Anda di halaman 1dari 32

CARA MENGUKUR SUHU BADAN ‘Axiler, oral dan rectal’

Nilai suhu tubuh dipengaruhi metabolisme tubuh dan aliran darah, serta hasil pengukuran akan
berbeda sesuai dengan tempat pengukuran. Suhu tubuh dapat diketahui dengan menggunakan
alat thermometer.
Pengukuran suhu badan dapat dilakukan secara :

1. Axiler (ketiak)
2. Oral (mulut)
3. Rectal (anus)

Cara pengukuran axiler (ketiak)

1. Keringat pada ketiak dikeringkan


2. Ujung termometer diletakan pada puncak ketiak
3. Lengan dirapatkan kedalam
4. Pembacaan hasil dilakukan setelah 10 menit
5. Suhu normal pada pengukuran rektal yaitu 34,70C – 37,30C

Cara pengukuran oral (mulut)

1. Ujung thermometer dibersihkan dengan kapas alkohol


2. Ujung thermometer diletakan dibawah lidah
3. Mulut ditutup dan bernafas melalui hidung
4. Pembacaan hasil dilakukan setelah 5 menit
5. Suhu normal pada pengukuran oral yaitu 35,50C – 37,50C

Cara pengukuran rectal (anus)

1. Ujung termometer sedikit diberi pelicin (vaselin)


2. Ujung air raksa dimasukan ke anus
3. Pembacaan hasil dilakukan setelah 5 menit
4. Suhu normal pada pengukuran rectal yaitu 36,60C – 380C
Kenali Si Pendeteksi Suhu Tubuh

Demam pada bayi dan batita termasuk hal yang paling membuat orang tua khawatir. Demam
biasanya gejala penyakit, sebagai manifestasi perlawanan tubuh terhadap infeski kuman.
Kemungkinannya sangat luas, mulai dari hanya selesma (cold) sampai penyakit berbahaya
seperti Sindrom Kawasaki. Karena itulah, orang tua dengan batita harus selalu memantau suhu
anak.

“Umumnya suhu tubuh anak tergolong normal jika berada antara 36,5º C-37,5º C. Jika di atas
37,5º C, bisa dikatakan suhunya tergolong tinggi dan menderita demam,” ujar Dr. Matheus
Tatang Puspanjono, SpA, spesialis anak dari FKUI-RSCM. Batas 37,5º C adalah pengukuran
suhu melalui mulut atau oral. Jika Anda mengukurnya melalui ketiak, suhu tubuh normal batita
adalah 37,3º C dan 37,8º C melalui rektal atau anus.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan orang tua segera menghubungi


dokter bila suhu rektal bayi usia 2 bulan mencapai 37,9º C; suhu rektal bayi 3-6 bulan mencapai
38,3º C, dan bayi di atas 6 bulan 39,4º C. Anda harus segera membawa anak ke dokter, berapa
pun usianya, bila suhu rektalnya mencapai 40,5º C.

Selisih suhu 1-2 derajat bisa menunjukkan masalah menjadi lebih serius. Dan Anda tidak
mungkin menentukan suhu tubuh hanya dengan meraba kening atau leher anak. Untuk itulah
setiap orang tua disarankan mempunyai termometer. Pertanyaannya, termometer seperti apa yang
tepat untuk keluarga Anda dan bagaimana cara menggunakannya dengan benar?

Raksa atau Digital?

Mungkin Anda sudah cukup familiar dengan termometer air raksa. Berbentuk sebuah tabung
gelas yang berisi cairan air raksa (merkuri), termometer ini memiliki garis-garis dengan angka
sebagai penunjuk skala temperatur pada sisinya. “Termometer air raksa sangat akurat jika
dibandingkan dengan termometer digital. Ini karena air raksa yang digunakan di dalam tabung
merupakan logam mulia dan tidak terpengaruh apapun. Berbeda dengan termometer digital yang
tingkat akurasinya tergantung baterai,” jelas Dr. Tatang.

Sebelum menggunakannya, turunkan air raksa di dalam tabung dengan mengibas-kibaskan


termometer untuk mencapai hasil yang akurat. Hanya, walaupun akurat, penggunaan termometer
raksa juga harus berhati-hati agar tabung tidak pecah dan air raksa tidak terkena kulit. Untuk bayi
dan batita, penggunaan termometer digital akan lebih aman. Dokter ini kembali menambahkan,
“Selain itu, pada termometer digital, kita tidak perlu memperhatikan jam. Selain waktunya relatif
sebentar, saat mencapai suhu maksimal tubuh, termometer digital akan otomatis mengeluarkan
bunyi bip.”

Termometer Aksila/Ketiak

Cara Penggunaan: Sesuai dengan namanya, penggunaan termometer ini memang diselipkan
pada ketiak. Bagian yang diselipkan adalah ujung yang lebih kecil dan memiliki indikator pada
ujungnya. Pastikan Anda menyelipkannya di bagian puncak ketiak.
Waktu: Karena diletakkan pada ketiak (bagian luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam
tubuh, waktu yang dibutuhkan untuk menuai hasilnya pun cukup lama—sekitar 10 menit.
“Karena waktu yang dibutuhkan lebih lama, otomatis kita harus lebih sabar menunggu agar hasil
yang didapat pun benar,” kata Dr. Tatang.

Tingkat Akurasi: Hasil pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya juga tidak seakurat
pengukuran yang dilakukan di dalam mulut atau rektal. “Umumnya suhu terukur yang didapat
dengan menggunakan termometer aksila lebih rendah 1-2 derajat dibandingkan suhu yang diukur
dengan termometer oral atau rektal,” jelas dokter yang juga mengajar di Universitas Pelita
Harapan ini. Termometer ini cocok digunakan untuk usia balita ke atas.

Termometer Mulut

Cara penggunaan: Termometer ini dimasukkan ke dalam mulut. Namun perhatikan


penempatannya, karena Anda harus memastikan ujung termometer di bawah lidah sejauh
mungkin. Hal ini penting, karena masih banyak orang yang mengira penggunaan termometer
mulut adalah hanya dengan memasukkannya ke dalam mulut, tapi di atas lidah dan cukup
dengan dikulum.

Waktu: Sekitar 3-4 menit.

Tingkat akurasi: Dr. Tatang kembali berujar, “Karena semakin dekat ke inti tubuh, maka
tingkat akurasi termometer mulut lebih tinggi dibandingkan dengan termometer aksila.” Pada
termometer mulut, suhu tubuh anak baru digolongkan demam jika mencapai 38º C. “Jangan lupa,
ini karena suhu pada termometer mulut biasanya 1-2º lebih tinggi daripada termometer aksila,”
tambahnya. Usahakan anak tidak minum atau makan sesuatu yang panas atau dingin sekitar 20-
30 menit sebelum dilakukan pengukuran agar suhu di bawah lidah tidak berubah dan hasilnya
pun akurat. Termometer ini cocok digunakan untuk usia balita ke atas, karena bayi dan balita
belum memiliki kontrol yang baik untuk tetap menjaga termometer tetap berada stabil di bawah
lidah.

Termometer Rektal

Cara penggunaan: Termometer ini dimasukkan ke dalam anus bayi. Telungkupkan bayi, beri
pelicin yang larut dalam air pada ujung termometer, lalu masukkan ke dalam anus sedalam 1-2
cm.

Waktu: Tunggulah sampai ada bunyi ‘bip’ untuk membaca hasilnya—biasanya sekitar 3 menit
(disarankan menggunakan termometer digital pada rektal).

Tingkat akurasi: “Selain paling cocok digunakan untuk mengukur suhu tubuh bayi, termometer
rektal juga paling akurat dibandingkan termometer mulut dan termometer aksila,” kata Dr.
Tatang. Termometer ini juga paling cocok digunakan pada bayi.

http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=babies&id=4175
Demam merupakan gejala sakit pada anak yang sering kita jumpai. Terkadang demam dapat
membuat orang tua menjadi panik sehingga dapat menimbulkan tindakakan yang berlebuhan dari
orang tua. Sebenarnya seperti apa demam itu dan bagaimana menanganinya pada anak- anak ? Apa
yang terjadi pada tubuh kita ketika demam ? Kapan kita harus bawa anak kita ke dokter ?

Apakah Demam Itu ?

Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal terhadap respon tubuh terhadap suatu gangguan.
Dikatakan demam bila :

 Suhu rektal ( di dalam dubur ) : lebih dari 38°C


 Suhu oral ( di dalam mulut ) : lebih dari 37.5°C
 Suhu ketiak ( aksila ) : lebih dari 37.2°C
 Termometer bentuk dot bayi digital : lebih dari 37.8°C
 Suhu telinga

Mode rektal : lebih dari 38°C

Mode oral : lebih dari 37.5°

Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse ) disebut demam bila bayi
berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38°C. Pada anak lebih dari umur 3 bulan suhu
aksila dan oral lebih dari 38.3°C.

Apa Penyebab Demam ?

Demam merupakan gejala, bukan suatu penyakit. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus.
Demam juga bisa disebabkan oleh bakteri, paparan panas yang berlebihan ( overhating ), dehidrasi
atau kekurangan cairan, alergi maupun disebabkan gangguan sistem imun. Beberapa imunisasi anak
– anak juga dapat menyebabkan demam.

Kapan demam akantimbul tergangtung dari vaksinasi yang diberikan ( biasanya imunisasi DTP / DTP,
HiB dan MMR ). Sedangkan anak yang sedang tumbuh gigi, menurut penelitian tidak menyebabkan
demam.

Bagaimana Cara Mengukur Suhu Tubuh Anak ?

Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga,
serta dapat juga di ketiak, segera setelah air raksa diturunkan selama satu menit dan dikeluarkan
untuk dibaca.

AAP ( American Academy of Pediatrics ) tidak menganjurkan lagi penggunaan termometer kaca berisi
merkuri karena kebocoran mercuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.

Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak di atas usia 4 tahun, karena sudah
dapat bekerja sama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat
dibandingkan dengan suhu ketiak ( aksila ). Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya
menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan
keringat sehingga tidak akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat kerena lebih
mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun
pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak. Pengukuran suhu melalui telinga ( infrared tympanic ) tidak
dianjurkan karena tidak memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga masih sempit dan
basah ( Lubis, 2009 ).

Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak
dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan. Pengukuran suhu
inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengukur suhu
dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru. Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu
invasif.

Kapan Harus Membawa Anak Ke Dokter ?

Periksa anak ke dokter bila :

1. Demam pada anak di bawah 3 bulan


2. Demam pada anak yang mempunyai penyakit kronis dan defisiensi sistem imun
3. Anak gelisah, lemah atau sangat tidak nyaman
4. Demam berlangsung lebih dari 3 hari ( 72 jam )

Menurut NAPN, demam pada bayi di bawah 8 mingggu harus mendapat perhatian khusus dan
mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Bila anak tampak baik, kemungkinan infeksi bakteri
kurang dari 3%. Bila tampak sakit, kemungkinan infeksi bakteri 26% dan bila tampak toksik
kemungkinan infeksi bakteri 92%.

AAP menganjurkan segera menghubungi dokter, bila :

1. Anak berumur kurang dari 2 bulan dengan suhu rektal lebih dari 37.9°C
2. Bayi berumur 3 – 6 bulan dengan suhu lebih dari 38.3°C
3. Bayi berumur 6 bulan ke atas dengan suhu lebih dari 39.4°C

Bila anak lebih dari 1 tahun mengalami demam tapi masih bisa makan, minum, tidur dan bermain
seperti biasa, tidak perlu segera ke dokter, tetapi cukup dengan pengobatan di rumah oleh keluarga.

Bagaimana Pengobatan Anak Bila Demam ?

Demam merupakan gejala, bukan penyakit. Sehingga tidak perlu buru – buru memberikan obat
demam. Kompres dengan air hangat, hindari kompres dengan air dingin atau alkohol. Kompres
alkohol berbahaya karena apabila uap yang ditimbulkannya terhirup anak dapat berdampak buruk.

Tak perlu khawatir apabila anak tidak mau makan sama sekali, selama anak masih mau minum air teh
manis atau susu 50 – 60 % dari jumlah biasa atau sekitar 400 – 500 cc dalam sehari. Tidak juga perlu
khawatir bila anak masih aktif dan bermain seperti biasa. Karena pada umumnya, terutama anak
hipersensitif saluran cerna anak dengan picky eaters akan mengalami sulit makan saat demam.
Biasanya tidak akan berlangsung lama, anak tersebut mengalami dalam 3 – 5 hari. Orang tua harus
khawatir bila anak tampak lemas berlebihan, seharian tidur dan anak gelisah sepanjang hari.

Parasetamol dianggap cukup aman dibandingkan dengan obat penurun demam golongan lain, karena
efek samping ke saluran pencernaan minimal. Dapat diberikan secara oral maupun rektal. Namun bila
digunakan melebihi dosis yang dianjurkan dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
Selalu baca petunjuk penggunaan pada kemasan atau ikuti petunjuk dokter spsesialis anak anda.

Ibuprofen selain dapat menurunkan demam dan meredakan nyeri, memiliki manfaat anti inflamasi (
anti radang ) rendah. Efek sampingnya berupa mual, perut kembung dan yang paling parah
pendarahan di lambung. Jangan berikan ibuprofen pada anak yang diduga terdiagnosa demam
berdarah karena dapat menyebabkan pendarahan pada lambung.
dr. Arti Kusumawati, M.Kes, Sp.A & dr. Rohani Rani, Sp.A

http://www.rsaminah.com/detil-berita/mengatasi_demam_pada_anak.htm
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu,
pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan, dan pengukuran tekanan darah.

Mengukur Suhu Tubuh


Pengertian
Mengukur suhu tubuh merupakan mengukur suhu tubuh pasien dengan menggunakan
thermometer.. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal, dan aksila.
Tujuan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Indikasi
Setiap hari,yang dituliskan pada status pasien
Dilakukan pada setiap pasien baru
Perkembangan kondisi pasien
Sewaktu-waktu bila keadaan pasien memerlukan
Pada pengukuran suhu rectal paling memungkinkan pada anak-anak yang lebih muda
Pada aksila umum pada semua pasien
Kontra indikasi
Pasien dengan bedah oral
Pasien menggigil
Nyeri pada mulut
Bayi dan anak kecil
Pada bayi yang baru lahir
Klien bedah atau kelainan rectal
Pada pasien kejang
Cara pengukuran suhu tubuh
1. Metode Oral
Persiapan alat:
Termometer air raksa atau digital(berbeda dengan thermometer aksila).
Kertas tisu
Sarung tangan
Pena,pensil,reka medic
Pasien harus mempunyai thermometer sendiri
Cara kerja
– Anjurkan pasien untuk membuka mulutnya.cek kembali thermometer kemudian letakan
dibawah lidah pasien
-Mulutnya dikatupkan kurang lebih 5 menit dan bernafas melalui hidung
-Thermometer diangkat setelah 3-5 menit,kemudian dilap dengan kertas lalu dibaca dan dicatat.
2. Metode aksila
Persiapan alat:
Termometer aksila(air raksa atau digital)
Kertas tisu
Sarung tangan
Pena,pensil,&rekam medic
Kapas alcohol
Cara kerja
-Alat didekatkan pada pasien
-Termometer dicek,jepitkan ditengah-tengah pasien
-Lengan pasien yang bersangkutan dilipatkan didada
-10menit kemudian angkat thermometer dan baca dengan teliti dan catat
-Bersihkan thermometer dengan larutan sabun
-Air raksa diturunkan dan masukan thermometer ditempatnya
3. Metode Rektal
Persiapan alat
Termometer
Kertas tisu
Pelumas
Sarung tangan
Pena,pensil,dan rekam medic
Cara kerja
-Alat didekatkan dan pasien dimiringkan
-Pasien pasien diturunkan sampai bawah bokong
-Termometer dipriksa,ujunngnya dioles dengan pelumas,lalu masukkan melalui anus
-Setelah 3 menit keluarkan thermometer kemudian dilap dengan kertas dibaca dan hasilnya
dicatat.

Pemeriksaan Denyut Nadi


Pengertian
Meraba dan menghitung denyutan nadi pada bagian tubuh tertentu.Menghitung denyut nadi
dapat dilakukan pada pergelangan tangan,pada lipatan sikut,pada leher,pada pelipis,lipatan
paha,punggung kaki dan pada ubun-ubun.
Tujuan
Untuk mengetahui denyut nadi(irama,frekwensi,dan kekuatan) menilai kemampuan fungsi
kardiofaskuler.Untuk membantu langkah perawatan.
Indikasi
Pada pasien baru
Sewaktu-waktu bila keadaan pasien memerlukan
Setiap hari untuk pengisian status pasien
Kontra indikasi
Jangan menghitung denyut nadi setelah tangan memegang es
Sering melakukan pemeriksaan denyut nadi bila keadaan pasien kurang baik.
Persiapan alat:
Arloji tangan dengan penunjuk detik
Buku catatan suhu dan pulpen
Cara kerja
-Anjurkan pasien untuk tenang dan rileks
-menghitung denyut nadi bersama dengan pengukuran suhu
-Menghitung dengan jari telunjuk dan jari tengah diatas arteri
-Hitung selama setengah menit kemudian hasilnya kalikan 4
-Pada anak-anak hitung selama 1 menit,catat.

Pemeriksaan Pernapasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem
pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman
pernapasan & menilai kemampuan fungsi pernapasan.

Cara memeriksa pernafasan, pastikan pasien dalam posisi nyaman,letakan tangan perawat
langsung pada abdomen atas klien,observasi siklus pernafasan lengkap,sekali siklus perhatikan
jarum jam penunjuk detik dan mulai hitung frekwensi.Sementara menghitung,perhatikan
kedalaman pernafasan(dangkal,normal,atau dalam dan apakah irama normal atau terjadi
perubahan pola.Kemudian catat hasilnya.

Pemeriksaan Tekanan Darah


Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan
pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode
langsung: metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh
darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk
menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus; metode tak
langsung: metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak langsung ini
menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat
mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop.

Atur posisi pasien ,letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang,lengan baju di buka
kemudian pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar).Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra Pompa
balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba,pompa terus sampai
manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba.Letakkan diafragma
stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam. Catat
mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini menunjukkan tekanan
sistolik secara palpasi.

lengan baju.
4.Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas pasien sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar).
5. Cara auskultasi
1. Atur posisi pasien.
2.Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
3. Buka Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
6.Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
7.Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
8.Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
9.Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar
sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
10.Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
12. Catat tinggi air raksa pada manometer:
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
13. Catat hasilnya pada catatan pasien.:

https://juniantoslamet.wordpress.com/2012/12/05/ttv/
PENGATURAN SUHU TUBUH
October 13, 2012eliskasih

1. Mekanisme Pengaturan suhu tubuh


Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus

adalah seperti termosta rt. Suhu


yang nyaman merupakan set point untuk operasi system pemanas. Penurunan suhu lingkungan
akan mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan system pemanas
tersebut. Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun tidak persis sama
seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam traktus
lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama
pada lamina I, II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu
atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal akan menjalarkan keserabut termal
asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di
(1) area reticular batang otak dan (2) kompleks vetro basal thalamus. Setelah dari thalamus
sinyal di hantarkan ke hipotalamus. Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu.
Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan
vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon
terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan
panas lebih lanjut.
2. Antomi Fisiologi yang terkait
Suhu diatur oleh sistem syaraf dan sistem endokrin
a. Sistem syaraf
1) Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung syaraf yang sensitif terhadap suhu
dengan menghasilkan respon yang tepat – menggigil untuk kedinginan, berkeringat untuk
kepanasan.
2) Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir melewati kapiler-
kapiler nya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian anterior
berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasoladitasi dan karena nya panas
menguap. Hipotalamus bagian posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut. Melalui
hubungan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima stimulus dari talamus dan dapat melewati
sistem syaraf otonom memodifikasi aktivitas humoner, sekresi keringat aktivitas kelenjar dan
otot-otot.
b. Sistem Endokrin
1) Medula adrenal : dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang menstimulasi metabolisme
dan karena nya dapat meningkatkan pembentukan panas.
2) Kelenjar tyroid : dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme
dan pembentukan panas.

3. Produksi Panas dan Kehilangan Panas Tubuh


a. Produksi panas
Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan
tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan
merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme. Aktivitas yang memburuhkan reaksi
kimia tambahan akan meningkatkan laju metabolic yang juga akan menambah produksi panas.
Saat metabolism menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit. Produksi panas terjadi saat
intirahat, gerakan volunter dan termogenesis tanpa mengigil.
1) Metabolism basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh tubuh saat istirahat total.
Laju metabolism basal atau basal metabolic rate (BMR) biasanya bergantung pada area
permukaan tubuh. BMR juga dipengaruhi oleh hormone tiroid. Dengan merangsang penguraian
glukosa dan lemak, hormone tiroid meningkatkan reaksi kimia dalam sel tubuh. Saat hormone
tiroid disekresikan dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%. Ketiadaan hormone tiroid
akan menurunkan BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi panas.
Hormen seks testoteron meningkatkan BMR sehingga pria memiliki BMR yang lebih tinggi dari
pada wanita.
2) Gerakan volunter sperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energi tambahan. Laju
metabolic meningkat saat aktivitas, terkadang meningkatkan produksi panas hingga 50 kali lipat.
3) Menginggil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan suhu dalam tubuh. Gerakan
otot lurik saat menginggil membutuhkan energi yang cukup besar. Menginggil menghasilkan
produksi panas 4 sampai 5 kali lipat dari normal. Panas ini akan membantu menyeimbangkan
suhu tubuh sehingga menginggil akan berhenti.
4) Termogenesis tanpa mengigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak dapat mengigil sehingga
jaringan coklat vasukuler yang ada saat lahir dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan
tersebut sangat terbatas jumlahnya.
b. Kehilangan panas tubuh
Struktur kulit dan pajanan terhadap lingkungan mengakibatkan kehilangan panas normal yang
konstan melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
1) Radiasi adalah transfer panas dari permikaan suatu objek ke permukaan objek lainnya tanpa
kontak langsung antara keduanya. Panas pada 80% area luas permukaan tubuh diradiasikan ke
lingkungan.
2) Konduksi adalah transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua objek. Benda
padat, cair dan gas mengonduksikan panas melalui kontak. Saat kulit yang hangat menyantuh
objek yang lebih dingin, panas akan hilang.
3) Konveksi adalah transfer panas melalui garakan udara, contohnya adalah kipas angin.
Kehilangan panas konveksi meningkat jika kulit yang lembab terpapar dengan udara yang
bergerak.
4) Evaporasi adalah transfer energy panas saat cairan berubah menjadi gas. Tubuh kehilangan
panas secara continue melalui evaporasi. Sekitar 600-900 cc air tiap harinya menguap dari kulit
dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.

4. Hal-hal yang mempengaruhi Suhu Tubuh


a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat
terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan
yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat
kehilangan 30 % panas tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala
untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C sampai
37,5˚C.Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menerus
menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih
kecil dibandingkan dewasa muda.

b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbonhidrat dan
lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 41 C.
c. Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya
variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesterion rendah suhu tubuh dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10”nya.
Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki
sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi.
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh
juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang
intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu
tubuh sementara sebanyak 4 C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan fasomor.
d. Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 C selama periode 24 jam. Suhu teremdah berada
diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maximum
pada pukul6 sore, lalu menurun kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami
perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1
sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadia tidak
berubah seiring usia.
e. Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melali stimulasi hormonal dan syaraf.
Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
Klien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh
manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap
anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hypotalamus.
Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan,
produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan
akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien.
5. Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh rata-rata orang dewasa melalui oral adalah 37°c, rektal 35,7°c, dan aksila 36,7°sc.
Pusat pengukuran suhu tubuh adalah hipotalamus, dalam susunan saraf pusat yang terletak di
bawah otak. Hipotalamus mempunyai peranan penting sebagai pengaturan suhu.

Menentukan Tempat untuk Mengukur Suhu :


a. Suhu mulut/oral merupakan suhu tubuh inti tubuh. Tidak dilakukan pada pasien pingsan,
bernapas dengan mulut, dengan terapi oksigen, dan sedang makan /minum (tunggu 30 menit
untuk memberi waktu jaringan kembali kesuhu normal.
b. Suhu aksila. Dilakukan jika pengambilan suhu mulut dan rektal tidak mungkin dilakkukan
karena merupakan kontraindikasi. Metode tersebut adalah metode yang paling tidak akurat
karena kondisi ketiak mudah di pengaruhi oleh suhu lingkungan.
c. Suhu rektal .lebih akurat dari suhu mulut. Tidak dilakukan pada pasien diare, kanker anus,
atau sakit jantung.

Pengukuran Suhu Tubuh :


Alat dan Bahan :
Siapkan alat di atas troli atau baki yang terdiri atas :
1) Termometer yang sesuai dengan kondisi pasien .
2) Botol pencuci termometer : berisi larutan Lysol, sabun dan air biasa
3) Tissu
4) Gel / pelumas bila perlu
5) Sarung tangan
6) Bengkok/plastik
7) Pensil dan buku tulis

Mengukur Suhu Oral


Prosedur :
a. Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
b. Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur
tersebut akan dilakukan.
c. Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
d. Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c
dengan cara mengoyang-goyangkan termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah
sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuai dengan jenisnya.
Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
e. Persiapkan posisi yang nyaman pada pasien, duduk atau terlentang.
f. Mintalah pasien untuk membuka mulut dan dengan pelahan letakan termometer dalam
kantong sublingual (di bawah lidah) dari arah lateral ke tengah rahang bawah
g. Mintalah pasien untuk menahan termometer dengan mengatupkan bibirnya bukan dengan
gigi.
h. Biarkan termometer dalam mulut selama 2-8 menit
i. Lepas termometer dan bersihkan menggunakan tissu, baca termometer sejajar dengan mata.
j. Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal.
Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
k. Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali
pada tempatnya.
l. Cuci tangan dan catat hasilnya.

Mengukur Suhu Rektal


Prosedur :
1) Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
2) Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur
tersebut akan dilakukan.
3) Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
4) Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c
dengan cara mengoyang-goyangkan termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah
sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuain dengan jenisnya.
Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
5) Tutup gorden sekitar tempat tidur dan tutup pintu rungan. Jaga agar bagian tubuh atas dan
ekstermitas bawah pasien tertutup
6) Berikan gel pada ujung termometer
7) Bantu pasien melakukan posisi sims dengan kaki sebelah atas fleksi, sebelah bawah lurus.
Anak – anak boleh tengkurap.
8) Dengan tangan tidak dominan tinggikan bokong pasien untuk memanjakan anus. Minta
pasien untuk menarik napas dalam dan relaksasi. Kemudian masukkan termometer ke anus :
– 1-2 cm untuk anak-anak
– 3-5 cm untuk dewasa
– Jika termometer terasa sulit, jangan dipaksa
9) Pegang termometer hingga 2-4 menit
10) Angkat termometer dengan hati-hati dan bersihkan menggunakan tissu
11) Bersihkan area anal pasien untuk menghilangkan pelumas/fases.
12) Bantu pasien keposisi semula dan rapikan pakaiannya
13) Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal.
Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
14) Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali
pada tempatnya.
15) Cuci tangan dan catatat hasilnya.

Mengukur Suhu Aksila


Prosedur :
1) Cuci tangan untuk menjaga kebersihan kulit
2) Jelaskan pada pasien tentang kepentingannya mengukur suhu dan bagaimana prosedur
tersebut akan dilakukan.
3) Bersihkan termometer dari bawah ke atas dan pegang termometer di bagian ujung atas
4) Turunkan batas angka pada termometer hingga air raksa menunjukan pada angka 35°c
dengan cara mengoyang-goyang termometer (posisi termometer saat membaca angka adalah
sejajar dengan mata) untuk termometer digital, hidupkan termometer sesuain dengan jenisnya.
Misalnya dengan mengeluarkan termometer dari sarungnya atau menekan tombol khusus.
5) Tutup gorden sekitar tempat tidur dan tutup pintu rungan.
6) Atur posisi yang nyaman pada pasien, duduk supinasi atau terlentang. Lepaskan pakaian
atau baju dari bahu dan tangan pasien dan bersihkan daerah aksila.
7) Masukan termometer ke tengah aksila pasien, turunkan tangan diatas termometer dan
letakan lengan bawah menyilangkan di atas dada.
8) Tahan termometer pada tempatnya selama 5-10 menit.
9) Lepakan termomeret dan bantu pasien keposisi semula dan rapikan pakainannya
10) Untuk termometer air raksa, terunkan air raksa pada termometer sampai batas minimal.
Bersihkan termometer sesuai denga jenis termometer.
11) Cuci termometer dengan air sabun, bilas engan air dingin, keringkan serta letakan kembali
pada tempatnya.
12) Cuci tangan dan catatat hasilnya.

6. Mekanisme Terjadinya Demam


Mekanisme demam di mulai dengan timbulnya reaksi tubuh terbadap pirogen. Pada mekanisme
ini bakteri atau pecahan jaringan akan di fagositosis oleh leukosit darah, makrofak jaringan dan
limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan
bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 kedalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ini ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1
juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip
dengan zat ini yang selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam,
meliputi fase awal, proses dan fase pemulihan.

Fase 1: awal (awitan dingin atau menggigil)


a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan
c. Menginggil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
e. Merasakan sensasi dingin
f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi
g. Rambut kulit berdiri
h. Pengeluaran keringat berlebih
i. Peningkatan suhu tubuh
Fase II: proses demam
a. Proses menginggil lenyap
b. Kulit terasa hangat/panas
c. Merasa tidak panas atau dingin
d. Peningkatan nadi dan laju pernafasan
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi ringan hingga berat
g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel syaraf
h. Lesi mulut herpetic
i. Kehilangan nafsu makan (jika demam memanjang)
j. Keletihan, kelemahan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein
Fase III : Pemulihan
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Menginggil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
7. Penatalaksanaan Kelainan Suhu Tubuh (Hipotermi Dan Hipertermi)
a. Hipotermi
Hipotermia adalah suhu inti tubuh yang di bawah batas normal. Kematian biasanya terjadi saat
suhu tubuh turun hingga di bawah 34 ° C (93,2 ° F). Pada hipotermia berat, sleepiness atau
bahkan koma mungkin terjadi, yang selanjutnya menekan aktivitas mekanisme kontrol panas dan
mencegah menggigil.

Tanda Klinis Hipotermia


• Menggigil hebat ( awalnya )
• Merasa dingin dan kedinginan
• Pucat, dingin, kulit seperti lilin
• Hipotensi
• Haluaran urine menurun
• Koordinasi otot berkurang
• Disorientasi
• Mengantuk yang mengarah ke koma

Penatalaksanaan Hipotermi
Prioritas terapi pada hipotermi adalah pencegahan penurunan suhu tubuh lebih lanjut.
Melepaskan pakaian basah, menggantinya dengan yang kering, dan menyelimuti klien adalah
intervensi keperawatan penting yang harus dilakukan. Pada kondisi darurat yang berada jauh dari
lingkungan layanan kesehatan, klien diharuskan berbaring dibawah selimut disamping individu
sehat dengan suhu tubuh hangat. Klien yang masih sadar harus meminum cairan panas seperti
sup, serta menghindari alkohol dan minuman berkafein. Selain itu, tutupi kepala, tempatkan klien
di dekat api atau ruang yang hangat, atau tempatkan lembaran panas di sisi tubuh ( kepala dan
leher) yang paling cepat kehilangan panas.
a. Hipertermi
Suhu tubuh diatas rentang normal disebut hipertermia, atau pireksia, atau (dalam istilah awam)
demam. Demam yang sangat tinggi, (misalnya 41° C [105,8 °F]) disebut hiperpireksia. Klien
yang demam disebut sedang febril.

Tanda Klinis Demam


• Denyut jantung meningkat
• Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
• Menggigil
• Pucat, kulit dingin (selama fase menggigil)
• Kulit kemerahan dan hangat
• Mengeluh merasa dingin (selama fase menggigil)
• Bulu roma berdiri pada kulit (selama fase menggigil)

1) Penatalaksanaan hipertermi dibagi 2 yaitu:


a) Terapi Farmakologis
Antipiretik adalah obat penurun demam. Obat nonsteroid seperti asetaminofen, salisilat,
indometasin, dan ketorolac menurunkan demam dengan meningkatkan kehilangan panas. Steroid
menurunkan produksi demam dengan memodifikasi sistem imun dan menyembunyikan tanda
infeksi. Steroid tidak digunakan untuk penanganan demam, namun steroid dapat menekan
demam yang terjadi akibat pirogen.
b) Terapi Non Farmakologi
Dilakukan dengan menggunakan metode pembuangan panas lewat evaporasi, konduksi,
konveksi, atau radiasi. Mandi air hangat dengan spons, mandi dengan larutan air alkohol,
pemberian bungkus es ke area aksila dan paha, dan kipas angin awalnya digunakan untuk
menurunkan demam; tetapi hindari terapi ini karena dapat mengakibatkan menggigil. Tidak ada
keuntungan yang mengungguli antipiretik. Selimut dingin dengan air yang bersirkulasi
memungkinkan pembuangan panas konduktif. Ikuti instruksi pabrik untuk penggunaan selimut
hipotermia ini karena adanya resiko iritasi kulit dan luka bakar beku. Selimut mandi yang
diletakkan di antara klien dan selimut hipotermia serta pembungkusan ekstremitas distal (jari dan
genital) menurunkan resiko cidera kulit dan jaringan akibat hipotermia. Membungkus
ekstremitas klien dapat menurunkan insiden dan intensitas menggigil. Obat seperti meperidine
atau butorphanol menurunkan menggigil
8. ASKEP pada masalah gangguan suhu tubuh
a. Pengkajian
– Periksa tanda vital : suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
– Palpasi kulit : kulit hangat, kering
– Observasi penampilan dan perilaku klien saat berbicara dan istirahat : gelisah, bingung,
tampak merah.
– Anamnesa dan pengukuran suhu tubuh. Pengkajian tentang penyebab hipertermi
– Dapat dikaitkan dengan riwayat penyakit saat ini dan lampau. Seperti kita ketahui
– Bahwa penyebab terjadinya demam ada 2 yaitu non infeksi seperti dehidrasi,
– Aktifitas yang berlebihan, terpapar lingkungan yan sangat panas, reaksi paska
– Imunisasi, reaksi obat – obatan, keracunan, luka bakar atau trauma pada otak. Dan
– Penyebab yang kedua adalah karena infeksi seperti ISPA, ISK, meningitis,
– Ensefalitis dan infeksi – infeksi lain.
– Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Tetapi
– Pengukuran yang paling tepat adalah dengan menggunakan alat yaitu termometer.
– Kita mengenal ada banyak tempat pengukuran suhu tubuh dengan termometer
– Tetapi umumnya yang sering digunakan adalah rektal, oral dan aksila. Ada juga
– Tempat pengukuran suhu yang lain yaitu membrana timpani, suhu yang dihasilkan
– Sama dengan suhu rektal atau mendekati suhu inti.
– Lihat riwayat medis: riwayat kesehatan dahulu
b. Diagnose menurut nanda 2012-2014
1) Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Definisi : beresiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal
Faktor resiko :
– Perubahan laju metabolisme
– Dehidrasi
– Pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem
– Usia ekstrem
– Berat badan ekstrem
– Penyakit yang mempengaruhi regulasi suhu
– Tidak beraktivitas
– Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
– Obat yang menyebabkan vasokontriksi
– Obat yang menyebabkan vasodilatasi
– Sedasi
– Trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu
– Aktivitas yang berlebihan
2) Hipertermia
Definisi : keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh
lebih dari
Batasan karakteristik:
– Konvulsi
– Kulit kemerahan
– Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
– Kejang
– Takikardia
– Takipnea
– Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan


– Anestesia
– Penurunan perspirasi
– Dehidrasi
– Pemejanan lingkungan yang panas
– Penyakit
– Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
– Peningkatan laju metabolism
– Medikasi
– Trauma
– Aktivitas yang berlebihan
3) Hipotermia
Definisi : suhu tubuh berada dibawah kisaran normal
Batasan karakteristik :
– Suhu tubuh dibawah kisaran normal.
– Kulit dingin
– Dasar kuku sianotik
– Hipertensi
– Pucat
– Piloereksi
– Mengigil
– Pengisian ulang kapiler lambat
– Takikardi

Faktor yang berhubungan :


– Penuaan
– Konsumsi alcohol
– Kerusakan hipotalamus
– Penurunan kemampuan mengigil
– Penurunan laju metabolisme
– Penguapan/ evaporasi dari kulit di lingkungan yang dingin
– Pemajanan lingkunagan yang dingin
– Penyakit
– Tidak beraktivitas
– Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
– Malnutrisi, medikasi, trauma
4) Termoregulasi tidak efektif
Definisi : Fluktuasi suhu di antara hipotermia dan hipertemia
Batas karakteristik :
– Dasar kuku sianotik
– Fluktuasi suhu tubuh diatas bawah kisaran normal
– Kulit kemerahan, hipertemi
– Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
– Peningkatan frekuensi pernapasan, sedikit memgigil
– Pucat sedang, piloereksi
– Penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal
– Kejang, kulit dingin
– Pengisian ulang kapiler yang terlambat
– Takikardi

Faktor yang berhubungan


– Usia yang ektrim
– Situasi suhu lingkungan
– Penyakit dan trauma

DAFTAR PUSTAKA
Poltekes Depkes Jakarta. (2009). Panduan Praktik Keperawatan Dasar Manusia 1. Jakarta:
Salemba Medika
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Supatmi, Yulia. (2008). Panduan Praktek Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
PT Citra Aji parama
Tamsuri, Anas. (2007). Tanda-Tanda Vita Suhu Tubuh. Jakarta : EGC
Pengukuran Suhu

I. Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
termodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan
tenaga secara spontan. Dalam dunia kesehatan, pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak
ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran
suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun.

II. Jenis Pengukuran Suhu Tubuh


Dalam pengukuran suhu tubuh, terdapat empat (4) macam cara, yaitu :
1. Peroral (sublingual), yaitu mengukur suhu melalui oral(mulut).
keuntungan:
 Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi.
 Nyaman bagi klien.
 Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat.
kerugian:
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut.
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi,
atau gemetar akibat kedinginan.
 Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien konfusi,
tidak sadar atau tidak kooperatif.
 Risiko terpapar cairan tubuh
2. Peraxila, yaitu mengukur suhu melalui axila(ketiak).
keuntungan:
 Aman dan non-invasif
 Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dank lien yang tidak kooperatif.
kerugian:
 Waktu pengukuran lama
 Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
3. Perrektal, yaitu mengukur suhu melalui rektum(dubur).
keuntungan:
 Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh
 Menunjukkan suhu inti
kerugian:
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area
rektal, atau cenderung perdarahan.
 Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien.
 Risiko terpajan cairan tubuh
 Memerlukan lubrikasi
 Dikontradiksikan pada bayi baru lahir.
4. Peroftal, yaitu mengukur suhu melalui telinga(jarang dipakai).
keuntungan:
 tempat mudah dicapai.
 perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
 memberi pembacaan inti yang akurat.
 waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik).
 Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau mengganggu klien.
kerugian:
 Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran.
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani.
 Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai.
 Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu.
 Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih diragukan.

Ke empat macam cara ini dapat digunakan salah satunya saja. Karena pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama. Namun, itu tergantung jenis bagian suhu mana yang ingin kita
ketahui. Ada dua macam jenis suhu tubuh yang kita perlukan untuk tujuan pemeriksaan, yaitu :
1. Suhu inti:
(core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C).
Tempat pengukuran suhu inti yang paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri
pulmonel, kandung kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu
melalui rektum
2. Suhu permukaan:
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu permukaan
yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias menggunakan cara pengukuran melalui
oral, aksila, dan telinga.

III. Alat Pengukuran Suhu Tubuh


Alat pengukur suhu, tentu saja adalah termometer. Namun dalam dunia kesehatan,
termometer yang digunakan adalah termometer suhu badan atau klinis, baik yang terbuat dari
merkuri (kaca) maupun digital. Hanya saja American Academy of Pediatrics tidak
merekomendasikan penggunaan termometer merkuri (kaca) untuk mencegah paparan disengaja
oleh toksin. Selain itu juga terdapat termometer telinga yang menggunakan sistem inframerah

untuk mengukur suhu di dalam saluran telinga.

IV. Cara Mengukur Suhu Tubuh


A. Mengukur Suhu Oral
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut.
a. Tujuan
Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa
b. Persiapan alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3) Sarung tangan
4) Tissue
5) Bengkok
6) Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat kesamping klien
3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Menempatkan termometer di bawah lidah klien dalam kantung sub lingual lateral ketengah
rahang bawah
5) Meminta klien menahan termometer dengan bibir terkatup dan hindari penggigitan. Bila klien
tidak mampu menahan termometer dalam mulut maka pegangi termometer
6) Biarkan termometer di tempat tersebut :
a) Termometer air raksa : 2-3 menit
b) Termemoter Digital : sampai sinyal terdengar
7) Keluarkan termometer dengan hati-hati
8) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir,
kemudian buang tissue di bengkok
9) Baca air raksa atau digitnya
10) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
11) Mengembalikan termometer pada tempatnya
12) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
13) Mendokumentasikan hasil tindakan
B. Mengukur Suhu Aksila
Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang di tempatkan di ketiak
(aksila). Suhu aksila tidak seakurat pengukuran rektal atau oral, dan ini umumnya mengukur 1
derajat lebih rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan.
a. Tujuan
Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menentukan diagnosa
b. Persiapan alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3) Sarung tangan
4) Tissue
5) Bengkok
6) Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tidakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat ke samping klien
3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Memasang tirai atau menutup gorden/ pintu ruangan
5) Membantu klien untuk duduk atau posisi berbaring terlentang. Buka pakaian pada lengan klien
6) Menempatkan termometer di tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di
bawah klien
7) Biarkan termometer di tempat tersebut
(a) Termometer air raksa : 5-10 Menit
(b) Termometer digital : sampai sinyal terdengar
8) Keluarkan termometer dengan hati-hati
9) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian
tissue di bengkok
10) Baca air raksa atau digitnya
11) Membantu klien merapikan bajunya
12) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
13) Mengembalikan termometer pada tempatnya
14) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15) Mendokumentasikan hasil tindakan

C. Mengukur Suhu Rektal


Yaitu mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di rektal.
American Academy of Pediatric merekomendasikan pengukuran suhu rectal untuk anak di
bawah usia 3 tahun, karena hal ini memberikan bacaan yang paling akurat dari suhu utama
tubuh. Pengukuran suhu rectal akan membaca sekitar 1 derajat lebih tinggi dari suhu oral jika
dilakukan pengukuran secar bersamaan.
a. Tujuan
Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnosa
b. Persiapan alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3) Vaseline/pelumas larut air
4) Sarung tangan
5) Tissue
6) Bengkok
7) Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat ke samping klien
3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Memasang tirai atau menutup gorden/pintu ruangan
5) Membuka pakaian bagian bawah
6) Mengatur posisi klien
(a) Dewasa : Sim atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
(b) Bayi/anak : Tengkurap/terlentang
7) Melumasi ujung termometer dengan vaseline sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang dewasa dan
1,5- 2,5 cm untuk bayi/anak
8) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang dewasa).
Bila bayi tengkurap di tempat tidur, renggangkan kedua bokong dengan jari-jari.
9) Minta klien menarik nafas dalam dan masukkan termometer secara perlahan kedalam anus
sekitar 3,5 cm pada orang dewasa dan pada bayi 1,5-2,5 cm
10)Pegang termometer ditempatnya selama 2-3 menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk anak-
anak)
11)Keluarkan termometer dengan hati-hati
12)Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir, kemudian
buang tissue di bengkok
13)Baca air raksa atau digitnya
14)Melap area anal untuk membersihakan pelumas atau feaces dan merapikan klien
15)Membersihkan termometer air raksa
16) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
17)Mengembalikan termometer pada tempatnya
18)Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
19)Mendokumentasikan hasil tindakan
D. Mengukur Suhu Tymphanic
Yaitu, mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di
telinga. Pengukuran suhu gendang telinga tidak akurat pada anak-anak kecil dan tidak boleh
digunakan pada anak di bawah 3 tahun (36 bulan). Hal ini terutama berlaku pada bayi dibawah 3
bulan dimana pengukuran suhu yang akurat adalah sangat penting.
a. Tujuan
Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa
b. Persiapan alat
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3) Sarung tangan
4) Tissue
5) Bengkok
6) Buku catatan dan alat tulis
c. Prosedur
1) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Mendekatkan alat kesamping klien
3) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4) Masukkan termometer ke dalam telinga pasien
5) Setelah dirasa cukup, keluarkan dengan hati-hati
6) Lap termometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir,
kemudian buang tissue di bengkok
7) Baca air raksa atau digitnya
8) Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan termometer digital ke skala awal
9) Mengembalikan termometer pada tempatnya
10) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
11) Mendokumentsikan hasil tindakan
Mengukur Suhu Tubuh Yang Tepat Dan Akurat
admin Juni 24, 2015 Info Sehat Tidak ada Komentar

Suhu tubuh manusia normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Namun pada keadaan
tertentu, seperti ketika sakit, panas tubuh dapat melonjak tinggi. Dalam kesehatan, pemantauan
dan pengukuran suhu tubuh ketika sakit sangat penting, sebab suhu tubuh yang tinggi dapat
berakibat fatal.

Keadaan ketika suhu tubuh meningkat disebut dengan demam. Pada keadaan ini, pengukuran
suhu tubuh sangat penting untuk menentukan tindakan yang tepat. Dan pengukuran suhu tubuh
juga harus tepat dan akurat. Selisih 1 derajat Celcius saja dapat menentukan.

Pengukuran suhu tubuh, paling mudah dengan menggunakan termometer digital. Jenis
termometer ini dapat dilakukan di ketiak, mulut dan anus (dubur). Namun pengukuran di tempat
yang berbeda, juga memberikan hasil yang berbeda.

Pengukuran di ketiak biasanya kurang tepat dan akuarat. Yang paling tepat adalah di dubur.
Namun bila dianggap merepotkan, pengukuran bisa dilakukan lewat mulut. Jika pengukuran di
dubur menunjukkan suhu 38 derajat Celcius, pengukuran di mulut biasanya menunjukkan 37,8
derajat dan di ketiak 37,2 derajat Celcius.

Jika telah diketahui suhu tubuh, hal ini dipakai dasar untuk mengambil tindakan selanjutnya.
Suhu kritis orang dewasa adalah 39,4 derajat Celcius dan suhu kritis bayi dan anak-anak adalah
38,3 derajat Celcius.

Jika suhu tubuh dewasa lebih dari 39,4 derajat, maka sebaiknya segera dibawa untuk
mendapatkan perawatan medis. Sedangkan pada bayi dan anak-anak, suhu di atas 38 derajat
Celcius, segeralah diperiksakan kondisinya. Sebab suhu yang tinggi, baik pada bayi, anak-anak
maupun dewasa dapat merupakan pertanda penyakit yang serius seperti tipus, demam berdarah
dan lain sebagainya.

Namun begitu, kondisi si sakit lebih penting daripada suhu tubuh. Sebab beberapa penyakit
serius justru hanya memberikan tanda demam yang tidak tinggi. Karena itu kondisi si sakit jauh
lebih penting, apakah lemas, tidak bertenaga, pingsan atau nafas pendek, itu merupakan tanda
adanya permasalahan serius dalam kesehatannya.

Mengukur Suhu Tubuh

Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang paling umum adalah
dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut dan dubur. Termometer yang
digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik) untuk memberikan hasil yang tepat dan
akurat.
Mengukur Suhu Tubuh Di Bawah Ketiak

Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di ketiak. Langkah pengukuran
sebagai berikut:

 Ujung termometer dibersihkan.


 Letakkan ujung termometer di ketiak, dan jepit dengan erat.
 Tahan termometer hingga berbunyi.
 Termometer dikeluarkan dan baca hasilnya.
 Bersihkan termometer.

Mengukur Suhu Tubuh Lewat Mulut

Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup akurat adalah
melalui mulut. Untuk mengukur suhu tubuh ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

 Ujung termometer dibersihkan.


 Masukkan ujung termometer ke bawah lidah.
 Tahan termometer dalam mulut minimal 1 menit, atau sampai termometer berbunyi.
 Keluarkan termometer dan baca hasilnya.
 Bersihkan termometer kembali.

Mengukur Suhu Tubuh Lewat Dubur

Tempat lain untuk mengukur


suhu tubuh adalah di dubur. Namun pengukuran di tempat ini cukup merepotkan, terutama pada
bayi atau anak-anak. Langkah pengukuran pada bayi/anak-anak dilakukan sebagai berikut:

 Oleskan pelumas (Aquagel) pada ujung termometer.


 Tengkurapkan atau telentangkan bayi di pangkuan.
 Masukkan 1,5-2,5 cm ujung termometer ke dalam dubur dengan hati-hati.
 Tahan posisi tersebut hingga termometer berbunyi. Posisi bayi harus ditahan idak
bergerak, sebab jika bergerak, dapat menyebabkan termometer masuk lebih dalam dan
menyebabkan luka.
 Keluarkan termometer dan baca hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai