Perekonomian Tanpa Riba
Perekonomian Tanpa Riba
Disusun Oleh :
Zulfatul Ulya
17.01.031.133
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianyasehingga dapat diselesaikan makalah yang berjudul ” Perekonomian Tanpa
Bunga Atau Riba”. Tak lupa ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
selaku dosen pembimbing matakuliah Agama Islam yang sudah membimbing dan
memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan tugas ini. Saya sangat berharap makalah
ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut
system Ekonomi Islam yang khususnya berkaitan dengan riba. Saya pun menyadari
bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini
dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku riba ternyata telah membudaya.
Kurangnya pengetahuan tentang riba, hukum – hukum yang mendasari riba, sebab –
sebab diharamkannya riba, pembagian riba, hal - hal yang menyebabkan riba
serta dampak yang ditimbulkan oleh riba tersebut.
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah
berkembang sejak zaman Jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya
masalah-masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi
bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan jasa. Sehingga
sudah mendarah daging, bangsa arab memberikan pinjaman kepada seseorang dan
memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di berikan kepada peminjam
akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.
Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah SAW. Islam telah melarang
adanya riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara
bertahap. Allah SWT melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan perbuatan
riba. Perlu adanya pemahaman yang luas, agar tidak terjerumus dalam riba.
Karena riba menyebabkan tidak terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bunga atau riba?
2. Bagaimana perekonomian tanpa bunga atau riba?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian bunga atau riba.
2. Untuk mengetahui perekonomian tanpa bunga atau riba.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Penjelasan ayat-ayat tersebut:
Riba itu ada dua macam: Nasi'ah dan Fadhl. Riba Nasiah adalah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan.
Riba Fadhladalah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan
demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang umum terjadi
di masyarakat Arab zaman jahiliyah.
Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak
dikembalikan. Yang dimaksud dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan
harta itu atau meniadakan berkahnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
menyuburkan sedekah ialah mengembangkan harta yang telah dikeluarkan
sedekahnya atau melipat gandakan pahalanya serta memberkahi harta itu.
Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan tetap
melakukannya.Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi’ah. Menurut sebagian
besar ulama bahwa riba nasi’ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat
ganda.
Al Qur’an Surat Ar-Ruum : 39 menjelaskan mengenai bunga dibandingkan
dengan zakat, bahwa bunga tidak menambah harta tetapi mengurangi zakat
meningkatkan harta secara berlipat-lipat.
Al Qur’an Surat Ali-‘Imran : 130 menjelaskan larangan untuk tidak
memakan bunga yang berlipat hinga dua atau empat kali jumlah asal
pinjaman.
Al Qur’an Surat An-Nisaa’: 161 menjelaskan agar kaum Muslimin
mematuhi perintah Al Qur’an mengenai pelarangan bunga agar tidak
menderita seperti kaum Yahudi yang melanggar larangan bunga.
Al Qur’an Surat Al-Baqarah : 275-276 dan 278-279, menjelaskan tentang
perbedaan antara perdagangan (bai’) dan bunga (riba), mengutuk bunga dan
pemakannya dan memuji keberkahan sedekah, dan melarang pemungutan
bunga.
3
janganlah kalian yang tidak ada diantara barang-barang itu dengan yang
ada”. (Muttafaq ‘alaih). Di dalam riwayat lain disebutkan : “Jangan
menukar emas dengan emas, perak dengan perak kecuali yang sama
beratnya”.(Bukhori dan Muslim)
Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan, bahwa Bilal datang kepada Rasulullloh
SAW sambil menyerahkan kurma Barny’. Lalu Nabi Muhammad SAW
bertanya kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkan kurma ini? ” Bilal
menjawab, “Tadinya kami mempunyai kurma yang kulitasnya rendah,
lalusaya menukar dua sha’ dengan satu sha’ kurma Barny”, Kemudian
Nabi bersabda, “Masya Allah. Ini adalah riba yang sebenarnya, janganlah
engkau melakukannya, tapi jika kamu mau membeli, juallah dahulu
kurmamu itu kemudian kamu beli kurma yang kamu
inginkan”. (Bukhori dan Muslim)
Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan, bahwa Rasululloh SAW bersabda:
“Jangan kalian menjual emas dengan emas dan perak dengan perak
kecualijika kuantitasnya sama, dan jangan pula dengan jenis yang sama
dalam kuntitas yang kurang, dan janganlah kalian menukar yang
ada dengan yangtidak ada”. (Bukhori)
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Juallah
satu dirham dengan satu dirham, jangan lebih”. (Al-Muwattha’)
Kesimpulan dari hadist tersebut adalah :
a. Barter tidak disukai, karena berpotensi mengandung riba.
b. Riba lebih jahat dari pada perzinaan.
c. Nabi Muhmmad secara tegas menghapus bunga dalam sistem ekonomi
Islam.
d. Bukan hanya makan bunga saja yang di haramkan, melainkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan bunga juga haram, seperti membayar bunga,
menuliskannya dan menjadi saksinya.
4
a. Kelebihan dari utang pokok.
b. Menentukan besarnya kelebihan dalam hubungan waktu.
c. Kelebihan tersebut menjadi syarat berlangsungnya transaksi.
Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah nama bunga pada transaksi komoditas terletak
pada pembayaran tambahan pada debitur kepada kreditur dalam pertukaran
komoditas sejenis seperti gandum dengan gandum, bur dengan bur, kurma
dengan kurma,dll. Unsur-unsur riba fadhl, yaitu:
a. Keduanya barang yang dipertukarkan adalah homogeny atau sejenis,
seperti emas dengan emas, jagung dengan jagung.
b. Jumlah keduanya berbeda dalam timbangan maupu takaran.
c. Transaksi tidak berlangsung secara tunai.
5
c. Menurut Afzalur Rahman.
Afzalur Rahman menerangkan arti riba secara rinci berdasarkan
pendapat beberapa fukaha Islam klasik sebagai berikut:
Al-Qur’an menggunakan kata riba untuk bunga. Menurut kamus, arti
ribaadalah kelebihan atau peningkatan atau surflus, tetapi, dalam ilmu
ekonomi, kata itu berarti surflus pendapatan yang didapat oleh pemberi
utang dari pengutang, lebih tinggi dan di atas jumlah pokok utang, sebagai
imbalan karena menunggu atau memisahkan bagian yang likuid dari
modalnya selama suatu jangka waktu tertentu.
Riba, di dalam Islam, secara khusus menunjuk pada kelebihan
yang dituntut dengan suatu cara tertentu. Ibnu Hajar al-Asqalani, ketika
membicarakanriba, menyatakan bahwa “intinya, riba adalah kelebihan,
baik dalam komoditas (itu sendiri) atau pun dalam uang, seperti dua dinar
ditukarkan dengan tiga dinar.
6
Sebagian sarjana Liberal menyatakan bahwa Islam hanya melarang
bunga yang terlalu tinggi saja, yang dipungut oleh pemberi utang dari kaum
miskin untuk tujuan konsumsi kebutuhan pribadi mereka. Tetapi pandangan ini
jelas keliru menurut pandangan mayoritas sarjana Muslim modern yang
menyatakan bahwa riba mencakup semua bentuk bunga atas pinjaman, tanpa
melihat tujuan pengambilan utang itu, tanpa melihat pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi bunga itu, dan tanpa melihat pula tinggi rendahnya suku bunga
maupun jangka waktunya.
7
Sedekah membimbing kearah perkembangan ekonomi dan menarik
rahmat Allah, sedangkan bunga menahan pertumbuhan ekonomi dan
membahayakan kemakmuran nasional seperti inflasi, pengangguran, distribusi
kekayaan yang tidak merata, dan resesi. Zakat menunjang pertumbuhan ekonomi
dengan dua cara, yaitu:
a. Zakat mencegah penimbunan kekayaan dan mendorong sirkulasi investasi.
b. Zakat di pungut dari si kaya yang jumlahnya sedikit kepada si miskin yang
jumlahnya banyak, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat miskin.
8
d. Investasi modal terhalang dari perusahaan yang tidak mampu menghasilkan
laba yang sama tinggi dari suku bunga yang berjalan, sekalipun proyek yang
ditangani oleh perusahaan itu amat penting bagi Negara.
e. Bunga dipungut pada utang internasional malah lebih buruk karena
memperparah DSR (debt-service ratio) Negara-negara debitur.
9
tidak praktis. Profit and loss sharing yang dijadikan pengganti bunga dirasa
sulit oleh pemberi utang dan pengutang yang tidak bisa bekerja sama karena
mereka saling mencurigai motif masing-masing sebagai akibat dari
rendahnya standar moral dan etika bisnis di dalam masyarakat.
Menurut Chaudhry, mudharabah dan musyarakah tidak disebut sama sekali
dalam Al-Quran dan Hadis. Keduanya sebenarnya bentuk organisai bisnis
yang aturan mainnya dibuat oleh para ahli fikih (fukaha) Islam di zaman
pertengahan. Bahkan para fukaha Islam klasik tidak menyatakan
mudharabah dan musyarakah sebagai pengganti pinjaman berbunga. Para
ahli ekonomi Islam saat ini berkhayal bahwa mudaharah dan musyarakah
adalah pengganti yang islami bagi pinjaman berbunga. Namun, para ahli
ekonomi Islam belum mampu memodifikasi konsep mudharabah dan
musyarakah, misalnya yang sesuai stuasi saat ini dengan perekonomian
modern yang kompleks.
c. Bunga itu dilarang oleh Islam untuk mencegah terjadinya eksploitasi dan
penindasan. Para ahli ekonomi Islam yang merekomendasikan sistem
mudarabah dan profit and loss sharing untuk pemberi utang sebagai
pengganti bunga tidak melakukan apa-apa untuk melindungi kepentingan
pemberi utang, misalnya dalam sistem perbankan modern. Bukan rahasia
lagi, banyak bisnis yang tidak memberi return jujur kepada para pemegang
saham mereka. Jika bank-bank memberi pembiayaan dengan cara
mudharabah atau musyarakah, yang dalam praktiknya sama dengan
penyertaan modal dalam perusahaan-perusahaan joint stock, itu sama artinya
menyerobot tabungan para deposan.
d. Para pendukung ekonomi Islam belum memberikan solusi memuaskan
terhadap persoalan yang dihadapi pemerintah, yakni bagaimana pemerintah
bisa memperoleh utang dari sumber internal maupun eksternal tanpa bunga.
Apakah mungkin menerima dana asing misalnya dari International Monetary
Fund (IMF) atau Bank Dunia sebagai agen pemberi utang dana internasional
kepada negara-negara Islam termasuk Indonesia, tanpa bunga? Bagaimana
kesepakatan dagang internasional dilakukan tanpa bunga? Harus diakui
bahwa negera-negara Islam saat ini masih memiliki ketergantungan pada
negara-negara maju yang mesin penggerak ekonominya menggunakan
sistem bunga. Dapatkah negara-negara Islam berkembang dan terbelakang
menghapuskan bunga? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang hanya sedikit
mendapatkan perhatian dari ekonom-ekonom Islam dewasa ini.
e. Sebab terakhir kegagalan menghapuskan bunga adalah bahwa kita berusaha
mewujudkan yang tidak mungkin. Bukan bunga yang tidak bisa dihilangkan
dari perekonomian, tetapi bunga tidak bisa dihilangkan dari perekonomian
kapitalistis yang saat ini masih memimpin perekonomian dunia. Bunga
adalah tulang punggung sistem tersebut. Bunga seperti sebuah pilar yang
menyangga bangunan besar sistem kapitalisme.
10
3. Solusi Nyata Mengenai Masalah Bunga
Solusi rill bagi masalah bunga terletak pada penegakan total seluruh
sistem ekonomi Islam. Penegakan sistem ekonomi Islam secara parsial atau
sebagian saja tidak aka nada hasilnya. Al Qur’an telah menyatakan : “Hai
orang-orang yang beriman , masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruhan
dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan…” (QS. Al Baqarah : 208).
Lima pilar yang merupakan komponen terpenting dalam sistem ekonomi Islam,
yaitu:
a. Perbedaan yang jelas antara halal dan haram.
b. Distribusi kekayaan yang adil melalui zakat, sedekah, dan hokum pewaris
(keadilan sosial).
c. Pemberian kebutuhan dasar bagi setiap warga negara (jaminan sosial).
d. Penimbunan harta dilarang dan diarahkan pada sirkulasinya di dalam
saluran- saluran produktif.
e. Penghapusan bunga.
11
dikembangkan berdasarkan ajaran Islam. Perbankan Islam didasarkan pada
prinsip kerjasama (partnership.Perbankan Islam tetap melakukan fungsinya
berutang dan memberi utang secara profit and loss sharing, bukan menarik dan
membayar bunga, sementara untuk layanan lainnya ia akan menarik fee.
Perubahan dari perbankan berbasis bunga menjadi perbankan bebas
bunga di dalam perekonomian Islam akan membawa kebaikan bagi
perekonomian. Dalam sistem yang berlangsung sekarang adalah orang-orang
yang licik menghutang dengan bunga dari bank lalu membangun kerajaan bisnis
yang menyebabkan terjadinya konsentrasi kekayaan ditangan sedikit orang saja.
Dalam sistem perekonomian Islam tidak didasarkan pada bunga
melainkan padaprofit and loss sharing, maka modal diberikan sebagai
penyetaran tidak sebagai hutang, sistem ini akan menumbuhkan usaha kecil dan
menengah yang akan mendorong pembangunan ekonomi suatau bangsa.
Empat unsur yang menjadikan suatu transaksi menjadi haram dalam
sistem ekonomi Islam, yaitu: riba (bunga), maisir (judi), gharar (resiko atau
ketidakpastian), danjahalah (tak diketahui). Jika menganalis kontrak asuransi
modern maka terdapat empat unsur haram di dalamanya yang derajatnya cukup
besar sehingga menjadi illegal dalam Islam. Oleh karena itu jika sistem
perekonomian Islam diberlakukan maka asuransi komersial modern tidak akan
punya tempat dalam tanah Islam.
Para ahli ekonomi Islam dan pakar asuransi berpendapat bahwa
kebutuhan kaum Muslim akan dipenuhi dengan bentuk asuransi dengan prinsip
saling menolong dan kebersamaan. Dalam bentuk asuransi tersebut setiap
pemegang polis bertindak sebagai penjamin dan sebagai terjamin. Bentuk ini
dapat di terima oleh Islam. Jika ingin dilakukan modifikasi, maka hendaknya
dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada aturan Islam yang dilanggar.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ditinjau dari berbagai penjelasan yang kami paparkan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
B. SARAN
Sebagai generasi penerus dimuka bumi ini, sudah sepatutnya kita
ikutmembumikan system ekonomi Islam ini. Kita harus dapat menjadi bagian
dalamperubahan dunia yang lebih baik. Walaupun Islam akan tetap jaya ada ataupun
tanpakita. Sekarang kitalah yang memutuskan akan menjadi penonton atau bagian
daricatatan sejarah kejayaan Islam yang akan terwijud.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Sharif Chaudry. 2014. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta :
Prenada Media Group.
Ahmad, S.M. 1989. Towards Interest-Free Banking. Lahore, Pakistan: Institute
of Islamic Culture.
Bawerk, Bohm. 1891. Positive Theory of Capital. London.
Chapra, M. Umar. 1985. Toward a Just Monetary System. Leicester, UK: The
Islamic Foundation.
Keynes, J.M. 1936. The General Theory of Employment, Interest, and Money.
1936.
Mankiw, N.G. 2005. Macroeconomics. 6 th Ed. New York, NY: Worth Publisher.
Muslehuddin, Muhammad. 1992. Banking and Islamic Law. New Delhi, India:
International Islamic Publishers.
Pindyck, R. S. and Rubinfeld, D. L. 2001. Microeconomics. 5 th ed. Prentice Hall
International, Inc.
14