Anda di halaman 1dari 6

Name : Febrina

NIM : 201512274
SKB Assignment 6
Apakah AMDAL terhadap lingkungan untuk proyek proyek infrastruktur yang strategis seperti
kereta cepat Jakarta bandung, pelabuhan udara di Kulon Progo dll, apakah telah dibuat AMDAL
nya ?

Di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, tingkat kesejahteraan masih rendah.
Oleh karena itu, pembangunan perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat.
Tanpa pembangunan akan terjadi kerusakan lingkungan yang akan menjadi makin parah dengan
waktu. Kerusakan lingkungan ini akan membawa kita pada kehancuran akan tetapi
pembangunan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk menghindari ini,
pembangunan harus berwawasan lingkungan sehingga menjadi berkelanjutan untuk jangka
panjang. AMDAL merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan ini. Jadi, AMDAL merupakan
analisis lingkungan mengenai dampak suatu proyek.

Di Indonesia AMDAL tertera dalam pasal 16 Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya diatur pada 5 juni
1987. PP No. 29 tahun 1986 kemudian dicabut dan diganti dengan PP No. 51 tahun 1993.

Berikan data data nya...dan bagaimana dampaknya jika AMDAL tidak dibuat dengan sebaik
baiknya. Para Mahasiswa dapat memilih salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh
pemerintah pada saat ini.

Reklamasi Teluk Jakarta, Proyek


Ambisius Penuh Pelanggaran
Source : https://www.bantuanhukum.or.id/web/reklamasi-teluk-jakarta-proyek-ambisius-
penuh-pelanggaran/

Proyek reklamasi yang sudah mulai berjalan, sejatinya merupakan proyek ambisius yang penuh
dengan pelanggaran terhadap konstitusi, peraturan perundang-undangan maupun prosedur
formal. Beberapa hal yang menjadi catatan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta antara lain:
1. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak
Bagi Kemanusiaan yang Dijamin Konstitusi.

Reklamasi menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem pesisir dan laut Teluk Jakarta. Hal itu
berpengaruh terhadap nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
Reklamasi membuat wilayah perairan untuk nelayan tradisional di Teluk Jakarta melaut semakin
berkurang. Beberapa harus mencari ke wilayah lain, bahkan ada yang tidak bisa melaut lagi
karena wilayah tangkapannya khusus di daerah tertentu yang sudah diuruk. UU No. 31 Tahun
2004 tentang Perikanan menegaskan pengelolaan sumber daya ikan harus dilakukan sebaik
Name : Febrina
NIM : 201512274
SKB Assignment 6
mungkin berdasarkan keadilan dan pemerataan, memperhatikan kesempatan kerja dan
peningkatan taraf hidup bagi nelayan, pembudi daya ikan, dan/atau pihak yang terkait dalam
kegiatan perikanan, serta kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Tidak adanya
perlindungan terhadap nelayan tradisional dan masyarakat pesisir di Teluk Jakarta telah
melanggar Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak bagi Kemanusiaan yang dijamin
dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945.
2. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Hak untuk Bertempat Tinggal dan Mendapatkan
Lingkungan yang Baik dan Sehat yang Dijamin Konstitusi.
Pemukiman nelayan di wilayah pesisir Teluk Jakarta berpotensi untuk digusur karena reklamasi
sendiri memang diperuntukan untuk pembangunan bagi masyarakat kelas menegah dan atas.
Hal itu tertuang dalam Pasal 127 ayat (1) huruf m Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 1
Tahun 20123 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030. Hal tersebut merupakan
tindakan diskriminatif karena hanya mementingkan pihak kelas menengah dan kelas atas tanpa
memikirkan kehidupan para nelayan. Padahal hak untuk bertempat tinggal yang layak dan
mendapat lingkungan hidup yang baik terjamin untuk seluruh orang tanpa memandang kelas di
masyarakat sesuai Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
3. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Pasal 36 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Karena proyek reklamasi Teluk Jakarta belum memiliki izin lingkungan. Padahal Pasal 36 ayat (1)
UU No. 32 Tahun 2009 mewajibkan setiap usaha atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL untuk
memiliki izin lingkungan. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha/kegiatan yang wajib AMDAL atau Upaya Kelola Lingkungan hidup (UKL) - Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup (UPL) dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
4. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Pasal 31 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Karena proyek reklamasi Teluk Jakarta berjalan tanpa adanya Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup. Hal tersebut melanggar Pasal 31 UU No. 32 Tahun 2009. Tanpa adanya Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup yang didasarkan pada dokumen AMDAL (Pasal 24 Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009), tidak ada pengendali risiko dan prediksi dampak lingkungan yang akan
timbul. Hal itu akan membuat rusaknya lingkungan hidup di sekitar Teluk Jakarta.
5. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Peraturan Menteri PU No. 40/PRT/M/2007
tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai dan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2013 tentang Jenis Rencana Usaha dan Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis mengenai Dampak Lingkungan.
Dalam Permen ini, reklamasi pantai yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan
bentang alam secara signifikan wajib menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan.
Penyusunan RDTR kawasan tersebut dapat dilakukan jika sudah memenuhi persyaratan
administratif. Salah satu dari syarat administratif adalah studi AMDAL kawasan maupun regional.
Sampai dengan Maret 2016, belum ada studi AMDAL yang dikeluarkan dalam proyek reklamasi.
Hal ini menunjukan bahwa proyek ini cacat dalam prosesnya dan melanggar Peraturan terkait.
Diantaranya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2013 yang menetapkan kegiatan
Name : Febrina
NIM : 201512274
SKB Assignment 6
reklamasi dengan luas di atas 25 Hektar wajib memiliki AMDAL. Demikian juga Pasal 108 ayat (1)
huruf e Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW 2013 mewajibkan
proyek reklamasi untuk mencakup analisis mengenai dampak lingkungan agar dapat
memperhitungkan dan mengendalikan risiko rusaknya lingkungan dari reklamasi.
6. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Karena tidak ada dokumen Rencana Zona Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K)
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 9 UU No. 27 Tahun 2007. Dokumen ini penting karena
digunakan sebagai arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah. Selain itu, tidak ada izin lokasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Bahwa Teluk Jakarta sebagai Kawasan Strategis Nasional Tertentu,[1] kewenangan
dalam pengelolaannya berada di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai Pasal 53
ayat (1) UU No. 27 Tahun 2007. Menteri berwenang memberikan dan mencabut izin lokasi di
wilayah Kawasan Strategis Nasional Tertentu sesuai Pasal 50 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2014
tentang Perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. Setiap orang yang memanfaatkan ruang di pesisir dan sebagian pulau-pulau secara
menetap wajib memiliki izin lokasi sesuai Pasal 16 ayat (1) UU No. 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
7. Keppres 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang menjadi dasar adanya
proyek reklamasi di Teluk Jakarta bertentangan dengan Perda DKI Jakarta No. 5 Tahun 1984
tentang Rencana Umum Tata Ruang Jakarta Tahun 1985-2005.
Dalam RUTR tersebut, tidak ada pembicaraan mengenai reklamasi di Teluk Jakarta. Namun,
Presiden Soeharto membuat Keppres ini di tahun 1995 sehingga dapat dikatakan proyek
reklamasi Teluk Jakarta melanggar RUTR tersebut. Lagi pula, Keppres tidak tepat digunakan untuk
memutuskan suatu wilayah akan dilaksanakan reklamasi atau tidak. Dari segi ilmu perundang-
undangan, materi muatan keppres no 52/1995 memang merupakan materi sebuah keppres,
karena mengatur segi-segi teknis pelaksanaannya. Harus ditetapkan terlebih dahulu melalui
suatu produk hukum yang melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Hal ini penting karena
secara subtansi menyentuh kehidupan rakyat secara langsung. Secara khusus, seharusnya
peraturan tersebut adalah berupa Undang-Undang. Karena materinya menyangkut perubahan
peta wilayah Jakarta yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota. Pasal 5 ayat (2) UU Nomor 11 Tahun 1990 menyatakan
bahwa penetapan tentang luas wilayah Jakarta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
Undang-Undang ini. Sehingga untuk mengubah peta wilayah Jakarta harus merubah Undang-
Undang tersebut. Keppres No. 52/1995 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1964 tentang pernyataan DKI Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara RI dengan nama Jakarta.
Ketika proyek reklamasi dilaksanakan maka ada perubahan peta wilayah DKI Jakarta dan secara
otomatis kedudukkan Keppres sangat lemah dibanding dengan UU Nomor 10 Tahun 1964.
8. Proyek Reklamasi Teluk Jakarta Melanggar Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012.
Bahwa Pemerintah Daerah, dalam hal ini Gubernur Provinsi DKI Jakarta tidak berwenang
mengeluarkan izin reklamasi. Dalam proyek reklamasi, yang berhak mengeluarkan izin
pelaksanaan reklamasi adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini ditegaskan dalam
Name : Febrina
NIM : 201512274
SKB Assignment 6
Pasal 16 ayat (2), (3), dan (4) Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Hal ini membuat Gubernur DKI Jakarta tidak memiliki
kewenangan dalam mengeluarkan izin reklamasi di Teluk Jakarta. Namun, faktanya Gubernur
Jakarta telah mengeluarkan empat izin untuk empat Pulau yaitu Pulau G, F, I, dan K
Ditulis dari Bab II Kertas Posisi Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta Penolakan Terhadap Proyek
Reklamasi Teluk Jakarta

Amdal tak Sempurna, Celah Pelanggaran


Reklamasi Teluk Jakarta
Source : http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/16/o5ps00377-amdal-
tak-sempurna-celah-pelanggaran-reklamasi-teluk-jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak sempurnanya Kajian Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan (AMDAL) proyek reklamasi Teluk Jakarta menjadi salah satu, celah
pelanggaran aturan proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Pakar Hukum Lingkungan R. Bambang Prabowo Soedarsono mengatakan dari sisi


regulasi proyek reklamasi, AMDAL merupakan hal yang paling penting sebelum
keluarnya semua perizinan reklamasi.

"Yang paling penting dari proyek reklamasi adalah Amdal-nya, dari situ dilihat layak
atau tidaknya proyek ini, apakah perfect (sempurna) tidak, kalau tidak bagaimana agar
diharmonisasikan. Tapi kalau dibiarkan tidak sempurna akibatnya seperti sekarang,"
kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (16/4).

Ketidaklengkapan dokumen Amdal itu, kata dia, menjadi ruang pelanggaran lain.
Misalnya keluar izin pendirian bangunan, yang bisa jadi tidak sesuai dengan kajian
Amdal. Sebab, kata dia, dalam Amdal digambarkan rona lingkungan awal, bagaimana
design enginering-nya berjalan tanpa merusak lingkungan alam dan sosial.

"Amdal ini berdasarkan kajian multi disiplin, tidak bisa dilihat hanya dari satu
Name : Febrina
NIM : 201512274
SKB Assignment 6
kepentingan. Perlu mengharmonikan antara berbagai kepentingan, seperti alam,
manusia dan pembangunan," ujarnya. Dengan demikian, bila Amdal ini sempurna dan
ditaati oleh semua pihak, ia yakin tidak ada tuduhan reklamasi yang hanya
menguntungkan para pebisnis.

Sekarang, setelah masalah proyek reklamasi ini meledak di publik, karena terkait kasus
korupsi dan suap menyuap, Amdal dikaji ulang oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK). Proyek reklamasi pun dihentikan sementara. Menurut dia,
memang seharusnya selama Amdal dikaji ulang tidak boleh ada aktivitas reklamasi
yang masih berjalan.

Sebagai hukum administrasi, kalau Amdal-nya tidak ada, maka izin lain lain tidak bisa
keluar. Tapi kalau izin keluar tanpa Amdal berarti yang memberikan izin akan kena
sanksi. "Ada sanksi hukumnya terkait administrasi negara. Bisa digugat di PTUN," kata
dia.

Sebelumnya pemerintah melalui Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti


menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta, kemarin. Salah satu yang menjadi
perhatian adalah menyempurnakan aturan dampak lingkungan pembangunan proyek
reklamasi ini terhadap kehidupan alam dan sosial masyarakat.

Memperburuk sedimentasi

Salah satu saksi ahli, Alan Koropitan, mengatakan keberadaan reklamasi Jakarta akan membuat
sedimentasi di Teluk Jakarta menjadi semakin parah atau 50 sentimeter per tahun. Keberadaan
17 pulau ini juga akan menghambat aliran dari 13 sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta.

Arus laut juga akan berubah, sehingga logam berat yang sudah mengotori Teluk Jakarta sejak
tahun 1970, juga tak akan tercuci secara alamiah.

“Teluk Jakarta akan menjadi comberan berisikan limbah mengandung logam berat,” ujar Alan.

Bukti-bukti ini, menurut Tigor, sudah cukup kuat untuk meyakinkan hakim supaya Surat
Keputusan (SK) yang dikeluarkan DKI Jakarta bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. “Kami berharap, majelis hakim yang terhormat secara tegas mencaput
SK pelaksanaan reklamasi,” kata dia. -Rappler.com
Name : Febrina
NIM : 201512274
SKB Assignment 6

Anda mungkin juga menyukai