Nilai suhu tubuh dipengaruhi metabolisme tubuh dan aliran darah, serta hasil pengukuran akan
berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Suhu tubuh dapat diketahui dengan menggunakan
alat thermometer.
Pengukuran suhu badan dapat dilakukan secara :
1. Axiler (ketiak)
2. Oral (mulut)
3. Rectal (anus)
Demam pada bayi dan batita termasuk hal yang paling membuat orang tua khawatir. Demam
biasanya gejala penyakit, sebagai manifestasi perlawanan tubuh terhadap infeski kuman.
Kemungkinannya sangat luas, mulai dari hanya selesma (cold) sampai penyakit berbahaya
seperti Sindrom Kawasaki. Karena itulah, orang tua dengan batita harus selalu memantau suhu
anak.
“Umumnya suhu tubuh anak tergolong normal jika berada antara 36,5º C-37,5º C. Jika di atas
37,5º C, bisa dikatakan suhunya tergolong tinggi dan menderita demam,” ujar Dr. Matheus
Tatang Puspanjono, SpA, spesialis anak dari FKUI-RSCM. Batas 37,5º C adalah pengukuran
suhu melalui mulut atau oral. Jika Anda mengukurnya melalui ketiak, suhu tubuh normal batita
adalah 37,3º C dan 37,8º C melalui rektal atau anus.
Selisih suhu 1-2 derajat bisa menunjukkan masalah menjadi lebih serius. Dan Anda tidak
mungkin menentukan suhu tubuh hanya dengan meraba kening atau leher anak. Untuk itulah
setiap orang tua disarankan mempunyai termometer. Pertanyaannya, termometer seperti apa yang
tepat untuk keluarga Anda dan bagaimana cara menggunakannya dengan benar?
Mungkin Anda sudah cukup familiar dengan termometer air raksa. Berbentuk sebuah tabung
gelas yang berisi cairan air raksa (merkuri), termometer ini memiliki garis-garis dengan angka
sebagai penunjuk skala temperatur pada sisinya. “Termometer air raksa sangat akurat jika
dibandingkan dengan termometer digital. Ini karena air raksa yang digunakan di dalam tabung
merupakan logam mulia dan tidak terpengaruh apapun. Berbeda dengan termometer digital yang
tingkat akurasinya tergantung baterai,” jelas Dr. Tatang.
Termometer Aksila/Ketiak
Cara Penggunaan: Sesuai dengan namanya, penggunaan termometer ini memang diselipkan
pada ketiak. Bagian yang diselipkan adalah ujung yang lebih kecil dan memiliki indikator pada
ujungnya. Pastikan Anda menyelipkannya di bagian puncak ketiak.
Waktu: Karena diletakkan pada ketiak (bagian luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam
tubuh, waktu yang dibutuhkan untuk menuai hasilnya pun cukup lama—sekitar 10 menit.
“Karena waktu yang dibutuhkan lebih lama, otomatis kita harus lebih sabar menunggu agar hasil
yang didapat pun benar,” kata Dr. Tatang.
Tingkat Akurasi: Hasil pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya juga tidak seakurat
pengukuran yang dilakukan di dalam mulut atau rektal. “Umumnya suhu terukur yang didapat
dengan menggunakan termometer aksila lebih rendah 1-2 derajat dibandingkan suhu yang diukur
dengan termometer oral atau rektal,” jelas dokter yang juga mengajar di Universitas Pelita
Harapan ini. Termometer ini cocok digunakan untuk usia balita ke atas.
Termometer Mulut
Tingkat akurasi: Dr. Tatang kembali berujar, “Karena semakin dekat ke inti tubuh, maka
tingkat akurasi termometer mulut lebih tinggi dibandingkan dengan termometer aksila.” Pada
termometer mulut, suhu tubuh anak baru digolongkan demam jika mencapai 38º C. “Jangan lupa,
ini karena suhu pada termometer mulut biasanya 1-2º lebih tinggi daripada termometer aksila,”
tambahnya. Usahakan anak tidak minum atau makan sesuatu yang panas atau dingin sekitar 20-
30 menit sebelum dilakukan pengukuran agar suhu di bawah lidah tidak berubah dan hasilnya
pun akurat. Termometer ini cocok digunakan untuk usia balita ke atas, karena bayi dan balita
belum memiliki kontrol yang baik untuk tetap menjaga termometer tetap berada stabil di bawah
lidah.
Termometer Rektal
Cara penggunaan: Termometer ini dimasukkan ke dalam anus bayi. Telungkupkan bayi, beri
pelicin yang larut dalam air pada ujung termometer, lalu masukkan ke dalam anus sedalam 1-2
cm.
Waktu: Tunggulah sampai ada bunyi ‘bip’ untuk membaca hasilnya—biasanya sekitar 3 menit
(disarankan menggunakan termometer digital pada rektal).
Tingkat akurasi: “Selain paling cocok digunakan untuk mengukur suhu tubuh bayi, termometer
rektal juga paling akurat dibandingkan termometer mulut dan termometer aksila,” kata Dr.
Tatang. Termometer ini juga paling cocok digunakan pada bayi.
http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=babies&id=4175
Demam merupakan gejala sakit pada anak yang sering kita jumpai. Terkadang demam dapat
membuat orang tua menjadi panik sehingga dapat menimbulkan tindakakan yang berlebuhan dari
orang tua. Sebenarnya seperti apa demam itu dan bagaimana menanganinya pada anak- anak ? Apa
yang terjadi pada tubuh kita ketika demam ? Kapan kita harus bawa anak kita ke dokter ?
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal terhadap respon tubuh terhadap suatu gangguan.
Dikatakan demam bila :
Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse ) disebut demam bila bayi
berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38°C. Pada anak lebih dari umur 3 bulan suhu
aksila dan oral lebih dari 38.3°C.
Demam merupakan gejala, bukan suatu penyakit. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus.
Demam juga bisa disebabkan oleh bakteri, paparan panas yang berlebihan ( overhating ), dehidrasi
atau kekurangan cairan, alergi maupun disebabkan gangguan sistem imun. Beberapa imunisasi anak
– anak juga dapat menyebabkan demam.
Kapan demam akantimbul tergangtung dari vaksinasi yang diberikan ( biasanya imunisasi DTP / DTP,
HiB dan MMR ). Sedangkan anak yang sedang tumbuh gigi, menurut penelitian tidak menyebabkan
demam.
Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga,
serta dapat juga di ketiak, segera setelah air raksa diturunkan selama satu menit dan dikeluarkan
untuk dibaca.
AAP ( American Academy of Pediatrics ) tidak menganjurkan lagi penggunaan termometer kaca berisi
merkuri karena kebocoran mercuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.
Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak di atas usia 4 tahun, karena sudah
dapat bekerja sama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat
dibandingkan dengan suhu ketiak ( aksila ). Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya
menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan
keringat sehingga tidak akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat kerena lebih
mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun
pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak. Pengukuran suhu melalui telinga ( infrared tympanic ) tidak
dianjurkan karena tidak memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga masih sempit dan
basah ( Lubis, 2009 ).
Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak
dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan. Pengukuran suhu
inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengukur suhu
dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru. Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu
invasif.
Menurut NAPN, demam pada bayi di bawah 8 mingggu harus mendapat perhatian khusus dan
mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Bila anak tampak baik, kemungkinan infeksi bakteri
kurang dari 3%. Bila tampak sakit, kemungkinan infeksi bakteri 26% dan bila tampak toksik
kemungkinan infeksi bakteri 92%.
1. Anak berumur kurang dari 2 bulan dengan suhu rektal lebih dari 37.9°C
2. Bayi berumur 3 – 6 bulan dengan suhu lebih dari 38.3°C
3. Bayi berumur 6 bulan ke atas dengan suhu lebih dari 39.4°C
Bila anak lebih dari 1 tahun mengalami demam tapi masih bisa makan, minum, tidur dan bermain
seperti biasa, tidak perlu segera ke dokter, tetapi cukup dengan pengobatan di rumah oleh keluarga.
Demam merupakan gejala, bukan penyakit. Sehingga tidak perlu buru – buru memberikan obat
demam. Kompres dengan air hangat, hindari kompres dengan air dingin atau alkohol. Kompres
alkohol berbahaya karena apabila uap yang ditimbulkannya terhirup anak dapat berdampak buruk.
Tak perlu khawatir apabila anak tidak mau makan sama sekali, selama anak masih mau minum air teh
manis atau susu 50 – 60 % dari jumlah biasa atau sekitar 400 – 500 cc dalam sehari. Tidak juga perlu
khawatir bila anak masih aktif dan bermain seperti biasa. Karena pada umumnya, terutama anak
hipersensitif saluran cerna anak dengan picky eaters akan mengalami sulit makan saat demam.
Biasanya tidak akan berlangsung lama, anak tersebut mengalami dalam 3 – 5 hari. Orang tua harus
khawatir bila anak tampak lemas berlebihan, seharian tidur dan anak gelisah sepanjang hari.
Parasetamol dianggap cukup aman dibandingkan dengan obat penurun demam golongan lain, karena
efek samping ke saluran pencernaan minimal. Dapat diberikan secara oral maupun rektal. Namun bila
digunakan melebihi dosis yang dianjurkan dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
Selalu baca petunjuk penggunaan pada kemasan atau ikuti petunjuk dokter spsesialis anak anda.
Ibuprofen selain dapat menurunkan demam dan meredakan nyeri, memiliki manfaat anti inflamasi (
anti radang ) rendah. Efek sampingnya berupa mual, perut kembung dan yang paling parah
pendarahan di lambung. Jangan berikan ibuprofen pada anak yang diduga terdiagnosa demam
berdarah karena dapat menyebabkan pendarahan pada lambung.
dr. Arti Kusumawati, M.Kes, Sp.A & dr. Rohani Rani, Sp.A
http://www.rsaminah.com/detil-berita/mengatasi_demam_pada_anak.htm
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu,
pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan, dan pengukuran tekanan darah.
Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman
pernapasan & menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Cara memeriksa pernafasan, pastikan pasien dalam posisi nyaman,letakan tangan perawat
langsung pada abdomen atas klien,observasi siklus pernafasan lengkap,sekali siklus perhatikan
jarum jam penunjuk detik dan mulai hitung frekwensi.Sementara menghitung,perhatikan
kedalaman pernafasan(dangkal,normal,atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi
perubahan pola.Kemudian catat hasilnya.
Atur posisi pasien ,letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang,lengan baju di buka
kemudian pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar).Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra Pompa
balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba,pompa terus sampai
manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.Letakkan diafragma
stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam. Catat
mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini menunjukkan tekanan
sistolik secara palpasi.
lengan baju.
4.Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas pasien sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar).
5. Cara auskultasi
1. Atur posisi pasien.
2.Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
3. Buka Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
6.Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
7.Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
8.Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
9.Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar
sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
10.Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
12. Catat tinggi air raksa pada manometer:
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
13. Catat hasilnya pada catatan pasien.:
https://juniantoslamet.wordpress.com/2012/12/05/ttv/
PENGATURAN SUHU TUBUH
October 13, 2012eliskasih
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbonhidrat dan
lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 41 C.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya
variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesterion rendah suhu tubuh dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10”nya.
Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki
sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi.
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh
juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang
intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu
tubuh sementara sebanyak 4 C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan fasomor.
d. Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 C selama periode 24 jam. Suhu teremdah berada
diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maximum
pada pukul6 sore, lalu menurun kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami
perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1
sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadia tidak
berubah seiring usia.
e. Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melali stimulasi hormonal dan syaraf.
Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
Klien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh
manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap
anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypotalamus.
Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan,
produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan
akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
5. Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh rata-rata orang dewasa melalui oral adalah 37°c, rektal 35,7°c, dan aksila 36,7°sc.
Pusat pengukuran suhu tubuh adalah hipotalamus, dalam susunan saraf pusat yang terletak di
bawah otak. Hipotalamus mempunyai peranan penting sebagai pengaturan suhu.
Penatalaksanaan Hipotermi
Prioritas terapi pada hipotermi adalah pencegahan penurunan suhu tubuh lebih lanjut.
Melepaskan pakaian basah, menggantinya dengan yang kering, dan menyelimuti klien adalah
intervensi keperawatan penting yang harus dilakukan. Pada kondisi darurat yang berada jauh dari
lingkungan layanan kesehatan, klien diharuskan berbaring dibawah selimut disamping individu
sehat dengan suhu tubuh hangat. Klien yang masih sadar harus meminum cairan panas seperti
sup, serta menghindari alkohol dan minuman berkafein. Selain itu, tutupi kepala, tempatkan klien
di dekat api atau ruang yang hangat, atau tempatkan lembaran panas di sisi tubuh ( kepala dan
leher) yang paling cepat kehilangan panas.
a. Hipertermi
Suhu tubuh diatas rentang normal disebut hipertermia, atau pireksia, atau (dalam istilah awam)
demam. Demam yang sangat tinggi, (misalnya 41° C [105,8 °F]) disebut hiperpireksia. Klien
yang demam disebut sedang febril.
DAFTAR PUSTAKA
Poltekes Depkes Jakarta. (2009). Panduan Praktik Keperawatan Dasar Manusia 1. Jakarta:
Salemba Medika
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Supatmi, Yulia. (2008). Panduan Praktek Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
PT Citra Aji parama
Tamsuri, Anas. (2007). Tanda-Tanda Vita Suhu Tubuh. Jakarta : EGC
Pengukuran Suhu
I. Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan
tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak
ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran
suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun.
Ke empat macam cara ini dapat digunakan salah satunya saja. Karena pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama. Namun, itu tergantung jenis bagian suhu mana yang ingin kita
ketahui. Ada dua macam jenis suhu tubuh yang kita perlukan untuk tujuan pemeriksaan, yaitu :
1. Suhu inti:
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri
pulmonel, kandung kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu
melalui rektum
2. Suhu permukaan:
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan
yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias menggunakan cara pengukuran melalui
oral, aksila, dan telinga.
Suhu tubuh manusia normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Namun pada keadaan
tertentu, seperti ketika sakit, panas tubuh dapat melonjak tinggi. Dalam kesehatan, pemantauan
dan pengukuran suhu tubuh ketika sakit sangat penting, sebab suhu tubuh yang tinggi dapat
berakibat fatal.
Keadaan ketika suhu tubuh meningkat disebut dengan demam. Pada keadaan ini, pengukuran
suhu tubuh sangat penting untuk menentukan tindakan yang tepat. Dan pengukuran suhu tubuh
juga harus tepat dan akurat. Selisih 1 derajat Celcius saja dapat menentukan.
Pengukuran suhu tubuh, paling mudah dengan menggunakan termometer digital. Jenis
termometer ini dapat dilakukan di ketiak, mulut dan anus (dubur). Namun pengukuran di tempat
yang berbeda, juga memberikan hasil yang berbeda.
Pengukuran di ketiak biasanya kurang tepat dan akuarat. Yang paling tepat adalah di dubur.
Namun bila dianggap merepotkan, pengukuran bisa dilakukan lewat mulut. Jika pengukuran di
dubur menunjukkan suhu 38 derajat Celcius, pengukuran di mulut biasanya menunjukkan 37,8
derajat dan di ketiak 37,2 derajat Celcius.
Jika telah diketahui suhu tubuh, hal ini dipakai dasar untuk mengambil tindakan selanjutnya.
Suhu kritis orang dewasa adalah 39,4 derajat Celcius dan suhu kritis bayi dan anak-anak adalah
38,3 derajat Celcius.
Jika suhu tubuh dewasa lebih dari 39,4 derajat, maka sebaiknya segera dibawa untuk
mendapatkan perawatan medis. Sedangkan pada bayi dan anak-anak, suhu di atas 38 derajat
Celcius, segeralah diperiksakan kondisinya. Sebab suhu yang tinggi, baik pada bayi, anak-anak
maupun dewasa dapat merupakan pertanda penyakit yang serius seperti tipus, demam berdarah
dan lain sebagainya.
Namun begitu, kondisi si sakit lebih penting daripada suhu tubuh. Sebab beberapa penyakit
serius justru hanya memberikan tanda demam yang tidak tinggi. Karena itu kondisi si sakit jauh
lebih penting, apakah lemas, tidak bertenaga, pingsan atau nafas pendek, itu merupakan tanda
adanya permasalahan serius dalam kesehatannya.
Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang paling umum adalah
dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut dan dubur. Termometer yang
digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik) untuk memberikan hasil yang tepat dan
akurat.
Mengukur Suhu Tubuh Di Bawah Ketiak
Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di ketiak. Langkah pengukuran
sebagai berikut:
Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup akurat adalah
melalui mulut. Untuk mengukur suhu tubuh ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut: