonik yaitu
mengukur waktu perambatan gelombang suara yang melalui formasi pada jarak
tertentu. Alat sonik terdiri dari pemancar dan penerima yang dipisahkan pada
jarak tertentu. Namun jika hanya terdapat satu pemancar dan satu penerima, akan
terjadi masalah yang disebabkan oleh kikisan pada lubang sumur atau pengaruh
kemiringan alat, oleh karena ini dikembangkan sistem alat baru yaitu Borehole
Compensated Sonic Tool (BHC) yang menggunakan dua pemancar dan empat
penerima yang di rangkai sedemikian rupa sehingga pengaruh dari lubang bor
dapat dikecilkan.

Walaupun alat sonik mengukur waktu rambat gelombang suara namun log sonik
menampilkan hasilnya dalam besaran waktu transit (transit time) dengan satuan
µs/ft. Satuan ini dapat secara baik memberikan pembacaan yang ditemukan dalam
logging normal dengan nilai berkisar 40 – 200 µs/ft. Namun sebagian besar
formasi memberikan tanggapan nilai berkisar 40 – 140 µs/ft, sehingga skala log
yang biasa dipakai adalah 140 – 40 µs/ft.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
22

Gambar 2. 13 Respon umum dari alat log sonik (Glover, 2007)

2.2.1.5 Log Density

Pengukuran log densitas memanfaatkan fenomena hamburan Compton (Compton


Scattering). Alat pengukur log densitas disebut Formation Density Condensated
(FDC) dimana alat ini akan mengemisikan gamma ray dari sumber di alat FDC ke
dalam formasi batuan. Gamma ray disini dapat dianggap sebagai energi partikel
foton yang nantinya akan bertumbukan dengan elektron dari atom di dalam
formasi sehingga terjadi fenomena hamburan Compton. Saat proses tersebut
terjadi, foton gamma ray akan kehilangan sebagian energinya karena diserap oleh
elektron dan kemudian dihamburkan ke arah yang tidak sama dengan arah foton
awal. Sedangkan elektron yang menyerap energi foton mampu melepaskan diri
dari atom dan menjadi elektron bebas. Hamburan foton gamma ray yang
energinya telah berkurang kemudian masih dapat menendang keluar elektron –

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
23

elektron di atom lain dalam proses tumbukan lanjutan sampai energi foton
tersebut terserap secara keseluruhan.

Jumlah elektron yang ditendang keluar oleh foton merupakan fungsi dari tenaga
foton dan jenis mineral. Dengan mengukur densitas elektron (jumlah elektron per
satuan volume) akibat hamburan Compton maka densitas dari formasi dapat
diketahui. Semakin besar densitas elektron maka semakin padat butiran / mineral
penyusun batuan di dalam formasi.

Alat FDC memiliki dua buah detektor, detektor yang letaknya lebih jauh dari
sumber radiasi disebut detektor sumbu panjang, dimana detektor ini memegang
peranan penting dalam pengukuran densitas. Detektor yang letaknya lebih dekat
dengan sumber radiasi disebut detektor sumbu pendek, dimana detektor ini sangat
dipengaruhi oleh lumpur. Perbedaan densitas antara detektor sumbu pendek dan
detektor sumbu panjang dijadikan sebagai koreksi yang harus ditambahkan atau
dikurangkan kepada detektor sumbu panjang.

Gambar 2. 14 Penampang alat log densitas (Glover, 2007)

Log densitas dapat digunakan untuk mengukur nilai porositas, melakukan korelasi
antara sumur, dan mengenali komposisi atau indikasi fluida dalam formasi.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
24

2.2.1.6 Log Neutron

Pengukuran log neutron dilakukan dengan memancarkan neutron secara kontinu


ke dalam formasi. Menurut teori fisika nuklir terdapat beberapa macam interaksi
yang mungkin terjadi yaitu :
1. Tumbukan elastis
Partikel neutron terpental setelah bertumbukan dengan inti atom di dalam
formasi tanpa terjadi reaksi.
2. Tumbukan inelastis
Sebagian energi neutron diserap oleh inti atom, sehingga inti atom dapat
berpindah tingkat energi atom yang lebih tinggi, kemudian melapuk dan
mengemisikan gamma ray.
3. Tangkapan neutron
Energi neutron diserap seluruhnya oleh inti atom sehingga dapat berpindah
ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian melapuk dan mengemisikan
gamma ray.
4. Aktivasi
Mengalami proses yang sama dengan tangkapan neutron namun yang
diemisikan tidak hanya gamma ray namun juga sinar beta dan elektron.

Alat neutron (Compensated Neutron Tool (CNT)) menggunakan sumber radiasi


dari bahan AmBe dengan kekuatan 16 curie. Tanggapan alat neutron
mencerminkan jumlah atom hidrogen di dalam formasi.

Minyak dan air memiliki jumlah hidrogen per unit volume yang hampir sama
sehingga neutron dapat memberikan tanggapan porositas fluida pada formasi
bersih. Namun pada formasi lempung, alat neutron akan menunjukkan tanggapan
porositas fluida yang lebih tinggi dari seharusnya karena lempung mengandung
atom hidrogen yang lebih banyak dalam susunan molekulnya.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
25

Gas memiliki konsentrasi hidrogen yang lebih rendah sehingga alat neutron akan
menunjukkan tanggapan porositas yang lebih rendah dari seharusnya bila bertemu
formasi yang mengandung gas.

Adanya cairan garam di daerah rembesan akibat lumpur juga akan mempengaruhi
tanggapan porositas alat neutron. Cairan garam tersebut akan mengurangi
konsentrasi atom hidrogen sehingga nilai tanggapan porositas alat neutron perlu
dikoreksi terhadap salinitas.

Gambar 2. 15 Respon umum dari alat log neutron (Glover, 2007)

2.2.2 Data Batu Inti

Data batu inti umumnya hanya mengungkapkan bagian formasi yang sangat
dangkal di sekitar lubang bor. Ukuran sampel batu inti umumnya kecil
dibandingkan lapisan reservoar sesungguhnya, sehingga sifat – sifat reservoar

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
26

yang diuraikan dari sebuah batu inti memiliki variasi dibandingkan data rerata
dari volume batuan yang lebih besar. Hambatan lain yang dijumpai dalam analisa
batu inti adalah ketika menghubungkan permeabilitas dengan sifat – sifat aliran
lapisan yang lebih besar dan juga dalam penentuan permeabilitas vertikal.

Karena alasan biaya dan teknis, umumnya industri migas hanya mengambil
sampel batu inti dari sumur – sumur pilihan. Sampel batu inti tersebut kemudian
dianalisa secara rinci untuk mengembangkan model geologi dan menentukan
hubungan antara parameter petrofisika formasi seperti porositas, permeabilitas,
dan saturasi, yang juga dapat diperoleh dari data log.

2.2.3 Parameter Petrofisika Batuan

Sifat-sifat batuan yang penting untuk analisis log adalah porositas, kejenuhan air,
dan permeabilitas. Parameter lain yang penting dalam melakukan analisa
petrofisika adalah rasio kandungan lempung. Dengan mengetahui rasio
kandungan lempung dan porositas, estimasi potensi reservoar dapat diketahui.
Dengan tambahan parameter kejenuhan air, banyaknya kandungan hidrokarbon di
dalam reservoar dapat diketahui. Dengan parameter permeabilitas dapat diketahui
pula pada tingkat mana hidrokarbon tersebut dapat diproduksi.

2.2.3.1 Kandungan Lempung (Vsh)

Kandungan lempung merupakan rasio kandungan lempung di dalam formasi,


biasanya dinyatakan dalam persen namun dalam log di beri skala 0 – 1. Nilai
kandungan lempung dapat diperoleh dari 2 jenis indikator, indikator kurva tunggal
dan indikator kurva ganda (crossplot). Indikator kurva tunggal adalah log gamma
ray, SP, Neutron, dan resistivitas, sedangkan indikator kurva ganda adalah
densitas – neutron dan densitas – sonik. Yang paling populer digunakan yaitu
indikator dari gamma ray karena mampu memberikan resolusi yang lebih baik
dibandingkan dengan indikator lainnya. Tidak ada pedoman yang mengharuskan
cara menentukan nilai kandungan lempung, semuanya berdasarkan pertimbangan

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
27

pengalaman pribadi, pengetahuan geologi lokal, hasil analisa inti, mutu dari
masing – masing kurva dan faktor – faktor lainnya. Namun biasanya para log
analisis mengambil nilai kandungan lempung yang terkecil atau nilai rata – rata.

Kandungan lempung dari log gamma ray dapat dihitung dengan menggunakan
metode berikut :

= (2.1)

Dimana :
GR = GR pada kedalaman penetrasi
GRclean = GR pada zona bersih
GRclay = GR pada lempung

Jika Z < 0.55 maka,


= 0.0006078 × (100.0 × ) (2.2)
Jika 0.55 < Z < 0.73 maka,
= 2.1212 × − 0.81667 (2.3)
Jika 0.73 < Z < 1 maka,
= (2.4)

Untuk log SP :

= (2.5)

Untuk log neutron :


∅ ∅ ∅
= × (2.6)
∅ ∅ ∅

Untuk log resistivitas :



= ×
(2.7)

Vclay = Z kecuali jika Rt > 2Rclay maka,


. ×( )
= 0.5 × (2 × ) (2.8)

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
28

2.2.3.2 Porositas

Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat.
Pada formasi renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung
pada distribusi ukuran butir, tidak pada ukuran butir mutlak. Porositas akan
menjadi tinggi jika butirannya berukuran sama, akan kecil jika ukuran butirnya
bervariasi karena butiran yang kecil akan mengisi ruang antara butiran besar. Pada
formasi rapat (consolidated formation) porositas mendekati nol karena partikel –
partikel batuan bergabung bersama material yang mengandung silika atau zat
kapur. Ada beberapa macam porositas :
1. Porositas total (ϕt)
Merupakan perbandingan antara ruang kosong (pori – pori, retakan,
rekahan, gerohong) total yang tidak terisi oleh benda padat yang ada di
antara elemen – elemen mineral dari batuan, dengan volume total batuan.
2. Porositas bersambungan (ϕconnected)
Merupakan bagian dari ruang kosong yang bersambungan di dalam
batuan.
3. Porositas potensial (ϕpot)
Merupakan ukuran jalur pori – pori pada batasan tertentu di mana fluida
tidak dapat lagi mengalir
4. Porositas efektif (ϕe)
Merupakan porositas yang dapat dilalui oleh fluida bebas, tidak termasuk
porositas yang tidak bersambungan, dan ruangan yang terisi oleh air
resapan dari air ikat serpih.

Nilai porositas dapat di cari dengan menggunakan log porositas seperti sonik atau
densitas – neutron.

Model porositas sonik dihitung dengan menggunakan rumus Wylie dengan


koreksi terhadap kandungan lempung dan koreksi hidrokarbon.
∆ ∆ × (∆ ∆ )
= ) ∆
(2.9)
∆ × ∆ × ( ×

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
29

Dimana :
= Porositas sonik
∆ = Interval sonik dari log
∆ = Interval sonik matrix batuan
= Kandungan lempung
∆ = Interval sonik clay
∆ = Interval sonik fluida (freshwater mud = 189 µsec/ft)
∆ = Interval sonik hidrokarbon
= Saturasi zona rembesan
= Faktor kompaksi

Sedangkan untuk porositas densitas dikoreksi pula terhadap kandungan lempung


dan hidrokarbon, dengan menggunakan rumus,
× ( )
= (2.10)
× × ( )

Dimana :
= Porositas densitas
= Densitas bulk formasi (dari log)
= Densitas matrix batuan
= Kandungan lempung
= Densitas clay
= Densitas fluida
= Densitas hidrokarbon
= Saturasi zona rembesan

Model porositas densitas neutron menggunakan dua input porositas yaitu


porositas densitas dan porositas neutron,

∅ ∅
= (2.11)

Dimana = porositas densitas, dan = porositas neutron.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
30

2.2.3.3 Saturasi Air (S w)

Bagian dari ruang pori yang berisi air disebut kejenuhan atau saturasi air (Sw).
Sisa bagian yang berisi minyak atau gas disebut saturasi hidrokarbon (Sh) yang
nilainya (1 – Sw). Secara umum diasumsikan bahwa reservoar terisi air terlebih
dahulu yang kemudian selama kurun waktu tertentu minyak atau gas yang
terbentuk di tempat lain pindah ke reservoar dan menggantikan air pada ruang
pori yang lebih besar. Namun tidak semua air dapat dipindahkan sehingga ada
saturasi sisa (irreducible water saturation (Sw(irr))) yang menunjukkan air yang
tertinggal karena tegangan permukaaan pada permukaan butiran, kontak butiran,
dan di dalam celah – celah yang sangat kecil. Air sisa tersebut tidak akan mengalir
ketika formasi dibuka dan diproduksi.

Ada berbagai macam metode untuk menghitung nilai saturasi air, tergantung dari
lingkungan pengendapan, kandungan lempung, dan faktor – faktor lainnya.

2.2.3.4 Permeabilitas (K)

Permeabilitas (K) adalah ukuran kemampuan batuan untuk melewatkan fluida.


Permeabilitas berhubungan dengan porositas namun tidak selalu tergantung
terhadap besar kecilnya porositas tersebut. Permeabilitas dinyatakan dalam
millidarcys (md), 1000 md adalah tinggi dan 1.0 md adalah rendah untuk ukuran
produksi.

Batuan dikatakan permeabel jika mempunyai porositas yang saling berhubungan.


Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada ukuran butir
batuan. Sedimen dengan butiran besar dengan pori – pori besar mempunyai
permeabilitas tinggi, sedangkan batuan berbutir halus dengan pori – pori kecil dan
alur yang berliku – liku mempunyai permeabilitas rendah.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
31

2.2.3.5 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)

Reservoar dengan porositas dan permeabilitas yang tinggi akan menghasilkan


Movable Oil Saturation (MOS) yang tinggi pula. Parameter ini merepresentasikan
rasio hidrokarbon yang dapat bergerak dan dapat diproduksi. Sebaliknya Residual
Oil Saturation (ROS) merepresentasikan rasio hidrokarbon yang tidak dapat
bergerak dan tidak dapat diproduksi. Hidrokarbon tersebut akan tetap berada di
dalam reservoar bila dilakukan pengeboran, sehingga perlu dilakukan teknik
khusus jika melakukan eksploitasi di reservoar dengan nilai ROS yang tinggi.
Umumnya reservoar dengan Movable Hydrocarbon Index (MHI) kurang dari 0.7
dianggap sebagai reservoar yang produktif.

MOS = Sxo – Sw (2.12)

ROS = 1.0 – Sxo (2.13)

MHI = Sw / Sxo (2.14)

2.2.4 Lumping (Pembungkalan)

Untuk pemetaan dan gridding diperlukan suatu deskripsi yang lebih sederhana
dari parameter – parameter petrofisika di dalam zona reservoar di setiap sumur.
Proses deskripsi tersebut disebut lumping atau pembungkalan.

Nilai bungkal dari suatu parameter adalah nilai kumulatif dari parameter itu di
dalam zona tersebut. Nilai kumulatif adalah jumlah dari parameter pada setiap
kedalaman sampling dikalikan dengan interval sampling. Nilai rata – rata adalah
nilai bungkal dibagi dengan tebal zona yang ditentukan dengan penggalan –
penggalan total, net, atau net pay. Fungsi dari penggalan yaitu untuk
menghilangkan bagian reservoar yang dianggap tidak produktif.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
32

Umumnya data rata – rata dari porositas , saturasi air, dan kandungan lempung
ditampilkan sebagai tabel data dengan tiga jenis estimasi cadangan :
1. Total pay ; tidak menggunakan penggalan
2. Net ; menggunakan penggalan porositas dan kandungan lempung, nilai
porositas yang rendah dan nilai kandungan lempung yang tinggi tidak
dipilih.
3. Net pay ; sama seperti net namun dengan menambahkan parameter
saturasi air, nilai saturasi air yang tinggi di atas nilai penggalan tidak
diambil.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
BAB 3
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data

Data yang digunakan pada penelitian yaitu data sumur pada lapangan Boonsville
yang terdiri dari 38 sumur yang berlokasi di dalam area 3D seismik. Data sumur
tersebut telah dibuat menjadi data publik oleh 3 perusahaan yang mengambil alih
lapangan tersebut yaitu OXY USA, Arc Petroleum, dan Enserch. Posisi sumur –
sumur tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.

Setiap sumur telah dilakukan proses logging dan hasilnya telah di digitalisasi
dengan step kedalaman 0.5 ft. Tipe data log yang tersedia dari 38 sumur tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.1.

Gambar 3. 1 Peta lokasi 38 sumur pada Lapangan Boonsville (Tanakov, 1997)

33
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
34

Tabel 3.1 Tabel data log sumur

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
35

3.2 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam tugas akhir ini dilakukan dengan alur
pengerjaan seperti di tunjukkan pada gambar 3.2.

Well Data

Pengkondisian data log

Pembuatan Zonasi Reservoar

Evaluasi Formasi

Vsh Sw Porosity

Reservoar Kontak

Pembuatan Lumping
Gambar 3. 2 Diagram alir proses pengolahan data

3.2.1 Pengkondisian data log

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengkondisian data log
yang meliputi input data well header, membuat kurva temperatur, dan melakukan
koreksi lingkungan.

Input data well header dilakukan untuk melengkapi informasi pada well header
data log seperti informasi umum dari sumur, posisi, dan default parameters.
Proses ini perlu dilakukan karena informasi – informasi tersebut akan dipakai
dalam proses pengolahan data selanjutnya.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
36

Gambar 3. 3 Input data well header

Proses selanjutnya yaitu membuat kurva temperatur. Ada 2 metode yang dapat
digunakan yaitu dengan memasukkan nilai temperatur dari beberapa titik
(minimal 2) kedalaman yang berbeda atau dengan memasukkan nilai gradien
temperatur. Karena tidak adanya data nilai gradien temperatur dari sumur – sumur
yang diteliti, maka pembuatan kurva temperatur dalam penelitian ini
menggunakan metode pertama. Titik yang dimasukkan yaitu kelly bushing (KB)
dan bottom depth. Dari proses ini akan dihasilkan kurva temperatur yang nantinya
akan digunakan untuk koreksi lingkungan.

Gambar 3. 4 Membuat kurva temperatur

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
37

Tahap pengkondisian data log selanjutnya yaitu melakukan koreksi lingkungan.


Dalam penelitian ini digunakan modul koreksi lingkungan schlumberger. Tidak
semua sumur dapat dilakukan koreksi lingkungan, hanya sumur yang mempunyai
data kaliper saja yang dilakukan koreksi lingkungan. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan lubang bor. Koreksi dilakukan pada log gamma
ray, density, neutron dan induction log.

Gambar 3. 5 Input data koreksi lingkungan pada neutron log

3.2.2 Pembuatan Zonasi Reservoar

Tahap pengolahan data selanjutnya yaitu pembuatan zonasi reservoar. Zonasi di


buat dengan melakukan interpretasi pintas kesamaan litologi batuan berdasarkan
log gamma ray, SP, dan log resitivitas. Zonasi ini disesuaikan pula dengan
horizon pada data seismik. Banyaknya zonasi pada masing – masing sumur
bervariasi mulai dari 2 – 27 zona. Zonasi ini berguna untuk melakukan korelasi
antar sumur.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
38

Gambar 3. 6 Membuat zonasi reservoar

Gambar 3. 7 Hasil zonasi reservoar

3.2.3 Kandungan Lempung

Kandungan lempung dihitung dengan menggunakan indikator tunggal dan


indikator ganda. Indikator tunggal terdiri dari gamma ray, neutron, resistivity, dan
SP. Sedangkan indikator ganda terdiri dari density – neutron, density – sonic, dan
sonic – neutron.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
39

Secara umum kandungan shale yang dihitung pada sumur daerah penelitian
menggunakan indikator log gamma ray, indikator lainnya hanya dijadikan sebagai
penunjang.

Gambar 3. 8 Pemilihan indikator kandungan lempung

Gambar 3. 9 Evaluasi kandungan lempung

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
40

3.2.4 Porositas dan Saturasi Air

Proses pengolahan data selanjutnya yaitu menghitung nilai porositas dan saturasi
air. Dari 38 sumur di derah penelitian, hanya 15 sumur yang memiliki log
porositas sehingga perhitungan porositas dan saturasi air hanya dilakukan pada 15
sumur tersebut. Model porositas yang digunakan sebagian besar adalah neutron
density, namun khusus sumur B Yates 11 dan C Yates 9 menggunakan model
porositas density karena kedua sumur tersebut tidak memiliki log neutron.
Sedangkan sumur Ashe C5 menggunakan model porositas sonik karena sumur
tersebut hanya memiliki log sonik.

Hasil pengamatan pada data batu inti mengindikasikan bahwa konglomerat bend
sebagian besar terdiri dari fluvial sand dan shale, dengan banyak material
karbonat dalam bentuk semen. Marine shale dan limestone murni juga muncul.
Sehingga untuk mengukur saturasi air yang paling akurat, di gunakan medote dua
air (dual water). (Hardage et al., 1996)

Gambar 3. 10 Pemilihan model porositas dan metode saturasi air

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
41

Gambar 3. 11 Porositas dan saturasi air

3.2.5 Evaluasi Permeabilitas

Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk melewatkan fluida. Dalam


penelitian ini, permeabilitas dihitung dengan menggunakan schlumberger chart
K3.

Gambar 3. 12 Perhitungan nilai permeabilitas

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
42

3.2.6 Nilai Penggal (cutoffs)

Setelah menghitung semua parameter petrofisika batuan maka kemudian


dilakukan penentuan zona reservoar dan zona produktif. Dalam menentukan zona
tersebut maka diperlukan batasan geologi yang mampu memisahkan antara
lapisan batuan yang berpotensi hidrokarbon dan tidak. Batasan – batasan geologi
tersebut berupa parameter cutoff pada parameter petrofisika yang telah di peroleh.

Parameter cutoff porositas di pilih dengan melakukan crossplot porositas vs


permeabilitas. Nilai cutoff permeabilitas ditentukan dari hasil analisa batu inti
yang dilakukan oleh Hardage yaitu 0.1 md. Dari hasil crossplot diperoleh nilai
cutoff porositas.

Gambar 3. 13 Pembuatan cross plot porositas versus permeabilitas

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
43

Gambar 3. 14 Hasil cross plot porositas versus permeabilitas

Parameter cutoff kandungan lempung pada penelitian ini dipilih untuk


menghilangkan bagian shale yang dapat mengakibatkan tingginya hasil hitungan
porositas karena pengaruh kondisi lubang bor yang buruk. Dalam penelitian ini
nilai cutoff kandungan lempung ditentukan dengan melakukan crossplot antara
porositas dengan kandungan lempung. Nilai cutoff saturasi air 60 % juga
digunakan untuk menentukan zona net pay.

Gambar 3. 15 Pembuatan cross plot porositas versus kandungan lempung

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
44

Gambar 3. 16 Hasil cross plot porositas versus kandungan lempung

Kemudian nilai cutoff yang diperoleh dimasukkan sebagai data input penentuan
zona reservoar dan zona net pay (proses lumping).

Gambar 3. 17 Menentukan cutoff untuk lumping

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
45

Gambar 3. 18 Hasil lumping

3.2.7 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)

Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan Movable
Hydrocarbon Index (MHI) dibuat dengan membuat user formula kurva MOS,
ROS, dan MHI dengan rumus,

MOS = Sxo – Sw (3.1)


ROS = 1.0 – Sxo (3.2)
MHI = Sw / Sxo (3.3)

Gambar 3. 19 User formula untuk MOS

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
46

3.2.8 Kontak Fluida

Kontak fluida ditentukan dengan melihat nilai relatif dari kurva Sw. Nilai relatif
kurang dari 0.2 ditetapkan sebagai zona gas dan nilai relatif antara 0.6 – 0.2
ditetapkan sebagai zona oil. Nilai relatif di atas 0.6 ditetapkan sebagai zona non
produktif (zona air).

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Lempung

Penghitungan kandungan lempung dilakukan pada 38 sumur dengan


menggunakan indikator tunggal (gamma ray, SP, dan resistivity) dan indikator
ganda (densisty – neutron). Semua sumur memiliki log SP, hanya 33 sumur yang
memiliki log resistivity, sedangkan log gamma ray hanya terdapat pada 19 sumur
dan indikator ganda hanya terdapat pada 12 sumur. Dalam penelitian ini log
gamma ray dipakai sebagai acuan utama dalam menentukan nilai kandungan
lempung, log indikator lainnya hanya dipakai sebagai penunjang. Untuk sumur
yang tidak memiliki log gamma ray maka log SP yang dipakai sebagai acuan
utama. Dari hasil penghitungan kandungan lempung berbagai indikator diatas,
nilai kandungan lempung yang paling kecil yang diambil untuk pengolahan data
selanjutnya.

Sumur C Yates 9 berada di bagian utara dari daerah penelitian. Pada sumur ini
kandungan lempung yang terdapat pada masing masing zona reservoar bervariasi
mulai dari 70 % – 0 %. Zona 1 memiliki tebal 5 meter dengan kandungan
lempung sekitar 30 %, zona ini berpotensi sebagai reservoar dengan di dukung
penyimpangan pada log SP dan resistivitas yang tinggi seperti di tunjukkan oleh
log ILD. Zona ini merupakan sequence Caddo limestone bila merujuk pada
penamaan yang dikeluarkan oleh Bureau of Economic Geology (BEG) seperti
tampak pada gambar 2.4.

Pada zona 2 dari sumur C Yates 9 terdapat lapisan pasir dengan tebal 7 meter.
Dengan resistivitas 137 ohmm mengindikasikan adanya hidrokarbon pada lapisan
ini. Berdasarkan penamaan BEG, zona ini merupakan sequence Caddo. Gambar
4.1 menunjukkan log kandungan lempung dari sumur C Yates 9.

47
Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


48

Gambar 4. 1 Kandungan lempung sumur C Yates 9 (skala 1:1000)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


49

Gambar 4. 2 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur C Yates 9 (skala 1:240)

Gambar 4. 3 Kandungan lempung zona 6, 7, 8 ,9 dan zona 10 sumur C Yates 9 (skala 1:240)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


50

Pada kedalaman 1580 – 1605 m terdapat perselingan batu pasir dan shale. Pada
zona 10, log gamma ray menunjukkan pola coarsening – upward, sehingga
terlihat kandungan shale pada bagian bawah zona sekitar 70 % yang kemudian
semakin berkurang sampai 2 % pada bagian atas zona.

Sumur B Yates 11 berlokasi di bagian timur dari daerah penelitian. Hasil


kandungan lempung pada sumur ini bervariasi mulai dari 80 – 0 % pada masing –
masing zona reservoar. Zona 1 pada sumur mempunyai tebal 8 meter, sedangkan
zona 2 hanya setebal 4 meter. Kandungan lempung di kedua zona tersebut hampir
sama, berkisar antara 30 – 1 %.

Lapisan pasir yang cukup tebal terdapat pada zona 21. Zona ini memiliki
kandungan lempung yang berkisar antara 35 – 1 %. Zona ini setebal 15 meter dan
berada pada kedalaman 1711 meter. Zona ini merupakan sequence Vineyard bila
merujuk pada penamaan yang dikeluarkan oleh BEG. Gambar 4.4 menunjukkan
log kandungan lempung di semua zona pada sumur B Yates 11.

Sumur IG Yates 13 berada di bagian selatan dari daerah penelitian. Sumur ini
merupakan salah satu sumur dangkal dengan total depth hanya 1432 meter (MD).
Sumur ini hanya menembus 3 zona reservoar pada sequence Caddo yaitu zona 1,
2, dan 3. Di zona 1 nilai kandungan lempung rata – rata 18,3 % dengan tebal 7
meter. Zona 2 memiliki nilai kandungan lempung rata – rata 2,6 % dengan tebal
7,7 meter sedangkan zona 3 memiliki nilai kandungan lempung rata – rata 39 %
dengan tebal hanya 2 meter. Log kandungan lempung sumur ini terlihat pada
gambar 4.7.

Secara umum, semua sumur di daerah penelitian memiliki nilai kandungan


lempung yang cukup tinggi dengan perselingan batu pasir dan lempung yang
cukup banyak. Data rata – rata parameter kandungan lempung masing – masing
zona pada setiap sumur dapat dilihat pada tabel laporan hasil lumping yang
terlampir dalam skripsi ini.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


51

Gambar 4. 4 Kandungan lempung sumur B Yates 11 (skala 1:1000)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


52

Gambar 4. 5 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur B Yates 11 (skala 1:240)

Gambar 4. 6 Kandungan lempung zona 21 dan zona 22 sumur B Yates 11 (skala 1:240)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


53

Gambar 4. 7 Kandungan lempung sumur IG Yates 11 (skala 1:500)

4.2 Porositas dan Saturasi Air

Perhitungan porositas dan saturasi air hanya dapat dilakukan pada 15 sumur.
Sebagian besar menggunakan model porositas neutron density, terkecuali sumur B
Yates 11, C Yates 9, dan Ashe C5. Sumur B yates 11 dan C Yates 9 menggunakan
model porositas density sedangkan sumur Ashe C5 menggunakan model porositas
sonik. Untuk menghitung saturasi air digunakan model dua air (dual water) pada
semua sumur.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


54

Zona 1 dan 2 dari sumur sumur C Yates 9 memiliki porositas efektif rata – rata 10
% dengan water saturation (SW) rata – rata 0,18. Kedua zona ini berpotensi
sebagai reservoar. Daerah yang sangat potensial juga terdapat pada zona 7, 13,
dan 21. Pada zona 7, nilai SW sekitar 0,1 dengan porositas efektif mencapai 15 %.
Zona ini memiliki tebal sekitar 5 meter. Rendahnya nilai SW mengindikasikan
adanya gas pada zona ini. Zona 13 memiliki porositas efektif rata – rata 9 %
dengan nilai SW sekitar 0,21. Zona ini memiliki tebal hingga 7,5 meter. Zona
potensial yang paling tebal yaitu pada zona 21, dengan ketebalan 9 meter. Dengan
porositas efektif 13 % dan nilai SW 0,14 mengindikasikan akumulasi hidrokarbon
yang cukup banyak di zona ini. Hasil log porositas dan saturasi air dari sumur C
Yates 9 dapat dilihat pada gambar 4.8.

Sumur B Yates 18D memiliki porositas efektif bervariasi mulai dari 1 – 14 %


pada zona reservoar, dengan saturasi air 0.06 – 0.60. Pada zona 1 porositas efektif
sebesar 11 % dengan nilai saturasi air 0,28, zona ini memiliki tebal sekitar 6
meter. Zona 2 pada sumur ini mempunyai nilai porositas 9 % dengan nilai saturasi
air 0,30. Selain Zona 1 dan 2 terdapat beberapa zona lainnya yang juga potensial,
dimana sebagian besar berada pada sequence Vineyard dengan ketebalan yang
bervariasi mulai dari 3 – 10 meter. Gambar 4.9 menunjukkan hasil log porositas
dan saturasi air diseluruh zona sumur B Yates 18D.

Sumur Ashe C5 terletak di arah timur laut dari daerah penelitian dengan
kedalaman hingga 1740 meter. Porositas efektif rata - rata pada zona 1 sebesar 22
% dengan tebal 4,8 meter dan saturasi air rata – rata sebesar 0,22. Di zona 2
mempunyai porositas efektif rata – rata 21 %, saturasi rata – rata 0,22, dan tebal
gross 10,46 meter. Kedua zona ini cukup potensial sebagai reservoar. Zona
potensial lainnya tersebar mulai dari sequence trinity sampai vineyard dengan
ketebalan 3 – 14 meter. Log porositas dan saturasi air dari sumur Ashe C5
terdapat pada gambar 4.10.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


55

Data rata – rata parameter porositas dan saturasi air masing – masing zona pada
setiap sumur dapat dilihat pada tabel laporan hasil lumping yang terlampir dalam
skripsi ini.

Gambar 4. 8 Porositas dan SW sumur C Yates 9 (skala 1:1000)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


56

Gambar 4. 9 Porositas dan SW sumur B Yates 18D (skala 1:1000)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


57

Gambar 4. 10 Porositas dan SW sumur Ashe C5 (skala 1:1000)

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


58

4.3 Nilai Penggal (cutoffs)

Dalam menentukan nilai penggal, nilai batas geologi yang di gunakan yaitu nilai
permeabilitas minimum 0.1 md. Nilai ini diperoleh dari analisis data core yang
dilakukan oleh Hardage. Dari crossplot antara permeabilitas dengan porositas
pada masing – masing sumur, maka dapat di peroleh nilai penggal dari porositas
dengan cara membuat model matematika berupa persamaan garis regresi
eksponensial.

Gambar 4. 11 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur C Yates 9

Gambar 4. 12 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur B Yates 11

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


59

Gambar 4. 13 Crossplot Permeabilitas vs Porositas pada sumur IG Yates 19

Tabel 4.1 Cutoff porositas dari hasil crossplot (cutoff permeabilitas 0.1 md)

WELL C YATES 9 B YATES 11 B YATES 18D B YATES 15 B YATES 13


PHIE 0.056 0.054 0.033 0.025 0.046
WELL IG YATES 19 IG YATES 31 IG YATES 14 IG YATES 9A IG YATES 13
PHIE 0.056 0.045 0.023 0.039 0.055
WELL L. O. FANCHER 2 L. O. FANCHER 5 L. O. FANCHER 3 ASHE C6 ASHE C5
PHIE 0.055 0.042 0.030 0.020 0.036
AVERAGE 0.041 = 4 %

Dari hasil crossplot tersebut diperoleh nilai penggal untuk porositas pada masing
– masing sumur seperti tampak pada tabel 4.1. Cutoff porositas dari masing –
masing sumur tersebut kemudian direratakan sehingga diperoleh nilai cutoff
sebesar 4 %.

Hasil cutoff porositas 4 % kemudian digunakan dalam membuat crossplot antara


porositas dan kandungan lempung. Dari crossplot tersebut dibuat model
matematika berupa persamaan garis regresi polinomial orde ke-3. Dari model
matematika tersebut diperoleh cutoff untuk kandungan lempung untuk masing –
masing sumur seperti tampak pada tabel 4.2. Dari hasil rata- rata cutoff pada

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


60

masing – masing sumur diperoleh nilai cutoff untuk kandungan lempung sebesar
55 %.

Gambar 4. 14 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur B Yates 15

Gambar 4. 15 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur B Yates 13

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


61

Gambar 4. 16 Crossplot Porositas vs kandungan lempung pada sumur IG Yates 9A

Tabel 4.2 Cutoff kandungan lempung dari hasil crossplot (cutoff porositas 4 %)

WELL C YATES 9 B YATES 11 B YATES 18D B YATES 15 B YATES 13


VCL 0.464 0.564 0.538 0.600 0.538
WELL IG YATES 19 IG YATES 31 IG YATES 14 IG YATES 9A IG YATES 13
VCL 0.414 0.602 0.517 0.529 0.561
WELL L. O. FANCHER 2 L. O. FANCHER 5 L. O. FANCHER 3 ASHE C6 ASHE C5
VCL 0.597 0.588 0.629 0.520 0.600
AVERAGE 0.551 = 55 %

4.4 Lumping (pembungkalan)

Dari nilai penggal yang telah diperoleh pada bahasan sebelumnya maka dapat
dilakukan proses lumping sehingga dapat di pisahkan antara zona reservoar dan
zona net pay. Untuk zona reservoar digunakan nilai penggal kandungan lempung
55 % dan nilai penggal porositas 4 %, sedangkan untuk zona net pay digunakan
nilai penggal kandungan lempung 55 %, nilai penggal porositas 4 %, dan nilai
penggal saturasi air (SW) 60 %.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


62

Gambar 4. 17 Zona net reservoar dan zona net pay sumur C Yates 9

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


63

Gambar 4. 18 Zona net reservoar dan zona net pay sumur Ashe C6

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


64

Gambar 4. 19 Zona net reservoar dan zona net pay sumur L. O. Fancher 5

Pada sumur C Yates 9, zona net pay paling tebal berada pada zona 21 dengan
tebal 8,65 meter. Zona ini memiliki porositas net 13,4 %, saturasi air net 0,14, dan
kandungan lempung 15,8 %. Net pay pada zona potensial 13 dan zona 2 juga
memiliki tebal sekitar 7 meter, dan memiliki porositas sekitar 8 % dengan saturasi
air masing – masing 0,21 dan 0,18. Gambar 4.17 menunjukkan zona reservoar
dan zona net pay dari sumur C Yates 9.

Pada sumur Ashe C6, zona net pay paling tebal juga berada pada zona 21 dengan
tebal 7,74 meter dan berada pada kedalaman MD 1743 meter. Porositas pada zona
ini sebesar 8 %, saturasi air 0,4, dan kandungan lempung 25,9 %. Gambar 4.18
menunjukkan zona reservoar dan zona net pay dari sumur Ashe C6.

Sumur L. O. Fancher 5 hanya menembus 3 zona potensial yaitu zona 1, 2, dan


zona 3. Net pay pada zona 1 setebal 5,94 meter, dengan porositas 10,8 %, saturasi

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


65

air 0,42, dan kandungan lempung 27,9 %. Net pay pada zona 2 setebal 5,86 meter,
dengan porositas 14,9 %, saturasi air 0,31, dan kandungan lempung 11,3 %. Net
pay pada zona 3 setebal 2,9 meter, dengan porositas 8,4 %, saturasi air 0,45, dan
kandungan lempung 40,5 %. Gambar 4.19 menunjukkan zona reservoar dan zona
net pay dari sumur L. O. Fancher 5.

Laporan hasil lumping zona reservoar dan zona net pay pada lapangan Boonsville
selengkapnya terdapat pada lampiran skripsi ini. Gambar 4.29 menunjukkan
contoh format hasil lumping reservoar pada lapangan Boonsville.

Gambar 4. 20 Porositas Pay Zona 1

Gambar 4. 21 Porositas Pay Zona 7

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


66

Gambar 4. 22 Porositas Pay Zona 21

Gambar 4. 23 Sw Pay Zona 1

Gambar 4. 24 Sw Pay Zona 7

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


67

Gambar 4. 25 Sw Pay Zona 21

Gambar 4. 26 Vcl Pay Zona 1

Gambar 4. 27 Vcl Pay Zona7

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


68

Gambar 4. 28 Vcl Pay Zona 21

Gambar 4.20 menunjukkan penampang 3D dari hasil lumping porositas pay


reservoar pada zona 1. Warna merah menandakan nilai porositas yang rendah dan
warna biru menandakan nilai porositas yang tinggi. Daerah dengan porositas
sedang terletak di bagian timur laut dari daerah penelitian. Gambar 4.21 dan
gambar 4.22 masing – masing juga menunjukkan nilai porositas pay pada zona
reservoar 7 dan 21. Daerah timur laut pada zona 7 menunjukkan nilai porositas
yang rendah.

Gambar 4.23, gambar 4.24, dan gambar 4.25 masing – masing menunjukkan
nilai saturasi air dari zona 1, zona 7, dan zona 21. Saturasi air di zona 1 hampir
merata di seluruh daerah penelitian di nilai sekitar 0.3. Di zona 7 terlihat nilai
saturasi yang rendah di bagian utara.

Gambar 4.26, gambar 4.27, dan gambar 4.28 masing – masing menunjukkan
rasio kandungan lempung dari zona 1, zona 7, dan zona 21. Kandungan lempung
yang sangat rendah terlihat pada zona 21. Pada zona 1 terdapat kandungan
lempung yang rendah di bagian barat dan timur. Sedangkan pada zona 7
kandungan lempung yang rendah terlihat di bagian utara.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


69

Gambar 4. 29 Contoh laporan hasil lumping reservoar

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


70

4.5 Kontak Fluida

Gambar 4. 30 Lokasi sumur pada lapangan Boonsville

Gambar 4. 31 Kontak fluida dari arah B ke B'

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


71

Gambar 4. 32 Kontak fluida dari arah A ke A'

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


72

Penampang kontak fluida dilakukan dengan mengambil beberapa sumur untuk


membuat cross section pada daerah penelitian. Dari arah utara ke selatan di ambil
3 sumur yaitu sumur C Yates 9, B Yates 15 dan IG Yates 9A seperti tampak pada
gambar 4.32. Garis putus – putus menunjukkan kontak fluida pada zona 1, zona
7, zona 14 dan zona 21.

Dari arah barat ke timur diambil 5 sumur yaitu B Yates 11, B Yates 18D, B Yates
15, Ashe C6, dan Ashe C5 seperti tampak pada gambar 4.31. Kedalaman masing
– masing kontak pada setiap sumur dirangkum dalam laporan hasil lumping
reservoar yang terlampir dalam skripsi ini.

4.6 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)

Analisa Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI) hanya dilakukan pada 15 sumur pada daerah
penelitian. Secara umum nilai MOS pada zona potensial sumur C Yates 9
menunjukkan nilai yang tinggi, sementara nilai ROS nya menunjukkan nilai yang
rendah. Hal ini sesuai dengan yang di harapkan karena mengindikasikan bahwa
hidrokarbon di kedua zona tersebut dapat diproduksi. Hasil ini didukung pula
dengan nilai MHI yang dibawah 0.7. Gambar 4.33 menunjukkan log MOS, ROS
dan MHI dari sumur C Yates 9.

Sumur IG Yates 13 memiliki nilai MOS rata – rata pada zona 1 sebesar 0,45 dan
di zona 2 sebesar 0,3 serta di zona 3 sebesar 0,35. Sedangkan nilai ROS rata – rata
pada zona 1 sebesar 0,13 dan di zona 2 sebesar 0,16 serta di zona 3 sebesar 0,11.
Nilai MHI di ketiga zona ini juga masih berada dibawah 0,7. Log MOS, ROS, dan
MHI dari sumur IG Yates 13 dapat dilihat pada gambar 4.34.

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


73

Gambar 4. 33 MOS, ROS, dan MHI pada sumur C Yates 9

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


74

Gambar 4. 34 MOS, ROS, dan MHI pada sumur IG Yates 13

Universitas Indonesia

Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011


BAB 5
KESIMPULAN

1. Dari hasil analisa petrofisika diketahui terdapat perselingan batu pasir dan
lempung pada lapangan Boonsville.
2. Estimasi parameter porositas dilakukan dengan menggunakan model
density – neutron, sonic, dan density dengan hasil yang ditampilkan pada
tabel laporan hasil lumping reservoar.
3. Estimasi parameter saturasi air dilakukan dengan menggunakan model dual
water dengan hasil yang ditampilkan pada tabel laporan hasil lumping
reservoar.
4. Zona net reservoar di definisikan dengan menggunakan nilai penggal
kandungan lempung 55 % dan nilai penggal porositas 4 %.
5. Zona net pay di definisikan dengan menggunakan nilai penggal kandungan
lempung 55 %, nilai penggal porositas 4 %, dan nilai penggal saturasi air
60 %.
6. Kontak fluida dari masing – masing zona potensial di setiap sumur dibuat
dengan melihat nilai relatif dari kurva Sw. Kedalaman dari masing – masing
kontak ditampilkan pada tabel laporan hasil lumping reservoar.
7. Dari hasil analisis Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation
(ROS), dan Movable Hydrocarbon Index (MHI) diketahui bahwa
hidrokarbon di lapangan Boonsville dapat diproduksi.

75
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
DAFTAR ACUAN

Abdullah, Agus., 2007, Resistivity Logging,


<http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/02/resistivity-logging.html>

Abdullah, Agus., 2007, Gamma Ray Log,


<http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/01/gamma-ray-log.html>

Abdullah, Agus., 2007, Neutron Porosity dan Density Logging,


<http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/02/neutron-porosity-dan-
density-logging.html>

Aissa, Astrid., 2008, Prediksi Penyebaran Batu Pasir pada Lapangan Boonsville
dengan Menggunakan Metode Inversi Geostatistik Bayesian, Universitas
Indonesia, Depok.

Asquith, G., Krygowski, D., 2004, Basic Well Log Analysis, The American
Association of Petroleum Geoilogist, Tulsa, Oklahoma.

Bassiouni, Zaki., 1994, Theory, Measurement, and Interpretation of Well Logs,


volume 4, Society of Petroleum Engineers, Louisiana.

Glover, Paul., Formation Evaluation MSc course notes

Glover, Paul., Petrophysics MSc course notes

Hardage B. A., et al., (1996), Secondary natural gas recovery: targeted


applications for infield reserve growth in Midcontinent reservoirs,
Boonsville field, Fort Worth Basin, Texas, The University of Texas at
Austin.

Harsono, Adi., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, edisi 8, Schlumberger
Oilfield Services.

Interactive Petrophysics Software Service Ltd, 2007, IP help manual Version 3.4.

Tanakov M. Y., Kelkar, M., 2000, Integrated Reservoir Description for


Boonsville, Texas Field Using 3D Seismic Well and Production Data,
Society of Petroleum Engineers.

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
LAMPIRAN

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 1 Parameter Petrofisika Sumur C Yates 9

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 2 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 11

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 3 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 18D

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 4 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 15

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 5 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 13

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 6 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 19

Gambar 7 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 31

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 8 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 14

Gambar 9 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 13

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 10 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 9A

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 11 Parameter Petrofisika Sumur L. O. Fancher 2

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 12 Parameter Petrofisika Sumur L. O. Fancher 5

Gambar 13 Parameter Petrofisika Sumur L. O. Fancher 3

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 14 Parameter Petrofisika Sumur Ashe C6

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 15 Parameter Petrofisika Sumur Ashe C5

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
LAPORAN HASIL LUMPING RESERVOAR LAPANGAN BOONSVILLE
RESERVOIR CUTOFF : VSH = 0.55, POR = 4 %, SW = 0.6

Top Bottom Top Bottom Pay


Gross Porous Contact
WELL KB (m) Zone N/G Phi Sw Vsh Net Phi Sw Vsh Note
MD MD TVDss TVDss (m) Net (m) (TVDss)
(m)
C YATES 9 299.01 Zone 1 1455.59 1460.53 -1156.58 -1161.52 4.94 2.29 0.46 0.116 0.186 0.318 2.29 0.116 0.186 0.318 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 1 1436.32 1444.02 -1136.09 -1143.79 7.70 7.70 1.00 0.093 0.478 0.095 5.44 0.094 0.350 0.049 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 1 1443.98 1449.94 -1123.94 -1129.90 5.96 5.64 0.95 0.109 0.284 0.132 5.64 0.109 0.284 0.132 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 1 1454.60 1460.91 -1127.85 -1134.16 6.31 6.02 0.96 0.083 0.376 0.223 6.02 0.083 0.376 0.223 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 1 1440.45 1445.77 -1122.85 -1128.17 5.32 5.32 1.00 0.147 0.237 0.125 5.32 0.147 0.237 0.125 Oil
IG YATES 19 275.84 Zone 1 1401.86 1409.22 -1126.02 -1133.38 7.36 4.16 0.57 0.073 0.412 0.215 3.10 0.082 0.360 0.224 Oil
IG YATES 31 292.91 Zone 1 1414.50 1421.29 -1121.59 -1128.38 6.79 6.79 1.00 0.094 0.377 0.198 6.79 0.094 0.377 0.198 Oil
IG YATES 14 266.09 Zone 1 1393.48 1400.31 -1127.39 -1134.22 6.83 6.83 1.00 0.116 0.301 0.140 6.83 0.116 0.301 0.140 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 1 1385.90 1391.42 -1124.99 -1130.51 5.52 3.81 0.69 0.181 0.124 0.164 3.81 0.181 0.124 0.164 Oil
IG YATES 13 266.09 Zone 1 1388.80 1395.87 -1122.71 -1129.78 7.07 6.96 0.98 0.100 0.389 0.183 6.55 0.100 0.372 0.178 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 1 1394.43 1400.26 -1133.83 -1139.66 5.83 5.83 1.00 0.144 0.226 0.091 5.83 0.144 0.226 0.091 Oil
L. O. FANCHER 5 260.30 Zone 1 1392.70 1399.46 -1132.40 -1139.16 6.76 6.41 0.95 0.106 0.443 0.274 5.94 0.108 0.424 0.279 Oil
L. O. FANCHER 3 264.57 Zone 1 1393.77 1400.51 -1129.20 -1135.94 6.74 5.95 0.88 0.091 0.308 0.208 5.95 0.091 0.308 0.208 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 1 1445.58 1451.29 -1153.28 -1158.99 5.71 4.72 0.83 0.095 0.418 0.285 4.42 0.097 0.404 0.287 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 1 1418.92 1423.71 -1144.60 -1149.39 4.79 4.79 1.00 0.222 0.220 0.077 4.79 0.222 0.220 0.077 Oil -1161.52
C YATES 9 299.01 Zone 2 1464.32 1471.39 -1165.31 -1172.38 7.07 7.03 0.99 0.086 0.181 0.059 7.03 0.086 0.181 0.059 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 2 1444.86 1448.79 -1144.63 -1148.56 3.93 3.63 0.92 0.086 0.182 0.106 3.63 0.086 0.182 0.106 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 2 1451.57 1464.14 -1131.53 -1144.10 12.57 3.93 0.31 0.091 0.307 0.239 3.62 0.095 0.290 0.232 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 2 1463.12 1468.50 -1136.37 -1141.75 5.38 2.74 0.51 0.063 0.331 0.492 2.74 0.063 0.331 0.492 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 2 1450.94 1458.33 -1133.34 -1140.73 7.39 7.39 1.00 0.080 0.259 0.197 7.39 0.080 0.259 0.197 Oil
IG YATES 19 275.84 Zone 2 1413.07 1419.45 -1137.23 -1143.61 6.38 6.38 1.00 0.125 0.346 0.071 6.16 0.127 0.339 0.070 Oil
IG YATES 31 292.91 Zone 2 1423.98 1433.96 -1131.07 -1141.05 9.98 9.14 0.92 0.102 0.262 0.125 8.69 0.105 0.253 0.128 Oil
IG YATES 14 266.09 Zone 2 1403.53 1410.03 -1137.44 -1143.94 6.50 5.89 0.91 0.130 0.375 0.032 5.48 0.134 0.364 0.033 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 2 1394.15 1398.48 -1133.24 -1137.57 4.33 4.04 0.93 0.139 0.252 0.029 4.04 0.139 0.252 0.029 Oil
IG YATES 13 266.09 Zone 2 1398.61 1406.40 -1132.52 -1140.31 7.79 7.75 1.00 0.103 0.509 0.026 5.92 0.112 0.474 0.034 Oil

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 2 1402.06 1408.59 -1141.46 -1147.99 6.53 6.38 0.98 0.090 0.422 0.185 6.34 0.090 0.422 0.183 Oil
L. O. FANCHER 5 260.30 Zone 2 1401.75 1410.20 -1141.45 -1149.90 8.45 7.99 0.95 0.143 0.397 0.091 5.86 0.149 0.312 0.113 Oil
L. O. FANCHER 3 264.57 Zone 2 1402.79 1410.20 -1138.22 -1145.63 7.41 6.52 0.88 0.178 0.153 0.083 6.52 0.178 0.153 0.083 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 2 1454.39 1456.45 -1162.09 -1164.15 2.06 2.02 0.98 0.139 0.190 0.065 2.02 0.139 0.190 0.065 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 2 1425.08 1435.54 -1150.76 -1161.22 10.46 9.08 0.87 0.212 0.203 0.062 4.79 0.222 0.220 0.077 Oil -1172.38
B YATES 11 300.23 Zone 2B 1459.04 1465.21 -1158.81 -1164.98 6.17 4.38 0.71 0.060 0.389 0.466 4.38 0.060 0.389 0.466 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 2B 1473.60 1477.45 -1153.56 -1157.41 3.85 2.29 0.59 0.087 0.268 0.349 2.29 0.087 0.268 0.349 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 2B 1475.01 1478.49 -1148.26 -1151.74 3.48 2.13 0.61 0.090 0.330 0.179 2.13 0.090 0.330 0.179 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 2B 1457.22 1460.61 -1164.92 -1168.31 3.39 2.93 0.87 0.070 0.245 0.434 2.93 0.070 0.245 0.434 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 2B 1438.11 1441.77 -1163.79 -1167.45 3.66 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1168.31
C YATES 9 299.01 Zone 3 1485.05 1491.77 -1186.04 -1192.76 6.72 2.14 0.32 0.073 0.442 0.189 1.83 0.078 0.414 0.204 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 3 1467.45 1473.39 -1167.22 -1173.16 5.94 5.94 1.00 0.108 0.185 0.224 5.94 0.108 0.185 0.224 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 3 1479.56 1485.50 -1159.52 -1165.46 5.94 4.25 0.72 0.097 0.263 0.283 4.25 0.097 0.263 0.283 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 3 1486.92 1489.34 -1160.17 -1162.59 2.42 1.99 0.82 0.113 0.103 0.503 1.99 0.113 0.103 0.503 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 3 1468.72 1472.95 -1151.12 -1155.35 4.23 2.74 0.65 0.089 0.247 0.505 2.74 0.089 0.247 0.505 Oil
IG YATES 31 292.91 Zone 3 1447.16 1451.86 -1154.25 -1158.95 4.70 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 14 266.09 Zone 3 1428.60 1434.40 -1162.51 -1168.31 5.80 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 3 1406.43 1409.39 -1145.52 -1148.48 2.96 2.51 0.85 0.066 0.333 0.419 2.51 0.066 0.333 0.419 Oil
IG YATES 13 266.09 Zone 3 1411.17 1413.41 -1145.08 -1147.32 2.24 2.24 1.00 0.069 0.535 0.390 1.78 0.073 0.513 0.386 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 3 1418.35 1424.95 -1157.75 -1164.35 6.60 1.03 0.16 0.085 0.468 0.508 1.03 0.085 0.468 0.508 Oil
L. O. FANCHER 5 260.30 Zone 3 1417.49 1421.15 -1157.19 -1160.85 3.66 3.20 0.87 0.082 0.470 0.409 2.90 0.084 0.451 0.405 Oil
L. O. FANCHER 3 264.57 Zone 3 1415.55 1419.12 -1150.98 -1154.55 3.57 3.55 1.00 0.073 0.322 0.512 3.55 0.073 0.322 0.512 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 3 1474.53 1477.74 -1182.23 -1185.44 3.21 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 3 1454.43 1461.10 -1180.11 -1186.78 6.67 6.06 0.91 0.142 0.206 0.206 6.06 0.142 0.206 0.206 Oil -1192.76
C YATES 9 299.01 Zone 4 1494.50 1499.76 -1195.49 -1200.75 5.26 0.91 0.17 0.054 0.405 0.497 0.91 0.054 0.405 0.497 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 4 1482.62 1486.07 -1182.39 -1185.84 3.45 2.44 0.71 0.066 0.381 0.432 2.44 0.066 0.381 0.432 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4 1493.73 1496.83 -1173.69 -1176.79 3.10 0.61 0.20 0.064 0.360 0.504 0.61 0.064 0.360 0.504 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4 1492.30 1496.53 -1165.55 -1169.78 4.23 3.66 0.87 0.102 0.329 0.353 3.66 0.102 0.329 0.353 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4 1478.33 1484.87 -1160.73 -1167.27 6.54 6.54 1.00 0.083 0.219 0.214 6.54 0.083 0.219 0.214 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4 1431.26 1435.74 -1170.66 -1175.14 4.48 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 4 1462.23 1467.64 -1187.91 -1193.32 5.41 3.02 0.56 0.163 0.207 0.174 3.02 0.163 0.207 0.174 Oil -1200.00
C YATES 9 299.01 Zone 4C 1538.49 1542.50 -1239.48 -1243.49 4.01 0.15 0.04 0.085 0.509 0.519 0.15 0.085 0.509 0.519 Oil

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 11 300.23 Zone 4C 1521.41 1524.37 -1221.18 -1224.14 2.96 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 18D 320.04 Zone 4C 1531.21 1535.07 -1211.17 -1215.03 3.86 0.30 0.08 0.088 0.572 0.502 0.30 0.088 0.572 0.502 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4C 1541.57 1545.42 -1214.82 -1218.67 3.85 0.61 0.16 0.111 0.302 0.518 0.61 0.111 0.302 0.518 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4C 1530.88 1535.42 -1213.28 -1217.82 4.54 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 4C 1475.97 1480.06 -1215.06 -1219.15 4.09 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4C 1486.42 1488.93 -1225.82 -1228.33 2.51 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4C 1534.77 1536.59 -1242.47 -1244.29 1.82 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 4C 1514.12 1517.68 -1239.80 -1243.36 3.56 0.61 0.17 0.089 0.765 0.493 0.15 0.105 0.567 0.521 Oil -1242.00
C YATES 9 299.01 Zone 4D 1553.73 1556.74 -1254.72 -1257.73 3.01 1.68 0.56 0.116 0.313 0.501 1.52 0.121 0.298 0.501 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4D 1544.89 1547.07 -1224.85 -1227.03 2.18 0.15 0.07 0.066 0.515 0.541 0.15 0.066 0.515 0.541 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4D 1550.56 1554.33 -1223.81 -1227.58 3.77 0.69 0.18 0.103 0.000 0.531 0.69 0.103 0.000 0.531 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4D 1541.54 1545.31 -1223.94 -1227.71 3.77 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 4D 1483.92 1486.65 -1223.01 -1225.74 2.73 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4D 1538.62 1541.43 -1246.32 -1249.13 2.81 0.61 0.22 0.286 0.055 0.340 0.61 0.286 0.055 0.340 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 4D 1520.31 1523.15 -1245.99 -1248.83 2.84 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1257.73
C YATES 9 299.01 Zone 4E 1557.35 1560.95 -1258.34 -1261.94 3.60 1.82 0.51 0.091 0.424 0.420 0.76 0.136 0.230 0.380 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 4E 1539.03 1540.49 -1238.80 -1240.26 1.46 1.35 0.93 0.094 0.280 0.307 1.35 0.094 0.280 0.307 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4E 1548.62 1551.43 -1228.58 -1231.39 2.81 1.98 0.71 0.082 0.528 0.373 1.22 0.092 0.442 0.440 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4E 1558.52 1561.33 -1231.77 -1234.58 2.81 2.13 0.76 0.106 0.324 0.250 2.13 0.106 0.324 0.250 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4E 1548.06 1550.90 -1230.46 -1233.30 2.84 0.91 0.32 0.070 0.411 0.466 0.76 0.076 0.352 0.487 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 4E 1489.28 1493.05 -1228.37 -1232.14 3.77 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4E 1498.89 1502.21 -1238.29 -1241.61 3.32 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4E 1544.72 1547.56 -1252.42 -1255.26 2.84 2.00 0.70 0.116 0.302 0.247 1.54 0.127 0.221 0.312 Oil -1261.94
C YATES 9 299.01 Zone 5 1563.96 1570.29 -1264.95 -1271.28 6.33 0.61 0.10 0.153 0.210 0.495 0.46 0.189 0.170 0.501 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 5 1545.14 1550.30 -1244.91 -1250.07 5.16 4.84 0.94 0.111 0.240 0.353 4.69 0.113 0.236 0.349 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 5 1554.81 1562.06 -1234.77 -1242.02 7.25 2.59 0.36 0.138 0.206 0.411 2.59 0.138 0.206 0.411 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 5 1564.71 1571.99 -1237.96 -1245.24 7.28 1.98 0.27 0.181 0.089 0.362 1.98 0.181 0.089 0.362 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 5 1553.80 1563.05 -1236.20 -1245.45 9.25 0.76 0.08 0.120 0.043 0.517 0.76 0.120 0.043 0.517 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 5 1497.46 1503.59 -1236.55 -1242.68 6.13 0.61 0.10 0.203 0.041 0.404 0.61 0.203 0.041 0.404 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 5 1505.79 1513.09 -1245.19 -1252.49 7.30 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 5 1550.05 1557.37 -1257.75 -1265.07 7.32 2.74 0.38 0.172 0.173 0.365 2.74 0.172 0.173 0.365 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 5 1532.19 1538.99 -1257.87 -1264.67 6.80 0.30 0.05 0.045 0.001 0.537 0.30 0.045 0.001 0.537 Gas -1265.00

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
C YATES 9 299.01 Zone 6 1580.58 1582.75 -1281.57 -1283.74 2.17 0.30 0.14 0.058 0.754 0.267 0.00 --- --- ---
B YATES 11 300.23 Zone 6 1562.66 1564.97 -1262.43 -1264.74 2.31 1.19 0.52 0.087 0.425 0.452 1.04 0.093 0.407 0.444 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 6 1576.14 1577.96 -1256.10 -1257.92 1.82 1.58 0.87 0.098 0.312 0.310 1.28 0.108 0.238 0.381 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 6 1584.43 1588.51 -1257.68 -1261.76 4.08 1.98 0.49 0.236 0.052 0.321 1.98 0.236 0.052 0.321 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 6 1574.65 1578.28 -1257.05 -1260.68 3.63 1.17 0.32 0.083 0.464 0.506 0.56 0.104 0.311 0.496 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 6 1518.61 1520.20 -1257.70 -1259.29 1.59 0.91 0.58 0.197 0.308 0.286 0.61 0.258 0.252 0.240 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 6 1527.89 1529.89 -1267.29 -1269.29 2.00 0.46 0.23 0.056 0.632 0.385 0.15 0.072 0.524 0.323 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 6 1571.21 1574.68 -1278.91 -1282.38 3.47 2.74 0.79 0.118 0.331 0.152 2.74 0.118 0.331 0.152 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 6 1552.45 1555.52 -1278.13 -1281.20 3.07 1.22 0.40 0.167 0.278 0.103 1.22 0.167 0.278 0.103 Gas -1282.38
C YATES 9 299.01 Zone 7 1584.46 1589.45 -1285.45 -1290.44 4.99 4.87 0.98 0.148 0.100 0.060 4.87 0.148 0.100 0.060 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 7 1567.67 1572.48 -1267.44 -1272.25 4.81 3.65 0.76 0.141 0.171 0.237 3.65 0.141 0.171 0.237 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 7 1581.56 1584.34 -1261.52 -1264.30 2.78 2.78 1.00 0.087 0.294 0.137 2.48 0.089 0.247 0.150 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 7 1592.37 1596.45 -1265.62 -1269.70 4.08 3.49 0.86 0.157 0.069 0.254 3.49 0.157 0.069 0.254 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 7 1581.70 1584.64 -1264.10 -1267.04 2.94 2.79 0.95 0.088 0.433 0.160 2.48 0.090 0.407 0.169 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 7 1524.51 1527.68 -1263.60 -1266.77 3.17 1.68 0.53 0.071 0.407 0.293 1.22 0.076 0.307 0.388 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 7 1533.46 1535.97 -1272.86 -1275.37 2.51 2.51 1.00 0.133 0.191 0.020 2.51 0.133 0.191 0.020 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 7 1576.59 1581.22 -1284.29 -1288.92 4.63 2.44 0.53 0.107 0.232 0.193 2.44 0.107 0.232 0.193 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 7 1558.21 1561.32 -1283.89 -1287.00 3.11 0.76 0.25 0.074 0.159 0.387 0.76 0.074 0.159 0.387 Gas -1290.44
C YATES 9 299.01 Zone 8 1592.21 1595.48 -1293.20 -1296.47 3.27 2.13 0.65 0.053 0.493 0.282 1.52 0.056 0.441 0.258 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 8 1579.02 1582.28 -1278.79 -1282.05 3.26 2.44 0.75 0.079 0.363 0.271 2.44 0.079 0.363 0.271 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 8 1587.79 1589.06 -1267.75 -1269.02 1.27 0.81 0.64 0.065 0.530 0.347 0.45 0.081 0.442 0.364 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 8 1598.66 1601.13 -1271.91 -1274.38 2.47 2.32 0.94 0.188 0.149 0.223 2.32 0.188 0.149 0.223 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 8 1591.59 1593.43 -1273.99 -1275.83 1.84 0.93 0.50 0.130 0.242 0.458 0.77 0.144 0.209 0.484 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 8 1533.67 1536.88 -1272.76 -1275.97 3.21 2.90 0.90 0.100 0.211 0.189 2.90 0.100 0.211 0.189 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 8 1536.64 1538.46 -1276.04 -1277.86 1.82 1.82 1.00 0.091 0.285 0.170 1.82 0.091 0.285 0.170 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 8 1583.91 1586.61 -1291.61 -1294.31 2.70 1.83 0.68 0.083 0.287 0.219 1.83 0.083 0.287 0.219 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 8 1570.14 1576.30 -1295.82 -1301.98 6.16 4.53 0.74 0.188 0.142 0.197 4.53 0.188 0.142 0.197 Gas -1301.68
C YATES 9 299.01 Zone 9 1598.21 1601.14 -1299.20 -1302.13 2.93 1.76 0.60 0.076 0.388 0.187 1.46 0.081 0.343 0.131 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 9 1593.23 1595.41 -1273.19 -1275.37 2.18 1.98 0.91 0.132 0.290 0.102 1.98 0.132 0.290 0.102 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 9 1542.18 1546.59 -1281.27 -1285.68 4.41 0.61 0.14 0.100 0.031 0.410 0.61 0.100 0.031 0.410 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 9 1594.75 1597.96 -1302.45 -1305.66 3.21 2.59 0.81 0.102 0.253 0.097 2.59 0.102 0.253 0.097 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 9 1578.91 1580.11 -1304.59 -1305.79 1.20 0.46 0.38 0.213 0.113 0.419 0.46 0.213 0.113 0.419 Gas -1305.70

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
C YATES 9 299.01 Zone 10 1604.24 1617.62 -1305.23 -1318.61 13.38 8.23 0.62 0.059 0.619 0.425 3.66 0.063 0.539 0.413 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 10 1588.61 1597.39 -1288.38 -1297.16 8.78 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 18D 320.04 Zone 10 1598.65 1609.41 -1278.61 -1289.37 10.76 9.30 0.86 0.089 0.374 0.426 9.30 0.089 0.374 0.426 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 10 1610.80 1621.78 -1284.05 -1295.03 10.98 2.29 0.21 0.067 0.418 0.521 2.29 0.067 0.418 0.521 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 10 1600.65 1611.80 -1283.05 -1294.20 11.15 8.99 0.81 0.086 0.468 0.435 8.38 0.087 0.459 0.429 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 10 1548.40 1560.23 -1287.49 -1299.32 11.83 0.15 0.01 0.062 0.645 0.529 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 10 1546.07 1552.12 -1285.47 -1291.52 6.05 1.63 0.27 0.048 0.937 0.241 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 10 1599.25 1610.79 -1306.95 -1318.49 11.54 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 10 1592.04 1599.05 -1317.72 -1324.73 7.01 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1317.00
C YATES 9 299.01 Zone 11 1618.75 1623.95 -1319.74 -1324.94 5.20 0.61 0.12 0.110 0.380 0.362 0.46 0.127 0.315 0.425 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 11 1601.62 1603.44 -1301.39 -1303.21 1.82 1.52 0.84 0.122 0.303 0.191 1.52 0.122 0.303 0.191 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 11 1610.50 1615.96 -1290.46 -1295.92 5.46 1.19 0.22 0.088 0.385 0.334 1.05 0.089 0.346 0.348 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 11 1624.04 1625.63 -1297.29 -1298.88 1.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 13 317.60 Zone 11 1612.94 1614.52 -1295.34 -1296.92 1.58 0.76 0.48 0.071 0.687 0.510 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 11 1561.87 1564.56 -1300.96 -1303.65 2.69 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 11 1553.30 1555.87 -1292.70 -1295.27 2.57 2.48 0.96 0.081 0.462 0.215 2.13 0.086 0.417 0.204 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 11 1614.36 1623.72 -1322.06 -1331.42 9.36 4.57 0.49 0.122 0.440 0.074 4.11 0.124 0.422 0.056 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 11 1601.37 1606.82 -1327.05 -1332.50 5.45 2.44 0.45 0.111 0.206 0.132 2.44 0.111 0.206 0.132 Oil -1332.00
C YATES 9 299.01 Zone 12 1630.95 1635.86 -1331.94 -1336.85 4.91 4.11 0.84 0.083 0.317 0.188 3.35 0.091 0.267 0.149 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 12 1605.25 1609.35 -1305.02 -1309.12 4.10 4.10 1.00 0.090 0.316 0.193 3.89 0.090 0.299 0.199 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 12 1619.43 1625.43 -1299.39 -1305.39 6.00 6.00 1.00 0.105 0.190 0.082 6.00 0.105 0.190 0.082 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 12 1629.05 1630.63 -1302.30 -1303.88 1.58 1.07 0.68 0.198 0.240 0.275 1.07 0.198 0.240 0.275 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 12 1616.57 1619.74 -1298.97 -1302.14 3.17 2.44 0.77 0.118 0.310 0.233 2.44 0.118 0.310 0.233 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 12 1566.88 1569.95 -1305.97 -1309.04 3.07 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 12 1557.43 1560.81 -1296.83 -1300.21 3.38 3.07 0.91 0.081 0.391 0.461 3.07 0.081 0.391 0.461 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 12 1629.27 1636.60 -1336.97 -1344.30 7.33 2.34 0.32 0.097 0.086 0.467 2.34 0.097 0.086 0.467 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 12 1609.59 1617.18 -1335.27 -1342.86 7.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1344.30
C YATES 9 299.01 Zone 13 1638.91 1646.58 -1339.90 -1347.57 7.67 7.32 0.95 0.091 0.210 0.051 7.32 0.091 0.210 0.051 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 13 1613.94 1619.87 -1313.71 -1319.64 5.93 4.20 0.71 0.139 0.139 0.139 4.20 0.139 0.139 0.139 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 13 1628.16 1634.52 -1308.12 -1314.48 6.36 6.35 1.00 0.116 0.155 0.255 6.35 0.116 0.155 0.255 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 13 1632.22 1642.89 -1305.47 -1316.14 10.67 3.35 0.31 0.114 0.157 0.268 3.35 0.114 0.157 0.268 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 13 1620.99 1632.51 -1303.39 -1314.91 11.52 5.33 0.46 0.119 0.115 0.323 5.33 0.119 0.115 0.323 Gas

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
IG YATES 9A 260.91 Zone 13 1573.39 1585.47 -1312.48 -1324.56 12.08 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 13 1561.69 1572.53 -1301.09 -1311.93 10.84 2.74 0.25 0.066 0.926 0.478 0.00 --- --- --- Gas
ASHE C6 292.30 Zone 13 1644.71 1656.74 -1352.41 -1364.44 12.03 6.93 0.58 0.113 0.307 0.326 5.49 0.129 0.264 0.356 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 13 1621.65 1631.65 -1347.33 -1357.33 10.00 3.62 0.36 0.103 0.264 0.312 3.16 0.108 0.208 0.292 Gas -1362.70
C YATES 9 299.01 Zone 14 1648.21 1658.51 -1349.20 -1359.50 10.30 3.51 0.34 0.058 0.688 0.436 0.46 0.077 0.518 0.493 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 14 1624.59 1630.05 -1324.36 -1329.82 5.46 5.46 1.00 0.080 0.362 0.089 5.40 0.080 0.359 0.086 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 14 1638.34 1645.24 -1318.30 -1325.20 6.90 6.71 0.97 0.097 0.363 0.093 6.71 0.097 0.363 0.093 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 14 1650.39 1657.30 -1323.64 -1330.55 6.91 6.12 0.89 0.107 0.274 0.289 6.12 0.107 0.274 0.289 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 14 1638.68 1646.75 -1321.08 -1329.15 8.07 5.17 0.64 0.102 0.255 0.258 5.17 0.102 0.255 0.258 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 14 1594.33 1598.55 -1333.42 -1337.64 4.22 2.44 0.58 0.070 0.445 0.377 1.83 0.076 0.388 0.409 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 14 1575.01 1579.49 -1314.41 -1318.89 4.48 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 14 1667.17 1675.80 -1374.87 -1383.50 8.63 0.46 0.05 0.067 0.695 0.444 0.15 0.082 0.554 0.452 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 14 1632.25 1645.08 -1357.93 -1370.76 12.83 0.46 0.04 0.157 0.614 0.521 0.15 0.159 0.582 0.504 Oil -1377.70
C YATES 9 299.01 Zone 15 1665.23 1668.29 -1366.22 -1369.28 3.06 0.96 0.31 0.053 0.682 0.379 0.00 --- --- ---
B YATES 11 300.23 Zone 15 1631.86 1638.56 -1331.63 -1338.33 6.70 1.83 0.27 0.078 0.325 0.365 1.68 0.080 0.308 0.365 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 15 1649.74 1653.06 -1329.70 -1333.02 3.32 3.32 1.00 0.119 0.284 0.140 3.27 0.120 0.281 0.137 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 15 1659.62 1664.56 -1332.87 -1337.81 4.94 4.94 1.00 0.122 0.256 0.272 4.94 0.122 0.256 0.272 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 15 1648.56 1653.55 -1330.96 -1335.95 4.99 2.47 0.49 0.071 0.499 0.389 2.16 0.075 0.472 0.403 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 15 1600.49 1603.18 -1339.58 -1342.27 2.69 0.30 0.11 0.104 0.220 0.400 0.30 0.104 0.220 0.400 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 15 1678.41 1693.65 -1386.11 -1401.35 15.24 4.27 0.28 0.071 0.329 0.330 4.27 0.071 0.329 0.330 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 15 1652.63 1657.36 -1378.31 -1383.04 4.73 3.51 0.74 0.177 0.062 0.125 3.51 0.177 0.062 0.125 Gas -1393.70
C YATES 9 299.01 Zone 16 1680.02 1685.04 -1381.01 -1386.03 5.02 2.43 0.48 0.069 0.556 0.284 1.49 0.078 0.500 0.324 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 16 1645.57 1652.65 -1345.34 -1352.42 7.08 1.52 0.22 0.072 0.445 0.507 1.37 0.074 0.430 0.504 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 16 1666.08 1674.25 -1346.04 -1354.21 8.17 3.66 0.45 0.087 0.445 0.331 2.90 0.081 0.330 0.401 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 16 1669.46 1675.35 -1342.71 -1348.60 5.89 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 13 317.60 Zone 16 1660.81 1666.95 -1343.21 -1349.35 6.14 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 16 1616.64 1620.87 -1355.73 -1359.96 4.23 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 16 1695.65 1711.10 -1403.35 -1418.80 15.45 3.51 0.23 0.086 0.508 0.409 4.27 0.071 0.329 0.330 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 16 1660.57 1667.59 -1386.25 -1393.27 7.02 4.02 0.57 0.139 0.192 0.199 3.56 0.148 0.158 0.172 Oil -1416.70
C YATES 9 299.01 Zone 17 1692.60 1698.06 -1393.59 -1399.05 5.46 2.23 0.41 0.071 0.573 0.323 1.16 0.081 0.478 0.314 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 17 1654.66 1664.11 -1354.43 -1363.88 9.45 2.90 0.31 0.065 0.409 0.470 2.74 0.066 0.401 0.473 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 17 1677.30 1687.47 -1357.26 -1367.43 10.17 8.84 0.87 0.119 0.200 0.241 8.84 0.119 0.200 0.241 Oil

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 15 326.75 Zone 17 1682.17 1685.11 -1355.42 -1358.36 2.94 1.68 0.57 0.159 0.214 0.430 1.68 0.159 0.214 0.430 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 17 1673.76 1675.80 -1356.16 -1358.20 2.04 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 17 1623.94 1628.57 -1363.03 -1367.66 4.63 2.74 0.59 0.059 0.451 0.321 2.44 0.061 0.428 0.340 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 17 1713.02 1716.23 -1420.72 -1423.93 3.21 1.83 0.57 0.095 0.297 0.412 1.83 0.095 0.297 0.412 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 17 1675.61 1678.80 -1401.29 -1404.48 3.19 0.76 0.24 0.063 0.363 0.470 0.46 0.073 0.243 0.514 Oil -1423.93
C YATES 9 299.01 Zone 18 1701.33 1705.15 -1402.32 -1406.14 3.82 1.52 0.40 0.060 0.705 0.329 0.46 0.070 0.538 0.318 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 18 1666.30 1669.82 -1366.07 -1369.59 3.52 3.17 0.90 0.093 0.420 0.345 3.17 0.093 0.420 0.345 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 18 1690.21 1694.93 -1370.17 -1374.89 4.72 4.72 1.00 0.073 0.353 0.354 4.72 0.073 0.353 0.354 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 18 1692.28 1705.67 -1365.53 -1378.92 13.39 9.99 0.75 0.123 0.386 0.187 9.69 0.125 0.381 0.182 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 18 1681.47 1692.60 -1363.87 -1375.00 11.13 5.49 0.49 0.072 0.387 0.353 5.03 0.075 0.371 0.360 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 18 1641.15 1645.97 -1380.24 -1385.06 4.82 4.42 0.92 0.061 0.347 0.444 4.42 0.061 0.347 0.444 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 18 1718.04 1723.05 -1425.74 -1430.75 5.01 4.72 0.94 0.095 0.248 0.085 4.72 0.095 0.248 0.085 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 18 1680.62 1684.03 -1406.30 -1409.71 3.41 0.15 0.05 0.104 0.182 0.500 0.15 0.104 0.182 0.500 Oil 1430.75
C YATES 9 299.01 Zone 19 1706.78 1719.32 -1407.77 -1420.31 12.54 7.18 0.57 0.068 0.710 0.306 1.37 0.103 0.400 0.416 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 19 1672.00 1687.81 -1371.77 -1387.58 15.81 10.17 0.64 0.092 0.328 0.265 8.59 0.100 0.296 0.245 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 19 1699.02 1710.71 -1378.98 -1390.67 11.69 9.86 0.84 0.117 0.222 0.160 9.10 0.121 0.193 0.168 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 19 1710.21 1717.70 -1383.46 -1390.95 7.49 7.49 1.00 0.178 0.213 0.190 7.49 0.178 0.213 0.190 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 19 1696.46 1703.49 -1378.86 -1385.89 7.03 3.64 0.52 0.058 0.658 0.470 1.52 0.070 0.540 0.505 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 19 1650.06 1653.43 -1389.15 -1392.52 3.37 2.34 0.69 0.078 0.346 0.092 2.18 0.080 0.332 0.098 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 19 1728.38 1736.49 -1436.08 -1444.19 8.11 6.25 0.77 0.067 0.446 0.501 6.10 0.067 0.442 0.500 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 19 1693.33 1699.01 -1419.01 -1424.69 5.68 2.90 0.51 0.172 0.238 0.116 2.90 0.172 0.238 0.116 Gas -1444.19
C YATES 9 299.01 Zone 20 1721.75 1727.45 -1422.74 -1428.44 5.70 5.02 0.88 0.069 0.732 0.135 0.46 0.099 0.534 0.341 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 20 1701.69 1707.15 -1401.46 -1406.92 5.46 4.66 0.85 0.076 0.351 0.388 4.50 0.077 0.345 0.383 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 20 1719.54 1727.35 -1399.50 -1407.31 7.81 7.69 0.98 0.092 0.388 0.374 7.69 0.092 0.388 0.374 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 20 1733.76 1741.08 -1407.01 -1414.33 7.32 7.03 0.96 0.098 0.486 0.353 6.27 0.101 0.467 0.345 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 20 1716.82 1722.21 -1399.22 -1404.61 5.39 4.46 0.83 0.076 0.496 0.400 3.96 0.078 0.482 0.387 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 20 1677.35 1684.16 -1416.44 -1423.25 6.81 6.75 0.99 0.079 0.396 0.455 6.75 0.079 0.396 0.455 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 20 1743.30 1750.13 -1451.00 -1457.83 6.83 6.79 0.99 0.111 0.178 0.086 6.79 0.111 0.178 0.086 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 20 1704.91 1713.08 -1430.59 -1438.76 8.17 2.81 0.34 0.074 0.586 0.477 1.37 0.085 0.529 0.429 Oil -1457.83
C YATES 9 299.01 Zone 21 1730.31 1739.20 -1431.30 -1440.19 8.89 8.65 0.97 0.134 0.144 0.158 8.65 0.134 0.144 0.158 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 21 1711.14 1726.68 -1410.91 -1426.45 15.54 15.54 1.00 0.130 0.153 0.137 15.54 0.130 0.153 0.137 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 21 1729.57 1737.53 -1409.53 -1417.49 7.96 7.96 1.00 0.113 0.236 0.040 7.96 0.113 0.236 0.040 Gas

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 15 326.75 Zone 21 1746.47 1756.08 -1419.72 -1429.33 9.61 9.61 1.00 0.180 0.124 0.044 9.61 0.180 0.124 0.044 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 21 1724.24 1736.27 -1406.64 -1418.67 12.03 9.04 0.75 0.106 0.344 0.073 8.44 0.109 0.331 0.072 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 21 1692.11 1700.72 -1431.20 -1439.81 8.61 7.70 0.89 0.100 0.242 0.114 7.54 0.101 0.238 0.116 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 21 1750.73 1765.81 -1458.43 -1473.51 15.08 8.96 0.59 0.079 0.435 0.239 7.74 0.082 0.413 0.259 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 21 1720.11 1734.41 -1445.79 -1460.09 14.30 7.62 0.53 0.144 0.227 0.132 7.62 0.144 0.227 0.132 Gas -1471.70
C YATES 9 299.01 Zone 22 1740.29 1753.73 -1441.28 -1454.72 13.44 6.12 0.46 0.079 0.351 0.316 5.68 0.081 0.333 0.311 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 22 1727.68 1733.50 -1427.45 -1433.27 5.82 4.60 0.79 0.068 0.359 0.287 4.60 0.068 0.359 0.287 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 22 1738.80 1747.34 -1418.76 -1427.30 8.54 3.36 0.39 0.067 0.260 0.361 3.21 0.068 0.244 0.356 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 22 1758.39 1767.22 -1431.64 -1440.47 8.83 8.22 0.93 0.089 0.310 0.292 8.07 0.090 0.307 0.293 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 22 1740.58 1748.52 -1422.98 -1430.92 7.94 7.64 0.96 0.081 0.516 0.249 6.51 0.085 0.498 0.253 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 22 1703.91 1709.13 -1443.00 -1448.22 5.22 5.22 1.00 0.118 0.298 0.335 5.22 0.118 0.298 0.335 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 22 1766.49 1768.08 -1474.19 -1475.78 1.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1454.72

Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011

Anda mungkin juga menyukai