Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN

‘SKENARIO 3’

OLEH :

NAMA :YUNITASARI

STAMBUK :151 2017 0028

KELOMPOK : I

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017
1. Tuliskan dan jelaskan defenisi swamedikasi dan peran Apoteker dalam

melaksanakan swamedikasi !

Jawab :

Menurut Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2013

Swamedikasi merupakan proses pengobatan yang dilakukan sendiri

oleh seseorang mulai dari pengenalan keluhan atau gejalanya sampai

pada pemilihan dan penggunaan obat. Gejala penyakit yang dapat

dikenali oleh orang awam adalah penyakit ringan, sedangkan obat yang

dapat digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang dapat dibeli

tanpa resep dokter termasuk obat herbal atau tradisional.

Menurut InfoPOM, 2004

Apoteker di Apotek adalah tempat pertama dimana masyarakat dapat

pergi untuk mendapatkan informasi sebelum melakukan pengobatan

sendiri. Pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah

kesehatan atau gangguan yang ringan, misalnya batuk-pilek, demam,

sakit kepala, diare, sembelit, perut kembung, maag, gatal-gatal, infeksi

jamur kulit dan lain-lain.

Pengobatan sendiri hendaknya dilakukan dengan hati-hati dan benar.

Apabila gejala tidak menghilang atau tidak ada perbaikan, segera hubungi

dokter.
Sebelum melakukan pengobatan sendiri, sebaiknya seorang

konsumen perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Apakah masalah kesehatan yang sedang anda hadapi memerlukan

pemeriksaan dokter ?

b. Apakah memerlukan obat ?

c. Konsultasikan dengan Apoteker tentang obat yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter untuk mengatasi masalah kesehatan yang anda

alami.

d. Aturan pakai :

 Bagaimana cara memakainya ?

 Berapa jumlahnya ?

 Berapa kali sehari ?

 Waktu pemakaian, sebelum atau sesudah makan, pagi hari atau

menjelang tidur ?

 Berapa lama pemakaiannya ?

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Pada keadaan bagaimana obat tidak boleh digunakan

(kontraindikasi) ?

 Makanan, minuman atau obat lain apa yang harus dihindari ?

f. Cara penyimpanan obat

 Obat harus disimpan dimana ?


 Dapatkah sisa obat disimpan untuk digunakan lagi ?

2. Tuliskan dan jelaskan penggolongan obat berdasarkan perundang-

undangan !

Jawab :

Menurut Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,


2007
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan

ketepatan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut

Permenkes No. 917/1993 adalah :

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat

bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Parasetamol.

b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat

keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter,

dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan

dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi

berwarna hitam.

Contoh : CTM.
c. Obat Keras dan Psikotropika

 Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan

resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf

K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.

Contoh : Asam Mefenamat.

 Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktivitas mental dan perilaku.

Contoh : Diazepam, Phenobarbital.

d. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

Contoh : Morfin, Petidin.


3. Tuliskan jenis obat-obatan yang termasuk prekursor dan pengelolaannya !

Jawab :

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan


Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Perkursor
Farmasi
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia

yang dapat digunakan sebagai bahan baku/ penolong untuk keperluan

proses produksi Industri Farmasi atau produk antara, produk ruahan

dan produk jadi yang mengandung efedrin, pseodoefedrin, norefedrin/

fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium

permanganat.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

Pengaturan Prekursor Farmasi dan/ atau Obat mengandung Prekursor

Farmasi dalam Peraturan ini meliputi :

a. Prekursor Farmasi yang terdiri atas Ephedrine, Ergometrine,

Ergotamine, Norephedrine, Potassium Permanganat, dan

Pseudoephedrine sebagaimana dimaksud dalam Tabel 1 Lampiran


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010

tentang Prekursor.

BAB III
PENGELOLAAN
Pasal 3

Pengelolaan Prekursor Farmasi dan/ atau Obat mengandung

Prekursor Farmasi meliputi kegiatan :

a. Pengadaan;

b. Penyimpanan;

c. Pembuatan;

d. Penyaluran;

e. Penyerahan;

f. Penanganan obat kembalian;

g. Penarikan kembali obat (recall);

h. Pemusnahan;

i. Pencatatan dan pelaporan; dan

j. Inspeksi diri.

Pasal 4

Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat mengandung Prekursor

Farmasi sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan sesuai

dengan Pedoman yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.


Pasal 5

Prekursor Farmasi dan Obat mengandung Prekursor Farmasi yang

berada dalam penguasaan Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi,

Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apotek, dan Toko Obat Berizin wajib

dikelola sesuai dengan Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14.

4. Jelaskan kriteria obat yang dapat diberikan tanpa resep dokter !

Jawab :

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:


919/MenKes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan

kepada Apoteker pengelola apotik untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. Rasio khasiat keamanan adalah perbandingan relatif dari keuntungan

penggunaannya dengan mempertimbangkan resiko bahaya

penggunaannya.

3. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


Pasal 2

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak

dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko

pada kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi

di Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Pasal 3

(1) Daftar Obat yang dapat diserahkan tanpa resep ditetapkan oleh

Menteri.

(2) Penilaian terhadap obat yang dapat digolongkan menjadi obat yang

dapat diserahkan tanpa resep dilakukan secara terus menerus

dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan

kebutuhan masyarakat.
5. Tuliskan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek

(OWA) beserta contohnya !

Jawab :

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/ MenKes/ SK/ VII/


Tentang Obat Wajib Apotek
Obat Wajib APotik yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh

Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Dimana peraturan

mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam :

a. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ MenKes/ SK/ VII/ 1990

Tentang Obat Wajib Apotik No. 1.

Contoh obat : Linastrenol, Metoklopramid HCl, Bisakodil Supp,

Ketotien, Aminoilin Supp, Hexetidine, dll

b. Menteri Keputusan Republik Indonesia Nomor : 924/ MenKes/ Per/ X/

1993 Tentang Obat Wajib Apotik No. 2.

Contoh obat :Clindamicin, Dexametason, Diclofenac, Fenoterol,

Ibuprofen, Ketokonazole, Omperazole, dll.

c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1176/ MenKes/ SK/ X/ 1999

Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.

Contoh obat : Ranitidin, Famotidin, Alopurinol, Natrium Diklofenak,

Piroksikam, Setirizin, Gentamisin, Kloramfenikol


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun


2013 Tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat
Mengandung Prekursor Farmasi.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007. Pedoman Penggunaan


Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Departemen Kesehatan RI.

InfoPOM, 2004. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.


Badan POM Volume 5 Nomor 6.

Menteri Kesehatan Nomor 347/ MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib


Apotik.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 919/MENKES/PER/X/1993 Tentang


Kriteria Obat yang Dapat di Serahkan Tanpa Resep.

Widayati, Aris, 2013. Swamedikasi di Kalangan Masyarakat Perkotaan di


Kota Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2 Nomor 4.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai