Anda di halaman 1dari 15

Tujuan Visi Misi PMII

Organisasi ekstra kampus yang saya ikuti ini memang bergerak di luar naungan kampus dan menjadi
organisasi eksternal kampus.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang namanya dikenal sejak tahun 1960 sebagai refleksi dari
kebangkitan di kalangan mahasiswa yang mengharuskan mereka turut andil dalam mewarnai kehidupan
sosial politik di Indonesia. PMII yang bercita-citakan mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik ini,
dimotori oleh kalangan muda NU yang kemudian menyatakan dirinya independen dari lembaga NU. Islam
yang diusung oleh PMII ini adalah islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan atau paradigma
ahlussunnah wal jama’ah.

Sesuai dengan namanya “Pergerakan”, sebuah organisasi itu harus bergerak dan tidak boleh stuck alias
mandeg. Artinya disini bahwa visi dan misi yang telah diikrarkan harus dijawahantahkan sesuai dengan apa
yang telah dicita-citakan. Seperti yang kita ketahui bahwa nilai-nilai yang dianut oleh PMII adalah nilai-nilai
yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah yang mana segala gerakan yang dilakukan harus sesuai dengan
yang diajarkan oleh Aswaja tersebut.

Namun kenyataannya, masyarakat tidaklah banyak yang memahami makna aswaja tersebut sehingga akan
menjadi kesulitan tersendiri bagi PMII untuk bergiat di masyarakat jika murni kaku nilai-nilai aswaja menjadi
patokan pergerakannya. Sebagaimana yang diajarkan Aswaja tentang fleksibilitas, arah gerak PMII juga
mengalami perkembangan sejalan dengan berjalannya kehidupan masyarakat. Apalagi setelah PMII
menyatakan dirinya sebagai organisasi independen (mandiri dan tidak mengusung kepentingan pihak tertentu
atau organisasi tertentu), maka kaderisasi yang dilakukan oleh PMII haruslah bukan pendekatan yang ideologi
maupun kultural historis lagi melainkan dengan pendekatan program, artinya PMII harus membuat program-
program yang memasyarakat untuk menggencarkan pergerakannya. Akan tetapi, konsekuensi dari ini adalah
terjaringnya anggota PMII yang sama sekali belum atau bahkan tidak berlatarbelakang Aswaja.

Dikatakan bahwa apabila terjaringnya anggota PMII yang sama sekali tidak berlatarbelakang aswaja menjadi
masalah kaderiasi dan fanatisme organisasi, persepsi tersebut harusnya dihilangkan sedikit demi sedikit
karena kurang fleksibel. Walaupun memang sejatinya itulah yang menjadi nadi PMII, tetapi tidak menutup
kemungkinan kaderisasi dilakukan dengan menyerap orang-orang awam di luar. Maka yang sudah membiru
beraswaja semakin memperdalam keaswajaannya melalui PMII dan yang memang belum terjamah oleh
aswaja marilah diperkenalkan keaswajaan kepadanya sehingga alur pergerakan PMII semakin imbang di
mata masyarakat demi memenuhi segala tuntutan yang ada.

Seandainya saja memang begitu normatifnya, lalu apa fungsi NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan) PMII yang
disusun dalam Musyawarah Nasional III sebagai upaya penyelesaian masalah kaderisasi? Yang dimaksud
dengan NDP PMII adalah suatu kebulatan tekad, pandangan yang secara sistematis merupakan cermin dari
keyakinan Islam yang berhaluan Aswaja untuk memberikan alas pijak dalam memberikan arah tingkah laku
PMII sebagai suatu kelompok sosial untuk mencapai cita-cita perjuangan. Memang benar, bahwa NDP PMII
tersebut dibutuhkan dalam kerangka memberi arah, motivasi, memimpin tingkah laku warga pergerakan dan
sekaligus memberikan dasar pembenaran terhadap apa yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai
tujuan perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini. Maka, posisi NDP dalam PMII amatlah
penting dan mutlak adanya islam sebagai keyakinan bagi setiap warga PMII dalam memberikan tuntunan
hidup dan kehidupan. Sementara aswaja sebagai metode penghayatan/pemahaman ajaran Islam tersebut,
merupakan hasil penyerapan dari keduanya. NDP PMII adalah pilihan terbaik untuk keduanya, menuju
perwujudan cita-cita pergerakan.

Kemudian dalam PMII juga dikenal adanya Pola Dasar Perjuangan PMII sebagai landasan perjuangan atau
dapat dikatakan sebagai GBHN-nya PMII yang menitikberatkan pada pergerakan PMII secara ekstern. Bagi
PMII sendiri tersusunnya PDP PMII merupakan hal yang baru, mengingat pada masa-masa sebelumnya PMII
tidak memiliki landasan perjuangan yang bersifat baku dan operasional kecuali pokok-pokok pikiran yang lebih
dekat pada nilai-nilai teoritis filosofis. Secara garis besar, Pola Dasar Perjuangan PMII memuat pengertian,
hakekat perjuangan, arah dan sasaran perjuangan, ruang lingkup perjuangan, dan pola dasar operasional
perjuangan PMII.

Segala hal yang terpola mengenai arah perjuangan PMII dijadikan sebagai pacuan untuk lebih meluruskan
dan mengembangkan pergerakan. Hal tersebut merupakan alat vital yang mendasar dalam mengarahkan
pergerakan PMII. Maka sebagai warga PMII, sudah seharusnya kita memantapkan apa yang telah
dicanangkan sehingga apabila sudah terkonsep seperti itu maka akan memudahkan dinamika
pelaksanaannya .
KE-PMII-AN

MAKALAH PKD

KE PMII AN

Yang di Presentasikan
Oleh :
NAMA : ILHAM ANWAR
KOMISARIAT : IAI AS’ADIYAH SENGKANG
ANGKATAN : 2017

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


KOMISARIAT STAI AS’ADIYAH KAB. WAJO

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah swt. sang pemilik sempurna yang telah menganugerahkan nikmat yang tak ternilai,
diantaranya nikmat kesehatan, kesempatan dan nikmat keimanan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam kepada sang habiballah Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan
syafaatnya oleh seluruh ummatnya.
Ucapan terima kasih kepada kanda sahabat yang telah membarikan kesempatan dalam
memgembangkan wawasan penyusun melalui tugas pembuatan makalah ini. Semoga Allah swt. melimpahkan
hidayahNya kepada semua pihak yang ikut berperan serta dalam penyelesaian makalah ini.
Besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsi bagi para pembaca.
Akhirnya dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dengan segala rendah
hati memohon kritik dan saran dari para pembaca yang tentunya bersifat membangun demi perbaikan dalam
penyusunnan makalah berikutnya.

Sengkang, 05-maret-2017

ilham anwar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Historitas atau sejarah PMII.........................................................................4
B. Visi, Misi,dan Tujuan .................................................................................13
C. Makna filosofis PMII..................................................................................13
D. Makna lambang............................................................................................15
E. Bendera PMII..............................................................................................16
F. Tahapan Kaderisasi.......................................................................................17
G. Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam
berbagai bentuk kerjasama................................................................................17
H. Nama ketua umum PB PMII beserta periodenya........................................18
I. Sturuktural organisasi..................................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................19
B. Saran ..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah organisasi kemahasiswaan independen,
non-frofit, yang didirikan pada 17 April 1960, di Surabaya. Identitas PMII secara umum terletak pada tiga
ruang gerak: Intelektual, Keagamaan, dan Kebangsaan. Identitas tersebut menjadi kekuatan moral dan
spiritual untuk memaknai kehidupan berbangsa yang sasarannya adalah untuk menegakkan asas keadilan
sosial, mengimplementasikan kedaulatan rakyat (demokrasi), dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah bentuk final.
Sebagai organisasi Islam, PMII meyakini bahwa kehadirannya adalah untuk mewujudkan peran
khalifatullah fil ardhi, meneruskan risalah kenabian dan menjadi rahmat bagi semua manusia. Sebagai
organisasi yang berasaskan Pancasila, PMII mempunyai komitmen kebangsaan yang utuh dan
proporsional, yang diaktualisasikan melalui partisipasi dalam pembangunan watak bangsa yang
berprikemanusiaan dan berkeadilan.
Integrasi dari paham keagamaan dan kebangsaan tersebut, mengharuskan PMII berdialektika aktif
dengan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perwujudan nyata dari dialektika itu adalah komitmen
organisasi terhadap persoalan-persoalan mendasar masyarakat dan kemanusiaan, yang seringkali
merupakan akibat negatif yang mengiringi proses pembangunan. Secara kategoris, persoalan-persoalan
itu dapat dipilah ke dalam beberapa hal: persoalan keberagamaan dan kebudayaan; pemerataan ekonomi
dan perwujudan keadilan sosial, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat sipil (civil society) dan
penegakan hak asasi manusia; dan kepedulian terhadap lingkungan.
Realitas dalam gambaran ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan wajah PMII dan orientasi
pengembangan yang dilakukan. Gerak perubahan dimengerti dalam bangunan kesejatian kesadaran atas
realitas yang penuh kepercayaan, kekuatan budaya, tradisi, dan ritualnya, pilihan gerakan dan
keberpihakan serta dalam bentuknya yang sangat praktis pada pola-pola gerakan yang dikembangkan.
Revolusi makna PMII mulai dari penumbuhan wacana Independensi sebagai kekuatan untuk menjaga
eksistensinya dari intervensi, kooptasi, dan hegemoni kekuatan mainstrem dari luar, termasuk yang
dikembangkan dan diideologikan oleh Negara

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana memahami Historitas atau Sejarah lahirnya PMII ?
2. Apa visi, misi dan Tujuan PMII?
3. Bagaimana memahami makna filosofis PMII ?
4. Apa saja makna lambang PMII ?
5. Apa isi bendera PMII serta Kegunaannya ?
6. Bagaimana memahami tahapan kaderisasi PMII ?
7. Bagaimana Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam berbagai bentuk
kerjasama?
8. Siapa saja yang pernah menjabat ketua umum PB PMII ?
9. Bagaimana Struktural Organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Historisitas / Sejarah Lahirnya PMII


PMII, atau yang disingkat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem
Studens Movement) adalah Anak Cucu organisasi NU yang lahir dari rahim Departemen perguruan Tinggi
IPNU.
Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat mendirikan
organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak NU belum memberikan green light. Belum menganggap
perlu adanya organisasi tersendiri buat mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat
fenomena yang ini, kemauan keras anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar-
kobar saja dari kampus ke kampus. hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa
50-an memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi Mahasiswa
bermunculan dibawah naungan payung induknya. misalkan saja HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI
dengan PSII, KMI dengan PERTI, dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika
kemudiaan anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah panji bintang
sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa
Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU.
Namun IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak keberadaannya. ini bisa kita
pahami kenapa NU bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa
jadinya jika organisasi yang baru lahir saja belum terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis seakli.
Jadi keberatan NU bukan terletak pada prinsip berdirinya IMANU (PMII), tetapi lebih pada pertimbangan
waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi.
oleh karenanya, sampai pada kongres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di pekalongan) dan ke-3 (akhir
1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak-anak mahasiswa NU.
Namun kecenderungan ini sudah mulai diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah Departemen
Baru dalam kestrukturan organisasi IPNU, yang kemudian departemen ini dikenal dengan Departemen
Perguruan Tinggi IPNU.
Dan baru setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk
mendirikan wadah tersendiri bagi mahasiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh
mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga hari (14-16 April
1960) di Taman Pendidikan Putri Khadijah (Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara,
mereka membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan.
Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Dr. Idam Kholid memberikan lampu hijau. Bahkan
memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai, menjadi mahasiswa yang
mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan dan bukan ilmu untuk ilmu…maka, lahirlah organisasi
Mahasiswa dibawah naungan NU pada tanggal 17 April 1960. Kemudian organisasi itu diberi nama
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Disamping latar belakang lahirnya PMII seperti diatas, sebenarnya pada waktu itu anak-anak NU
yang ada di organisasi lain seperti HMI merasa tidak puas atas pola gerak HMI.
Menurut mereka (Mahasiswa NU) , bahwa HMI sudah berpihak pada salah satu golongan yang
kemudian ditengarai bahwa HMI adalah anderbownya partai Masyumi, sehinggga wajar kalau mahasiswa
NU di HMI juga mencari alternatif lain. Hal ini juga diungkap oleh Deliar Nur (1987), neliau mengatakan
bahwa PMII merupakan cermin ketidak puasan sebagian mahasiswa muslim terhadap HMI, yang dianggap
bahwa HMI dekat dengan golongan modernis (Muhammadiyah) dan dalam urusan politik lebih dekat
dengan Masyumi.
Dari paparan diatas bisa ditarik kesimpulan atau pokok-pokok pikiran dari makna dari kelahiran
PMII:
 Bahwa PMII karena ketidak mampuan Departemen Perguruan Tinggi IPNU dalam menampung aspirasi
anak muda NU yang ada di Perguruan Tinggi .
 PMII lahir dari rekayasa politik sekelompok mahasiswa moslim (NU) untuk mengembangkan
kelembagaan politik menjadi underbow NU dalam upaya merealisasikan aspirasi politiknya.
 PMII lahir dalam rangka mengembangkan paham Ahlussunah Waljama’ah dikalangan mahasiswa.
 Bahwa PMII lahir dari ketidakpuasan mahasiswa NU yang saat itu ada di HMI, karena HMI tidak lagi
mempresentasikan paham mereka (Mahasisa NU) dan HMI ditngarai lebih dekat dengan partai
MASYUMI.
 Bahwa lahirnya PMII merupakan wujud kebebasan berpikir, artinya sebagai mahasiswa harus
menyadari sikap menentukan kehendak sendiri atas dasar pilihan sikap dan idealisme yang dianutnya.

Dengan demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda NU sendiri Bahwa
kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar pertimbangan praktis semata,
misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu
kemutlakan. Tapi lebih dari itu, keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja
dibangun atas dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir, bertindak dan
berperilaku.
Tetapi kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap Dependensi
timbul berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam bersikap dan berperilaku untuk sebuah
kebebasan menentukan nasib sendiri.
oleh karena itu haruslah diakai, bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika
dipergunakannya istilah Independent dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di malang dalam
MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari induknya.
Sejauh pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis, sikap independensi itu
tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai generasi muda bangsa yang ingin lebih eksis
dimata masyarakat bangsanya. Ini terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap
independensi PMII tersebut.
Pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia
yang berbudi luhur, taqwa kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta tanggung jawab, bagi keberhasilan
pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan perannya untuk ikut serta
bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secar merata oleh seluruh
rakyat.
Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme
sesuai deklarasi tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap, dan
pembinaan rasa tanggungjawab.
berdasarkan pertimbangan itulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independent, tidak
terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya kommitmen terhadap perjuangan
organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.

Independensi PMII Sebuah Pilihan


Seiring dengan perjalanan waktu, perubahan dalam kehidupan tidak dapat terelakkan. Setelah
keluarnya SUPERSEMAR 1966, kegiatan demonstrasi massa menurun, hingga akhirnya dilarang sama
sekali. Mahasiswa diperintahkan untuk back to campus. Kondisi yang demikian menggeser posisi strategis
KAMI menjadi termarjinalkan, sehingga diusahakan untuk mengadakan beberapa rapat mulai 1967 di
Ciawi, disusul 11-13 Februari 1969 dengan membahas National Union of Student. Namun usaha-usaha
yang dilakukan menemui jalan buntu, hingga akhirnya KAMI bubar dan beberapa anggotanya kembali
pada organisasi yang semula.
PMII tetap melakukan gerakan-gerakan moral terhadap kasus dan penyelewengan yang dilakukan
oleh penguasa. Sejak Orde Baru berdiri, kemenangan berada di tangan Partai Golkar dengan dukungan
dari ABRI. Perubahan konstalasi politik pun terjadi perlahan dan pasti. Partai-partai politik Islam termasuk
NU dimarjinalkan dan dimandulkan. Dan disisi lain kondisi intern NU dilanda konflik internal.
Harus diakui bahwa sejarah paling besar dalam PMII adalah ketika dipergunakannya independensi
dalam Deklarasi Murnajati, 14 Juli 1972. Dalam MUBES III tersebut, dilakukan rekonstruksi perjalanan
PMII selama 12 tahun. Analisa untung-rugi ketika PMII tetap bergabung (dependen) pada induknya (NU).
Namun sejauh itu pertimbangan yang ada tidak jauh dari proses pendewasan. PMII sebagai organisasi
kepemudaan ingin lebih eksis di mata bangsanya. Hal ini terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang
melatarbelakangi Independensi PMII tersebut.

Butir pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan, mutlak memerlukan insan Indonesia
yang berbudi luhur, takwa kepada Allah, berilmu dan bertanggungjawab, serta cakap dalam mengamalkan
ilmu pengetahuanya.
Butir Kedua, PMII sebagai organisasi pemuda Indonesia, sadar akan peranananya untuk ikut
bertanggungjawab bagi keberhasilan bangsa untuk dinikmati seluruh rakyat.
Butir Ketiga, bahwa PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai
dengan idealisme Tawang Mangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, sikap keterbukaan dan
pembinaan rasa tanggungjawab.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, PMII menyatakan diri sebagai organisasi independen, tidak
terikat baik sikap maupun tindakan dengan siapapun, dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi
dan cita-cita perjuangan nasional, yang berlandaskan Pancasila.
Deklarasi Murnajati tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Kongres V PMII di Ciloto, 28
Desember 1973. Dalam bentuk Manifesto Independensi PMII yang terdiri dari tujuh butir, salah satu
butirnya berbunyi: “…bahwa pengembangan sikap kreatif, keterbukaan dan pembinaan rasa
tanggungjawab sebagai dinamika gerakan dilakukan dengan bermodal dan bersifat kemahasiswaan serta
didorong oleh moralitas untuk memperjuangkan pergerakan dan cita-cita perjuangan nasional yang
berlandaskan Pancasila.”.
Sampai di sini, belum dijumpai adanya motif lain dari independensi itu, kecuali proses
pendewasaan. Hal ini didukung oleh manifesto butir terakhir, yang menyatakan bahwa “dengan
independensi PMII tersedia adanya kemungkinan-kemungkinan alternatif yang lebih lengkap lagi bagi cita-
cita perjuangan organisasi yang berdasarkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah.”.
Kondisi sosio-akademis, PMII dengan independensinya lebih membuktikan keberadaan dan
keabsahannya sebagai organisasi mahasiswa, kelompok intelektual muda yang sarat dengan idealisme,
bebas membela dan berbuat untuk dan atas nama kebenaran dan keadilan. Dan bersikap bahwa dunia
akademis harus bebas dan mandiri tidak berpihak pada kelompok tertentu. Sedangkan Cholid Mawardi
dalam menyikapi independensi ini penuh dengan penentangan, karena ia khawatir PMII tidak lagi
memperjuangkan apa yang menjadi tujuan partai NU.
Meskipun independensi ini diliputi dengan pro-kontra yang semakin tajam. Akan tetapi PMII justru
memilih independensi sebagai pilihan hidup dan mengukuhkan Deklarasi Murnajati dalam Kongres Ciloto,
Medan tahun 1973 yang tertuang dalam Manifesto Independensi PMII. Maka sejak 28 Desember 1973
secara resmi PMII independen dan memulai babak baru dengan semangat baru menuju masa depan yang
lebih cerah. Ini berarti PMII mulai terpisah secara strukutural dari NU, tetapi tetap merasa terikat secara
kultur dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai strategi pergerakan.
PMII secara resmi bergabung dengan Kelompok Cipayung (22 Januari 1972) satu tahun
setelah Kongres Ciloto, yaitu pada Oktober1974, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Drs. HM. Abduh
Padare. Dan bergabung secara riil pada Januari 1976 dan dipercaya untuk menyelenggarakan pertemuan
ketiga.
Bergabungnya PMII dalam Kelompok Cipayung merupakan perwujudan arah gerak PMII dalam
lingkup kemahasiswaan, kebangsaan, dan keislaman. Kerjasama dengan berbagai pihak akan terus
dilakukan sejauh masih dalam bingkai visi dan misinya. Terbukti sebelum bergabung dengan kelompok ini
PMII juga terlibat aktif dalam proses menentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Setelah PMII independen, selain melakukan aktifitas strategis dalam konstalasi nasional, PMII juga
melakukan pola pengkaderan secara sistematis yang mengacu pada terbentuknya pemimpin yang
berorientasi kerakyatan, kemahasiswaan dan pembangunan bangsa.
Perkembangan selanjutnya adalah lahirnya Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa
Indonesia (IKAPMI) pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Ciumbeuleuit, Jawa Barat, 1975.
Lahirnya Forum alumni ini merupakan upaya untuk memperkuat barisan PMII dalam gerak perjuangannya.
Dan akhirnya forum inipun disempurnakan lagi pada Musyawarah Nasional Alumni 1988 di hotel Orchid
Jakarta, menjadi Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Keluarga Alumni (FOKSIKA) PMII dan Sahabat
Abduh Padere ditunjuk sebagai ketuanya.

Hubungan Interdependensi
Pada perkembanagan lebih lanjut saat Kongres X, pola hubungan PMII dengan NU menjadi
interdependen, dimana PMII tetap mempunyai perhatian khusus terhadap NU karena kesamaan kultur dan
wawasan keagamaan yang memperjuangkan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Beberapa kemungkinan
hubungan PMII–NU menjadi interdependen:

Kesamaan kultur dan pemahaman keagamaan sebagai ciri perjuangan.


Adanya rekayasa politik untuk mengembangkan kekuatan baru.
Menghilangkan rasa saling curiga antar tokoh sehingga kader-kader PMII akan lebih mudah memasuki NU
setelah tidak aktif di PMII.
Kendatipun demikian PMII memberikan catatan khusus independensinya yaitu bahwa hubungan
tersebut tetap memegang prinsip kedaulatan organisasi secara penuh dan tidak saling intervensi baik
secara struktural maupun kelembagaan. PMII memanfaatkan hubungan interdependen ini untuk kerjasama
dalam pelaksanaan program-program nyata secara kualitatif fungsional dan mempersiapkan sumber daya
manusia.
Pada tahun 70-an hingga 90-an, dalam perkembangannya, dunia kemahasiswaan berada dalam
kondisi yang tidak kondusif, situasi back to campus lebih riil terjadi. Kebijakan Orde Baru telah
memandulkan posisi strategis mahasiswa dan lebih didominasi oleh kekuatan militer dan Golkar. PMII
hanya sebatas mampu melakukan pengkaderan secara periodik sesuai dengan progran kerja yang
ditetapkan.
Namun awal tahun 90-an, kelompok-kelompok gerakan ekstra universitas secara intensif
melakukan diskusi-diskusi dan aksi pendampingan terhadap kasus-kasus masyarakat kecil. Demikian pula
di kalangan PMII, semangat dan wacana gerakan mengalami proses secara intensif. Sosok Gus Dur dalam
konteks ini sangat berpengaruh bagi penguatan wacana gerakan PMII. Puncaknya adalah ketika terjadi
Kongres XI di Samarinda, 1994, dimana terpilih Sahabat Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PMII.
Seorang yang sangat intens dalam pergulatan diskusi serta gerakan aksi.
Periode 1994-1997 dapat disebut sebagai era kebangkitan kembali PMII, dengan identitas tegas,
kritis dan dinamis terhadap persoalan-persoalan kebangsaan. Pemerintahan Soeharto yang semakin
memperparah situasi nasional, menyebabkan kondisi dunia mengalami krisis ekonomi dan politik. Maka
melaui Forum Komunikasi Pemuda Indonesia (FKPI), PMII, GMNI, PMKRI, GMKI, kecuali HMI, selalu
berkonsolidasi baik dalam gagasan maupun organisasi hingga melakukan gerakan aksi. Mengapa HMI
menolak bergabung dengan FKPI? Hal ini karena HMI dalam perkembangannya masih dikendalikan oleh
alumninya (KAHMI) yang saat itu banyak menempati posisi strategis birokrasi.
Pada tahun 1998 peristiwa nasional yang sangat monumental yaitu lengsernya Soeharto dari kursi
Presiden dan dimulainya masa Reformasi, di saat itu PMII telah dijabat oleh Syaiful Bahri Ansori. Selama
periode ini laju kebangkitan PMII tidak sekuat masa sebelumnya. Demikian pula pada saat PEMILU 1999,
bangunan organisasi PMII tidak tertata secara solid dan sinergis, kegamangan politik pun terjadi sampai
pada tahun 2000, Kongres XII di Medan. Terpilihnya Nusran Wahid sebagai Ketua Umum, menjadi
indikator kekeroposan konsolidasi PMII yang penuh dengan idealisme, telah kalah diterjang kepentingan
pragmatisme beberapa kelompok.

Dependensi, Independensi dan Interdependensi


Sejarah mencatat bahwa PMII dilahirkan dari pergumulan panjang mahasiswa NU. Selama 12
tahun lamanya PMII menjadi underbow partai NU yang berkhidmat dalam kancah politik praktis, karena
memang situasi politik pada saat itu menghendaki politik dependensi terhadap seluruh partai. Akhirnya
sangat merugikan PMII yang berdiri sebagai organisasi mahasiswa. Akibatnya PMII mengalami banyak
kemunduran dalam segala aspek gerakannya. Dan hal tersebut juga berakibat buruk pada beberapa
Cabang PMII di daerah.
Kondisi ini akhirnya menyadarkan PB PMII untuk mengkaji ulang kiprah yang selama ini dilakukan,
khususnya pada organisasi politik yang gerakannya mengarah pada organisasi kekuatan. Setelah melalui
beberapa pertimbangan matang, maka pada tanggal 14-16 Juni 1972 PMII mengadakan Musyawarah
Besar II, di Murnajati, Malang, Jawa timur, dan menghasilkan Deklarasi Murnajati PMII yang berisi
pernyataan Independensi PMII dari NU. Motivasi itu didorong oleh hal-hal sebagai berikut:
Pertama, independensi PMII merupakan rekayasa sosial, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kedua, Mahasiswa sebagai insan akademis harus memutuskan suatu sikap yang ukuranya
adalah objektifitas dalam mengemukakan ilmu, cinta kebenaran dan keadilan. Ketiga, PMII merasa
canggung dalam menghadapi masalah-masalah nasional karena harus selalu memihak dan
memperhatikan kepentingan induknya.

Untuk mengembangkan ideologinya, PMII akan mencoba memperjuangkannya sendiri.


Secara politis, konon sikap independensi itu dapat menjadi “bargaining power” antara tokoh PMII
pada saat itu dengan pemerintah. Dengan Deklarasi Murnajati ini, PMII menjadi organisasi yang bebas
menentukan kehendak dan idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun.
Termasuk NU yang pernah menjadi induknya.
Akan tetapi independensi ini tidak sampai menghilangkan ikatan emosional antara kedua
organisasi tersebut. Karena antara PMII dan NU masih terdapat benang merah teologis, yaitu faham
Ahlussunnah Wal Jamaah. Pernyataan independensi tersebut ternyata mendapatkan kembali pengakuan
pada Kongres V di Ciloto, Bandung, 28 Desember 1973, yang dikenal dengan Manifesto Independensi.
Khusus mengenai eksistensi NU-PMII, menjelang muktamar NU ke 28, banyak pihak yang mengharapkan
agar PMII dapat mempertimbangkan kembali sikap independensinya yang telah diputuskan sejak tahun
1972.
Terhadap masalah ini, PB PMII telah mengambil sikap yang tegas untuk menjadikan PMII sebagai
organisasi yang independen, sesuai dengan Deklarasi Murnajati yang telah dikukuhkan dalam Kongres V
di Ciloto. Penegasan ini disebut dengan Penegasan Cibigo. Yang menyatakan :

“PMII adalah organisasi independen yang tidak terikat dalam sikap dan tindakannya kepada
siapapun dan hanya komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita nasional yang berlandaskan
Pancasila. Dan akan terus mengaktualisasikan dalam kehidupan berorganisasi. PMII insyaf dan sadar
bahwa dalam perjuangan diperlukan rasa saling menolong, ukhuwah dan kerjasama. Karena keduanya
mempunyai persepsi yang sama dalam keagamaan dan perjuangan, visi sosial dan kemasyarakatan,
maka untuk menghilangkan keragu-raguan dan saling curiga, serta untuk menjalin kerjasama secara
kualitatif dan fungsional, PMII siap meningkatkan kualitas hubungan dengan NU atas dasar prinsip
berkedaulatan organisasi penuh, interdependensi dan tidak ada intervensi secara struktural dan
kelembagaan, serta berprinsip mengembangkan masa depan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah di
Indonesia.”. Pernyataan ini dicetuskan tanggal 27 Agustus 1991 di Jakarta pada Kongres X PMII, yang
dikenal sebagai Deklarasi Interdependensi PMII-NU.”.

B. Visi Misi danTujuan PMII


Visi dan Misi PMII

1. VISI
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi keislaman dan visi kebangsaan. Visi keislaman
yang dibangun PMII adalah visi keislaman yang inklusif, toleran, dan moderat. Sedangkan visi
kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yamg demokratis, toleran, dan dibangun
diatas semanagat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga bangsa tanpa
terkecuali

2. MISI
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan
kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu
eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab
mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat
manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik
spiritual maupun material dalam segala bentuk

Tujuan PMII
Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap
dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan indonesia

C. Makna Filosofis PMII


PMII terdiri dari 4 penggala kata, yaitu :

1. Pergerakan
Adalah dinamika dari hamba (mahluk) yang senantiasa maju bergerak menuju tujuan idealnya,
memberikan rahmat bagi sekalian alam.

Perwujudannya :
Membina dan Mengembangkan potensi Ilahiah
Membina dan mengembangkan potensi kemanusiaan
Tanggungjawab memberi rahmat pada lingkungannya
gerak menuju tujuan sebagai Kahalifah Fil Ardl

2. Mahasiswa
Adalah generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri :
sebagai insan religius
sebagai insan akademik
sebagai insan sosial
dan sebagai insan yang mandiri

Perwujudannya :
tanggungjwab keagamaan
tanggungjawab intelektual
tanggungjawab sosial kemasyarakatan
tanggungjawab individual sebagai hamba tuhan maupun sebagai warga negara

3. Islam
adalah agama uyang dianut, diyakini dan dipahami dengan haluan atau paradigma Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
ASWAJA sebagai Manhaj Al Fikr (metode berfikir), yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran-ajaran
islam secara proporsional antara iman, islam dan ihsan.

4. Indonesia
adalah masyrakat bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah dan idiologi bangsa
(pancasila) dan UUD 1945 dengan landasan kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang
terbentang dari sabng sampai merauke, serta diikat dengan kesadaran wawasan nusantara.

Secara totalitas, PMII bertujuan melahirkan kader bangsa yangmempunyai integritas diri sebagai
hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggungjawab dalam
mengamalkan ilmu pengetahuannya.
dan Atas Dasar Ketaqwaannya, berkiprah mewujudkan peran ketuhanan dalam rangka membangun
masyrakat bangsa dan negara indonesia menuju suatu tatanan yang adil dan makmur dalam ampunan
dan ridho Allah SWT.

D. Makna lambang PMII


Bentuk :
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan
pengaruh dari luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c. 5 (lima) bintang sebelah atas melambangkan Rasulullah dengan empat sahabat
terkemuka(khulafaurrasyidin).
d. 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhadluan Ahlussunah Wal
Jama’ah.
e. 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti :
 Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang
yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan yang tinggi dan penerang umat manusia.
 Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar agama islam di
Indonesia yang disebut dengan Wali Songo

Warna
a. Biru Tua, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan harus
digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia dan merupakan kesatuan
Wawasan Nusantara
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti
dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar
pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan
menyongsong masa depan

Penggunaan:
a. Lambang PMII digunakan pada papan nama, bendera, kop surat, stempel, badge, jaket, kartu anggota,
dan benda atau tempat lain yang tujuannya untuk menunjukkan identitasorganisasi.
b. Ukuran lambang PMII disesuaikan dengan wadah penggunaanya.

E. BENDERA PMII
1. Pencipta Bendera PMII : Shaimory
2. Wrana dasar bendera PMII : Kuning
3. Isi bendera PMII :
 Lambang PMII terletak di bagian tengah
 Tulisan PMII terletak di sebelah kiri lambang membujur ke bawah.
4. Penggunaan bendera PMII
 Digunakan pada upacara-upacara resmi organisasi baik intern maupun ekstern dan upacara
nasional.

F. Tahapan Kaderisasi
Dalam PMII, ada tahapan-tahapan pengkaderan. Untuk tahap pertama adalah MAPABA (Masa
Penerimaan Anggota Baru) sebagai jendela awal untuk bergabung dalam organisasi PMII. Untuk
berikutnya sebagai tindak lanjut ada PKD (Pelatihan Kader Dasar) dilaksanakan oleh Komisariat/Cabang,
merupakan persyaratan untuk bisa menjadi pengurus komisariat/cabang. Dan diteruskan dengan PKL
(Pelatihan Kader Lanjutan), dilaksanakan oleh pengurus cabang, merupakan persyaratan untuk menjadi
pengurus cabang/pengurus koordinator cabang.
G. Implementasi interdependensi PMII dengan NU diwujudkan dalam berbagai bentuk kerjasama
1. Pemikiran. Kerja sama dibidang ini untuk mengembangkan pemikiran keislaman
2. Sumber daya manusia. Kerja sama dibidang ini ditekankan pada penmanfaatan secara maksimal
manusia – manusia PMII maupun NU
3. Pelatihan. Kerja sama dibidang pelatihan ini dirancang untuk pengembangan sumber daya manusia
baik PMII maupun NU.
4. Rintisan program. Kerja sama in berbentuk pengelolaan suatu program secsara bersama.
5. Selain menghasilkan deklarasi interdependensi, pada waktu itu juga ditetapkan:

Motto PMII : Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh


Tri Khidmat PMII : Taqwa, intelektualitas, dan profesionalitas
Tri Komitmen PMII : Kejujuran, kebenaran, dan keadilan
Ekacitra Diri PMII : Ulul albab

H. Nama Ketua PB PMII


1. Sahabat Mahbub Junaidi (Periode 1960–1967)
2. Sahabat Muhammad Zamroni (Periode 1967-1973)
3. Sahabat Abduh Paddare (Periode 1973-1977)
4. Sahabat Ahmad Bagja (Periode 1977-1981)
5. Sahabat Suryadharma Ali (Periode 1985-1988)
6. Sahabat Muhammad Iqbal Assegaf (Periode 1988-1991)
7. Sahabat Ali Masykur Musa (Periode 1991-1994)
8. Sahabat Muhaimin Iskandar (Periode 1994-1997)
9. Sahabat Syaiful Bahri Anshori (Periode 1997-2000)
10. Sahabat Nusron Wahid (Periode 2000-2003)
11. Sahabat A Malik Haramain (Periode 2003-2005)
12. Sahabat Herry Azzumi (Periode 2005-2008)
13. Sahabat Muhammad Rodli Kaelani (2008-2011)
14. Sahabat Addin Jauharuddin (2011-2014)
15. Sahabat Aminuddin Ma'ruf (2014-2016)
16. Sahabat Agus Mulyono Herlambang (2016-Sekarang)

I. Struktural Organisasi
Pengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota
Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi
Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten
Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus
Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk mendirikan
wadah tersendiri bagi mahasiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU
yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga hari (14-16 April 1960) di Taman
Pendidikan Putri Khadijah (Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka
membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan.
Peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika dipergunakannya istilah Independent dalam
deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di malang dalam MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan
diri anak ragil NU dari induknya.
Tujuan PMII Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia

Makna Filosofis PMII


Pergerakan
Mahasiswa
Islam
Indonesia

Makna lambang PMII


Bentuk :
a. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan
pengaruh dari luar.
b. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar
c. 5 (lima) bintang sebelah atas melambangkan Rasulullah dengan empat sahabat
d. 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab
e. 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti :
 -Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat orang imam mazhab
 -Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar agama islam di
Indonesia yang disebut dengan Wali Songo

Warna:
a. Biru Tua, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan harus
digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan
b. Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti
dan taqwa.
c. Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar
pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala

Tahapan Kaderisasi

MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), PKD (Pelatihan Kader Dasar) PKL (Pelatihan Kader
Lanjutan).

Motto PMII : Dzikir, Fikir dan Amal Shaleh


Tri Khidmat PMII : Taqwa, intelektualitas, dan profesionalitas
Tri Komitmen PMII : Kejujuran, kebenaran, dan keadilan
Ekacitra Diri PMII : Ulul albab
Struktural Organisasi
Pengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota
Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi
Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten
Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus
Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas

B. Saran
Dari uraian masalah tersebut penulis menyadari banyak sekali kekurangannya. Untuk itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan dengan
masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas. Selain itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai