Anda di halaman 1dari 41

FORMULASI SEDIAAN LIP BALM PRIA DARI EKSTRAK ETANOL

KULIT BUAH PISANG NANGKA [Musa (AAB group)] SEBAGAI


ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA*)

HESTY WALIANTINI
2404113068

I. PENDAHULUAN

Perkembangan formulasi produk kosmetik di Indonesia saat ini semakin


meningkat. Menurut FDA, Food and Drugs Administration, Amerika Serikat,
kosmetik berfungsi untuk membersihkan, mempercantik, menaikkan daya tarik,
atau mengubah penampilan tanpa mempengaruhi struktur tubuh maupun
fungsinya. Sejak dahulu, istilah kosmetik memang berkaitan erat dengan dunia
perempuan yang dianggap lebih peduli pada penampilan, kecantikan, dan
keindahan. Namun, barulah di akhir 90-an pria sangat memperhatikan urusan
penampilan, salah satu penyebabnya adalah kemunculan pria metroseksual. Pria
metroseksual yaitu pria yang menaruh perhatian lebih pada penampilan layaknya
perempuan. Berbeda dengan pria-pria lain di era sebelumnya, pria metroseksual
secara terang-terangan menggunakan kosmetik untuk menunjang penampilan
mereka. Kemunculan pria metroseksual perlahan mempengaruhi pria lain yang
non-metroseksual untuk turut memperhatikan penampilan, hal tersebut diperkuat
dengan dukungan media, yang melahirkan model-model maskulinitas dalam
berbagai produk yang memicu para penonton atau penggemar untuk mengikuti
jejak mereka [1].
Lip balm merupakan salah satu kosmetik yang diterapkan atau dioleskan
pada bibir yang bertujuan untuk mencegah bibir agar tidak mudah kering dan
melindungi bibir dari faktor lingkungan yang merugikan. Lip balm tidak sama

*) Sari tugas akhir S1 yang akan disampaikan pada Seminar Tugas Akhir Program
Studi S1 Farmasi.
F-MIPA UNIGA pada :
Hari/Tempat : Ruang Seminar Program Studi S1 Farmasi
KBK : Teknologi Farmasi
Pembimbing Utama : Nurhabibah, M.Si., Apt
Pembimbing Serta : Aji Najihudin, M.Farm., Apt

1
2

dengan lip gloss, lip balm merupakan sediaan bibir pertama yang dimaksudkan
[5]
untuk digunakan oleh wanita dan pria . Di luar negeri lip balm sudah umum
digunakan oleh pria terutama ketika musim dingin untuk menjaga bibir agar tidak
pecah-pecah. Di Indonesia meski tidak ada musim dingin dan penggunaan lip
balm untuk pria belum umum, tapi Indonesia merupakan negara tropis yang
hampir sepanjang tahun selalu disinari matahari dengan intensitas yang cukup
kuat. Sinar matahari ini menjadi salah satu faktor yang dapat membuat bibir
menjadi kering dan menghitam, selain itu kebiasaan merokok pada kebanyakan
pria di Indonesia menjadi faktor yang dapat menjadikan bibir menghitam sampai
terjadinya smoker’s melanosis [3][4]
. Oleh karena itu tidak hanya untuk wanita lip
balm juga di butuhkan untuk pria di Indonesia. Berdasarkan hasil survei mengenai
penggunaan lip balm untuk pria yang dilakukan kepada 50 orang pria yang ada di
Garut dengan usia 17 - 23 tahun mulai dari pelajar Sekolah Menengah Atas
(SMA) sampai Mahasiswa, diketahui bahwa 54 % pria yang ada di Garut tertarik
untuk menggunakan lip balm.
Pisang nangka merupakan pisang yang mempunyai rasa agak masam, rasa
masam inilah yang membuat nilai ekonomis pisang nangka menjadi rendah
dibandingkan dengan jenis pisang lainnya, akan tetapi pisang nangka merupakan
salah satu jenis pisang yang banyak dibuat berbagai produk olahan seperti kripik,
kue pisang dan pisang goreng. Dari pemanfaatan buah pisang tersebut menyisakan
limbah kulit pisang belum mampu dimanfaatkan secara optimal padahal kulit
buah pisang yang sudah masak dan berwarna kuning kaya akan senyawa
flavonoid, fenolik, kalium , natrium, dan selulosa. Kandungan flavonoid dan
fenolik merupakan senyawa yang berguna sebagai antioksidan, antidermatosis,
anti kanker, maupun antiviral [3].
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan sediaan lip balm untuk pria yang mengandung ekstrak etanol
kulit pisang nangka [(Musa (AAB group)] sebagai antioksidan dan tabir surya
yang aman dan stabil dalam penyimpanan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi ilmiah untuk masyarakat tentang kegunaan ekstrak kulit
buah pisang nangka sebagai antioksidan dan tabir surya alami dalam pembuatan
sediaan lip balm.
3

II. METODE PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan di Labolatorium Farmasi, Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut. Bahan baku tanaman yang
digunakan yaitu kulit buah pisang nangka [Musa (AAB group)]. Penelitian
dimulai dari pengumpulan bahan, determinasi, pengolahan bahan menjadi
simplisia, pemeriksaan karakteristik dan penafisan fitokimia. Setelah itu dilakukan
tahap pengekstrakan kulit pisang buah nangka dengan menggunakan pelarut
etanol 96%. Kemudian pada ektrak tersebut dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan dan aktivitas tabir surya untuk memperoleh nilai 𝐼𝐶50 dan nilai SPF
yang paling baik.
Pada tahap selanjutnya dilakukan pembuatan basis lip balm yang cocok
untuk digunakan pada formulasi berikutnya, setelah diperoleh formula dasar yang
stabil, kemudian kedalam formula dasar ditambahkan ekstrak kulit buah pisang
nangka [Musa (AAB group)] dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi yang
ditambahkan kedalam masing-masing formula berdasarkan pada nilai IC50 dan
nilai SPF dari ekstrak etanol kulit buah pisang nangka. Setelah itu dilakukan
evaluasi sediaan lip balm selama 28 hari yang meliputi organoleptis (warna, bau,
tekstur dan konsistensi), homogenitas, pengukuran pH dan suhu lebur, pengujian
keamanan, serta pengujian kenyamanan sediaan kepada sukarelawan melalui uji
kesukaan.
Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dan pengujian tabir
surya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode
DPPH secara kuantitatif terhadap seluruh sediaan lip balm yang mengandung
ekstrak etanol kulit buah pisang yang dibandingkan dengan vitamin C. Penentuan
aktivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF (Sun Protection
Factor) seluruh sediaan lip balm yang mengandung ekstrak etanol kulit buah
pisang dengan spektrofotometri UV-Visible yang diukur pada panjang gelombang
290 – 320 nm.
4

III. ALAT, BAHAN DAN HEWAN PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat - alat yang digunakan adalah rotary evaporator, alat-alat gelas
laboratorium, lumpang dan alu, water bath, cawan penguap, oven,
spektrofotometer UV-Visible, vortex, pot lip balm dan alat lain yang tersedia di
Labolatorium Teknologi Farmasi, Labolatorium Fitokimia dan Labolatorium
Kimia Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Garut.

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol kulit buah pisang
nangaka (Musa (AAB group)), cocoa butter, lilin carnauba, giserin, nipagin,
nipasol, BHT, minyak jagung, minyak coklat, vitamin C, etanol 96%, n-heksan,
aquabidest, DMSO dan DPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil).

3.3 Hewan Percobaan


Hewan yang digunakan pada percobaan adalah kelinci.
5

IV. PENELITIAN

4.1 Penyiapan Bahan


Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman,
pengolahan bahan menjadi simplisia dan serbuk kering.
4.1.1 Pengumpulan dan Determinasi Tanaman Uji
Tanaman pisang nangka (Musa (AAB group)) yang digunakan
diperoleh dari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Tanaman
ditentukan identitasnya dengan determinasi. Determinasi dilakukan di
Herbarium Bandungense, Departemen Biologi, Fakultas MIPA Institut
Teknologi Bandung.
4.1.2 Pengolahan Bahan
Kulit buah pisang nangka yang sudah dikumpulkan, dipisahkan dari
pengotornya kemudian kulit buah pisang dicuci dan dibersihkan dengan
menggunakan air mengalir yang bersih. Selanjutnya kulit buah pisang
dipotong kecil untuk memudahkan pengeringan. Pengeringan dilakukan di
lemari pengering selama 3-5 hari dengan suhu kurang dari 60℃. Setelah
kering, selanjutnya dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk memisahkan
simplisia dari pengotor yang tidak diinginkan, kemudian simplisia dihaluskan
dengan menggunakan blender, hingga diperoleh serbuk simplisia kulit buah
pisang nangka.

4.2 Karakterisasi
Karakterisasi simplisia kulit pisang nangka meliputi penetapan kadar
air, pemeriksaan kadar sari larut air, pemeriksaan kadar sari larut etanol,
penetapan kadar abu total, pemeriksaan kadar abu larut air, pemeriksaan kadar
abu tidak larut asam, dan penetapan susut pengeringan [7].
6

4.3 Penapisan Fitokimia


Penapisan fitokimia simplisia kulit buah pisang nangka dilakukan
untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada dalam
kulit pisang nangka. Penapisan fitokimia meliputi senyawa alkaloid, tanin,
saponin, flavonoid, kuinon, triterpenoid dan steroid [4].

4.4 Pembuatan Ekstrak


Pengekstrakan akan dilakukan dengan menggunakan metode maserasi,
adapun pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Pengekstrakan dilakukan
dengan merendam simplisia dengan pelarut selama 3x24 jam yang sesekali diaduk
dan disimpan pada wadah tertutup rapat dan terhidar dari cahaya. Maserat yang
diperoleh pada proses maserasi hari pertama disaring dan kemudian diganti
dengan etanol yang baru. Prosedur ini dilakukan hingga 3 hari. Maserat yang
diperoleh dari proses maserasi tersebut dikumpulkan kemudian dipekatkan
dengan menggunakan rotary evavorator.

4.5 Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang


(Musa paradisiaca L.) dengan Metode DPPH
4.5.1 Pembuatan Larutan DPPH
Sebanyak 0,1mM DPPH (Mr = 394,32) dilarutkan dengan etanol p.a
dalam labu ukur sampai 100 mL.
4.5.2 Penentuan Panjang Gelombang
Larutan DPPH ditambahkan dengan etanol p.a. dengan tiga
perbandingan, yaitu (1:1), (2:1), (3:1). Setelah itu dibiarkan selama 30 menit
ditempat gelap, serapan larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada
range panjang gelombang 400-800 nm untuk ditentukan panjang gelombang
optimumnya.
4.5.3 Pembuatan Larutan Vitamin C
Sebanyak 100 mg vitamin C dilarutkan dalam 100 mL etanol p.a
sehingga diperoleh larutan stok 1000 ppm. Kemudian diencerkan menjadi
beberapa seri konsentrasi, yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.
Selanjutnya dari masing-masing konsentrasi vitamin C tersebut diambil 1 mL
7

lalu ditambahkan 2 mL larutan DPPH. Kemudian dibiarkan selama 30 menit


di ruang gelap. Serapan diukur pada panjang gelombang yang telah
ditentukan [11].
4.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang
Nangka
Ekstrak etanol kulit buah pisang nagka ditimbang sebanyak 100 mg
kemudian dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu ukur 100 mL untuk
membuat larutan induk 1000 ppm. Larutan induk 1000 ppm tersebut
kemudian diencerkan menjadi beberapa konsentrasi. Selanjutnya masing-
masing konsentrasi larutan ekstrak diambil 1 mL lalu ditambahkan 2 mL
DPPH. Kemudian dibiarkan selama 30 menit diruang gelap. Serapan diukur
pada panjang gelombang yang telah ditentukan.
4.5.5 Penetapan Nilai 𝐈𝐂𝟓𝟎
Persentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-masing
konsentrasi larutan sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Absorban blanko−Absorban sampel
% Inhibisi = × 100%
Absorban blanko

Stelah didapatkan persen inhibisi dari masing-masing konsentrasi,


persamaan y = bx + a ditentukan dengan perhitungan secara regresi linear
dimana x adalah konsentrasi (μg/mL) dan y adalah persentase inhibisi (%).
Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% atau
IC50 yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50
%. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah menggantikan y dengan 50 [11].
8

4.6 Penentuan Nilai SPF Esktrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka
Ekstrak etanol kulit pisang mangga ditimbang sebanyak 500 mg.
Kemudian diencerkan dengan etanol 96 % hingga 100 mL sehingga diperoleh
larutan stok ekstrak etanol 5000 ppm. Dari larutan stok tersebut diencerkan
menjadi beberapa konsentrasi, lalu absorbansinya diukur dengan
Spektrofotometer UV. Hasil absorbansi dari masing-masing konsentrasi ekstrak
dicatat dan kemudian nilai SPF nya dihitung menggunakan persamaan Mansur
sebagai berikut.
320

SPF = CF x ∑(EE x I x Abs)


290

Dimana CF adalah faktor koreksi yang bernilai 10. Nilai EE x I adalah


suatu konstanta, nilainya dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap interval
5 nm telah ditentukan sebagai berikut [8][9].

Tabel 4.6 Nilai EE x I pada panjang gelombang 290-320 nm


Panjang Gelombang (nm) EE x I
290 0,0150
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,0839
320 0,0180
Total 1
9

4.1 Pembuatan Lip Balm


4.1.1 Orientasi Basis Lip Balm
Basis lip balm dibuat dengan menggunakan lemak coklat (cocoa
butter) dan lilin carnauba dengan perbandingan konsentrasi lemak coklat yang
berbeda-beda.
Table 4.8.1 Orientasi Basis Lip Balm
Konsentrasi (%)
Komposisi
B1 B2 B3
Lemak coklat 55 50 45
Lilin Carnauba 5 5 5
Gliserin 5 5 5
Nipagin 0,18 0,18 0,18
Nipasol 0,02 0,02 0,02
BHT 0,05 0,05 0,05
Minyak coklat Qs Qs Qs
Minyak Jagung Ad 100 Ad 100 Ad 100

Basis lemak coklat dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-34℃.
Lemak coklat dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk kuat sampai seluruh
lemak coklat meleleh sempurna. Lilin carnauba dilelehkan pada suhu lelehnya
yaitu sekitar 80℃ - 86℃. Kemudian dimasukkan ke dalam lelehan basis tersebut.
Nipagin, nipasol, BHT, gliserin dan minyak coklat dimasukan ke dalam lelehan
basis sambil terus diaduk. Terakhir minyak jagung ditambahkan kedalam lelehan
basis tersebut sambil terus diaduk kuat. Setelah itu dimasukan ke dalam wadah lip
balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku [5].

4.2 Pembuatan Lip Balm Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka
Setelah dilakukan pemilihan basis lip balm dengan berbagai
konsentrasi lemak coklat, maka konsentrasi lemak coklat yang digunakan
yaitu basis lip balm yang stabil. Kemudian dibuat lima formula akhir sediaan
lip balm yaitu F0, F1, F2 dan F3. F0 merupakan formula yang tidak
mengandung ekstrak etanol kulit buah pisang nangka (basis), F1, F2 dan F3
10

merupakan formula yang mengadung berbagai konsentrasi ekstrak etanol kulit


buah pisang nangka. Konsentrasi ekstrak etanol kulit buah pisang nangka yang
ditambahkan kedalam masing-masing formula berdasarkan pada nilai
IC50 dari aktivitas antioksidan dan nilai SPF dari aktivitas tabir surya ekstrak
etanol kulit buah pisang nangka.
Basis lemak coklat dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-
34℃. Lemak coklat dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk kuat
sampai seluruh lemak coklat meleleh sempurna. Lilin carnauba dilelehkan
pada suhu lelehnya yaitu sekitar 80℃ - 86℃. Kemudian dimasukkan ke dalam
lelehan basis tersebut. Nipagin, nipasol, BHT dan minyak coklat dimasukan
ke dalam lelehan basis sambil terus diaduk. Ekstrak etanol kulit buah pisang
nangka dilarutkan terlebih dahulu dalam gliserin kemudian ditambahkan
sedikit-sedikit minyak jagung lalu lalu dimasukkan pada lelehan basis sambil
terus diaduk. Terakhir minyak jagung ditambahkan kedalam lelehan basis
tersebut sambil terus diaduk kuat. Setelah itu dimasukan ke dalam wadah lip
balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku [5].

4.3 Pengujian Stabilitas Fisik Lip Balm


4.3.1 Pengamatan Organoleptik
Pengamatan organoleptik sediaan lip balm meliputi perubahan warna,
bau, tekstur dan konsistensi selama penyimpanan. Pengamatan organoleptik
ini selama dilakukan selama 28 hari.
4.3.2 Pemeriksaan Homogenitas
Diambil sediaan lip balm seujung spatula lalu dioleskan pada kaca
objek, ditutup atasnya dengan kaca objek yang lain, kemudian diamati
homogenitasnya. Jika homogen sediaan tidak terlihat butiran kasar.
Pemeriksaan homogenitas ini dilakukan selama 28 hari [5].
4.3.3 Uji pH
Sediaan lip balm untuk pengujian dimasukkan ke dalam cawan,
kemudian dilebur di atas waterbath. Selanjutnya, indikator pH universal
dicelupkan ke dalam sampel. Perubahan warna kertas indikator tersebut
11

dicocokkan dengan tabel warna yang mempunyai trayek pH dari 0 sampai 14


[14]
.
4.3.4 Pengukuran Titik Lebur
Uji titik lebur sediaan lip balm dilakukan dengan cara meletakkan lip
balm ke dalam cawan penguap dan dileburkan di atas waterbath dengan suhu
awal 50oC. Lalu diamati pada suhu ke berapa lipstik mulai melebur.
Persyaratan suhu lebur lip balm berdasarkan SNI 16-5769-1998 yaitu 50-70
℃ [14].
4.3.5 Uji Keamanan
Uji iritasi sediaan lip balm menggunakan hewan uji kelinci sebanyak
3 ekor. Tahap uji iritasinya yaitu dengan mencukur bulu kelinci pada
punggung kelinci, kemudian ditandai menjadi empat bagian, dimana bagian
tersebut digunakan untuk mengolesi sediaan lip balm F0, F1, F2, F3. Setelah
dicukur kelinci diperban dengan kassa steril agar kulitnya tidak tergores dan
dibiarkan selama 24 jam sebelum melakukan perlakuan. Selanjutnya setelah
24 jam kelinci diolesi sediaan F0, F1, F2, F3 kemudian di perban dan
didiamkan selama 24 jam untuk mengamati adanya edema dan eritema,
dilanjutkan pengamatan pada jam ke 48 dan jam ke 72 [15].
4.3.6 Uji Kesukaan
Sediaan lip balm diujikan pada 10 orang panelis yaitu pada pria.
Masing-masing panelis diminta untuk menggunakan lip balm. Pada uji ini
panelis memberikan penilaian terhadap warna, bau, lip balm mudah diolehkan
atau tidak, tekstur dan kenyamanan saat penggunaan lip balm. Tingkat skala
hedonik yang digunakan adalah a = tidak suka dan b = suka.

4.4 Pengujian Aktivitas Antioksidan Lip Balm Ekstrak Kulit Buah Pisang
Nangka (Musa paradisiaca L.)
Sebanyak 5 gram sediaan lip balm dilelehkan dan ditambahkan 10 mL
n-heksan lalu di vortex, kemudian ditambahkan etanol 70% (etanol p.a :
aquabidest) dan di vortex, lalu sentrifugasi selama 30 menit untuk
memisahkan n-heksan dari sampel. N-heksan dipisahkan dari supernatant yang
terbentuk dengan pipet dan supernatan dihitung konsentrasinya. Supernatan
12

tersebut kemudian diencerkan menjadi beberapa seri konsentrasi. Selanjutnya


masing-masing konsentrasi larutan sampel diambil 1 mL lalu ditambahkan 2
mL larutan DPPH, kemudian dibiarkan selama 30 menit diruang gelap.
Serapan diukur pada panjang gelombang maksimun yang telah ditentukan.
Kemudian ditentukan persentase inhibisi terhadap radikal DPPH dari masing-
masing larutan sampel dan ditentukan aktivitas antioksidannya yang
dinyatakan dengan nilai IC50 .

4.5 Penentuan Nilai SPF Lip Balm


Sebanyak 400 mg sediaan lip balm dilelehkan dan ditambahkan
DMSO lalu di vortex, kemudian ditambahkan etanol 96% pada labu ukur 100
mL untuk membuat larutan induk 4000 ppm dan disaring menggunakan
kertas saring. Kemudian diukur nilai absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV. Spektrum absorbansi diukur pada panjang gelombang
290-320 nm, setiap interval 5 nm dan ditentukan nilai SPF nya menggunakan
persamaan Mansur.
13

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah kulit buah pisang
nangka [Musa (AAB group)] yang dideterminasi di Hebarium Bandung, Sekolah
Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Determinasi tanaman ini
bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang
akan digunakan dalam penelitian serta menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengambilan sampel. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang
digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman pisang nangka [Musa (AAB
group)]. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
Kulit buah pisang nangka diperoleh dari Kecamatan Pameungpeuk, Garut,
Jawa Barat. Kulit buah pisang nangka yang digunakan untuk bahan dipilih dari
buah pisang yang sudah masak karena kulit buah pisang yang sudah masak dan
berwarna kuning kaya akan senyawa flavonoid, fenolik, kalium , natrium, dan
selulosa. Kandungan flavonoid dan fenolik merupakan senyawa yang berguna
sebagai antioksidan, antidermatosis, anti kanker, maupun antiviral [6].
Setelah dilakukan determinasi tanaman, dilakukan pengolahan bahan yang
dimulai dengan mencuci buah pisang nangka dengan air mengalir kemudian
diambil kulitnya, lalu dilakukan perajangan kulit buah pisang menjadi bentuk
yang lebih kecil yang bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Kulit
buah pisang selanjutnya di keringkan di lemari pengering tujuannya untuk
mengurangi kadar air dalam sempel, mencegah terjadinya reaksi enzimatis dan
mencegah tumbuhnya jamur sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama (tidak mudah rusak) dan komposisi komponen kimia yang terkandung di
dalamnya tidak mengalami perubahan [10]. Simplisia kulit buah pisang selanjutnya
diblender menjadi serbuk yang bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
sehingga luas permukaan kulit buah pisang yang mengalami kontak dengan
pelarut semakin besar pada saat diekstraksi nanti. Kontak dengan pelarut semakin
besar dapat meningkatkan proses penarikan senyawa kimia yang diinginkan
sehingga hasil ekstraksi menjadi lebih optimal [11].
Pemeriksaan karakteristik simplisia dilakukan untuk standarisasi simplisia.
Standarisasi simplisia bertujuan agar diperoleh bentuk bahan baku produk
14

kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat. Pemeriksaan karakteristik


simplisia kulit buah pisang nangka [Musa [AAB group)] dilakukan sesuai metode
yang tercantum dalam Material Medika Indonesia Jilid 3 meliputi penetapan
penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu larut air,
penetapan kadar abu tidak larut asam, penetapan susut pengeringan, penetapan
[7]
kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol . Hasil pemeriksaan
karakteristik simplisia kulit buah pisang nangka dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Karakterisasi Simplisia Kulit Buah Pisang Nangka


[Musa (AAB group)]
Pemeriksaan Hasil (%) Standar MMI (%)
Susut pengeringan 13 -
Kadar air 12.5 ≤ 10
Kadar abu total 9,40 ≤ 10
Kadar abu larut air 5,81 -
Kadar abu tidak larut asam 3,93 ≤ 2,6
Kadar sari larut air 21,14 ≥ 18
Kadar sari larut etanol 18,08 ≥ 6,3

Dari hasil pemeriksaan karakteristik simplisia diketahui bahwa untuk


kadar abu total, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol memenuhi
persyaratan yang diperbolehkan oleh MMI. Sedangkan untuk kadar air dan kadar
abu tidak larut asam berada diatas standar nilai MMI yang diperbolehkan. Kadar
sari larut air dan kadar sari larut etanol merupakan indikator yang menunjukkan
senyawa penting yang larut dalam pelarut polar maupun non polar. Simplisia kulit
buah pisang nangka memiliki kadar sari larut air sebesar 21,14 % dan kadar sari
larut etanol sebesar 18,08% yang telah memenuhi persyaratan MMI.
Penapisan fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian
fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa
yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Hasil penapisan fitokimia
kulit buah pisang nangka untuk flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid
dinyatakan positif. Sedangkan untuk alkaloid, saponin dan kuinon dinyatakan
15

negatif. Hal ini mendukung untuk pengujian antioksidan karena senyawa yang
[6]
diduga memiliki efek antioksidan adalah flavonoid . Data hasil pemeriksaan
dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia Kulit Buah


Pisang Nangka [Musa (AAB group)]
Senyawa Kimia Hasil Pengamatan
Alkaloid -
Flavonoid +
Tanin +
Saponin -
Kuinon -
Steroid/Triterpenoid +
Keterangan :
+ = Terdeteksi
- = Tidak terdeteksi

Ekstraksi kulit buah pisang dilakukan dengan metode maserasi (cara


dingin). Metode ini dipilih karena pada penelitian ini dilakukan uji efektivitas
kulit buah pisang sebagai antioksidan. Umumnya senyawa antioksidan tidak tahan
terhadap pemanasan oleh karena itu ekstraksi cara ini mampu menjaga senyawa
[10]
antioksidan tidak rusak . Dari 300 gram simplisia diperoleh bobot ekstrak
etanol kulit buah pisang sebanyak 76,6 gram dengan rendemen sebesar 25.53%.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil).
DPPH merupakan suatu radikal yang stabil dalam air atau etanol dan mampu
menerima sebuah elektron atau radikal hidrogen untuk menjadi molekul
dimagnetik stabil. Metode DPPH dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka
serta hanya memerlukan sedikit sampel. Pada pengukuran panjang gelombang
maksimum, larutan DPPH dalam etanol p.a menghasilkan absorbansi maksimum
sebesar 0.581 pada anjang gelombang 517 nm, hasil ini sudah sesuai dengan teori
bahwa panjang gelombang maksimun DPPH adalah 517 nm [11]. Setelah diketahui
16

panjang gelombang maksimum DPPH, dilakukan penetapan aktivitas antioksidan


ekstrak etanol kulit buah pisang yang dinyatakan dengan IC50 (inhibition
concentration), yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat memberikan
persen peredaman sebesar 50% dan digunakan vitamin C sebagai pembanding.
Hasil IC50 yang didapatkan untuk ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
adalah 95,335 μg/mL ± 2,552 dan untuk nilai IC50 vitamin C adalah 5,674
μg/mL ± 0,201. Ini menunjukan bahwa ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
memiliki aktivitas antioksidan kuat sedangkan vitamin C sebagai pembanding
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena vitamin C merupakan
senyawa murni [12]. Hasil penentuan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah
pisang nangka dapat dilihat pada lampiran 5.
Penentuan aktivitas tabir surya ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
dilakukan secara kuantitatif menggunakan spektrofotometer UV untuk
mendapatkan nilai SPF. SPF (Sun Protection Factor) merupakan indikator
universal dari suatu peroduk atau zat yang bersifat UV protektor. Semakin tinggi
nilai SPF, maka semakin efektif untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar
UV [12]. Efektivitas tabir surya berdasarkan nilai SPF dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Efektivitas Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF


Nilai SPF Kategori Perlindungan
2– 4 Minimal
4–6 Sedang
6–8 Ekstra
8 – 15 Maksimal
≥ 15 Ultra

Penentuan nilai SPF ini menggunakan persamaan Mansur . Hasil dari


penentuan aktivitas tabir surya ekstrak etanol kulit buah pisang nangka dapat
dilihat pada tabel 5.4.
17

Tabel 5.4 Hasil Penentuan Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Buah
Pisang Nangka [Musa (AAB group)]
Konsentrasi (ppm) Nilai SPF ± 𝐒𝐃 Kategori Perlindungan
1000 5,07 ± 0,002 Sedang
1500 8,06 ± 0,004 Maksimal
2000 13,16 ± 0,003 Maksimal
2500 28,139 ± 0,012 Ultra
3000 31,012 ± 0,015 Ultra

Hasil ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka


semakin besar nilai SPF nya dan semakin efektif pula aktivitas tabir surya dari
ekstrak yang dapat diklasifikasikan sebagai zat aktif tabir surya yang memiliki
perlindungan maksimal sampai ultra pada konsentrasi 2000 ppm sampai 3000
ppm. Diduga senyawa aktif yang memiliki aktivitas tabir surya adalah senyawa
fenolik golongan flavonoid. Senyawa fenolik yang terdapat dalam tumbuhan
berfungsi melindungi tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari.
Menurut Wolf (2001) Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid
mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan
rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A
[16]
maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit . Penentuan
aktivitas tabir surya ekstrak etanol kulit buah pisang dapat dilihat pada lampiran 6.
Berdasarkan hasil dari uji pendahuluan akivitas antioksidan dan tabir surya
pada ektrak etanol kulit buah pisang nangka, maka dipilihlah ekstrak etanol kulit
buah pisang nangka dengan konsentrasi 0,2 %, 0,3 % dan 1 % yang selanjutnya
digunakan untuk formula lip balm. Basis lip balm yang dibuat terdiri dari B1, B2
dan B3 dengan perbedaan konsentrasi cocoa butter yang digunakan yaitu 55%,
50% dan 45%. dan dilakukan evaluasi basis selama 28 hari.
Basis lip balm teridiri dari lemak coklat (cocoa butter) yang berfungsi
sebagai bahan dasar pembuatan lip balm dan juga sebagai penurun titik lebur serta
melembutkan karena cocoa butter memilki titik lebur yang rendah yaitu 32-35℃
[5]
. Lilin carnauba berfungsi untuk menjaga lip balm tetap padat setidaknya pada
suhu 50°C dan mampu mengikat fase minyak agar tidak ke luar atau berkeringat,
18

lilin carnauba merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena
memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85°C, biasa digunakan dalam jumlah kecil
[17]
untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstick . Gliserin berfungsi
sebagai plasticizer dan emolien, nipagin berfungsi sebagai antimikroba, nipasol
berfungsi sebagai antifungi, BHT berfungsi sebagai antioksidan yang digunakan
untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi
[10]
oksidasi . Minyak jagung digunakan sebagai emolien, minyak jagung kaya
asam linolenat (omega-3) dan asam linoleat (omega-6) yang merupakan asam
lemak tak jenuh ganda dan berperan sebagai asam lemak essensial tubuh, dapat
[18][19]
mencegah kekeringan kulit dan peradangan . Minyak coklat ditambahkan
untuk menambah kesan aroma coklat yang kuat.
Berdasarkan uji stabilitas basis selama 28 hari, basis lip balm yang dibuat
yaitu B1, B2 dan B3 memiliki stabilitas yang baik dilihat dari uji organoleptis,
homogenitas, dengan pH 4 yang masih memenuhi pH fisiologis bibir yaitu 3,8-4,7
dan suhu lebur untuk B1 adalah 54,6-57 ℃, untuk B2 adalah 53,3-56 ℃, untuk B3
adalah 51-53,6 ℃ yang masih memenuhi persyaratan suhu lebur lip balm yaitu 50-
70 ℃. Akan tetapi basis lip balm B1 memiliki konsistensi yang lebih baik, tidak
terlalu lembut dan basah saat dioleskan sehingga dijadikan basis lip balm yang
lebih cocok untuk pria yang selanjutnya digunakan untuk formula.
Setelah diperoleh basis yang stabil, kemudian dibuat lima formulasi, yaitu
F0 sediaan lip balm tanpa ektrak etanol kulit buah pisang nangka, F1, F2, F3,
sediaan lip balm ekstrak etanol kulit buah pisang nangka dengan konsentrasi
0,2%, 0,3%, 1% dan F4 sediaan lip balm yang mengandung vitamin C dengan
konsentrasi 0,113%. Formula lip balm dapat dilihat pada tabel 5.5.
19

Tabel 5.5 Formulasi Lip Balm Pria yang Mengandung Berbagai Konsentrasi
Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka [Musa(AAB group)]
Konsentrasi (%)
Komposisi
F0 F1 F2 F3 F4
Ekstrak etanol
kulit buah - 0,2 0,3 1 -
pisang nangka
Vitamin C - - - - 0,113
Lemak coklat 55 55 55 55 55
Lilin carnauba 5 5 5 5 5
Gliserin 5 5 5 5 5
Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Nipasol 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
BHT 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Minyak coklat Qs Qs Qs Qs Qs
Minyak Jagung Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Evaluasi stabilitas fisik formula lip balm terdiri dari uji organoleptik,
homogenitas, pH dan suhu lebur. Uji organoleptik formula lip balm dilakukan
selama 28 hari untuk mengetahui ada tidaknya perubahan baik warna, bau, tekstur
dan konsistensi pada formula lip balm selama penyimpanan. Hasil uji
organoleptik formula dapat dilihat pada tabel 5.6
20

Tabel 5.6 Hasil Pengamatan Uji Organoleptik Formula Lip Balm Pria
Karakteristik Hasil pengamatan pada hari ke-
Formula
yang diamati 1 7 14 21 28
Warna P P P P P
Bau Kc Kc Kc Kc Kc
F0
Tekstur H H H H H
Konsistensi Al Al Al Al Al
Warna Hk Hk Hk Hk Hk
Bau Kc Kc Kc Kc Kc
F1
Tekstur H H H H H
Konsistensi L L L L L
Warna Hc Hc Hc Hc Hc
Bau Kc Kc Kc Kc Kc
F2
Tekstur H H H H H
Konsistensi L L L L L
Warna Ht Ht Ht Ht Ht
Bau Kc Kc Kc Kc Kc
F3
Tekstur H H H H H
Konsistensi L L L L L
Keterangan :
P = Putih Kc = Khas coklat
Hk = Hijau kuning H = Halus
Hc = Hijau coklat Al = Agak lembut
Ht = Hijau Tua L = Lembut

Dari hasil uji organoleptik menunjukan F0 dan F4 memiliki warna putih,


bau khas coklat dengan tekstur yang halus dan konsistensi yang agak lembut.
Sedangkan untuk F1, F2, dan F3 memiliki tekstur yang halus dengan konsistensi
yang lembut dan bau khas coklat, untuk warna F1, F2, dan F3 memiliki intensitas
warna yang berbeda yaitu hijau-kuning untuk F1, hijau-coklat untuk F2 dan hijau
tua untuk F3.
21

Uji homogenitas formula lip balm dilakukan untuk mengetahui


homogenitas sediaan selama penyimpanan. Hasil evaluasi uji homogenitas sediaan
lip balm menunjukan bahwa semua formula tidak mengalami perubahan dan tetap
homogen selama 28 hari penyimpanan. Hal ini menunjukan bahwa bahan-bahan
dalam lip balm dapat bercampur sempurna.
Uji pH ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan lip balm,
uji pH ini dilakukan dengan menggunakan indkator pH universal. Uji dengan
indikator pH universal dilakukan dengan cara mencelupkan pH universal pada
sediaan lip balm yang telah dilelehkan sebelumnya lalu dibandingkan dengan
range pH yang ada pada indikator pH universal. Hasil evaluasi uji pH yang
dilakukan selama 28 hari penyimpanan, semua sediaan lip balm memiliki pH 4,
hal ini menunjukan nilai tersebut masih memenuhi persyaratan nilai pH kulit bibir
yang aman yaitu antara 3,8-4,7 [5].
Pengujian suhu lebur formula dilakukan dengan cara meleburkan lip balm.
Sediaan lip balm yang baik adalah sediaan lip balm dengan suhu lebur diatas 50
℃. Uji suhu lebur ini bertujuan untuk mengetahui suhu lebur formula lip balm
selama penyimpanan, apakah terjadi perubahan dan masih memenuhi persyaratan
atau tidak. Hasil pengujian suhu lebur formula dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Hasil Uji Suhu Lebur Formula Lip Balm Pria
Karakteristik Hasil pengamatan pada hari ke-
Formula
yang diukur 1 7 14 21 28
F0 55 55 55 55,6 55
F1 54 55 54,6 55 55
Suhu lebur
F2 53,3 55 55 54,6 55
F3 53,6 55 55 55 55

Dari hasil evaluasi pengujian suhu lebur yang dilakukan selama 28 hari
penyimpanan, sediaan lip balm F0 memiliki suhu lebur berkisar 55 - 55,6
℃ sedangkan untuk sediaan lip balm F1, F2 dan F3 memiliki suhu lebur berkisar
53 - 55 ℃. Hasil tersebut telah memenuhi persyaratan suhu lebur lip balm
berdasarkan SNI 16-5769-1998 yaitu 50-70 ℃ [14].
22

Hasil uji kesukaan yang dilakukan kepada 10 panelis pria dengan umur 17-
23 tahun. Panelis memberikan penilain terhadap aroma dan penampilan lip balm
pria dengan menggunakan kepekaan alat indranya. Tingkat skala hendonik yang
digunakan adalah a = tidak suka dan b = suka. Dari hasil tersebut F1 lebih banyak
disukai dengan perolehan 50%, karena dilihat dari penampilannya dengan
intensitas warna dari ekstrak yang tidak terlalu pekat. Sedangkan F2 dan F3
merupakan sediaan yang paling sedikit disukai dengan perolehan 20% dan 30%,
karena sebagian besar panelis tidak menyukai warnanya yang tidak menarik untuk
F2 dan warna yang terlalu pekat untuk F3. Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada
tabel 5.10

Tabel 5.8 Uji Kesukaan Formula Lip Balm Pria


Panelis
Formula
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F1 b a b a b a a b a b
F2 a a a b a a a a b a
F3 a b a a a b b a a a
Keterangan :
a = Tidak suka b = Suka

Pengujian keamanan sediaan lip balm menggunakan hewan uji kelinci


sebanyak 3 ekor, pengolesan sediaan dilakukan selama 3 x 24 jam pada punggung
kelinci yang telah dicukur sebelumnya dan dibagi menjadi 4 area pengolesan
sediaan, yaitu untuk F0, F1, F2 dan F3. Kelinci yang digunakan yaitu kelinci
albino, karena kulitnya yang putih sehingga mudah diamati apabila terjadi iritasi
[15]
. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa tidak terjadi iritasi yang berupa
kemerahan, pembengkakan ataupun luka pada punggung kelinci. Hasil pengujian
keamanan sediaan lip balm dapat dilihat tabel 5.11 dan lampiran 8.
23

Tabel 5.9 Pengujian Keamanan Lip Balm Pria


Kelinci Jam ke- Formula
F0 F1 F2 F3
I 24 - - - -
48 - - - -
72 - - - -
II 24 - - - -
48 - - - -
72 - - - -
III 24 - - - -
48 - - - -
72 - - - -
Keterangan :
+ = Terjadi iritasi
- = Tidak terjadi iritasi

Pengujian aktivitas antioksidan formula lip balm yang mengandung


berbagai konsentrasi ekstrak etanol kulit buah pisang nangka dilakukan pada hari
ke 28 untuk melihat ada tidaknya pengaruh waktu penyimpanan terhadap aktivitas
antioksidan pada sediaan. Hasil pengujian Pengujian aktivitas antioksidan formula
lip balm dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Formula Lip Balm Pria
Formula IC50 (𝝁𝒈/𝒎𝑳) ± SD
F1 155,534 ± 0.303
F2 155,163 ± 0,411
F3 147,989 ± 0,726
F4 21,819 ± 0,213

Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan formula lip balm menunjukan


terjadinya penurunan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
setelah di buat menjadi sediaan lip balm. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
24

faktor, yaitu karena pada saat pembuatan sediaan lip balm adanya proses
pemanasan, lalu pada saat preparasi sampel untuk pengujian aktivitas atioksidan
pada sediaan juga dilakukan pemanasan untuk melelehkan sediaan agar
bercampur dengan pelarut serta waktu penyimpanan juga berpengaruh terhadap
[20]
penurunan aktivitas antioksidan sediaan . Penentuan aktivitas formula lip balm
dapat dilihat pada lampiran 9.
Pengujian aktivitas tabir surya formula lip balm yang mengandung
berbagai konsentrasi ekstrak etanol kulit buah pisang nangka dilakukan pada hari
ke 28 untuk melihat ada tidaknya pengaruh waktu penyimpanan terhadap aktivitas
tabir surya pada sediaan. Hasil penentuan aktivitas tabir surya formula lip balm
dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.11 Hasil Penentuan Aktivitas Tabir Surya Formula Lip Balm Pria
Konsentrasi
Formula Nilai SPF ± SD Kategori
(ppm)
F0 4,34 ± 0,032 Sedang
F1 7,18 ± 0,085 Ekstra
F2 7,22 ± 0,415 Ekstra
4000
F3 14,06 ± 0,175 Maksimal
Lip balm yang ada
24,04 ± 0,134 Ultra
dipasaran

Hasil dari penentuan nilai SPF menunjukan pada sediaan F0, yaitu formula
tanpa penambahan ekstrak menghasilkan nilai SPF 4,563 ± 0,032 yang dapat
diklasifikasikan sebagai produk tabir surya yang memiliki perlindungan sedang.
Sediaan F1 dan F2 yang mengandung ekstrak 0,2 % dan 0,3 % memilki nilai SPF
yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 7,217 ± 0,085 dan 7,228 ± 0,415 yang
dapat diklasifikasikan sebagai produk tabir surya yang memiliki perlindungan
ekstra. Sediaan F3 yang mengandung ekstrak 1% memiliki nilai SPF tertinggi
yaitu sebesar 14,063 ± 0,175 yang dapat diklasifikasikan sebagai produk tabir
surya yang memiliki perlindungan maksimal, akan tetapi nilai SPF-nya lebih kecil
apabila dibandingkan dengan nilai SPF dari pembanding yaitu lip balm yang ada
25

dipasaran, sediaan lip balm yang ada dipasaran memiliki nilai SPF sebesar 24,038
± 0,134 yang dapat diklasifikasikan sebagai produk tabir surya yang memiliki
perlindungan ultra. Hasil tersebut juga menunjukan adanya penurunan nilai SPF
dari ekstrak etanol kulit buah pisang nangka sesudah dibuat menjadi sediaan. Hal
ini terjadi karena adanya penurunan aktivitas antioksidan dari senyawa
antioksidan pada ekstrak etanol kulit buah pisang nangka setelah dibuat menjadi
sediaan. Besar kecilnya nilai SPF dipengaruhi oleh kandungan anioksidan dari
bahan aktif sediaan tabir surya karena antioksidan memiliki potensi sebagai
[21]
fotoprotektor . Penentuan aktivitas tabir surya formula lip balm dapat dilihat
pada lampiran 10.
26

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
lip balm pria yang di buat dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol kulit buah
pisang nangka memiliki kestabilan fisik yang baik selama penyimpanan dan
aman untuk digunakan. Formula lip balm dengan konsentrasi ekstrak 1%
memiliki aktivitas antioksidan dengan intensitas sedang yaitu dengan nilai
IC50 147,989 μg/mL ± 0,726 dan memiliki aktivitas tabir surya dengan
kategori proteksi maksimal dengan nilai SPF 14,06 ± 0,175.

6.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai uji aktivitas antioksidan dan tabir surya sediaan lip balm dengan
metode lainnya.
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Putranto, A.E., 2015, “Maskulinitas Pria Pengguna Kosmetik Perempuan


di Mata Pria”, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm 1-4.

2. Melda, 2014, “Prevalensi Smoker’s Melanosis Pada Kalangan Petani”,


Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanudin, Makasar, 10.

3. Prasetya, P.R., Deis, H., Siska, N.I., Herry, G., Ike, R., Rizky, M.A., 2015,
“Hubungan Merokok dan Perubahan Hiperpigmentasi Daerah Wajah
Satpam Unisba pada Tahun 2015”, Jurnal, Universitas Islam Bandung,
Bandung.

4. Oktarina, P.D., 2012, “Faktor Risiko Penderita Melasma”, Karya Tulis


Ilmiah, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Hlm. 12.

5. Ratih, H., Tita, H., Ratna, C.P., 2014, “Formulasi Sediaan Lip Balm
Minyak Bunga Kenanga (Cananga oil) sebagai Emolien”, Jurnal, Fakultas
Farmasi, Universitas Jendral Achmad Yani, Cimahi, Hlm 33-40.

6. Atun, S., Retno, A., Sri, H., Rudyansah, Mary, G., “Identifikasi Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia Dari Ekstrak Metanol Kulit Buah
Pisang (Musa paradisiaca Linn.)”, Jurnal, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Hlm. 1.

7. Anonim, 1979, “Materia Medika Indonesia”, Jilid 3, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

8. Mansur, J.S., 1986, “Determination Of Sun Protection Factor For


Spectrophotometry”, An. Bras. Dermatol., Rio De Janeiro, v.61, p. 121-124.

9. Setiawati, T., 2010, “Uji Stabilitas Fisik Dan Penentuan Nilai Spf Krim
Tabir Surya Yang Mengandung Ekstrak Daun The Hijau (Camellia
sinensis L.), Oktil Metoksinamat Dan Titanium Dioksida”, Skripsi,
Universitas Indonesia, Depok, Hlm 1-5.

10. Septiahadi, Egi., 2016, “Formulasi Masker Gel Peel Off dari Ekstrak
Etanol Kulit Buah Nanas (Ananas comusus (L.) Merr) sebagai
Antioksidan”, Skripsi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Garut, Garut.

11. Sadeli, R. A., 2016, “Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
(diphenyl-2-picrylhydrazyl) Ekstrak Bromelain Buah Nanas (Ananas
comusus (L.) Merr)”, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universita Sanatadharma,
Yogyakarta.
28

12. Rusita, Y.D., Indarto, A.S., 2017, “Aktivitas Tabir Surya dengan Nilai SPF
Sediaan Losion Kombinasi Ekstrak Kayu Manis Dan Ekstrak Kulit
Delima Pada Paparan Sinar Matahari dan Ruang Tertutup”, Jurnal,
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu,
Surakarta, Hlm 39 - 42.

13. Ade, A.S.P., Nurul, H., 2015, “Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik
Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus
moluccensis)”, Journal of Chemistry Vol. 4, No.1, UNESA, Surabaya, Hlm 2-
6.

14. Mardiana, D., 2017, Formulasi Sediaan Lipstik Padat dari Perasan Bunga
Pukul Empat (Mirabilis jalapa L) Sebagai Pewarna, Tugas Akhir Sarjana
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Garut.

15. Murti, R.W., Nabila, A.P., Hanuriza, U.H., 2016, “Aktivitas Antioksidan
Dan Uji Iritasi Sediaan Masker Gell Peel-Off Ekstrak Metanol Kulit
Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.)”, Jurnal, Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Hlm 35-36.

16. Wolf, R., 2001, “The Spectrophotometric analysis And Modeling of


Sunscreens”, J. Chem, Educ, Washington, Vol. 74, p. 99-102.

17. Pracima, R., 2015, “ Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas
(L.) Poir) sebagai Zat Warna Pada Sediaan Lipstik”, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

18. Dwiputra, D., Ayu, N.J., Fauzi, K.W., Aditya, S.P., Diyah, A.P., Fathiyatul, I.,
2015, “Minyak Jagung Alternatif Pengganti Minyak yang Sehat”, Jurnal,
Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2), Indonesian Food Technologists, Hlm 5-6.

19. Husna, N., Suryanto, Djendakita P., 2012, “ Efek Pelembab Minyak Biji
Bunga Matahari dalam Sediaan Krim Tangan”, Journal of Pharmaceutics
and Pharmacology, Vol. 1 (1), Hlm 63 – 69.

20. Budiarti, A., Dyah, A.E.K., 2015, “Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan terhadap Kandungan Vitamin C Dalam Cabai Merah
(Capsicum annuum. L) dan Aktivitas Antioksidannya”, Jurnal, ISBN: 978-
602-19556-2-8, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

21. Kusumorini, N., 2016, “Optimasi Formula Dan Uji Aktivitas In Vitro
Lotion W/O Ekstrak Etanol Temu Mangga (Curcuma mangga Val.)
sebagai Sediaan Tabir Suryamenggunakan Kombinasi Setil Alkohol,
Gliserin, dan Cera Alba”, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Hlm 3-9.
29

LAMPIRAN 1
TANAMAN UJI

Gambar 5.1 Pisang nangka [Musa (AAB group)]

Gambar 5.2 Simplisia kulit buah pisang nangka


30

LAMPIRAN 2
DETERMINASI TANAMAN UJI

Gambar 5.3 Hasil determinasi tanaman pisang nangka [Musa (AAB group)]
31

LAMPIRAN 3
PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH PISANG NANGKA

Simplisia

- Ditimbang 300 g
- Dimaserasi dengan etanol 96%
selama 1 x 24 jam
- Disaring

Residu I Filtrat I
- Dimaserasi dengan etanol
96% selama 1 x 24 jam
- Disaring

Residu II Filtrat II Diuapkan

- Dimaserasi dengan
etanol 96% selama
1 x 24 jam
- Disaring

Residu III Filtrat III

Ekstrak kental kulit buah


pisang nangka

Dihitung % rendemen

Berat ekstrak
% Rendemen = x 100%
Berat sampel kering

Gambar 5.4 Bagan pembuatan ekstrak etanol kulit buah pisang nangka
[Musa (AAB group)]
32

LAMPIRAN 4
ORIENTASI BASIS LIP BALM PRIA

(A) (B)

(C)

Gambar 5.5 Sediaan basis lip balm pria dengan berbagai konsentrasi
lemak coklat

Keterangan :
A = Lip balm dengan lemak coklat 55%
B = Lip balm dengan lemak coklat 50%
C = Lip balm dengan lemak coklat 45%
33

LAMPIRAN 5

UJI PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL


KULIT BUAH PISANG NANGKA [Musa (AAB group)]

Gambar 5.6 Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH


34

LAMPIRAN 5
(Lanjutan)

Tabel 5.1
Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Vitamin C

C Abs Abs Sampel Persamaan


% Inhibisi IC50 ± 𝐒𝐃
(ppm) Kontrol (n=3) Regresi
2 0,410 29,375
y = 5,9352x
4 0,350 39,816
+ 16,322 5,677 ±
6 0,581 0,293 49,627
0,201
8 0,207 64,429
r2 = 0,9945
10 0,137 76,420

Tabel 5.2
Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Pisang
Nangka [Musa (AAB group)]

C Abs Abs Sampel Persamaan


% Inhibisi IC50 ± 𝐒𝐃
(ppm) Kontrol (n=3) Regresi
50 0,358 38,325
y = 0,2137x
100 0,279 51,979
+ 29,627 95,335 ±
150 0,581 0,212 63,454
2,552
200 0,152 73,781
r2 = 0,9871
250 0,111 80,838
35

LAMPIRAN 6

Tabel 5.3
Hasil Penentuan Nilai SPF Ekstrak Kulit Buah Pisang
Nangka [Musa (AAB group)]
(𝐄𝐄 𝐱
C 𝛌 Abs EE x I Nilai SPF
CF EE x I ∑ 𝐈𝐱
(ppm) (nm) (n=3) x Abs ± 𝐒𝐃
𝐀𝐛𝐬)
290 0,916 0,0150 0,014
295 0,788 0,0817 0,015
300 0,641 0,2874 0,184
5,07 ±
1000 10 305 0,524 0,3278 0,174 0,507
0,002
310 0,446 0,1864 0,083
315 0,380 0,0839 0,032
320 0,338 0,0180 0,006
290 1,309 0,0150 0,020
295 1,164 0,0817 0,022
300 0,989 0,2874 0,284
8,06 ±
1500 10 305 0,848 0,3278 0,278 0,806
0,004
310 0,738 0,1864 0,138
315 0,652 0,0839 0,055
320 0,593 0,0180 0,011
290 1,859 0,0150 0,028
295 1,742 0,0817 0,033
300 1,554 0,2874 0,447
13,16 ±
2000 10 305 1,395 0,3278 0,457 1,316
0,003
310 1,265 0,1864 0,236
315 1,155 0,0839 0,097
320 1,077 0,0180 0,019
36

LAMPIRAN 6
(Lanjutan)

Tabel 5.3
Hasil Penentuan Nilai SPF Ekstrak Kulit Buah Pisang
Nangka [Musa (AAB group)]
(𝐄𝐄 𝐱
C 𝛌 Abs EE x I Nilai SPF
CF EE x I ∑ 𝐈𝐱
(ppm) (nm) (n=3) x Abs ± 𝐒𝐃
𝐀𝐛𝐬)

295 3,318 0,0817 0,062


300 3,144 0,2874 0,903
305 2,996 0,3278 0,982 28,139 ±
2500 10 2,814
0,012
310 2,872 0,1864 0,536
315 2,760 0,0839 0,232
320 2,657 0,0180 0,048
290 3,690 0,0150 0,055
295 3,627 0,0817 0,068
300 3,457 0,2874 0,993
305 0,3278 31,012 ±
3000 10 3,308 1,084 3,101
0,015
310 3,172 0,1864 0,591
315 3,053 0,0839 0,256
320 2,945 0,0180 0,053
37

LAMPIRAN 7
FORMULA LIP BALM

(A) (B)

(C) (D)

(E) (F)

Gambar 5.7 Formula lip balm pria yang mengandung berbagai konsentrasi
ekstrak etanol kulit buah pisang nangka [Musa (AAB group)]

Keterangan :
A = Lip Balm Tanpa Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka
B = Lip Balm Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka 0,2%
C = Lip Balm Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka 0,3%
D = Lip Balm Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Nangka 1%
E = Lip Balm Mengandung Vitamin C 0,113% (Pembanding)
F = Lip balm yang Ada di Pasaran (Pembanding)
38

LAMPIRAN 8
UJI KEAMANAN

F0 F1 F0 F1 F1 F3

F2 F3 F2 F3
F0 F2

Gambar 5.8 Perlakuan pada kelinci yang diolesi sediaan lip balm

F0 F1

F2 F3

F1 F0 F1
F0

F2 F2 F3
F3

Gambar 5.9 Hasil uji keamanan


39

LAMIRAN 9
PENENTUAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FORMULA LIP BALM
PRIA DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH PISANG NANGKA

Tabel 5.4
Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Formula Lip Balm Pria
Abs
C Abs Persamaan
Formula Sampel % Inhibisi IC50 ± 𝐒𝐃
(ppm) Kontrol Regresi
(n=3)
25 0,381 19,280
50 0,358 24,082
y = 0,2425x
75 0,332 29,661 + 12,283 155,534 ±
F1 0,472
100 0,300 36,370 0.303
r2 = 0,9953
125 0,274 41,949
150 0,238 49,647
25 0,370 11,271
50 0,340 18,545
y = 0,3016x
75 0,310 25,659 + 3,2028 155,163 ±
F2 0,417
100 0,282 32,374 0,411
r2 = 0,9945
125 0,252 39,648
150 0,208 50,040
25 0,465 20,705
50 0,435 25,825
y = 0,2472x
75 0,404 31,001 + 13,417 147,989 ±
F3 0,586
100 0,369 37,031 0,726
r2 = 0,9909
125 0,330 43,686
150 0,281 52,048
25 0,515 12,173
50 0,455 22,412
y = 2,2984x
75 0,388 33,848 − 0,1479 21,819 ±
F4 0,586
100 0,327 44,141 0,213
r2 = 0,9958
125 0,236 59,670
150 0,186 68,203
40

LAMPIRAN 10
PENENTUAN UJI AKTIVITAS TABIR SURYA FORMULA LIP BALM
PRIA DARI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH PISANG NANGKA

Tabel 5.5
Hasil Penentuan Aktivitas Tabir Surya Formula Lip Balm
(𝐄𝐄 𝐱
𝛌 Abs EE x I Nilai SPF
Formula CF EE x I ∑ 𝐈𝐱
(nm) (n=3) x Abs ± 𝐒𝐃
𝐀𝐛𝐬)
290 0,470 0,0150 0,007
295 0,451 0,0817 0,008
300 0,461 0,2874 0,133
4,34 ±
F0 10 305 0,469 0,3278 0,154 0,434
0,032
310 0,468 0,1864 0,087
315 0,450 0,0839 0,038
320 0,391 0,0180 0,007
290 0,859 0,0150 0,013
295 0,815 0,0817 0,015
300 0,804 0,2874 0,231
7,18 ±
F1 10 305 0,781 0,3278 0,256 0,718
0,085
310 0,737 0,1864 0,137
315 0,653 0,0839 0,055
320 0.630 0,0180 0,011
290 0,979 0,0150 0,015
295 0,854 0,0817 0,016
300 0,813 0,2874 0,234
7,22 ±
F2 10 305 0,772 0,3278 0,253 0,722
0,415
310 0,737 0,1864 0,137
315 0,666 0,0839 0,056
320 0,605 0,0180 0,011
41

LAMPIRAN 10
(Lanjutan)

Tabel 5.5
Hasil Penentuan Aktivitas Tabir Surya Formula Lip Balm
(𝐄𝐄 𝐱
𝛌 Abs EE x I Nilai SPF
Formula CF EE x I ∑ 𝐈𝐱
(nm) (n=3) x Abs ± 𝐒𝐃
𝐀𝐛𝐬)
290 1,827 0,0150 0,027
295 1,714 0,0817 0,032
300 1,602 0,2874 0,471
14,06 ±
F3 10 305 1,501 0,3278 0,493 1,406
0,175
310 1,382 0,1864 0,258
315 1,244 0,0839 0,104
320 1,171 0,0180 0,021
290 1,366 0,0150 0,020
295 1,623 0,0817 0,030
Lip balm
300 2,517 0,2874 0,723
yang 24,04 ±
10 305 2,631 0,3278 0,863 2,404
ada di 0,134
310 2,650 0,1864 0,494
pasaran
315 2,688 0,0839 0,226
320 2,650 0,0180 0,048

Anda mungkin juga menyukai