Tutorial APN DR - Rusmaniah
Tutorial APN DR - Rusmaniah
TUTORIAL
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Oleh:
Pembimbing :
Daftar Isi..................................................................................................................1
Daftar Gambar..........................................................................................................2
Daftar Tabel..............................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...................................................................................................4
BabII Asuhan Persalinan Normal.............................................................................9
2.1. Tujuan..........................................................................................................10
2.2. Benang Merah Asuhan Persalinan...............................................................11
2.2.1. Membuat Keputusan Klinik.................................................................11
2.2.2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi..................................................13
2.2.3. Pencegahan Infeksi..............................................................................15
2.2.4. Pencatatan atau Dokumentasi..............................................................16
2.2.5. Rujukan................................................................................................19
2.3. Diagnosis Kala dan Fase Persalinan...........................................................19
2.3.1. Kala Satu Persalinan............................................................................20
2.3.2. Kala Dua Persalinan.............................................................................23
2.3.3. Penanganan Bayi Baru Lahir...............................................................30
2.3.4. Kala Tiga Persalinan............................................................................31
2.3.5. Kala Empat Persalinan.........................................................................33
Bab III Rangkuman................................................................................................35
Daftar Pustaka........................................................................................................36
1
DAFTAR GAMBAR
2
DAFTAR TABEL
3
BAB I
PENDAHULUAN
“… women are not dying because of diseases we cannot treat. They are dying
because societies have yet to make the decision that their lives are worth saving
…” (perempuan tidak mati karena penyakit yang tidak teratasi. Mereka mati
karena masyarakat tidak membuat keputusan bahwa mereka berharga untuk
diselamatkan), demikian pernyataan Dr. M. Fathalla yang dikutip Dr Rita Kabra.1
Kematian ibu merupakan masalah besar dunia, dan 99% dari kematian ibu
terjadi di negara-negara berkembang.16 Di dunia, setiap tahun sekitar 210 juta
perempuan hamil. Dari jumlah ini ada sekitar 5% mengalami masalah, inilah yang
diperkirakan menyebabkan lebih dari lima ratus ribu perempuan meninggal di
tahun 1995 selama masa kehamilan, saat persalinan dan setelah kelahiran. 3
Sementara itu di Indonesia sendiri ada beragam penyebab kematian ibu hamil,
baik pada masa kehamilan maupun selama proses persalinan dan setelah
melahirkan.2, 4
4
5
Selain itu angka kematian bayi baru lahir juga sangat tinggi.5
dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi, khususnya
angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000
kelahiran hidup 6
Kematian
Angka kematian Persen dibawah usia
bayi perubahan 5 tahun (per
(per 1000 kelahiran angka kematian 1000
Wilayah utama
hidup) bayi kelahiran
hidup)
1995- 1990-1995 to
1990-1995 1995-2000
2000 1995-2000
Dunia 62 60 -33 82
Negara maju 11 8 -50 13
Negara berkembang 68 65 -35 90
Negara miskin 109 102 -26 156
Afrika utara 9 7 -52 10
Eropa 13 10 -48 16
Oceania 26 26 -36 33
Amerika latin & Karibia 40 36 -50 46
Asia 62 59 -37 77
Afrika 94 91 -28 145
Indonesia 61 48 -57 71
Source: World Population Prospects: The 2000 Revision
Tabel . 3Angka kematian bayi pada perioda tertentu, Perubahan angka kematian
bayi dan Kematian anak usia dibawah 5 tahun pada wilayah utama4
Safer (MPS).16 Hal ini dilakukan karena upaya penurunan angka kematian ibu
serta peningkatan derajat kesehatan ibu yang merupakan prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010.6
Tabel . 2Persen harapan hidup bayi baru lahir pada daerah utama dengan jenjang
waktu tertentu dan proyeksinya.4
BABII
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
2.. 1Tujuan
aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah:
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3. Pencegahan infeksi
4. Pencatatan (rekam medik)
5. Rujukan
Kelima benang merah ini akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan
mulai dari kala satu hingga kala empat, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.8
sangat nyeri atau sangat sakit. Data obyektif adalah informasi yang dikumpulkan
berdasarkan pemerikasaan / pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir.8
Cara mengumpulkan data dilakukan dengan:8
Berbicara dengan ibu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.
Mengamati tingkah laku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit,
nyaman atau terganggu (kesakitan).
Melakukan pemerikasaan fisik.
Melakukan pemerikasaan tambahan bila perlu misalnya pemerikasaan
laboratorium (konsentrasi Hb, uji fungsi hati atau ginjal).
2..2.1.2. Diagnosis
Analisis dan diagnosis secara tepat dapat segera dilakukan oleh penolong
persalinan setelah data terkumpul. Diagnosis yang dimaksudkan mencakup
diagnosis kerja dan diagnosis definitif. Hal ini dimaksudkan agar tenaga medis
dapat merencanakan penatalaksanaan kasus secara tepat.8
Diagnosis yang tepat perlu didukung data-data yang tepat dan akurat.
Selain itu juga diperlukan antisipasi terhadap masalah atau penyulit yang mungkin
terjadi setelah penentuan diagnosis definitif. Selain itu juga perlu dilakukan
diagnosis banding atau diagnosis ganda untuk meyakinkan keputusan diagnosis
yang diambil.8
2..2.1.4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk dapat meningkatkan efektifitas kinerja penatalaksanaan.
Hal ini perlu terus dilakukan sesuai perkembangan ibu. Tindakan evaluasi
bukanlah akhir dari rangkaian membuat keputusan klinis, namun juga sebagai
acuan awal guna melakukan rangkaian membuat keputusan klinis yang baru.8
Asuhan sayang ibu adalah tindakan perawatan yang didasarkan pada prinsip
saling menghargai. Penghargaan yang dimaksud meliputi budaya, kepercayaan
dan keinginan ibu hamil. Tindakan ini dapat diambil dengan lebih baik bila dapat
melibatkan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.8, 14
14
Salah satu penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir adalah terinfeksinya mereka
karena penanganan yang tidak bersih. Pencegahan infeksi dilakukan agar baik ibu,
bayi baru lahir, penolong, dan keluarga tidak tertular berbagai penyakit yang
berkembang saat ini dan yang belum dapat ditemukan penanganannya.8
Dasar pemikiran yang diterapkan adalah dengan mengandaikan bahwa
setiap orang dapat menularkan penyakit yang bersifat asimptomatik. Selain itu
juga bahwa setiap orang beresiko terkena terinfeksi. Demikian juga diterapkan
anggapan bahwa setiap peralatan yang akan digunakan tanpa proses pencegahan
15
yang benar juga telah terkontaminasi. Namun demikian perlu kesadaran bahwa
resiko infeksi tidak dapat dihilangkan secara total namun dapat ditekan seminimal
mungkin dengan proses dan tindakan pencegahan yang benar dan konsisten.8
Untuk dapat melakukan pencegahan infeksi dengan baik diperlukan
ketrampilan kerja yang baik juga. Hal ini perlu diimbangi dengan peralatan-
peralatan yang bersih dan tidak terkontaminasi. Maksud ini dapat dicapai dengan
melaksanakan prosedur pembersihan, dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi
dengan baik.8
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan antara lain: tanggal dan
waktu asuhan diberikan, identifikasi penolong persalinan, paraf atau tanda tangan
18
penolong pada semua catatan, dan asuhan-asuhan yang diberikan. Pencatatan ini
akan lebih efektif bila didukung sistem penyimpanan dokumen yang baik. Selain
itu perlu diingat bahwa penyimpanan dimaksudkan juga untuk menjaga
kerahasiaan rekam medis.8
2..2.5. Rujukan
Perlu disadari bahwa penyulit dapat terjadi tanpa diduga. Karenanya perlu
prosedur rujukan yang cukup baik untuk sesegera mungkin memberikan
penanganan lanjutan bila tidak terdapat ketersediaan dukungan medis ditempat
penanganan pertama. Hal ini perlu dipersiapkan jauh hari sebelumnya, dibahas
bersama antara ibu, penolong dan keluarga dalam kunjungan antenatal. 8
Persalinan merupakan serangkaian kejadian pada masa akhir kehamilan ibu, yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.9 Persalinan dimulai
(impartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks.10
2..3.1.1. Diagnosis
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.8
Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks pada fase ini kurang dari
4 cm, dan pada umumnya terjadi di bawah hingga 8 jam. 8
Fase aktif ditunjukkan dengan frekuensi dan lama kontraksi uterus yang
umumnya meningkat. Kontraksi yang memadai terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka
dari 4 hingga 10 cm, dengan kecepatan 1 cm atau lebih setiap jam hingga
pembukaan lengkap. Pada fase ini terjadi penurunan bagian terbawah janin.8
2..3.1.2. Penanganan
Selain sarana-prasarana, stabilitas mental ibu perlu mendapat dukungan, yaitu
dengan memberikan informasi mengenai proses kemajuan persalainan dan juga
dengan memperhatikan keluhan yang disampaikan. Asuhan lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menolong pendamping ibu untuk membantu ibu dalam
berlatih teknik bernafas, untuk mempersiapkannya dalam usaha meneran.8
Umumnya ibu bersalin merasa panas dan banyak keringat. Untuk itu perlu
dilakukan pendinginan yang sesuai atau yang ibu bisa terima. Selain itu untuk
memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi ibu perlu disarankan untuk
cukup minum, namun juga perlu disarankan agar sering berkemih.8
Bila ibu sangat merasakan kesakitan, jika diperlukan, dapat diberikan
petidin 1 mg/kg BB (tidak melebihi 100 mg) I.M. atau I.V. secara perlahan atau
20
morfin 0,1 mg/kg BB I.M., atau tramadol 50 mg peroral atau 100 mg supositoria
atau metamizol 500 mg per oral.8
2..3.1.3. Pemantauan
Dalam keadaan normal pemantauan dilaksanakan sebagai berikut.10
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam selama kala satu persalinan, setelah
selaput ketuban pecah. Dalam setiap pemeriksaan dalam tiga hal utama yang
diperhatikan: warna cairan amnion, dilatasi serviks, dan penurunan kepala.
Diagnosis in partu belum dapat ditegakkan bila serviks belum membuka. 10
Partograf
Partograf digunakan untuk memantau kemajuan persalinan dan membatu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai
pada pembukaan 4 cm (fase aktif).8, 10,
2..3.1.4. Rujukan
Pada kegawatdaruratan dan penyulit yang melebihi tingkat ketrampilan dan
kemampuan petugas dalam mengelola, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas
22
2..3.2.1. Diagnosis
Kala dua persalinan ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm) atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm. Kala dua ini berakhir dengan lahirnya bayi,
sehingga kala dua ini dikenal juga sebagai kala pengeluaran.8, 10
Tanda dan gejala kala dua persalinan:8
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Ibu merasa makin meningkatnya tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
Perineum terlihat menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
23
Dorongan spontan
YA
untuk meneran?
TIDAK
YA
Dorongan untuk
YA Lakukan:
meneran?
YA Manajemen aktif kala tiga
Asuhan bayi baru lahir
TIDAK
2..3.2.2. Penanganan
Penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan didasarkan pada prinsip bahwa kala
dua persalinan merupakan peristiwa normal yang akan diakhiri dengan kelahiran
normal tanpa adanya intervensi. Penolong persalinan berpatokan pada tanda-tanda
bahwa ibu sudah dalam kala dua persalinan. Untuk itu, penolong persalinan akan
membimbing, memberikan dukungan terus menerus. Dalam hal ini perlu diingat
bahwa kontraksi uterus yang mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan meneran
hanya merupakan upaya bantuan terhadap kontraksi uterus untuk melahirkan
bayi.8
Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.8, 18
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.8, 18
Gambar . 2Expulsi
Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung
29
dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran kaki.8
Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Segera mengeringkan
bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu). Memegang tali pusat dengan satu
tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem
tersebut.8
Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
30
2..3.4.1. Definisi
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi
menjadi semakin kecil, sedang ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
menekuk, menebal dan kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.8, 10
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan
dengan hati- hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina
dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.8
2..3.5.1. Diagnosis
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu. Hal ini dikarenakan dua jam pertama setelah persalinan merupakan
waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan
fisik yang luar biasa. Si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang
menyesuaikan diri dalam perut ibu ke dunia luar. Penolong harus tinggal bersama
ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.8,10
2..3.5.2. Penanganan
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus
tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan
33
yang sesuai. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.8
Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:8
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. Mengajarkan pada
ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi
uterus.8
Mengevaluasi kehilangan darah. Memeriksa tekanan darah, nadi dan
keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan
dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa temperatur
tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.8
BAB III
RANGKUMAN
34
DAFTAR PUSTAKA
35
8. _____, Asuhan Persalinan Normal: Buku Acuan, Edisi Baru dengan
Resusitasi, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004
9. _____, Obstetri Fisiologi, Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1983.
10. Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG. MPH, editor, Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo bekerja sama dengan Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik Kesehatan Reproduksi – POGI, 2002.
11. _____, Kematian Ibu dan Anak di Indonesia, diakses tanggal 20 Mei 2006 dari
surkesnas.litbang.depkes.go.id/download/AKI_AKA.pdf
12. Felly P. Senewe dan Ning Sulistiyowati, Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Komplikasi Persalinan Tiga Tahun Terakhir di Indonesia: Analisis
lanjut SKRT-Surkenanas 2001, Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 2, 2004.
Diakses tanggal 20 Mei 2006 dari
www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/faktor.pdf
13. _____, Processes of Labor & Delivery: Labor and Birth Processes, Mount
Saint Mary College: 2002. Diakses tanggal 24 Mei 2006 dari
faculty.msmc.edu/hrelic/ppt/nur304_ch18192021p1.ppt
14. _____, Processes of Labor & Delivery: Management of Discomfort, Mount
Saint Mary College: 2002. Diakses tanggal 24 Mei 2006 dari
faculty.msmc.edu/hrelic/ppt/nur304_ch18192021p2.ppt
15. _____, 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala – dua – tiga – empat. Diakses
tanggal 20 Mei 2006 dari
www.dinkespurworejo.go.id/dmdocuments/60_LANGKAH_APN.pdf
16. Sarimawar Djaja, Lisa H. Mulyono, Tin Afifah, Penyakit Penyebab Kematian
Meternal di Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses tanggal 20 Mei 2006 dari
surkesnas.litbang.depkes.go.id/data/maternal.pdf
17. Robert Kail, Chapter 4: Prenatal Development and Birth, Pearson Education:
2002. Diakses tanggal 24 Mei 2006 dari
wps.prenhall.com/wps/media/objects/241/247560/ppt/4.ppt
18. Mary Ann Gagen, Intrapartum: Labor and Birth, chapter 17, Valencia Univ.
Diakses tanggal 24 Mei 2006
faculty.valencia.cc.fl.us/magagen/NUR2420/INTRAPARTUM.pptMcKinney.p
pt