Organisasi ekstra kampus yang saya ikuti ini memang bergerak di luar naungan kampus dan menjadi
organisasi eksternal kampus.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang namanya dikenal sejak tahun 1960 sebagai refleksi dari
kebangkitan di kalangan mahasiswa yang mengharuskan mereka turut andil dalam mewarnai kehidupan
sosial politik di Indonesia. PMII yang bercita-citakan mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik ini,
dimotori oleh kalangan muda NU yang kemudian menyatakan dirinya independen dari lembaga NU. Islam
yang diusung oleh PMII ini adalah islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan atau paradigma
ahlussunnah wal jama’ah.
Sesuai dengan namanya “Pergerakan”, sebuah organisasi itu harus bergerak dan tidak boleh stuck alias
mandeg. Artinya disini bahwa visi dan misi yang telah diikrarkan harus dijawahantahkan sesuai dengan apa
yang telah dicita-citakan. Seperti yang kita ketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh PMII adalah nilai-nilai
yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah yang mana segala gerakan yang dilakukan harus sesuai dengan
yang diajarkan oleh Aswaja tersebut.
Namun kenyataannya, masyarakat tidaklah banyak yang memahami makna aswaja tersebut sehingga akan
menjadi kesulitan tersendiri bagi PMII untuk bergiat di masyarakat jika murni kaku nilai-nilai aswaja menjadi
patokan pergerakannya. Sebagaimana yang diajarkan Aswaja tentang fleksibilitas, arah gerak PMII juga
mengalami perkembangan sejalan dengan berjalannya kehidupan masyarakat. Apalagi setelah PMII
menyatakan dirinya sebagai organisasi independen (mandiri dan tidak mengusung kepentingan pihak tertentu
atau organisasi tertentu), maka kaderisasi yang dilakukan oleh PMII haruslah bukan pendekatan yang ideologi
maupun kultural historis lagi melainkan dengan pendekatan program, artinya PMII harus membuat program-
program yang memasyarakat untuk menggencarkan pergerakannya. Akan tetapi, konsekuensi dari ini adalah
terjaringnya anggota PMII yang sama sekali belum atau bahkan tidak berlatarbelakang Aswaja.
Dikatakan bahwa apabila terjaringnya anggota PMII yang sama sekali tidak berlatarbelakang aswaja menjadi
masalah kaderiasi dan fanatisme organisasi, persepsi tersebut harusnya dihilangkan sedikit demi sedikit
karena kurang fleksibel. Walaupun memang sejatinya itulah yang menjadi nadi PMII, tetapi tidak menutup
kemungkinan kaderisasi dilakukan dengan menyerap orang-orang awam di luar. Maka yang sudah membiru
beraswaja semakin memperdalam keaswajaannya melalui PMII dan yang memang belum terjamah oleh
aswaja marilah diperkenalkan keaswajaan kepadanya sehingga alur pergerakan PMII semakin imbang di
mata masyarakat demi memenuhi segala tuntutan yang ada.
Seandainya saja memang begitu normatifnya, lalu apa fungsi NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) PMII yang
disusun dalam Musyawarah Nasional III sebagai upaya penyelesaian masalah kaderisasi? Yang dimaksud
dengan NDP PMII adalah suatu kebulatan tekad, pandangan yang secara sistematis merupakan cermin dari
keyakinan Islam yang berhaluan Aswaja untuk memberikan alas pijak dalam memberikan arah tingkah laku
PMII sebagai suatu kelompok sosial untuk mencapai cita-cita perjuangan. Memang benar, bahwa NDP PMII
tersebut dibutuhkan dalam kerangka memberi arah, motivasi, memimpin tingkah laku warga pergerakan dan
sekaligus memberikan dasar pembenaran terhadap apa yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai
tujuan perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini. Maka, posisi NDP dalam PMII amatlah
penting dan mutlak adanya islam sebagai keyakinan bagi setiap warga PMII dalam memberikan tuntunan
hidup dan kehidupan. Sementara aswaja sebagai metode penghayatan/pemahaman ajaran Islam tersebut,
merupakan hasil penyerapan dari keduanya. NDP PMII adalah pilihan terbaik untuk keduanya, menuju
perwujudan cita-cita pergerakan.
Kemudian dalam PMII juga dikenal adanya Pola Dasar Perjuangan PMII sebagai landasan perjuangan atau
dapat dikatakan sebagai GBHN-nya PMII yang menitikberatkan pada pergerakan PMII secara ekstern. Bagi
PMII sendiri tersusunnya PDP PMII merupakan hal yang baru, mengingat pada masa-masa sebelumnya PMII
tidak memiliki landasan perjuangan yang bersifat baku dan operasional kecuali pokok-pokok pikiran yang lebih
dekat pada nilai-nilai teoritis filosofis. Secara garis besar, Pola Dasar Perjuangan PMII memuat pengertian,
hakekat perjuangan, arah dan sasaran perjuangan, ruang lingkup perjuangan, dan pola dasar operasional
perjuangan PMII.
Segala hal yang terpola mengenai arah perjuangan PMII dijadikan sebagai pacuan untuk lebih meluruskan
dan mengembangkan pergerakan. Hal tersebut merupakan alat vital yang mendasar dalam mengarahkan
pergerakan PMII. Maka sebagai warga PMII, sudah seharusnya kita memantapkan apa yang telah
dicanangkan sehingga apabila sudah terkonsep seperti itu maka akan memudahkan dinamika
pelaksanaannya .
KE-PMII-AN
MAKALAH PKD
KE PMII AN
Yang di Presentasikan
Oleh :
NAMA : ILHAM ANWAR
KOMISARIAT : IAI AS’ADIYAH SENGKANG
ANGKATAN : 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah swt. sang pemilik sempurna yang telah menganugerahkan nikmat yang tak ternilai,
diantaranya nikmat kesehatan, kesempatan dan nikmat keimanan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam kepada sang habiballah Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan
syafaatnya oleh seluruh ummatnya.
Ucapan terima kasih kepada kanda sahabat yang telah membarikan kesempatan dalam
memgembangkan wawasan penyusun melalui tugas pembuatan makalah ini. Semoga Allah swt. melimpahkan
hidayahNya kepada semua pihak yang ikut berperan serta dalam penyelesaian makalah ini.
Besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi bagi para pembaca.
Akhirnya dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dengan segala rendah
hati memohon kritik dan saran dari para pembaca yang tentunya bersifat membangun demi perbaikan dalam
penyusunnan makalah berikutnya.
Sengkang, 05-maret-2017
ilham anwar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Historitas atau sejarah PMII.........................................................................4
B. Visi, Misi,dan Tujuan .................................................................................13
C. Makna filosofis PMII..................................................................................13
D. Makna lambang............................................................................................15
E. Bendera PMII..............................................................................................16
F. Tahapan Kaderisasi.......................................................................................17
G. Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam
berbagai bentuk kerjasama................................................................................17
H. Nama ketua umum PB PMII beserta periodenya........................................18
I. Sturuktural organisasi..................................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................19
B. Saran ..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kemahasiswaan independen,
non-frofit, yang didirikan pada 17 April 1960, di Surabaya. Identitas PMII secara umum terletak pada tiga
ruang gerak: Intelektual, Keagamaan, dan Kebangsaan. Identitas tersebut menjadi kekuatan moral dan
spiritual untuk memaknai kehidupan berbangsa yang sasarannya adalah untuk menegakkan asas keadilan
sosial, mengimplementasikan kedaulatan rakyat (demokrasi), dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah bentuk final.
Sebagai organisasi Islam, PMII meyakini bahwa kehadirannya adalah untuk mewujudkan peran
khalifatullah fil ardhi, meneruskan risalah kenabian dan menjadi rahmat bagi semua manusia. Sebagai
organisasi yang berasaskan Pancasila, PMII mempunyai komitmen kebangsaan yang utuh dan
proporsional, yang diaktualisasikan melalui partisipasi dalam pembangunan watak bangsa yang
berprikemanusiaan dan berkeadilan.
Integrasi dari paham keagamaan dan kebangsaan tersebut, mengharuskan PMII berdialektika aktif
dengan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perwujudan nyata dari dialektika itu adalah komitmen
organisasi terhadap persoalan-persoalan mendasar masyarakat dan kemanusiaan, yang seringkali
merupakan akibat negatif yang mengiringi proses pembangunan. Secara kategoris, persoalan-persoalan
itu dapat dipilah ke dalam beberapa hal: persoalan keberagamaan dan kebudayaan; pemerataan ekonomi
dan perwujudan keadilan sosial, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat sipil (civil society) dan
penegakan hak asasi manusia; dan kepedulian terhadap lingkungan.
Realitas dalam gambaran ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan wajah PMII dan orientasi
pengembangan yang dilakukan. Gerak perubahan dimengerti dalam bangunan kesejatian kesadaran atas
realitas yang penuh kepercayaan, kekuatan budaya, tradisi, dan ritualnya, pilihan gerakan dan
keberpihakan serta dalam bentuknya yang sangat praktis pada pola-pola gerakan yang dikembangkan.
Revolusi makna PMII mulai dari penumbuhan wacana Independensi sebagai kekuatan untuk menjaga
eksistensinya dari intervensi, kooptasi, dan hegemoni kekuatan mainstrem dari luar, termasuk yang
dikembangkan dan diideologikan oleh Negara
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana memahami Historitas atau Sejarah lahirnya PMII ?
2. Apa visi, misi dan Tujuan PMII?
3. Bagaimana memahami makna filosofis PMII ?
4. Apa saja makna lambang PMII ?
5. Apa isi bendera PMII serta Kegunaannya ?
6. Bagaimana memahami tahapan kaderisasi PMII ?
7. Bagaimana Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam berbagai bentuk
kerjasama?
8. Siapa saja yang pernah menjabat ketua umum PB PMII ?
9. Bagaimana Struktural Organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda NU sendiri Bahwa
kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar pertimbangan praktis semata,
misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu
kemutlakan. Tapi lebih dari itu, keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja
dibangun atas dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir, bertindak dan
berperilaku.
Tetapi kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap Dependensi
timbul berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam bersikap dan berperilaku untuk sebuah
kebebasan menentukan nasib sendiri.
oleh karena itu haruslah diakai, bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika
dipergunakannya istilah Independent dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di malang dalam
MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari induknya.
Sejauh pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis, sikap independensi itu
tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai generasi muda bangsa yang ingin lebih eksis
dimata masyarakat bangsanya. Ini terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap
independensi PMII tersebut.
Pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia
yang berbudi luhur, taqwa kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta tanggung jawab, bagi keberhasilan
pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan perannya untuk ikut serta
bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secar merata oleh seluruh
rakyat.
Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme
sesuai deklarasi tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap, dan
pembinaan rasa tanggungjawab.
berdasarkan pertimbangan itulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independent, tidak
terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya kommitmen terhadap perjuangan
organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.
Butir pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan, mutlak memerlukan insan Indonesia
yang berbudi luhur, takwa kepada Allah, berilmu dan bertanggungjawab, serta cakap dalam mengamalkan
ilmu pengetahuanya.
Butir Kedua, PMII sebagai organisasi pemuda Indonesia, sadar akan peranananya untuk ikut
bertanggungjawab bagi keberhasilan bangsa untuk dinikmati seluruh rakyat.
Butir Ketiga, bahwa PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai
dengan idealisme Tawang Mangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, sikap keterbukaan dan
pembinaan rasa tanggungjawab.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, PMII menyatakan diri sebagai organisasi independen, tidak
terikat baik sikap maupun tindakan dengan siapapun, dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi
dan cita-cita perjuangan nasional, yang berlandaskan Pancasila.
Deklarasi Murnajati tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Kongres V PMII di Ciloto, 28
Desember 1973. Dalam bentuk Manifesto Independensi PMII yang terdiri dari tujuh butir, salah satu
butirnya berbunyi: “…bahwa pengembangan sikap kreatif, keterbukaan dan pembinaan rasa
tanggungjawab sebagai dinamika gerakan dilakukan dengan bermodal dan bersifat kemahasiswaan serta
didorong oleh moralitas untuk memperjuangkan pergerakan dan cita-cita perjuangan nasional yang
berlandaskan Pancasila.”.
Sampai di sini, belum dijumpai adanya motif lain dari independensi itu, kecuali proses
pendewasaan. Hal ini didukung oleh manifesto butir terakhir, yang menyatakan bahwa “dengan
independensi PMII tersedia adanya kemungkinan-kemungkinan alternatif yang lebih lengkap lagi bagi cita-
cita perjuangan organisasi yang berdasarkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah.”.
Kondisi sosio-akademis, PMII dengan independensinya lebih membuktikan keberadaan dan
keabsahannya sebagai organisasi mahasiswa, kelompok intelektual muda yang sarat dengan idealisme,
bebas membela dan berbuat untuk dan atas nama kebenaran dan keadilan. Dan bersikap bahwa dunia
akademis harus bebas dan mandiri tidak berpihak pada kelompok tertentu. Sedangkan Cholid Mawardi
dalam menyikapi independensi ini penuh dengan penentangan, karena ia khawatir PMII tidak lagi
memperjuangkan apa yang menjadi tujuan partai NU.
Meskipun independensi ini diliputi dengan pro-kontra yang semakin tajam. Akan tetapi PMII justru
memilih independensi sebagai pilihan hidup dan mengukuhkan Deklarasi Murnajati dalam Kongres Ciloto,
Medan tahun 1973 yang tertuang dalam Manifesto Independensi PMII. Maka sejak 28 Desember 1973
secara resmi PMII independen dan memulai babak baru dengan semangat baru menuju masa depan yang
lebih cerah. Ini berarti PMII mulai terpisah secara strukutural dari NU, tetapi tetap merasa terikat secara
kultur dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai strategi pergerakan.
PMII secara resmi bergabung dengan Kelompok Cipayung (22 Januari 1972) satu tahun
setelah Kongres Ciloto, yaitu pada Oktober1974, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Drs. HM. Abduh
Padare. Dan bergabung secara riil pada Januari 1976 dan dipercaya untuk menyelenggarakan pertemuan
ketiga.
Bergabungnya PMII dalam Kelompok Cipayung merupakan perwujudan arah gerak PMII dalam
lingkup kemahasiswaan, kebangsaan, dan keislaman. Kerjasama dengan berbagai pihak akan terus
dilakukan sejauh masih dalam bingkai visi dan misinya. Terbukti sebelum bergabung dengan kelompok ini
PMII juga terlibat aktif dalam proses menentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Setelah PMII independen, selain melakukan aktifitas strategis dalam konstalasi nasional, PMII juga
melakukan pola pengkaderan secara sistematis yang mengacu pada terbentuknya pemimpin yang
berorientasi kerakyatan, kemahasiswaan dan pembangunan bangsa.
Perkembangan selanjutnya adalah lahirnya Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa
Indonesia (IKAPMI) pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Ciumbeuleuit, Jawa Barat, 1975.
Lahirnya Forum alumni ini merupakan upaya untuk memperkuat barisan PMII dalam gerak perjuangannya.
Dan akhirnya forum inipun disempurnakan lagi pada Musyawarah Nasional Alumni 1988 di hotel Orchid
Jakarta, menjadi Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Keluarga Alumni (FOKSIKA) PMII dan Sahabat
Abduh Padere ditunjuk sebagai ketuanya.
Hubungan Interdependensi
Pada perkembanagan lebih lanjut saat Kongres X, pola hubungan PMII dengan NU menjadi
interdependen, dimana PMII tetap mempunyai perhatian khusus terhadap NU karena kesamaan kultur dan
wawasan keagamaan yang memperjuangkan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Beberapa kemungkinan
hubungan PMII–NU menjadi interdependen:
“PMII adalah organisasi independen yang tidak terikat dalam sikap dan tindakannya kepada
siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita nasional yang berlandaskan
Pancasila. Dan akan terus mengaktualisasikan dalam kehidupan berorganisasi. PMII insyaf dan sadar
bahwa dalam perjuangan diperlukan rasa saling menolong, ukhuwah dan kerjasama. Karena keduanya
mempunyai persepsi yang sama dalam keagamaan dan perjuangan, visi sosial dan kemasyarakatan,
maka untuk menghilangkan keragu-raguan dan saling curiga, serta untuk menjalin kerjasama secara
kualitatif dan fungsional, PMII siap meningkatkan kualitas hubungan dengan NU atas dasar prinsip
berkedaulatan organisasi penuh, interdependensi dan tidak ada intervensi secara struktural dan
kelembagaan, serta berprinsip mengembangkan masa depan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah di
Indonesia.”. Pernyataan ini dicetuskan tanggal 27 Agustus 1991 di Jakarta pada Kongres X PMII, yang
dikenal sebagai Deklarasi Interdependensi PMII-NU.”.
1. VISI
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi keislaman dan visi kebangsaan. Visi keislaman
yang dibangun PMII adalah visi keislaman yang inklusif, toleran, dan moderat. Sedangkan visi
kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yamg demokratis, toleran, dan dibangun
diatas semanagat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga bangsa tanpa
terkecuali
2. MISI
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan
kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu
eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab
mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat
manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik
spiritual maupun material dalam segala bentuk
Tujuan PMII
Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap
dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan indonesia
1. Pergerakan
Adalah dinamika dari hamba (mahluk) yang senantiasa maju bergerak menuju tujuan idealnya,
memberikan rahmat bagi sekalian alam.
Perwujudannya :
Membina dan Mengembangkan potensi Ilahiah
Membina dan mengembangkan potensi kemanusiaan
Tanggungjawab memberi rahmat pada lingkungannya
gerak menuju tujuan sebagai Kahalifah Fil Ardl
2. Mahasiswa
Adalah generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri :
sebagai insan religius
sebagai insan akademik
sebagai insan sosial
dan sebagai insan yang mandiri
Perwujudannya :
tanggungjwab keagamaan
tanggungjawab intelektual
tanggungjawab sosial kemasyarakatan
tanggungjawab individual sebagai hamba tuhan maupun sebagai warga negara
3. Islam
adalah agama uyang dianut, diyakini dan dipahami dengan haluan atau paradigma Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
ASWAJA sebagai Manhaj Al Fikr (metode berfikir), yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran-ajaran
islam secara proporsional antara iman, islam dan ihsan.
4. Indonesia
adalah masyrakat bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah dan idiologi bangsa
(pancasila) dan UUD 1945 dengan landasan kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang
terbentang dari sabng sampai merauke, serta diikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
Secara totalitas, PMII bertujuan melahirkan kader bangsa yangmempunyai integritas diri sebagai
hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggungjawab dalam
mengamalkan ilmu pengetahuannya.
dan Atas Dasar Ketaqwaannya, berkiprah mewujudkan peran ketuhanan dalam rangka membangun
masyrakat bangsa dan negara indonesia menuju suatu tatanan yang adil dan makmur dalam ampunan
dan ridho Allah SWT.
Warna
a. Biru Tua, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan harus
digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia dan merupakan kesatuan
Wawasan Nusantara
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti
dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar
pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan
menyongsong masa depan
Penggunaan:
a. Lambang PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket, kartu anggota,
dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk menunjukkan identitasorganisasi.
b. Ukuran lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.
E. BENDERA PMII
1. Pencipta Bendera PMII : Shaimory
2. Wrana dasar bendera PMII : Kuning
3. Isi bendera PMII :
Lambang PMII terletak di bagian tengah
Tulisan PMII terletak di sebelah kiri lambang membujur ke bawah.
4. Penggunaan bendera PMII
Digunakan pada upacara-upacara resmi organisasi baik intern maupun ekstern dan upacara
nasional.
F. Tahapan Kaderisasi
Dalam PMII, ada tahapan-tahapan pengkaderan. Untuk tahap pertama adalah MAPABA (Masa
Penerimaan Anggota Baru) sebagai jendela awal untuk bergabung dalam organisasi PMII. Untuk
berikutnya sebagai tindak lanjut ada PKD (Pelatihan Kader Dasar) dilaksanakan oleh Komisariat/Cabang,
merupakan persyaratan untuk bisa menjadi pengurus komisariat/cabang. Dan diteruskan dengan PKL
(Pelatihan Kader Lanjutan), dilaksanakan oleh pengurus cabang, merupakan persyaratan untuk menjadi
pengurus cabang/pengurus koordinator cabang.
G. Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam berbagai bentuk kerjasama
1. Pemikiran. Kerja sama dibidang ini untuk mengembangkan pemikiran keislaman
2. Sumber daya manusia. Kerja sama dibidang ini ditekankan pada penmanfaatan secara maksimal
manusia – manusia PMII maupun NU
3. Pelatihan. Kerja sama dibidang pelatihan ini dirancang untuk pengembangan sumber daya manusia
baik PMII maupun NU.
4. Rintisan program. Kerja sama in berbentuk pengelolaan suatu program secsara bersama.
5. Selain menghasilkan deklarasi interdependensi, pada waktu itu juga ditetapkan:
I. Struktural Organisasi
Pengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota
Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi
Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten
Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus
Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk mendirikan
wadah tersendiri bagi mahasiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU
yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga hari (14-16 April 1960) di Taman
Pendidikan Putri Khadijah (Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka
membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan.
Peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika dipergunakannya istilah Independent dalam
deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di malang dalam MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan
diri anak ragil NU dari induknya.
Tujuan PMII Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia
Warna:
a. Biru Tua, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan harus
digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti
dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar
pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala
Tahapan Kaderisasi
MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), PKD (Pelatihan Kader Dasar) PKL (Pelatihan Kader
Lanjutan).
B. Saran
Dari uraian masalah tersebut penulis menyadari banyak sekali kekurangannya. Untuk itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan dengan
masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas. Selain itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.