Anda di halaman 1dari 2

KULIAH DIMANA? KEMANA ILMUMU?

Kuliah dimana?
Mungkin kalimat itu sering dipertanyakan orang lain kepada kita tatkala dinyatakan lulus
dari SMA/sederajat. Memang tidak salah jika teman, sahabat, keluarga dan yang lainnya ingin tahu
tempat menuntut ilmu selanjutnya yang kita pilih. Yang menjadi masalah tentunya adalah
terkadang respon setelah menjawab pertanyaan mereka. Bagi yang mendapatkan tempat kuliah
yang elit dipuji setinggi langit, bagi yang mendapatkan tempat kuliah yang kurang terkenal hanya
diacuhkan bahkan terkadang tak jarang cemeehan timbul dari mulut orang yang bertanya tadi.
Saya sendiri pun saat itu memilih diam atau memberikan jawaban yang ngambang tatkala
ditanya ingin kuliah dimana. Maafkan ya teman-teman yang dulu pernah bertanya kepada saya
akan kuliah dimana, namun pesan tersebut hanya saya baca dan tidak saya balas. Kenapa saya
lakukan itu? Karena pernah suatu ketika saya jawab dengan jujur pertanyaan tersebut namun
responnya :
 Tertawa yang tidak lucu sama sekali (bagi saya)
 Heran bernada meremehkan
 Menghakimi bahwa saya telah mengambil keputusan yang salah
 Dll
Oleh karena itu jika Anda perhatikan, sejak 2013 sampai 2015 selama ada reuni alumni di
berbagai organisasi yang saya geluti semasa SMA, saya urungkan niat untuk datang. Kenapa?
Karena pernah saya ingin hadir namun saat saya ditanya kuliah dimana, si penanya tersebut
langsung berkata, “Oooooooo…” kalimat O-nya ini yang nggak tahan. Dari kejadian itu trauma untuk
ikut kegiatan selanjutnya. Hehehe, tapi sekarang insyaAllah sudah tidak minder lagi kok.
Beberapa waktu yang lalu saya mendengar ceramah dari Ustadz Salim A. Fillah. Pada
ceramah tersebut dikatakan bahwa barokah itu sering terletak pada sesuatu yang tidak dilirik. Apa
contohnya? Saat Aminah, ibunda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin menyusukan
Muhammad kecil kepada orang lain. Aminah saat itu dalam kondisi miskin lagi terlunta-lunta
sehingga tidak dilirik sama sekali oleh para wanita arab untuk menyusukan bayinya.
Pada saat yang sama, Halimatus Sa’diyah, seorang perempuan yang telah lemas lagi tak
berdaya untuk menyusukan bayinya sendiri juga tidak dilirik oleh para wanita yang ingin
menyusukan anaknya. Akhirnya dua perempuan yang tidak dilirik tadi bertemu. Anehnya saat
Halimatus Sa’diyah mulai menyusukan Muhammad kecil ini tiba-tiba serasa ada darah baru yang
mengalir dalam tubuhnya sehingga ASI keluar begitu berlimpah. Keledainya yang tadinya lemas
kembali berdiri kokoh. Itulah barokah. Jika Universitas yang saya jalani ini kurang dilirik, maka
semoga ini menjadi suatu barokah bagi saya. Aamiin. Tapi bukan berarti teman-teman yang kuliah
di Universitas elit tidak barokah lho. Untuk makna barokah ini silahkan lihat kitab-kitab para
‘ulama supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Tidak penting kuliah dimana karena sebutir mutiara akan tetap mutiara walaupun di
tempat yang jelek. Yang penting adalah kemana ilmu kuliah yang kita dapatkan. Apakah setelah
kuliah dan di wisuda kita akan berkata kepada orang lain, ANA KHOIRUM MINHU, aku lebih baik
daripada dia. Contoh kalimatnya yaitu :
- Saya telah kuliah sekian lama, maka tentunya saya lebih baik daripada mereka yang
tidak kuliah.
- Saya memiliki IPK yang tertinggi di kampus, tentu saya lebih baik dari teman
seangkatan.
Jika seandainya kalimat ANA KHOIRUM MINHU tadi yang keluar dari ucapanmu, maka
maafkan karena kata-kata itu adalah warisan dari iblis saat diperintahkan untuk sujud kepada Nabi
Adam ‘alaihis salam. Secara logika, memang ada sedikit benarnya pernyataan iblis tersebut. Dia
yang telah lama beribadah kepada Allah beribu-ribu tahun harus sujud kepada anak kemarin sore,
yakni Nabi Adam. Padahal itu hanya sujud penghormatan. Namun dengan itu pula iblis dikeluarkan
dari surga.
Maka mari sama-sama kita berhati-hati dari kata-kata ANA KHORUM MINHU ini. Namun
jika kata-kata yang kita ucapkan selepas menuntut ilmu ini adalah TAWAFFANI MUSLIMAW WA
ALHIQNII BIS SHOOLIHIIN, wafatkan aku dalam keadaan muslim dan kumpulkan aku bersama
orang-orang shalih. Ini adalah warisan dari perkataan Nabiyullah Yusuf ‘alaihis salam. Semoga
segera kita mewarisi kata-kata dan sifat Nabi Yusuf ini yang ganteng luar dan dalam.
Begitulah pentingnya kearah mana ilmu ini akan kita jalankan, kepada jalan yang lurus atau
jalan yang tidak lurus.

Anda mungkin juga menyukai