1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kuliner masakan di dunia sangatlah beragam bahan bakunya. Bahan baku
ini terdapat bahan baku alami dan bahan baku buatan. Dengan adanya kekayaan
bahan baku ini maka cara pengolahannya pun beragam pula mulai dari
pemotongan, pelunakan, pemerasan, fermentasi, pengeringan dan pemasakan.
Pemasakan adalah salah satu cara pengolahan kuliner yang dapat dilakukan
dengan berbagai macam teknik, seperti perebusan, pendidihan, penggorengan,
pengukusan atau dengan pemanggangan. Teknik pemangganganpun terdapat
beberapa jenis, salah satunya adalah grilling. Grilling merupakan pembakaran atau
pemanggangan dengan kontak langsung antara bahan dengan sumber api.
Perbedaan metode ini dibanding dengan baking ialah penggunaan suhu grilling
yang lebih tinggi karena sumber api diletakkan langsung di bawah bahan. Selain
itu, metode ini menggunakan grill sebagai alat bantu berupa jeruji kawat atau
rangkaian kawat untuk menghantarkan panas. Jenis produk pangan yang
umumnya menggunakan teknik ini adalah daging merah, daging unggas, dan ikan.
Kisaran suhu untuk proses grilling adalah 130-170°C atau tergantung pada bahan
pangan dan tingkat kematangan yang diharapkan. Aplikasi teknik ini lebih banyak
digunakan untuk hidangan steak dengan tingkat kematangan tertentu. Beberapa
tingkat kematangan steak yaitu well-done, ground, medium (well or rare), dan
rare.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana merancang sebuah alat untuk mengetahui tingkat kematangan
daging?
2. Bagaimana merancang alat untuk mengetahui tingkat kematangan
daging?
3. Bagaimana kontruksi alat untuk mengetahui tingkat kematangan daging?

1
1.3 Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam perancangan ini adalah
Mendapatkan konsep perancangan alat untuk mengetahui tingkat kematangan
daging dan hasil rancangan dapat dimanfaatkan oleh para konsumen

1.4 Metode Perancangan

Metode perancangan yang digunakan adalah PAHL AND BEITZ, cara
perancangan terdiri dari 4 fase yaitu ;
1. Fase perancangan dan penjelasan tugas,
2. Fase perancangan konsep produk,
3. Fase perancangan bentuk produk, dan
4. Fase perancangan detail.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, yaitu pemaparan tentang apa
sebabnya atau alasannya mengapa penulis memilih permasalahan tersebut.
Dimana pentingnya dan seberapa jauh dapat memberikan sumbangan terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Perumusan masalah, yaitu
identifikasi variabel-variabel yang muncul dalam perancangan beserta definisi
operasional dari setiap variabel. Tujuan penulisan merupakan penyajian hasil
yang hendak dicapai setelah penulisan perancangan selesai.
BAB II KLARIFIKASI TUGAS PERANCANGAN
Tugas perancangan haruslah diklarifikasikan secara jelas, informasi-
informasi tentang rancangan yang diinginkan, misalnya : Persyaratan, batasan,
spesifikasi dan hal-hal lain yang terkait dengan perancangan.
BAB III PERANCANGAN KONSEPTUAL
Tahap konseptualisasi adalah tahap untuk menentukan elemen-elemen,
mekanisme, proses, atau konfigurasi dengan suatu perpaduan tertentu
menghasilkan suatu rancangan yang memenuhi tugas perancangan. Pada tahap
ini, sering pula dimasukan formulasi suatu model yang dapat berbentuk
analitis atau berbentuk eksperimental. Hal penting pada konseptualisasi adalah

2
sintesis, yaitu suatu proses penataan elemen-elemen konsep (elemen-elemen
struktur fungsi)..
BAB IV PEMBUATAN PRODUK
Pembuatan produk adalah proses perbaikan dan pengembangan lebih
lanjut dari konsep produk yang telah dipilih dari sekian banyak alternatif-
alternatif konsep produk pada tahap evaluasi konsep produk. Konsep produk
yang dikembangkan dapat hanya sebuah saja, atau beberapa buah yang
dikembangkan secara paralel dan yang akhirnya dipilih yang terbaik.
Pembuatan produk bisa disebut juga dengan proses produksi.
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan memuat hasil atau temuan yang diperoleh secara singkat dan
padat. Dengan membaca kesimpulan/rangkuman, pembaca dapat mengetahui
seluruh hasil rancangan.
.