Anda di halaman 1dari 15

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester komputer

Disusun Oleh :

MARATUN SHALIKHAH 07170200013

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah komputer tentang “Ketuban
Pecah Dini” dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang telah membantu baik dalam
memberikan motivasi,bimbingan dan lain sebagainya, terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan,baik secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan makalah ini
mampu memberikan informasi yang dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 29 November 2017

ii
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian .............................................................................................................................. 5
2.2 Penyebab .............................................................................................................................. 5
2.3 Tanda dan Gejala .................................................................................................................. 7
2.4 Patofisioogi........................................................................................................................... 8
2.5 Pengaruh KPD ...................................................................................................................... 9
2.6 Komplikasi KPD ................................................................................................................... 9
2.7 Penanganan.......................................................................................................................... 10
2.8 Penatalaksanaan Lanjutan ................................................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
3.1 kesimpulan .......................................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim
dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan, 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin.
Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan
yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc.
Donald, gant, 2002).

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan


berlangsung (Manuaba, 2002)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

2.2 Penyebab
Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain
itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah
sebagai berikut :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks
yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002)

5
.

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat


menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah. (Saifudin. 2002)

c. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan


dengan makrosomiamenimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban,
manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi
berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

d. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus


dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah
peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja

3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo


pelvic disproporsi).

5. Korioamnionitis

6
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism
vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban >
24 jam dan persalinan lama.

6. Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme


yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.

7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

8. Riwayat KPD sebelumya.

9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.4 Diagnosis
1. Pastikan selaput ketuban pecah.
2. Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
3. Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan.

7
5. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari
vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat
memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni.
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
7. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
8. Tentukan ada tidaknya infeksi.
9. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan
berbau.
10. Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
11. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
12. Tentukan tanda-tanda persalinan.
13. Tentukan adanya kontraksi yang teratur
14. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )

2.4 Patofisioogi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).

High virulensi : Bacteroides

Low virulensi : Lactobacillus

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.

Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

8
2.5 Pengaruh KBD
1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas
perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi lainnya

2.6 Komplikasi KPD


Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan.
Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan
normal. Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
1. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
2. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

9
3. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

2.7 Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikan antibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
a) Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
b) Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x
perhari selama 7 hari.
e) Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason,
dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin.
f) Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.

2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
b. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
c. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
d. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
a) Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6,
12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
b) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

10
2.8 Penatalaksanaan Lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu
yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan
alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk
melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-
hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari
setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika
timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan
dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan
metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.

3.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

12
LAMPIRAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar


Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan.
Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha
Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai