Well - Logging - Bab 2 PDF
Well - Logging - Bab 2 PDF
SKRIPSI
0706163180
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
0706163180
NPM : 0706163180
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Desember 2011
iii
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mengizinkan penulis menyelesaikan tugas akhir dan penyusunan skripsi ini
dengan judul “Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar Pada
Lapangan Boonsville”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda
Muhammad, beserta segenap keluarga, sahabat dan pengikut setia beliau.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Fisika pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua, affan serta ummi dan abinya serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberi doa dan semangat kepada penulis.
2. Dr. rer. nat. Abdul Haris, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah rela
mengorbankan banyak waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis.
3. Dr. Yunus Daud, Dr. Supriyanto dan Dr. Syamsu Rosid selaku dosen
peminatan Geofisika yang telah memberikan banyak ilmu dan arahan yang
sangat berharga.
4. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Fisika UI, Mbak Ratna dan Pak
Mardi atas bantuan teknis yang penulis peroleh selama menjadi mahasiswa
Fisika UI.
5. Ng Bei Berger M.Si, Aryo Aviarto S.Si., dan Erlangga Wibisono S.Si.
selaku pembimbing teknis.
6. Anak Puri M17, JB, Ai, Aldi Oo, Denny, Angga, Gemmy yang telah
berbagi waktu, makanan, kendaraan baik dalam suka maupun duka.
Penulis
2011
vi
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Desember 2011
Yang menyatakan
vii
viii
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Metodologi Skripsi ........................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 5
xi
BAB 5. KESIMPULAN
Kesimpulan ............................................................................................ 75
DAFTAR ACUAN
LAMPIRAN
xii
Gambar 1.1 Diagram alir proses pengolahan dan interpretasi data .................. 4
Gambar 2.1 Lokasi Lapangan Boonsville, Texas ............................................ 7
Gambar 2.2 Basin pada Ouachita Foldbelt ...................................................... 7
Gambar 2.3 Stratigrafi Fort Worth Basin ........................................................ 9
Gambar 2.4 Karakter umum dari log pada lapangan Boonsville dengan 13
genetic sequence ......................................................................... 10
Gambar 2.5 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu
inti. Simbol mengindikasikan sumur tempat sampel diambil ....... 12
Gambar 2.6 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu
inti. Simbol mengindikasikan zona tempat sampel diambil .......... 12
Gambar 2.7 Sejarah aktivitas pemboran di lapangan Boonsville ...................... 13
Gambar 2.8 Efek perbedaan litologi pada log gamma ray ................................ 16
Gambar 2.9 Konfigurasi alat log SP ............................................................... 17
Gambar 2.10 Respon umum dari alat log SP .................................................... 18
Gambar 2.11 Prinsip kerja alat log induksi ....................................................... 20
Gambar 2.12 Respon umum dari alat log Induksi ............................................. 20
Gambar 2.13 Respon umum dari alat log sonik ................................................ 22
Gambar 2.14 Penampang alat log densitas ........................................................ 23
Gambar 2.15 Respon umum dari alat log neutron .............................................. 25
Gambar 3.1 Peta lokasi 38 sumur pada Lapangan Boonsville .......................... 33
Gambar 3.2 Diagram alir proses pengolahan data ........................................... 35
Gambar 3.3 Input data well header ................................................................. 36
Gambar 3.4 Membuat kurva temperatur ......................................................... 36
Gambar 3.5 Input data koreksi lingkungan pada neutron log .......................... 37
Gambar 3.6 Membuat zonasi reservoar .......................................................... 38
Gambar 3.7 Hasil zonasi reservoar ................................................................. 38
Gambar 3.8 Pemilihan indikator kandungan lempung .................................... 39
Gambar 3.9 Evaluasi kandungan lempung ...................................................... 39
Gambar 3.10 Pemilihan model porositas dan metode saturasi air ...................... 40
xiii
xiv
xv
xvi
Energi menjadi hal penting dalam berbagai kegiatan manusia dimana hampir
semua aspek kehidupan manusia tidak lepas dari penggunaan energi. Sehingga
kegiatan eksploitasi terhadap sumber energi menjadi hal yang lumrah dari dulu
hingga sekarang. Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia maka kebutuhan
akan energi pun ikut bertambah, yang mengakibatkan sumber energi tidak dapat
lagi di eksploitasi dengan mudah terutama energi yang tidak dapat diperbaharui
yang salah satunya adalah energi hidrokarbon, sumber energi utama di dunia saat
ini.
Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan eksplorasi terlebih dahulu dimana
dengan melakukan eksplorasi, kita dapat memprediksi kondisi bawah permukaan
sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan eksploitasi
hidrokarbon. Teknologi eksplorasi terus berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi global. Ditambah lagi dengan semakin tipis dan sulitnya menemukan
cadangan hidrokarbon. Integrasi ilmu geologi, geofisika, dan geokimia diterapkan
dalam kegiatan eksplorasi sehingga semakin meningkatkan rasio keberhasilan dari
kegiatan eksplorasi tersebut. Saat eksplorasi telah dilakukan dan berhasil
menemukan kandungan minyak bumi yang komersial, eksploitasi pun dilakukan.
Namun dengan dilakukannya eksploitasi tidak serta merta menghentikan kegiatan
eksplorasi. Eksplorasi terus berjalan seiring dengan kegiatan eksploitasi dengan
tujuan untuk mengembangkan zona, estimasi cadangan, dan meningkatkan
produksi hidrokarbon.
Secara umum kegiatan eksplorasi dapat menghasilkan data seismik, data log
sumur, dan data geologi. Data seismik mampu memberikan informasi spasial yang
luas, tetapi tidak mampu memberikan resolusi yang baik secara vertikal.
1
Universitas Indonesia
Sebaliknya data log sumur mampu memberikan resolusi yang baik secara vertikal,
tetapi dengan informasi spasial yang sempit. Sehingga, dengan melakukan
integrasi data seismik dan data log sumur, yang di tunjang dengan data geologi,
dapat dihasilkan prediksi yang lebih meyakinkan tentang kondisi bawah
permukaan.
Hidrokarbon Fort Worth Basin ditemukan pertama kali pada pertengahan abad ke
19. Hidrokarbon tersebut ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan
penggalian sumur air. Produksi minyak secara komersial baru dilakukan pertama
kali pada awal 1900an. Pada tahun 1917, ditemukan lapangan Ranger yang
kemudian mendorong munculnya kegiatan eksplorasi secara masif di Texas. Pada
tahun 1945, lapangan Boonsville ditemukan dan menghasilkan gas, namun
permintaan gas pada masa tersebut sedikit sehingga mengakibatkan lapangan
tersebut belum dikembangkan. Setelah jalur pipa gas yang menuju Chicago
dibangun pada tahun 1957, barulah lapangan Boonsville mulai dikembangkan.
Sampai saat ini, lapangan Boonsville telah menghasilkan 2,6 TSCF (Trillion
Standard Cubic Feet) gas dengan 2000 sumur yang masih aktif. (Hardage et al.,
1996).
Universitas Indonesia
Pada penelitian kali ini akan dilakukan evaluasi formasi reservoar pada lapangan
Boonsville berdasarkan analisa log petrofisika dari data 38 sumur yang berada
pada lapangan Boonsville. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pendukung untuk evaluasi kondisi reservoar pada lapangan Boonsville sehingga
dapat diperkirakan zona prospek hidrokarbon potensial, termasuk kandungan
hidrokarbon dan jenis hidrokarbon pada zona tersebut. Selain itu dapat pula
menjadi data masukan sebagai data evaluasi petrofisika untuk melakukan
pemodelan geostatik sebagai distribusi dari parameter fisika batuan dalam
reservoar.
Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus, maka dilakukan pembatasan pada
beberapa hal :
1. Data yang digunakan adalah data yang berasal dari daerah lapangan
Boonsville.
2. Evaluasi formasi dan log sumur dilakukan pada 38 sumur.
3. Membuat analisa nilai parameter reservoar berupa porositas, kandungan
lempung, dan saturasi air.
4. Menentukan batas kontak fluida pada masing-masing zona reservoar.
5. Data statistik reservoar per lapisan diurutkan berdasarkan nama marker
dan kedalaman zona.
Universitas Indonesia
Data-data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari 38 sumur pada lapangan
Boonsville. Secara umum proses pengolahan dan interpretasi data ditunjukkan
pada diagram alir di gambar 1.1.
Well Data
Evaluasi Formasi
Vsh Sw Porosity
Reservoar Kontak
Pembuatan Lumping
Universitas Indonesia
Sistematika penulisan skripsi terdiri atas lima bab yang secara garis besar dapat
diuraikan sebagai berikut. Pada Bab 1 dibahas hal-hal yang melatar belakangi
dilakukannya studi ini, tujuan studi, pembatasan masalah, metode yang telah
dilakukan pada studi serta sistematika penulisan. Pembahasan berikutnya pada
Bab 2, membahas mengenai tinjauan geologi meliputi keadaan geologi regional
pada lapangan penelitian, yaitu lapangan Boonsville, stratigrafi dan litologi,
karakteristik reservoar dan sejarah produksinya. Dilanjutkan dengan teori-teori
dasar analisis log petrofisika yang mendasari proses pengerjaan penelitian ini.
Proses pengolahan data log sumur akan dijelaskan pada Bab 3, yang akan
mencakup proses perhitungan kandungan lempung, porositas dan saturasi air,
serta penentuan oil – water contact. Hasil dan pembahasan data terdapat pada Bab
4. Di bab ini analisa hasil proses pengolahan data sumur dipaparkan termasuk
kurva porositas, saturasi air, kandungan lempung, serta penampang oil – water
contact. Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini diberikan beberapa
kesimpulan yang didapatkan dari keseluruhan penelitian ini, dimana keseluruhan
hal tersebut akan terangkum dalam Bab 5.
Universitas Indonesia
Daerah yang di bahas dalam tugas akhir ini yaitu lapangan Boonsville yang
terletak di Fort Worth Basin, Texas, Amerika Serikat. Cakupan lapangan
Boonsville itu sendiri akan mengacu pada model lapangan Boonsville yang
dikeluarkan oleh Railroad Commission of Texas. Gambar 2.1 menunjukkan
lokasi Fort Worth Basin dimana area kotak hitam adalah area dimana 26 mil2 data
seismik 3D diperoleh dan merupakan proyek area yang akan dibahas dalam tugas
akhir ini.
Fort Worth Basin merupakan foreland basin Paleozoic akhir yang terisi oleh
sedimen dengan ketebalan maksimum mencapai 13.000 ft, yang sebagian besar
berumur Pennsylvanian (Hardage et al., 1996). Basin ini termasuk basin dewasa
yang terbentuk akibat Ouachita Foldbelt yang muncul karena adanya tumbukan
antara lempeng Amerika Selatan – Afrika dan lempeng Amerika Utara yang
kemudian dapat mempengaruhi lingkungan pengendapan pada Fort Worth Basin
(Aissa, 2008). Gambar 2.2 menunjukkan basin – basin yang muncul akibat
Ouchita Foldbelt. Hidrokarbon yang diproduksi dari basin ini berasal dari formasi
6
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
7
sedimen Ellenburger, Barnet Shale, Marble Falls, Atoka dan Strawn, tetapi hanya
formasi Atoka yang memiliki data lengkap (Tanakov, 1997).
Gambar 2. 1 Lokasi Lapangan Boonsville, Texas. Kotak hitam menunjukkan area akuisisi data
seismik 3D. (Tanakov, 1997)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
8
Secara umum, stratigrafi Fort Worth Basin ditunjukkan pada gambar 2.3. Secara
keseluruhan, Paleozoic dapat dibagi menjadi tiga interval berdasarkan sejarah
tektoniknya. (Montgomery, Jarvie, Bowker, & Polastro, 2005) :
1. Cambrian – Upper Ordovician Platform strata (Riley – Wilberns,
Ellenburger, Viola, Simpson)
2. Middle – Upper Mississippian strata (Chappel Formation, Barnet Shale,
Lower Marble Falls Formation)
3. Pennsylvanian strata (Upper Marble Falls Formation, Atoka, dll)
Gambar 2.4 menunjukkan karakter umum dari well log pada lapangan
Boonsville. Interval konglomerat bend berdasarkan Railroad Commission of
Texas berada di antara Caddo Limestone sampai Marble Falls Limestone.
Konglomerat Bend dan Atoka Grup dapat dianggap sinonim, Thompson (1982)
membagi konglomerat bend menjadi dua interval, Lower Atoka dan Upper Atoka.
(Hardage et al., 1996).
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
9
Gambar 2. 3 Stratigrafi Fort Worth Basin (USGS; Montgomery, Jarvie, Bowker, & Polastro, 2005)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
10
Vineyard merupakan reservoar yang paling produktif dalam proyek area. Secara
umum sequence ini menghasilkan gas, tapi di beberapa bagian juga menghasilkan
minyak yaitu di bagian timur utara dan timur selatan dari proyek area. Sequence
Caddo merupakan reservoar penghasil minyak yang utama. (Hardage et al., 1996).
Gambar 2. 4 Karakter umum dari log pada lapangan Boonsville dengan 13 genetic sequence
(Tanakov, 1997)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
11
Sampel batu inti yang dianalisa sebagian besar berasal dari interval batu pasir.
Batu inti ini diambil dari 4 sumur yaitu I. G. Yates 33 (5446 – 5472 ft), Sealy C-2
(4891 – 4910 ft), Craft Tarrant Water Board 3 (5370 – 5518 ft), dan Tarrant A-4
(4715 – 4750 ft; 4800 – 4841 ft; 5497 – 5566 ft). Sampel batu ini kemudian
dianalisa untuk porositas dan permeabilitas. Hasil analisa batu inti tersebut
terangkum dalam gambar 2.5 dan gambar 2.6. Dari hasil tersebut dapat dibagi
menjadi tiga kelompok data :
1. Kelompok pertama adalah area dimana porositas kurang dari 4 %. Titik
data ini menunjukkan area dengan fasies yang rapat dan tersementasi
dengan baik. Fasies ini tidak merepresentasikan batuan reservoar. Nilai
permeabilitasnya kemungkinan adalah permeabilitas yang disebabkan
microfractures yang terbentuk saat proses coring dan plugging.
2. Kelompok data kedua memiliki porositas 6 % sampai 16 % dan
permeabilitas 0.1 md sampai 200 md. Kelompok data ini didominasi oleh
fasies batu pasir.
3. Kelompok data ketiga memiliki porositas 6 % sampai 14 % dan
permeabilitas 0.1 md sampai 0.6 md. Kelompok data ini menunjukkan
batu pasir dengan permeabilitas rendah yang mungkin telah mengalami
proses sementasi.
Kelompok data kedua dan ketiga mengindikasikan batu pasir produktif pada
konglomerat bend terdiri dari dua atau lebih fasies.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
12
Gambar 2. 5 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu inti. Simbol
mengindikasikan sumur tempat sampel diambil. (Dimodifikasi dari Hardage et al., 1996)
Gambar 2. 6 Cross plot porositas vs permeabilitas untuk semua sampel batu inti. Simbol
mengindikasikan zona tempat sampel diambil. (Dimodifikasi dari Hardage et al., 1996)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
13
Pada tahun 1945, lapangan Boonsville ditemukan dan menghasilkan gas, namun
permintaan gas pada masa tersebut sedikit sehingga mengakibatkan lapangan
tersebut belum dikembangkan. Pengeboran baru marak di pertengahan sampai
akhir tahun 1950an setelah jalur pipa gas dari Wise County menuju Chicago
dibangun pada tahun 1957.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
14
Analisa petrofisika adalah suatu upaya untuk memahami ciri dan sifat-sifat fisika
batuan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil pengukuran pada lubang
sumur. Analisa petrofisika sangat penting untuk memastikan ada tidaknya
hidrokarbon di bawah permukaan tanah. Pengukuran pada lubang sumur dapat
dikategorikan menjadi 4 kategori (Harsono, 1997):
1. Log operasi pemboran (log lumpur (mud logs), MWD dan LWD (Log
While Drilling))
2. Analisis batu inti
3. Log sumur dengan kabel (elektrik, akustik, radioaktif, elektromagnetik,
ultrasonik, medan magnet, NMR (Nuclear Magnetic Resonance),
temperatur dan tekanan, pengambilan sampel batu inti dan fluida)
4. Uji produksi kandungan lapisan
Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur (Harsono, 1997). Log diperoleh dari operasi logging di sumur terbuka yang
umumnya dimulai dari kedalaman maksimum (total depth) sampai dengan sepatu
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
15
selubung (casing shoe). Kurva log mampu memberikan informasi tentang sifat-
sifat batuan dan cairan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya di dalam
sumur. Operasi logging yang baik memiliki interval yang tidak terlalu panjang
sehingga dapat di peroleh informasi yang lebih akurat dan menghindari
keterbukaan lapisan formasi yang terlalu lama terhadap sistem lumpur.
Prinsip dasar dari log gamma ray yaitu melakukan pengukuran tingkat radioaktif
alami bumi. Radioaktif alami tersebut berasal dari unsur – unsur radioaktif yang
berada di dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Unsur – unsur radioaktif
tersebut antara lain Uranium, Thorium, Potassium. Unsur radioaktif tersebut
cenderung mengendap di dalam shale yang prosesnya terjadi saat perubahan
geologi batuan, sedangkan pada sandstone, limestone, dolomite sangat sedikit
jumlahnya. Sehingga log ini sangat efektif digunakan untuk melakukan evaluasi
formasi pada lingkungan pengendapan fluvial deltaic yang sistem perlapisannya
terdiri dari sandstone atau shale.
Unsur – unsur radioaktif akan memancarkan gamma ray dalam bentuk pulsa
energi radiasi tinggi yang mampu menembus batuan sehingga dapat dideteksi oleh
detektor gamma ray. Karena pulsa – pulsa energinya mampu menembus batuan
maka logging gamma ray dapat dilakukan meskipun lubang bor telah dipasang
casing. Tiap pulsa yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor
sehingga parameter yang di rekam adalah jumlah pulsa yang tercatat per satuan
waktu.
Log gamma ray memiliki satuan API (American Petroleum Institute) yang
biasanya dalam skala berkisar 0 – 150 API atau 0 – 200 API jika terdapat lapisan
organic rich shale.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
16
Gambar 2. 8 Efek perbedaan litologi pada log gamma ray (Glover, 2007)
Prinsip dasar dari log Spontaneous Potential (SP) adalah merekam beda potensial
antara elektroda yang bergerak sepanjang lubang bor dengan elektroda yang diam
di atas permukaan. Satuan yang digunakan adalah milivolt (mV).
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
17
Penyimpangan pada log SP disebabkan oleh adanya aliran arus listrik di dalam
lumpur yang muncul akibat tenaga elektromotif di dalam formasi batuan, yaitu
komponen elektrokimia dan elektrokinetik.
Log SP biasanya akan menunjukkan garis lurus (baseline) pada lapisan shale dan
bila bertemu dengan lapisan permeabel, log SP akan menyimpang dari baseline
dan mencapai garis konstan pada lapisan permeabel yang tebal seperti sand.
Penyimpangan log SP dapat ke kiri atau ke kanan tergantung dari kadar garam air
formasi dan filtrasi lumpur. Apabila lumpur lebih tawar dari air formasi, log SP
akan menyimpang ke kiri dan sebaliknya apabila air formasi lebih tawar dari
lumpur maka log SP akan menyimpang ke kanan.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
18
Prinsip dasar dari log resistivity yaitu mengukur sifat resistivitas listrik dari
batuan formasi. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dalam satuan
Ohmmeter, dan di tampilkan dalam skala logaritmik dengan nilai antara 0.2 –
2000 Ohmmeter.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
19
Untuk mengukur resistivitas dari formasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
mengirimkan arus bolak balik langsung ke formasi (alat laterolog) atau
menginduksikan arus listrik ke dalam formasi (alat induksi).
Alat laterolog ganda (Dual Laterolog (DLT)) mengfokuskan arus listrik secara
lateral masuk ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis. Dengan mengukur
tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus listrik yang tetap,
resistivitas dapat dihitung dengan menggunakan hukum Ohm. Alat DLT terdiri
dari 2 bagian, bagian pertama memiliki elektroda yang diatur sehingga dapat
memaksa arus listrik masuk sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur
resistivitas laterolog dalam (LLd) dan bagian kedua memiliki elektroda yang
diatur agar lembar arus listrik yang terbuka sedikit sehingga hanya dapat
mengukur resistivitas laterolog dangkal (LLs). Hal ini hanya dapat tercapai jika
digunakan arus bolak balik dengan frekuensi yang berbeda.
Alat induksi terdiri dari 2 set kumparan yang disusun dalam batangan non-
konduktif. Saat arus listrik dialirkan ke dalam kumparan pemancar, maka akan
timbul medan magnet (medan magnet primer) disekitar kumparan pemancar
tersebut. Medan magnet tersebut kemudian akan membangkitkan arus eddy di
dalam formasi di sekitar alat induksi. Arus eddy tersebut akan menghasilkan
medan magnet pula (medan magnet sekunder) yang akan dapat dideteksi oleh
kumparan penerima dan menghasilkan arus emf di kumparan penerima. Kuat arus
emf yang terjadi di kumparan penerima akan sebanding dengan kekuatan medan
magnet sekunder dan sebanding dengan arus eddy dan sebanding pula dengan
konduktifitas dari formasi. Karena parameter yang diukur adalah konduktifitas
maka alat induksi biasa disebut alat konduktifitas dan alat laterolog disebut alat
resistivitas. Perbedaan ini akan menentukan jenis alat yang digunakan sesuai
dengan kondisi lumpur dan formasi batuan. Alat induksi lebih tepat digunakan
untuk resistivitas rendah hingga menengah sedangkan alat laterolog untuk
resistivitas menengah hingga tinggi.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
20
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
21
Setiap benda padat dapat menjadi medium perambatan gelombang akustik. Jika
gelombang suara merambat dari satu titik ke titik lainnya dalam benda padat, dan
jarak kedua titik tersebut diketahui maka kecepatan gelombang suara didalam
benda padat tersebut dapat diketahui dengan menghitung waktu perambatan
gelombang antara kedua titik. Sehingga prinsip dasar dari alat sonik yaitu
mengukur waktu perambatan gelombang suara yang melalui formasi pada jarak
tertentu. Alat sonik terdiri dari pemancar dan penerima yang dipisahkan pada
jarak tertentu. Namun jika hanya terdapat satu pemancar dan satu penerima, akan
terjadi masalah yang disebabkan oleh kikisan pada lubang sumur atau pengaruh
kemiringan alat, oleh karena ini dikembangkan sistem alat baru yaitu Borehole
Compensated Sonic Tool (BHC) yang menggunakan dua pemancar dan empat
penerima yang di rangkai sedemikian rupa sehingga pengaruh dari lubang bor
dapat dikecilkan.
Walaupun alat sonik mengukur waktu rambat gelombang suara namun log sonik
menampilkan hasilnya dalam besaran waktu transit (transit time) dengan satuan
µs/ft. Satuan ini dapat secara baik memberikan pembacaan yang ditemukan dalam
logging normal dengan nilai berkisar 40 – 200 µs/ft. Namun sebagian besar
formasi memberikan tanggapan nilai berkisar 40 – 140 µs/ft, sehingga skala log
yang biasa dipakai adalah 140 – 40 µs/ft.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
22
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
23
elektron di atom lain dalam proses tumbukan lanjutan sampai energi foton
tersebut terserap secara keseluruhan.
Jumlah elektron yang ditendang keluar oleh foton merupakan fungsi dari tenaga
foton dan jenis mineral. Dengan mengukur densitas elektron (jumlah elektron per
satuan volume) akibat hamburan Compton maka densitas dari formasi dapat
diketahui. Semakin besar densitas elektron maka semakin padat butiran / mineral
penyusun batuan di dalam formasi.
Alat FDC memiliki dua buah detektor, detektor yang letaknya lebih jauh dari
sumber radiasi disebut detektor sumbu panjang, dimana detektor ini memegang
peranan penting dalam pengukuran densitas. Detektor yang letaknya lebih dekat
dengan sumber radiasi disebut detektor sumbu pendek, dimana detektor ini sangat
dipengaruhi oleh lumpur. Perbedaan densitas antara detektor sumbu pendek dan
detektor sumbu panjang dijadikan sebagai koreksi yang harus ditambahkan atau
dikurangkan kepada detektor sumbu panjang.
Log densitas dapat digunakan untuk mengukur nilai porositas, melakukan korelasi
antara sumur, dan mengenali komposisi atau indikasi fluida dalam formasi.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
24
Minyak dan air memiliki jumlah hidrogen per unit volume yang hampir sama
sehingga neutron dapat memberikan tanggapan porositas fluida pada formasi
bersih. Namun pada formasi lempung, alat neutron akan menunjukkan tanggapan
porositas fluida yang lebih tinggi dari seharusnya karena lempung mengandung
atom hidrogen yang lebih banyak dalam susunan molekulnya.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
25
Gas memiliki konsentrasi hidrogen yang lebih rendah sehingga alat neutron akan
menunjukkan tanggapan porositas yang lebih rendah dari seharusnya bila bertemu
formasi yang mengandung gas.
Adanya cairan garam di daerah rembesan akibat lumpur juga akan mempengaruhi
tanggapan porositas alat neutron. Cairan garam tersebut akan mengurangi
konsentrasi atom hidrogen sehingga nilai tanggapan porositas alat neutron perlu
dikoreksi terhadap salinitas.
Data batu inti umumnya hanya mengungkapkan bagian formasi yang sangat
dangkal di sekitar lubang bor. Ukuran sampel batu inti umumnya kecil
dibandingkan lapisan reservoar sesungguhnya, sehingga sifat – sifat reservoar
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
26
yang diuraikan dari sebuah batu inti memiliki variasi dibandingkan data rerata
dari volume batuan yang lebih besar. Hambatan lain yang dijumpai dalam analisa
batu inti adalah ketika menghubungkan permeabilitas dengan sifat – sifat aliran
lapisan yang lebih besar dan juga dalam penentuan permeabilitas vertikal.
Karena alasan biaya dan teknis, umumnya industri migas hanya mengambil
sampel batu inti dari sumur – sumur pilihan. Sampel batu inti tersebut kemudian
dianalisa secara rinci untuk mengembangkan model geologi dan menentukan
hubungan antara parameter petrofisika formasi seperti porositas, permeabilitas,
dan saturasi, yang juga dapat diperoleh dari data log.
Sifat-sifat batuan yang penting untuk analisis log adalah porositas, kejenuhan air,
dan permeabilitas. Parameter lain yang penting dalam melakukan analisa
petrofisika adalah rasio kandungan lempung. Dengan mengetahui rasio
kandungan lempung dan porositas, estimasi potensi reservoar dapat diketahui.
Dengan tambahan parameter kejenuhan air, banyaknya kandungan hidrokarbon di
dalam reservoar dapat diketahui. Dengan parameter permeabilitas dapat diketahui
pula pada tingkat mana hidrokarbon tersebut dapat diproduksi.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
27
pengalaman pribadi, pengetahuan geologi lokal, hasil analisa inti, mutu dari
masing – masing kurva dan faktor – faktor lainnya. Namun biasanya para log
analisis mengambil nilai kandungan lempung yang terkecil atau nilai rata – rata.
Kandungan lempung dari log gamma ray dapat dihitung dengan menggunakan
metode berikut :
= (2.1)
Dimana :
GR = GR pada kedalaman penetrasi
GRclean = GR pada zona bersih
GRclay = GR pada lempung
Untuk log SP :
= (2.5)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
28
2.2.3.2 Porositas
Porositas adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat.
Pada formasi renggang (unconsolidated formation) besarnya porositas tergantung
pada distribusi ukuran butir, tidak pada ukuran butir mutlak. Porositas akan
menjadi tinggi jika butirannya berukuran sama, akan kecil jika ukuran butirnya
bervariasi karena butiran yang kecil akan mengisi ruang antara butiran besar. Pada
formasi rapat (consolidated formation) porositas mendekati nol karena partikel –
partikel batuan bergabung bersama material yang mengandung silika atau zat
kapur. Ada beberapa macam porositas :
1. Porositas total (ϕt)
Merupakan perbandingan antara ruang kosong (pori – pori, retakan,
rekahan, gerohong) total yang tidak terisi oleh benda padat yang ada di
antara elemen – elemen mineral dari batuan, dengan volume total batuan.
2. Porositas bersambungan (ϕconnected)
Merupakan bagian dari ruang kosong yang bersambungan di dalam
batuan.
3. Porositas potensial (ϕpot)
Merupakan ukuran jalur pori – pori pada batasan tertentu di mana fluida
tidak dapat lagi mengalir
4. Porositas efektif (ϕe)
Merupakan porositas yang dapat dilalui oleh fluida bebas, tidak termasuk
porositas yang tidak bersambungan, dan ruangan yang terisi oleh air
resapan dari air ikat serpih.
Nilai porositas dapat di cari dengan menggunakan log porositas seperti sonik atau
densitas – neutron.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
29
Dimana :
= Porositas sonik
∆ = Interval sonik dari log
∆ = Interval sonik matrix batuan
= Kandungan lempung
∆ = Interval sonik clay
∆ = Interval sonik fluida (freshwater mud = 189 µsec/ft)
∆ = Interval sonik hidrokarbon
= Saturasi zona rembesan
= Faktor kompaksi
Dimana :
= Porositas densitas
= Densitas bulk formasi (dari log)
= Densitas matrix batuan
= Kandungan lempung
= Densitas clay
= Densitas fluida
= Densitas hidrokarbon
= Saturasi zona rembesan
∅ ∅
= (2.11)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
30
Bagian dari ruang pori yang berisi air disebut kejenuhan atau saturasi air (Sw).
Sisa bagian yang berisi minyak atau gas disebut saturasi hidrokarbon (Sh) yang
nilainya (1 – Sw). Secara umum diasumsikan bahwa reservoar terisi air terlebih
dahulu yang kemudian selama kurun waktu tertentu minyak atau gas yang
terbentuk di tempat lain pindah ke reservoar dan menggantikan air pada ruang
pori yang lebih besar. Namun tidak semua air dapat dipindahkan sehingga ada
saturasi sisa (irreducible water saturation (Sw(irr))) yang menunjukkan air yang
tertinggal karena tegangan permukaaan pada permukaan butiran, kontak butiran,
dan di dalam celah – celah yang sangat kecil. Air sisa tersebut tidak akan mengalir
ketika formasi dibuka dan diproduksi.
Ada berbagai macam metode untuk menghitung nilai saturasi air, tergantung dari
lingkungan pengendapan, kandungan lempung, dan faktor – faktor lainnya.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
31
2.2.3.5 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)
Untuk pemetaan dan gridding diperlukan suatu deskripsi yang lebih sederhana
dari parameter – parameter petrofisika di dalam zona reservoar di setiap sumur.
Proses deskripsi tersebut disebut lumping atau pembungkalan.
Nilai bungkal dari suatu parameter adalah nilai kumulatif dari parameter itu di
dalam zona tersebut. Nilai kumulatif adalah jumlah dari parameter pada setiap
kedalaman sampling dikalikan dengan interval sampling. Nilai rata – rata adalah
nilai bungkal dibagi dengan tebal zona yang ditentukan dengan penggalan –
penggalan total, net, atau net pay. Fungsi dari penggalan yaitu untuk
menghilangkan bagian reservoar yang dianggap tidak produktif.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
32
Umumnya data rata – rata dari porositas , saturasi air, dan kandungan lempung
ditampilkan sebagai tabel data dengan tiga jenis estimasi cadangan :
1. Total pay ; tidak menggunakan penggalan
2. Net ; menggunakan penggalan porositas dan kandungan lempung, nilai
porositas yang rendah dan nilai kandungan lempung yang tinggi tidak
dipilih.
3. Net pay ; sama seperti net namun dengan menambahkan parameter
saturasi air, nilai saturasi air yang tinggi di atas nilai penggalan tidak
diambil.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
BAB 3
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Data
Data yang digunakan pada penelitian yaitu data sumur pada lapangan Boonsville
yang terdiri dari 38 sumur yang berlokasi di dalam area 3D seismik. Data sumur
tersebut telah dibuat menjadi data publik oleh 3 perusahaan yang mengambil alih
lapangan tersebut yaitu OXY USA, Arc Petroleum, dan Enserch. Posisi sumur –
sumur tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.
Setiap sumur telah dilakukan proses logging dan hasilnya telah di digitalisasi
dengan step kedalaman 0.5 ft. Tipe data log yang tersedia dari 38 sumur tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.1.
33
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
34
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
35
Pengolahan data yang dilakukan dalam tugas akhir ini dilakukan dengan alur
pengerjaan seperti di tunjukkan pada gambar 3.2.
Well Data
Evaluasi Formasi
Vsh Sw Porosity
Reservoar Kontak
Pembuatan Lumping
Gambar 3. 2 Diagram alir proses pengolahan data
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengkondisian data log
yang meliputi input data well header, membuat kurva temperatur, dan melakukan
koreksi lingkungan.
Input data well header dilakukan untuk melengkapi informasi pada well header
data log seperti informasi umum dari sumur, posisi, dan default parameters.
Proses ini perlu dilakukan karena informasi – informasi tersebut akan dipakai
dalam proses pengolahan data selanjutnya.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
36
Proses selanjutnya yaitu membuat kurva temperatur. Ada 2 metode yang dapat
digunakan yaitu dengan memasukkan nilai temperatur dari beberapa titik
(minimal 2) kedalaman yang berbeda atau dengan memasukkan nilai gradien
temperatur. Karena tidak adanya data nilai gradien temperatur dari sumur – sumur
yang diteliti, maka pembuatan kurva temperatur dalam penelitian ini
menggunakan metode pertama. Titik yang dimasukkan yaitu kelly bushing (KB)
dan bottom depth. Dari proses ini akan dihasilkan kurva temperatur yang nantinya
akan digunakan untuk koreksi lingkungan.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
37
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
38
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
39
Secara umum kandungan shale yang dihitung pada sumur daerah penelitian
menggunakan indikator log gamma ray, indikator lainnya hanya dijadikan sebagai
penunjang.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
40
Proses pengolahan data selanjutnya yaitu menghitung nilai porositas dan saturasi
air. Dari 38 sumur di derah penelitian, hanya 15 sumur yang memiliki log
porositas sehingga perhitungan porositas dan saturasi air hanya dilakukan pada 15
sumur tersebut. Model porositas yang digunakan sebagian besar adalah neutron
density, namun khusus sumur B Yates 11 dan C Yates 9 menggunakan model
porositas density karena kedua sumur tersebut tidak memiliki log neutron.
Sedangkan sumur Ashe C5 menggunakan model porositas sonik karena sumur
tersebut hanya memiliki log sonik.
Hasil pengamatan pada data batu inti mengindikasikan bahwa konglomerat bend
sebagian besar terdiri dari fluvial sand dan shale, dengan banyak material
karbonat dalam bentuk semen. Marine shale dan limestone murni juga muncul.
Sehingga untuk mengukur saturasi air yang paling akurat, di gunakan medote dua
air (dual water). (Hardage et al., 1996)
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
41
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
42
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
43
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
44
Kemudian nilai cutoff yang diperoleh dimasukkan sebagai data input penentuan
zona reservoar dan zona net pay (proses lumping).
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
45
3.2.7 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)
Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan Movable
Hydrocarbon Index (MHI) dibuat dengan membuat user formula kurva MOS,
ROS, dan MHI dengan rumus,
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
46
Kontak fluida ditentukan dengan melihat nilai relatif dari kurva Sw. Nilai relatif
kurang dari 0.2 ditetapkan sebagai zona gas dan nilai relatif antara 0.6 – 0.2
ditetapkan sebagai zona oil. Nilai relatif di atas 0.6 ditetapkan sebagai zona non
produktif (zona air).
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumur C Yates 9 berada di bagian utara dari daerah penelitian. Pada sumur ini
kandungan lempung yang terdapat pada masing masing zona reservoar bervariasi
mulai dari 70 % – 0 %. Zona 1 memiliki tebal 5 meter dengan kandungan
lempung sekitar 30 %, zona ini berpotensi sebagai reservoar dengan di dukung
penyimpangan pada log SP dan resistivitas yang tinggi seperti di tunjukkan oleh
log ILD. Zona ini merupakan sequence Caddo limestone bila merujuk pada
penamaan yang dikeluarkan oleh Bureau of Economic Geology (BEG) seperti
tampak pada gambar 2.4.
Pada zona 2 dari sumur C Yates 9 terdapat lapisan pasir dengan tebal 7 meter.
Dengan resistivitas 137 ohmm mengindikasikan adanya hidrokarbon pada lapisan
ini. Berdasarkan penamaan BEG, zona ini merupakan sequence Caddo. Gambar
4.1 menunjukkan log kandungan lempung dari sumur C Yates 9.
47
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4. 2 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur C Yates 9 (skala 1:240)
Gambar 4. 3 Kandungan lempung zona 6, 7, 8 ,9 dan zona 10 sumur C Yates 9 (skala 1:240)
Universitas Indonesia
Pada kedalaman 1580 – 1605 m terdapat perselingan batu pasir dan shale. Pada
zona 10, log gamma ray menunjukkan pola coarsening – upward, sehingga
terlihat kandungan shale pada bagian bawah zona sekitar 70 % yang kemudian
semakin berkurang sampai 2 % pada bagian atas zona.
Lapisan pasir yang cukup tebal terdapat pada zona 21. Zona ini memiliki
kandungan lempung yang berkisar antara 35 – 1 %. Zona ini setebal 15 meter dan
berada pada kedalaman 1711 meter. Zona ini merupakan sequence Vineyard bila
merujuk pada penamaan yang dikeluarkan oleh BEG. Gambar 4.4 menunjukkan
log kandungan lempung di semua zona pada sumur B Yates 11.
Sumur IG Yates 13 berada di bagian selatan dari daerah penelitian. Sumur ini
merupakan salah satu sumur dangkal dengan total depth hanya 1432 meter (MD).
Sumur ini hanya menembus 3 zona reservoar pada sequence Caddo yaitu zona 1,
2, dan 3. Di zona 1 nilai kandungan lempung rata – rata 18,3 % dengan tebal 7
meter. Zona 2 memiliki nilai kandungan lempung rata – rata 2,6 % dengan tebal
7,7 meter sedangkan zona 3 memiliki nilai kandungan lempung rata – rata 39 %
dengan tebal hanya 2 meter. Log kandungan lempung sumur ini terlihat pada
gambar 4.7.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4. 5 Kandungan lempung zona 1 dan zona 2 sumur B Yates 11 (skala 1:240)
Gambar 4. 6 Kandungan lempung zona 21 dan zona 22 sumur B Yates 11 (skala 1:240)
Universitas Indonesia
Perhitungan porositas dan saturasi air hanya dapat dilakukan pada 15 sumur.
Sebagian besar menggunakan model porositas neutron density, terkecuali sumur B
Yates 11, C Yates 9, dan Ashe C5. Sumur B yates 11 dan C Yates 9 menggunakan
model porositas density sedangkan sumur Ashe C5 menggunakan model porositas
sonik. Untuk menghitung saturasi air digunakan model dua air (dual water) pada
semua sumur.
Universitas Indonesia
Zona 1 dan 2 dari sumur sumur C Yates 9 memiliki porositas efektif rata – rata 10
% dengan water saturation (SW) rata – rata 0,18. Kedua zona ini berpotensi
sebagai reservoar. Daerah yang sangat potensial juga terdapat pada zona 7, 13,
dan 21. Pada zona 7, nilai SW sekitar 0,1 dengan porositas efektif mencapai 15 %.
Zona ini memiliki tebal sekitar 5 meter. Rendahnya nilai SW mengindikasikan
adanya gas pada zona ini. Zona 13 memiliki porositas efektif rata – rata 9 %
dengan nilai SW sekitar 0,21. Zona ini memiliki tebal hingga 7,5 meter. Zona
potensial yang paling tebal yaitu pada zona 21, dengan ketebalan 9 meter. Dengan
porositas efektif 13 % dan nilai SW 0,14 mengindikasikan akumulasi hidrokarbon
yang cukup banyak di zona ini. Hasil log porositas dan saturasi air dari sumur C
Yates 9 dapat dilihat pada gambar 4.8.
Sumur Ashe C5 terletak di arah timur laut dari daerah penelitian dengan
kedalaman hingga 1740 meter. Porositas efektif rata - rata pada zona 1 sebesar 22
% dengan tebal 4,8 meter dan saturasi air rata – rata sebesar 0,22. Di zona 2
mempunyai porositas efektif rata – rata 21 %, saturasi rata – rata 0,22, dan tebal
gross 10,46 meter. Kedua zona ini cukup potensial sebagai reservoar. Zona
potensial lainnya tersebar mulai dari sequence trinity sampai vineyard dengan
ketebalan 3 – 14 meter. Log porositas dan saturasi air dari sumur Ashe C5
terdapat pada gambar 4.10.
Universitas Indonesia
Data rata – rata parameter porositas dan saturasi air masing – masing zona pada
setiap sumur dapat dilihat pada tabel laporan hasil lumping yang terlampir dalam
skripsi ini.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dalam menentukan nilai penggal, nilai batas geologi yang di gunakan yaitu nilai
permeabilitas minimum 0.1 md. Nilai ini diperoleh dari analisis data core yang
dilakukan oleh Hardage. Dari crossplot antara permeabilitas dengan porositas
pada masing – masing sumur, maka dapat di peroleh nilai penggal dari porositas
dengan cara membuat model matematika berupa persamaan garis regresi
eksponensial.
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Cutoff porositas dari hasil crossplot (cutoff permeabilitas 0.1 md)
Dari hasil crossplot tersebut diperoleh nilai penggal untuk porositas pada masing
– masing sumur seperti tampak pada tabel 4.1. Cutoff porositas dari masing –
masing sumur tersebut kemudian direratakan sehingga diperoleh nilai cutoff
sebesar 4 %.
Universitas Indonesia
masing – masing sumur diperoleh nilai cutoff untuk kandungan lempung sebesar
55 %.
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Cutoff kandungan lempung dari hasil crossplot (cutoff porositas 4 %)
Dari nilai penggal yang telah diperoleh pada bahasan sebelumnya maka dapat
dilakukan proses lumping sehingga dapat di pisahkan antara zona reservoar dan
zona net pay. Untuk zona reservoar digunakan nilai penggal kandungan lempung
55 % dan nilai penggal porositas 4 %, sedangkan untuk zona net pay digunakan
nilai penggal kandungan lempung 55 %, nilai penggal porositas 4 %, dan nilai
penggal saturasi air (SW) 60 %.
Universitas Indonesia
Gambar 4. 17 Zona net reservoar dan zona net pay sumur C Yates 9
Universitas Indonesia
Gambar 4. 18 Zona net reservoar dan zona net pay sumur Ashe C6
Universitas Indonesia
Gambar 4. 19 Zona net reservoar dan zona net pay sumur L. O. Fancher 5
Pada sumur C Yates 9, zona net pay paling tebal berada pada zona 21 dengan
tebal 8,65 meter. Zona ini memiliki porositas net 13,4 %, saturasi air net 0,14, dan
kandungan lempung 15,8 %. Net pay pada zona potensial 13 dan zona 2 juga
memiliki tebal sekitar 7 meter, dan memiliki porositas sekitar 8 % dengan saturasi
air masing – masing 0,21 dan 0,18. Gambar 4.17 menunjukkan zona reservoar
dan zona net pay dari sumur C Yates 9.
Pada sumur Ashe C6, zona net pay paling tebal juga berada pada zona 21 dengan
tebal 7,74 meter dan berada pada kedalaman MD 1743 meter. Porositas pada zona
ini sebesar 8 %, saturasi air 0,4, dan kandungan lempung 25,9 %. Gambar 4.18
menunjukkan zona reservoar dan zona net pay dari sumur Ashe C6.
Universitas Indonesia
air 0,42, dan kandungan lempung 27,9 %. Net pay pada zona 2 setebal 5,86 meter,
dengan porositas 14,9 %, saturasi air 0,31, dan kandungan lempung 11,3 %. Net
pay pada zona 3 setebal 2,9 meter, dengan porositas 8,4 %, saturasi air 0,45, dan
kandungan lempung 40,5 %. Gambar 4.19 menunjukkan zona reservoar dan zona
net pay dari sumur L. O. Fancher 5.
Laporan hasil lumping zona reservoar dan zona net pay pada lapangan Boonsville
selengkapnya terdapat pada lampiran skripsi ini. Gambar 4.29 menunjukkan
contoh format hasil lumping reservoar pada lapangan Boonsville.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4.23, gambar 4.24, dan gambar 4.25 masing – masing menunjukkan
nilai saturasi air dari zona 1, zona 7, dan zona 21. Saturasi air di zona 1 hampir
merata di seluruh daerah penelitian di nilai sekitar 0.3. Di zona 7 terlihat nilai
saturasi yang rendah di bagian utara.
Gambar 4.26, gambar 4.27, dan gambar 4.28 masing – masing menunjukkan
rasio kandungan lempung dari zona 1, zona 7, dan zona 21. Kandungan lempung
yang sangat rendah terlihat pada zona 21. Pada zona 1 terdapat kandungan
lempung yang rendah di bagian barat dan timur. Sedangkan pada zona 7
kandungan lempung yang rendah terlihat di bagian utara.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari arah barat ke timur diambil 5 sumur yaitu B Yates 11, B Yates 18D, B Yates
15, Ashe C6, dan Ashe C5 seperti tampak pada gambar 4.31. Kedalaman masing
– masing kontak pada setiap sumur dirangkum dalam laporan hasil lumping
reservoar yang terlampir dalam skripsi ini.
4.6 Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI)
Analisa Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation (ROS), dan
Movable Hydrocarbon Index (MHI) hanya dilakukan pada 15 sumur pada daerah
penelitian. Secara umum nilai MOS pada zona potensial sumur C Yates 9
menunjukkan nilai yang tinggi, sementara nilai ROS nya menunjukkan nilai yang
rendah. Hal ini sesuai dengan yang di harapkan karena mengindikasikan bahwa
hidrokarbon di kedua zona tersebut dapat diproduksi. Hasil ini didukung pula
dengan nilai MHI yang dibawah 0.7. Gambar 4.33 menunjukkan log MOS, ROS
dan MHI dari sumur C Yates 9.
Sumur IG Yates 13 memiliki nilai MOS rata – rata pada zona 1 sebesar 0,45 dan
di zona 2 sebesar 0,3 serta di zona 3 sebesar 0,35. Sedangkan nilai ROS rata – rata
pada zona 1 sebesar 0,13 dan di zona 2 sebesar 0,16 serta di zona 3 sebesar 0,11.
Nilai MHI di ketiga zona ini juga masih berada dibawah 0,7. Log MOS, ROS, dan
MHI dari sumur IG Yates 13 dapat dilihat pada gambar 4.34.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Dari hasil analisa petrofisika diketahui terdapat perselingan batu pasir dan
lempung pada lapangan Boonsville.
2. Estimasi parameter porositas dilakukan dengan menggunakan model
density – neutron, sonic, dan density dengan hasil yang ditampilkan pada
tabel laporan hasil lumping reservoar.
3. Estimasi parameter saturasi air dilakukan dengan menggunakan model dual
water dengan hasil yang ditampilkan pada tabel laporan hasil lumping
reservoar.
4. Zona net reservoar di definisikan dengan menggunakan nilai penggal
kandungan lempung 55 % dan nilai penggal porositas 4 %.
5. Zona net pay di definisikan dengan menggunakan nilai penggal kandungan
lempung 55 %, nilai penggal porositas 4 %, dan nilai penggal saturasi air
60 %.
6. Kontak fluida dari masing – masing zona potensial di setiap sumur dibuat
dengan melihat nilai relatif dari kurva Sw. Kedalaman dari masing – masing
kontak ditampilkan pada tabel laporan hasil lumping reservoar.
7. Dari hasil analisis Movable Oil Saturation (MOS), Residual Oil Saturation
(ROS), dan Movable Hydrocarbon Index (MHI) diketahui bahwa
hidrokarbon di lapangan Boonsville dapat diproduksi.
75
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
DAFTAR ACUAN
Aissa, Astrid., 2008, Prediksi Penyebaran Batu Pasir pada Lapangan Boonsville
dengan Menggunakan Metode Inversi Geostatistik Bayesian, Universitas
Indonesia, Depok.
Asquith, G., Krygowski, D., 2004, Basic Well Log Analysis, The American
Association of Petroleum Geoilogist, Tulsa, Oklahoma.
Harsono, Adi., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, edisi 8, Schlumberger
Oilfield Services.
Interactive Petrophysics Software Service Ltd, 2007, IP help manual Version 3.4.
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 1 Parameter Petrofisika Sumur C Yates 9
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 2 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 11
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 3 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 18D
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 4 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 15
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 5 Parameter Petrofisika Sumur B Yates 13
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 6 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 19
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 8 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 14
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 10 Parameter Petrofisika Sumur IG Yates 9A
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 11 Parameter Petrofisika Sumur L. O. Fancher 2
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 12 Parameter Petrofisika Sumur L. O. Fancher 5
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 14 Parameter Petrofisika Sumur Ashe C6
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
Gambar 15 Parameter Petrofisika Sumur Ashe C5
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
LAPORAN HASIL LUMPING RESERVOAR LAPANGAN BOONSVILLE
RESERVOIR CUTOFF : VSH = 0.55, POR = 4 %, SW = 0.6
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 2 1402.06 1408.59 -1141.46 -1147.99 6.53 6.38 0.98 0.090 0.422 0.185 6.34 0.090 0.422 0.183 Oil
L. O. FANCHER 5 260.30 Zone 2 1401.75 1410.20 -1141.45 -1149.90 8.45 7.99 0.95 0.143 0.397 0.091 5.86 0.149 0.312 0.113 Oil
L. O. FANCHER 3 264.57 Zone 2 1402.79 1410.20 -1138.22 -1145.63 7.41 6.52 0.88 0.178 0.153 0.083 6.52 0.178 0.153 0.083 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 2 1454.39 1456.45 -1162.09 -1164.15 2.06 2.02 0.98 0.139 0.190 0.065 2.02 0.139 0.190 0.065 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 2 1425.08 1435.54 -1150.76 -1161.22 10.46 9.08 0.87 0.212 0.203 0.062 4.79 0.222 0.220 0.077 Oil -1172.38
B YATES 11 300.23 Zone 2B 1459.04 1465.21 -1158.81 -1164.98 6.17 4.38 0.71 0.060 0.389 0.466 4.38 0.060 0.389 0.466 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 2B 1473.60 1477.45 -1153.56 -1157.41 3.85 2.29 0.59 0.087 0.268 0.349 2.29 0.087 0.268 0.349 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 2B 1475.01 1478.49 -1148.26 -1151.74 3.48 2.13 0.61 0.090 0.330 0.179 2.13 0.090 0.330 0.179 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 2B 1457.22 1460.61 -1164.92 -1168.31 3.39 2.93 0.87 0.070 0.245 0.434 2.93 0.070 0.245 0.434 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 2B 1438.11 1441.77 -1163.79 -1167.45 3.66 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1168.31
C YATES 9 299.01 Zone 3 1485.05 1491.77 -1186.04 -1192.76 6.72 2.14 0.32 0.073 0.442 0.189 1.83 0.078 0.414 0.204 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 3 1467.45 1473.39 -1167.22 -1173.16 5.94 5.94 1.00 0.108 0.185 0.224 5.94 0.108 0.185 0.224 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 3 1479.56 1485.50 -1159.52 -1165.46 5.94 4.25 0.72 0.097 0.263 0.283 4.25 0.097 0.263 0.283 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 3 1486.92 1489.34 -1160.17 -1162.59 2.42 1.99 0.82 0.113 0.103 0.503 1.99 0.113 0.103 0.503 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 3 1468.72 1472.95 -1151.12 -1155.35 4.23 2.74 0.65 0.089 0.247 0.505 2.74 0.089 0.247 0.505 Oil
IG YATES 31 292.91 Zone 3 1447.16 1451.86 -1154.25 -1158.95 4.70 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 14 266.09 Zone 3 1428.60 1434.40 -1162.51 -1168.31 5.80 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 3 1406.43 1409.39 -1145.52 -1148.48 2.96 2.51 0.85 0.066 0.333 0.419 2.51 0.066 0.333 0.419 Oil
IG YATES 13 266.09 Zone 3 1411.17 1413.41 -1145.08 -1147.32 2.24 2.24 1.00 0.069 0.535 0.390 1.78 0.073 0.513 0.386 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 3 1418.35 1424.95 -1157.75 -1164.35 6.60 1.03 0.16 0.085 0.468 0.508 1.03 0.085 0.468 0.508 Oil
L. O. FANCHER 5 260.30 Zone 3 1417.49 1421.15 -1157.19 -1160.85 3.66 3.20 0.87 0.082 0.470 0.409 2.90 0.084 0.451 0.405 Oil
L. O. FANCHER 3 264.57 Zone 3 1415.55 1419.12 -1150.98 -1154.55 3.57 3.55 1.00 0.073 0.322 0.512 3.55 0.073 0.322 0.512 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 3 1474.53 1477.74 -1182.23 -1185.44 3.21 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 3 1454.43 1461.10 -1180.11 -1186.78 6.67 6.06 0.91 0.142 0.206 0.206 6.06 0.142 0.206 0.206 Oil -1192.76
C YATES 9 299.01 Zone 4 1494.50 1499.76 -1195.49 -1200.75 5.26 0.91 0.17 0.054 0.405 0.497 0.91 0.054 0.405 0.497 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 4 1482.62 1486.07 -1182.39 -1185.84 3.45 2.44 0.71 0.066 0.381 0.432 2.44 0.066 0.381 0.432 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4 1493.73 1496.83 -1173.69 -1176.79 3.10 0.61 0.20 0.064 0.360 0.504 0.61 0.064 0.360 0.504 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4 1492.30 1496.53 -1165.55 -1169.78 4.23 3.66 0.87 0.102 0.329 0.353 3.66 0.102 0.329 0.353 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4 1478.33 1484.87 -1160.73 -1167.27 6.54 6.54 1.00 0.083 0.219 0.214 6.54 0.083 0.219 0.214 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4 1431.26 1435.74 -1170.66 -1175.14 4.48 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 4 1462.23 1467.64 -1187.91 -1193.32 5.41 3.02 0.56 0.163 0.207 0.174 3.02 0.163 0.207 0.174 Oil -1200.00
C YATES 9 299.01 Zone 4C 1538.49 1542.50 -1239.48 -1243.49 4.01 0.15 0.04 0.085 0.509 0.519 0.15 0.085 0.509 0.519 Oil
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 11 300.23 Zone 4C 1521.41 1524.37 -1221.18 -1224.14 2.96 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 18D 320.04 Zone 4C 1531.21 1535.07 -1211.17 -1215.03 3.86 0.30 0.08 0.088 0.572 0.502 0.30 0.088 0.572 0.502 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4C 1541.57 1545.42 -1214.82 -1218.67 3.85 0.61 0.16 0.111 0.302 0.518 0.61 0.111 0.302 0.518 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4C 1530.88 1535.42 -1213.28 -1217.82 4.54 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 4C 1475.97 1480.06 -1215.06 -1219.15 4.09 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4C 1486.42 1488.93 -1225.82 -1228.33 2.51 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4C 1534.77 1536.59 -1242.47 -1244.29 1.82 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 4C 1514.12 1517.68 -1239.80 -1243.36 3.56 0.61 0.17 0.089 0.765 0.493 0.15 0.105 0.567 0.521 Oil -1242.00
C YATES 9 299.01 Zone 4D 1553.73 1556.74 -1254.72 -1257.73 3.01 1.68 0.56 0.116 0.313 0.501 1.52 0.121 0.298 0.501 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4D 1544.89 1547.07 -1224.85 -1227.03 2.18 0.15 0.07 0.066 0.515 0.541 0.15 0.066 0.515 0.541 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4D 1550.56 1554.33 -1223.81 -1227.58 3.77 0.69 0.18 0.103 0.000 0.531 0.69 0.103 0.000 0.531 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4D 1541.54 1545.31 -1223.94 -1227.71 3.77 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 4D 1483.92 1486.65 -1223.01 -1225.74 2.73 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4D 1538.62 1541.43 -1246.32 -1249.13 2.81 0.61 0.22 0.286 0.055 0.340 0.61 0.286 0.055 0.340 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 4D 1520.31 1523.15 -1245.99 -1248.83 2.84 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1257.73
C YATES 9 299.01 Zone 4E 1557.35 1560.95 -1258.34 -1261.94 3.60 1.82 0.51 0.091 0.424 0.420 0.76 0.136 0.230 0.380 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 4E 1539.03 1540.49 -1238.80 -1240.26 1.46 1.35 0.93 0.094 0.280 0.307 1.35 0.094 0.280 0.307 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 4E 1548.62 1551.43 -1228.58 -1231.39 2.81 1.98 0.71 0.082 0.528 0.373 1.22 0.092 0.442 0.440 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 4E 1558.52 1561.33 -1231.77 -1234.58 2.81 2.13 0.76 0.106 0.324 0.250 2.13 0.106 0.324 0.250 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 4E 1548.06 1550.90 -1230.46 -1233.30 2.84 0.91 0.32 0.070 0.411 0.466 0.76 0.076 0.352 0.487 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 4E 1489.28 1493.05 -1228.37 -1232.14 3.77 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 4E 1498.89 1502.21 -1238.29 -1241.61 3.32 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 4E 1544.72 1547.56 -1252.42 -1255.26 2.84 2.00 0.70 0.116 0.302 0.247 1.54 0.127 0.221 0.312 Oil -1261.94
C YATES 9 299.01 Zone 5 1563.96 1570.29 -1264.95 -1271.28 6.33 0.61 0.10 0.153 0.210 0.495 0.46 0.189 0.170 0.501 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 5 1545.14 1550.30 -1244.91 -1250.07 5.16 4.84 0.94 0.111 0.240 0.353 4.69 0.113 0.236 0.349 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 5 1554.81 1562.06 -1234.77 -1242.02 7.25 2.59 0.36 0.138 0.206 0.411 2.59 0.138 0.206 0.411 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 5 1564.71 1571.99 -1237.96 -1245.24 7.28 1.98 0.27 0.181 0.089 0.362 1.98 0.181 0.089 0.362 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 5 1553.80 1563.05 -1236.20 -1245.45 9.25 0.76 0.08 0.120 0.043 0.517 0.76 0.120 0.043 0.517 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 5 1497.46 1503.59 -1236.55 -1242.68 6.13 0.61 0.10 0.203 0.041 0.404 0.61 0.203 0.041 0.404 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 5 1505.79 1513.09 -1245.19 -1252.49 7.30 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 5 1550.05 1557.37 -1257.75 -1265.07 7.32 2.74 0.38 0.172 0.173 0.365 2.74 0.172 0.173 0.365 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 5 1532.19 1538.99 -1257.87 -1264.67 6.80 0.30 0.05 0.045 0.001 0.537 0.30 0.045 0.001 0.537 Gas -1265.00
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
C YATES 9 299.01 Zone 6 1580.58 1582.75 -1281.57 -1283.74 2.17 0.30 0.14 0.058 0.754 0.267 0.00 --- --- ---
B YATES 11 300.23 Zone 6 1562.66 1564.97 -1262.43 -1264.74 2.31 1.19 0.52 0.087 0.425 0.452 1.04 0.093 0.407 0.444 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 6 1576.14 1577.96 -1256.10 -1257.92 1.82 1.58 0.87 0.098 0.312 0.310 1.28 0.108 0.238 0.381 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 6 1584.43 1588.51 -1257.68 -1261.76 4.08 1.98 0.49 0.236 0.052 0.321 1.98 0.236 0.052 0.321 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 6 1574.65 1578.28 -1257.05 -1260.68 3.63 1.17 0.32 0.083 0.464 0.506 0.56 0.104 0.311 0.496 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 6 1518.61 1520.20 -1257.70 -1259.29 1.59 0.91 0.58 0.197 0.308 0.286 0.61 0.258 0.252 0.240 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 6 1527.89 1529.89 -1267.29 -1269.29 2.00 0.46 0.23 0.056 0.632 0.385 0.15 0.072 0.524 0.323 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 6 1571.21 1574.68 -1278.91 -1282.38 3.47 2.74 0.79 0.118 0.331 0.152 2.74 0.118 0.331 0.152 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 6 1552.45 1555.52 -1278.13 -1281.20 3.07 1.22 0.40 0.167 0.278 0.103 1.22 0.167 0.278 0.103 Gas -1282.38
C YATES 9 299.01 Zone 7 1584.46 1589.45 -1285.45 -1290.44 4.99 4.87 0.98 0.148 0.100 0.060 4.87 0.148 0.100 0.060 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 7 1567.67 1572.48 -1267.44 -1272.25 4.81 3.65 0.76 0.141 0.171 0.237 3.65 0.141 0.171 0.237 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 7 1581.56 1584.34 -1261.52 -1264.30 2.78 2.78 1.00 0.087 0.294 0.137 2.48 0.089 0.247 0.150 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 7 1592.37 1596.45 -1265.62 -1269.70 4.08 3.49 0.86 0.157 0.069 0.254 3.49 0.157 0.069 0.254 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 7 1581.70 1584.64 -1264.10 -1267.04 2.94 2.79 0.95 0.088 0.433 0.160 2.48 0.090 0.407 0.169 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 7 1524.51 1527.68 -1263.60 -1266.77 3.17 1.68 0.53 0.071 0.407 0.293 1.22 0.076 0.307 0.388 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 7 1533.46 1535.97 -1272.86 -1275.37 2.51 2.51 1.00 0.133 0.191 0.020 2.51 0.133 0.191 0.020 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 7 1576.59 1581.22 -1284.29 -1288.92 4.63 2.44 0.53 0.107 0.232 0.193 2.44 0.107 0.232 0.193 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 7 1558.21 1561.32 -1283.89 -1287.00 3.11 0.76 0.25 0.074 0.159 0.387 0.76 0.074 0.159 0.387 Gas -1290.44
C YATES 9 299.01 Zone 8 1592.21 1595.48 -1293.20 -1296.47 3.27 2.13 0.65 0.053 0.493 0.282 1.52 0.056 0.441 0.258 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 8 1579.02 1582.28 -1278.79 -1282.05 3.26 2.44 0.75 0.079 0.363 0.271 2.44 0.079 0.363 0.271 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 8 1587.79 1589.06 -1267.75 -1269.02 1.27 0.81 0.64 0.065 0.530 0.347 0.45 0.081 0.442 0.364 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 8 1598.66 1601.13 -1271.91 -1274.38 2.47 2.32 0.94 0.188 0.149 0.223 2.32 0.188 0.149 0.223 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 8 1591.59 1593.43 -1273.99 -1275.83 1.84 0.93 0.50 0.130 0.242 0.458 0.77 0.144 0.209 0.484 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 8 1533.67 1536.88 -1272.76 -1275.97 3.21 2.90 0.90 0.100 0.211 0.189 2.90 0.100 0.211 0.189 Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 8 1536.64 1538.46 -1276.04 -1277.86 1.82 1.82 1.00 0.091 0.285 0.170 1.82 0.091 0.285 0.170 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 8 1583.91 1586.61 -1291.61 -1294.31 2.70 1.83 0.68 0.083 0.287 0.219 1.83 0.083 0.287 0.219 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 8 1570.14 1576.30 -1295.82 -1301.98 6.16 4.53 0.74 0.188 0.142 0.197 4.53 0.188 0.142 0.197 Gas -1301.68
C YATES 9 299.01 Zone 9 1598.21 1601.14 -1299.20 -1302.13 2.93 1.76 0.60 0.076 0.388 0.187 1.46 0.081 0.343 0.131 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 9 1593.23 1595.41 -1273.19 -1275.37 2.18 1.98 0.91 0.132 0.290 0.102 1.98 0.132 0.290 0.102 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 9 1542.18 1546.59 -1281.27 -1285.68 4.41 0.61 0.14 0.100 0.031 0.410 0.61 0.100 0.031 0.410 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 9 1594.75 1597.96 -1302.45 -1305.66 3.21 2.59 0.81 0.102 0.253 0.097 2.59 0.102 0.253 0.097 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 9 1578.91 1580.11 -1304.59 -1305.79 1.20 0.46 0.38 0.213 0.113 0.419 0.46 0.213 0.113 0.419 Gas -1305.70
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
C YATES 9 299.01 Zone 10 1604.24 1617.62 -1305.23 -1318.61 13.38 8.23 0.62 0.059 0.619 0.425 3.66 0.063 0.539 0.413 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 10 1588.61 1597.39 -1288.38 -1297.16 8.78 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 18D 320.04 Zone 10 1598.65 1609.41 -1278.61 -1289.37 10.76 9.30 0.86 0.089 0.374 0.426 9.30 0.089 0.374 0.426 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 10 1610.80 1621.78 -1284.05 -1295.03 10.98 2.29 0.21 0.067 0.418 0.521 2.29 0.067 0.418 0.521 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 10 1600.65 1611.80 -1283.05 -1294.20 11.15 8.99 0.81 0.086 0.468 0.435 8.38 0.087 0.459 0.429 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 10 1548.40 1560.23 -1287.49 -1299.32 11.83 0.15 0.01 0.062 0.645 0.529 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 10 1546.07 1552.12 -1285.47 -1291.52 6.05 1.63 0.27 0.048 0.937 0.241 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 10 1599.25 1610.79 -1306.95 -1318.49 11.54 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C5 274.32 Zone 10 1592.04 1599.05 -1317.72 -1324.73 7.01 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1317.00
C YATES 9 299.01 Zone 11 1618.75 1623.95 -1319.74 -1324.94 5.20 0.61 0.12 0.110 0.380 0.362 0.46 0.127 0.315 0.425 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 11 1601.62 1603.44 -1301.39 -1303.21 1.82 1.52 0.84 0.122 0.303 0.191 1.52 0.122 0.303 0.191 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 11 1610.50 1615.96 -1290.46 -1295.92 5.46 1.19 0.22 0.088 0.385 0.334 1.05 0.089 0.346 0.348 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 11 1624.04 1625.63 -1297.29 -1298.88 1.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 13 317.60 Zone 11 1612.94 1614.52 -1295.34 -1296.92 1.58 0.76 0.48 0.071 0.687 0.510 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 11 1561.87 1564.56 -1300.96 -1303.65 2.69 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 11 1553.30 1555.87 -1292.70 -1295.27 2.57 2.48 0.96 0.081 0.462 0.215 2.13 0.086 0.417 0.204 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 11 1614.36 1623.72 -1322.06 -1331.42 9.36 4.57 0.49 0.122 0.440 0.074 4.11 0.124 0.422 0.056 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 11 1601.37 1606.82 -1327.05 -1332.50 5.45 2.44 0.45 0.111 0.206 0.132 2.44 0.111 0.206 0.132 Oil -1332.00
C YATES 9 299.01 Zone 12 1630.95 1635.86 -1331.94 -1336.85 4.91 4.11 0.84 0.083 0.317 0.188 3.35 0.091 0.267 0.149 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 12 1605.25 1609.35 -1305.02 -1309.12 4.10 4.10 1.00 0.090 0.316 0.193 3.89 0.090 0.299 0.199 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 12 1619.43 1625.43 -1299.39 -1305.39 6.00 6.00 1.00 0.105 0.190 0.082 6.00 0.105 0.190 0.082 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 12 1629.05 1630.63 -1302.30 -1303.88 1.58 1.07 0.68 0.198 0.240 0.275 1.07 0.198 0.240 0.275 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 12 1616.57 1619.74 -1298.97 -1302.14 3.17 2.44 0.77 0.118 0.310 0.233 2.44 0.118 0.310 0.233 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 12 1566.88 1569.95 -1305.97 -1309.04 3.07 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 12 1557.43 1560.81 -1296.83 -1300.21 3.38 3.07 0.91 0.081 0.391 0.461 3.07 0.081 0.391 0.461 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 12 1629.27 1636.60 -1336.97 -1344.30 7.33 2.34 0.32 0.097 0.086 0.467 2.34 0.097 0.086 0.467 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 12 1609.59 1617.18 -1335.27 -1342.86 7.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1344.30
C YATES 9 299.01 Zone 13 1638.91 1646.58 -1339.90 -1347.57 7.67 7.32 0.95 0.091 0.210 0.051 7.32 0.091 0.210 0.051 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 13 1613.94 1619.87 -1313.71 -1319.64 5.93 4.20 0.71 0.139 0.139 0.139 4.20 0.139 0.139 0.139 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 13 1628.16 1634.52 -1308.12 -1314.48 6.36 6.35 1.00 0.116 0.155 0.255 6.35 0.116 0.155 0.255 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 13 1632.22 1642.89 -1305.47 -1316.14 10.67 3.35 0.31 0.114 0.157 0.268 3.35 0.114 0.157 0.268 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 13 1620.99 1632.51 -1303.39 -1314.91 11.52 5.33 0.46 0.119 0.115 0.323 5.33 0.119 0.115 0.323 Gas
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
IG YATES 9A 260.91 Zone 13 1573.39 1585.47 -1312.48 -1324.56 12.08 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- Gas
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 13 1561.69 1572.53 -1301.09 -1311.93 10.84 2.74 0.25 0.066 0.926 0.478 0.00 --- --- --- Gas
ASHE C6 292.30 Zone 13 1644.71 1656.74 -1352.41 -1364.44 12.03 6.93 0.58 0.113 0.307 0.326 5.49 0.129 0.264 0.356 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 13 1621.65 1631.65 -1347.33 -1357.33 10.00 3.62 0.36 0.103 0.264 0.312 3.16 0.108 0.208 0.292 Gas -1362.70
C YATES 9 299.01 Zone 14 1648.21 1658.51 -1349.20 -1359.50 10.30 3.51 0.34 0.058 0.688 0.436 0.46 0.077 0.518 0.493 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 14 1624.59 1630.05 -1324.36 -1329.82 5.46 5.46 1.00 0.080 0.362 0.089 5.40 0.080 0.359 0.086 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 14 1638.34 1645.24 -1318.30 -1325.20 6.90 6.71 0.97 0.097 0.363 0.093 6.71 0.097 0.363 0.093 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 14 1650.39 1657.30 -1323.64 -1330.55 6.91 6.12 0.89 0.107 0.274 0.289 6.12 0.107 0.274 0.289 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 14 1638.68 1646.75 -1321.08 -1329.15 8.07 5.17 0.64 0.102 0.255 0.258 5.17 0.102 0.255 0.258 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 14 1594.33 1598.55 -1333.42 -1337.64 4.22 2.44 0.58 0.070 0.445 0.377 1.83 0.076 0.388 0.409 Oil
L. O. FANCHER 2 260.60 Zone 14 1575.01 1579.49 -1314.41 -1318.89 4.48 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 14 1667.17 1675.80 -1374.87 -1383.50 8.63 0.46 0.05 0.067 0.695 0.444 0.15 0.082 0.554 0.452 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 14 1632.25 1645.08 -1357.93 -1370.76 12.83 0.46 0.04 0.157 0.614 0.521 0.15 0.159 0.582 0.504 Oil -1377.70
C YATES 9 299.01 Zone 15 1665.23 1668.29 -1366.22 -1369.28 3.06 0.96 0.31 0.053 0.682 0.379 0.00 --- --- ---
B YATES 11 300.23 Zone 15 1631.86 1638.56 -1331.63 -1338.33 6.70 1.83 0.27 0.078 0.325 0.365 1.68 0.080 0.308 0.365 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 15 1649.74 1653.06 -1329.70 -1333.02 3.32 3.32 1.00 0.119 0.284 0.140 3.27 0.120 0.281 0.137 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 15 1659.62 1664.56 -1332.87 -1337.81 4.94 4.94 1.00 0.122 0.256 0.272 4.94 0.122 0.256 0.272 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 15 1648.56 1653.55 -1330.96 -1335.95 4.99 2.47 0.49 0.071 0.499 0.389 2.16 0.075 0.472 0.403 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 15 1600.49 1603.18 -1339.58 -1342.27 2.69 0.30 0.11 0.104 0.220 0.400 0.30 0.104 0.220 0.400 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 15 1678.41 1693.65 -1386.11 -1401.35 15.24 4.27 0.28 0.071 0.329 0.330 4.27 0.071 0.329 0.330 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 15 1652.63 1657.36 -1378.31 -1383.04 4.73 3.51 0.74 0.177 0.062 0.125 3.51 0.177 0.062 0.125 Gas -1393.70
C YATES 9 299.01 Zone 16 1680.02 1685.04 -1381.01 -1386.03 5.02 2.43 0.48 0.069 0.556 0.284 1.49 0.078 0.500 0.324 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 16 1645.57 1652.65 -1345.34 -1352.42 7.08 1.52 0.22 0.072 0.445 0.507 1.37 0.074 0.430 0.504 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 16 1666.08 1674.25 -1346.04 -1354.21 8.17 3.66 0.45 0.087 0.445 0.331 2.90 0.081 0.330 0.401 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 16 1669.46 1675.35 -1342.71 -1348.60 5.89 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
B YATES 13 317.60 Zone 16 1660.81 1666.95 -1343.21 -1349.35 6.14 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 16 1616.64 1620.87 -1355.73 -1359.96 4.23 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
ASHE C6 292.30 Zone 16 1695.65 1711.10 -1403.35 -1418.80 15.45 3.51 0.23 0.086 0.508 0.409 4.27 0.071 0.329 0.330 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 16 1660.57 1667.59 -1386.25 -1393.27 7.02 4.02 0.57 0.139 0.192 0.199 3.56 0.148 0.158 0.172 Oil -1416.70
C YATES 9 299.01 Zone 17 1692.60 1698.06 -1393.59 -1399.05 5.46 2.23 0.41 0.071 0.573 0.323 1.16 0.081 0.478 0.314 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 17 1654.66 1664.11 -1354.43 -1363.88 9.45 2.90 0.31 0.065 0.409 0.470 2.74 0.066 0.401 0.473 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 17 1677.30 1687.47 -1357.26 -1367.43 10.17 8.84 0.87 0.119 0.200 0.241 8.84 0.119 0.200 0.241 Oil
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 15 326.75 Zone 17 1682.17 1685.11 -1355.42 -1358.36 2.94 1.68 0.57 0.159 0.214 0.430 1.68 0.159 0.214 0.430 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 17 1673.76 1675.80 -1356.16 -1358.20 2.04 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- ---
IG YATES 9A 260.91 Zone 17 1623.94 1628.57 -1363.03 -1367.66 4.63 2.74 0.59 0.059 0.451 0.321 2.44 0.061 0.428 0.340 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 17 1713.02 1716.23 -1420.72 -1423.93 3.21 1.83 0.57 0.095 0.297 0.412 1.83 0.095 0.297 0.412 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 17 1675.61 1678.80 -1401.29 -1404.48 3.19 0.76 0.24 0.063 0.363 0.470 0.46 0.073 0.243 0.514 Oil -1423.93
C YATES 9 299.01 Zone 18 1701.33 1705.15 -1402.32 -1406.14 3.82 1.52 0.40 0.060 0.705 0.329 0.46 0.070 0.538 0.318 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 18 1666.30 1669.82 -1366.07 -1369.59 3.52 3.17 0.90 0.093 0.420 0.345 3.17 0.093 0.420 0.345 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 18 1690.21 1694.93 -1370.17 -1374.89 4.72 4.72 1.00 0.073 0.353 0.354 4.72 0.073 0.353 0.354 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 18 1692.28 1705.67 -1365.53 -1378.92 13.39 9.99 0.75 0.123 0.386 0.187 9.69 0.125 0.381 0.182 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 18 1681.47 1692.60 -1363.87 -1375.00 11.13 5.49 0.49 0.072 0.387 0.353 5.03 0.075 0.371 0.360 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 18 1641.15 1645.97 -1380.24 -1385.06 4.82 4.42 0.92 0.061 0.347 0.444 4.42 0.061 0.347 0.444 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 18 1718.04 1723.05 -1425.74 -1430.75 5.01 4.72 0.94 0.095 0.248 0.085 4.72 0.095 0.248 0.085 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 18 1680.62 1684.03 -1406.30 -1409.71 3.41 0.15 0.05 0.104 0.182 0.500 0.15 0.104 0.182 0.500 Oil 1430.75
C YATES 9 299.01 Zone 19 1706.78 1719.32 -1407.77 -1420.31 12.54 7.18 0.57 0.068 0.710 0.306 1.37 0.103 0.400 0.416 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 19 1672.00 1687.81 -1371.77 -1387.58 15.81 10.17 0.64 0.092 0.328 0.265 8.59 0.100 0.296 0.245 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 19 1699.02 1710.71 -1378.98 -1390.67 11.69 9.86 0.84 0.117 0.222 0.160 9.10 0.121 0.193 0.168 Gas
B YATES 15 326.75 Zone 19 1710.21 1717.70 -1383.46 -1390.95 7.49 7.49 1.00 0.178 0.213 0.190 7.49 0.178 0.213 0.190 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 19 1696.46 1703.49 -1378.86 -1385.89 7.03 3.64 0.52 0.058 0.658 0.470 1.52 0.070 0.540 0.505 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 19 1650.06 1653.43 -1389.15 -1392.52 3.37 2.34 0.69 0.078 0.346 0.092 2.18 0.080 0.332 0.098 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 19 1728.38 1736.49 -1436.08 -1444.19 8.11 6.25 0.77 0.067 0.446 0.501 6.10 0.067 0.442 0.500 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 19 1693.33 1699.01 -1419.01 -1424.69 5.68 2.90 0.51 0.172 0.238 0.116 2.90 0.172 0.238 0.116 Gas -1444.19
C YATES 9 299.01 Zone 20 1721.75 1727.45 -1422.74 -1428.44 5.70 5.02 0.88 0.069 0.732 0.135 0.46 0.099 0.534 0.341 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 20 1701.69 1707.15 -1401.46 -1406.92 5.46 4.66 0.85 0.076 0.351 0.388 4.50 0.077 0.345 0.383 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 20 1719.54 1727.35 -1399.50 -1407.31 7.81 7.69 0.98 0.092 0.388 0.374 7.69 0.092 0.388 0.374 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 20 1733.76 1741.08 -1407.01 -1414.33 7.32 7.03 0.96 0.098 0.486 0.353 6.27 0.101 0.467 0.345 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 20 1716.82 1722.21 -1399.22 -1404.61 5.39 4.46 0.83 0.076 0.496 0.400 3.96 0.078 0.482 0.387 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 20 1677.35 1684.16 -1416.44 -1423.25 6.81 6.75 0.99 0.079 0.396 0.455 6.75 0.079 0.396 0.455 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 20 1743.30 1750.13 -1451.00 -1457.83 6.83 6.79 0.99 0.111 0.178 0.086 6.79 0.111 0.178 0.086 Oil
ASHE C5 274.32 Zone 20 1704.91 1713.08 -1430.59 -1438.76 8.17 2.81 0.34 0.074 0.586 0.477 1.37 0.085 0.529 0.429 Oil -1457.83
C YATES 9 299.01 Zone 21 1730.31 1739.20 -1431.30 -1440.19 8.89 8.65 0.97 0.134 0.144 0.158 8.65 0.134 0.144 0.158 Gas
B YATES 11 300.23 Zone 21 1711.14 1726.68 -1410.91 -1426.45 15.54 15.54 1.00 0.130 0.153 0.137 15.54 0.130 0.153 0.137 Gas
B YATES 18D 320.04 Zone 21 1729.57 1737.53 -1409.53 -1417.49 7.96 7.96 1.00 0.113 0.236 0.040 7.96 0.113 0.236 0.040 Gas
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011
B YATES 15 326.75 Zone 21 1746.47 1756.08 -1419.72 -1429.33 9.61 9.61 1.00 0.180 0.124 0.044 9.61 0.180 0.124 0.044 Gas
B YATES 13 317.60 Zone 21 1724.24 1736.27 -1406.64 -1418.67 12.03 9.04 0.75 0.106 0.344 0.073 8.44 0.109 0.331 0.072 Gas
IG YATES 9A 260.91 Zone 21 1692.11 1700.72 -1431.20 -1439.81 8.61 7.70 0.89 0.100 0.242 0.114 7.54 0.101 0.238 0.116 Gas
ASHE C6 292.30 Zone 21 1750.73 1765.81 -1458.43 -1473.51 15.08 8.96 0.59 0.079 0.435 0.239 7.74 0.082 0.413 0.259 Gas
ASHE C5 274.32 Zone 21 1720.11 1734.41 -1445.79 -1460.09 14.30 7.62 0.53 0.144 0.227 0.132 7.62 0.144 0.227 0.132 Gas -1471.70
C YATES 9 299.01 Zone 22 1740.29 1753.73 -1441.28 -1454.72 13.44 6.12 0.46 0.079 0.351 0.316 5.68 0.081 0.333 0.311 Oil
B YATES 11 300.23 Zone 22 1727.68 1733.50 -1427.45 -1433.27 5.82 4.60 0.79 0.068 0.359 0.287 4.60 0.068 0.359 0.287 Oil
B YATES 18D 320.04 Zone 22 1738.80 1747.34 -1418.76 -1427.30 8.54 3.36 0.39 0.067 0.260 0.361 3.21 0.068 0.244 0.356 Oil
B YATES 15 326.75 Zone 22 1758.39 1767.22 -1431.64 -1440.47 8.83 8.22 0.93 0.089 0.310 0.292 8.07 0.090 0.307 0.293 Oil
B YATES 13 317.60 Zone 22 1740.58 1748.52 -1422.98 -1430.92 7.94 7.64 0.96 0.081 0.516 0.249 6.51 0.085 0.498 0.253 Oil
IG YATES 9A 260.91 Zone 22 1703.91 1709.13 -1443.00 -1448.22 5.22 5.22 1.00 0.118 0.298 0.335 5.22 0.118 0.298 0.335 Oil
ASHE C6 292.30 Zone 22 1766.49 1768.08 -1474.19 -1475.78 1.59 0.00 0.00 --- --- --- 0.00 --- --- --- -1454.72
Universitas Indonesia
Analisa log..., Musfyafar Kudri Zain, 2011