PENDAHULUAN
Latar Belakang
nilai ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang cukup baik. Permintaan pasar
terhadap buah-buahan semakin meningkat, baik pasar dalam negeri maupun pasar
sentra produksi buah-buahan belum sepenuhnya dilakukan oleh petani secara baik
Indonesia berada pada masa transisi yaitu masa peralihan dari masyarakat
masyarakat dengan teknologi modern dan canggih. Pada masa transisi ini terjadi
berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang
tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West
Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian
2
bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau
karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Lopez, 2002).
genus Mangifera yang memiliki aroma yang khas pada buah yang telah masak,
sehingga mangga kweni dapat dibedakan dari jenis mangga lainnya berdasarkan
bentuk dan aromanya. Mangga kweni berbentuk lonjong dengan tangkai yang
terletak di tengah pangkal buah. Pucuk buah runcing sedangkan pangkalnya bulat
tidak seragam, hingga tidak mungkin menyediakan buah yang seragam dalam
jumlah yang besar dan waktu yang singkat. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat
digunakan hormon pemasakan, diantaranya adalah gas etilen yang dapat diperoleh
Tujuan Praktikum
buah Alpukat (Persea americana mill) dan Kweni (Mangifera odorata Griff)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
(Plantamor, 2012).
Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan
memiliki akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga
pemupukan harus dilakukan dengan cara yang benar. Pupuk harus diletakkan
coklat kotor memiliki banyak cabang dan ranting yang berambut halus. Batang
di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti
kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak rmenggulung ke
atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya
kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul (Andi, 2013).
tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara 2 mekar dalam waktu berbeda.
Pada hari mekar pertama, bunga betina yang berfungsi sedangkan pada hari mekar
tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina mekar pada pagi
hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari berikutnya. Tipe B:
bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan mekar pada pagi hari
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan
bulat tidak simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg,
berwarna hijau atau hijau kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki
kulit yang lembut dan memiliki warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah
alpukat bervariasi dari warna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat
berbiji satu dengan bentuk seperti bola berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji
berwarna putih kemerahan. Buah alpukat memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x
4 cm (Andi, 2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah
beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah
hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih
dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m (Prasetyowati et al, 2010).
Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim
tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau
antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala
sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C (BPS, 2013).
Tanah
mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah
lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan
sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan
menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup
banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg,
dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman
alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan
6
ketinggian 1000-2000 m dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000
tumbuh cabang kecil yang ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Kegunaan
akar : Menguatkan tegaknya pohon, Menyerap unsur hara dari dalam tanah, Alat
pernafasan dari dalam tanah, Tidak semua jenis unsur hara yang ada di dalam
tanah diambil oleh, bulu akar hanya yang dibutuhkan oleh tanaman itu saja yang
diambil. Jadi, bulu akar hanya mengetahui unsur hara yang diperlukan tanaman
(Rohmaningtyas, 2010).
tumbuh keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu sehingga tanaman Mangga
kweni tumbuh tegak, keras dan kuat. Pada batang yang masih muda lapisan yang
paling luar terbentuk dari kulit yang sangat tipis, disebut kulit ari atau epidermis,
Daun mangga kweni diselimuti oleh kulit tipis yang tidak terlihat dengan
mata telanjang, yang dinamakan kulit ari. Kulit ari ini berlubang-lubang kecil
yang yang dinamakan mulut kulit. Melalui mulut kulit inilah udara dapat keluar
Bunga mangga kweni dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang
tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak
(Rohmaningtyas, 2010).
yaitu pada musim kemarau. Musim ini sangat baik pengaruhnya terhadap proses
Mangga kweni yang berbuah terlambat yaitu pada permulaan musim penghujan.
Hal ini menurunkan produksi Mangga kweni karena banyak bakal buah yang
Buah mangga kweni terdapat pada tangkai pucuk daun. Setiap tangkai
terdapat 4 sampai 8 buah, bahkan ada yang lebih. Akan tetapi ada juga yang setiap
tangkai buah hanya terdapat satu buah karena buahnya besar dan berat, misalnya
Mangga kweni kuweni, golek, santok dan Mangga kweni merah dari Brazilia.
Bentuk buah Mangga kweni bermacam-macam : bulat penuh, bulat pipih, bulat
Syarat Tumbuh
Iklim
temperatur 24-27° C merupakan tempat tumbuh yang baik untuk tanaman buah
ini. Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan bagi tanaman mangga
kweni muda (umur lima tahun). Namun ada juga tanaman mangga kweni yang
masih tahan terhadap suhu rendah, tetapi tidak dapat berproduksi dengan baik dan
Kondisi Iingkungan yang ideal bagi tanaman mangga kweni adalah iklim
yang agak kering dengan curah hujan 750 - 2.000 mm, dengan 4 - 7 bulan kering,
ketinggian < 300 m dpl. dan suhu udara rata-rata berkisar antara 25°C - 32°C.
Namun, Mangga kweni dapat juga ditanam pada ketinggian hingga 1.200 m
(BPPIPT, 2013).
dataran rendah maupun dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan
sedikit atau banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi mangga kweni yang
tinggi membutuhkan temperatur, curah hujan, keadaan awan dan angin yang
lebih kurang 1.300 m dari permukaan laut. Jika kita ingin mengusahakan tanaman
mangga kweni dengan produksi optimal, sebaiknya mangga kweni ditanam pada
suatu areal yang memiliki ketinggian maksimal 500 m di atas permukaan laut
(BPPP, 2008).
Tanah
Jenis tanah yang disukainya adalah tanah yang gembur, berdrainase baik,
ber-pH antara 5,5-6, dan dengan kedalaman air tanah antara 50-150 cm. Di
samping itu, kondisi tanah tidak terlalu kering atau terlalu basah dan tidak terlalu
buahnya kurang baik, rasa buah menjadi hambar seperti air. Tanah semacam itu
sering mengakibatkan tanaman menjadi kekurangan air karena air mudah sekali
meresap ke lapisan yang lebih dalam. Jadi mangga kweni dapat hidup dengan baik
9
dan cepat berproduksi pada tanah yang bertekstur ringan (tanah lempung berpasir)
sampai tanah berat (tanah lempung atau tanah liat) (Rohmaningtyas, 2010).
Pemeraman
yakni dengan cara dimasukkan kedalam tempayan. Pemeraman dengan cara ini
memakan waktu 2-3 hari. Cara pemeraman lain yaitu dengan menggunakan
dedaunan. Beberapa jenis daun yang dapat merangsang pematangan buah adalah
daun lamtoro, daun gamal, daun mindi dan daun pisang. Pemeraman dengan
teknik ini memerlukan waktu 3- 4 hari untuk mendapatkan kematangan buah yang
menggunakan gas etilen untuk memeram buah yang ternyata hasilnya lebih baik
efektif bila buah yang diperam mengandung enzim oksidase karena gas berfungsi
menggunakan karbid. Karbid atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang
mempunyai rumus kimia CaC2 bila diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2
(gas asetilen) dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang mempunyai peranan dalam
dengan air akan menghasilkan gas asetilen (C2H2), yaitu senyawa yang hampir
sama dengan etilen. Gas asetilen inilah yang dapat membuat proses pemeraman
Kandungan gula dalam daging buah meningkat dengan lebih cepat oleh tekanan
osmotik yang tinggi pada saat daging buah menyerap air dari kulit buah
(Pantastico, 1989).
menghasilkan benih dengan viabilitas dan vigor yang tinggi seperti benih yang
diperoleh dari buah yang dipanen saat masak fisiologis di pohon (Murniati, 2008).
11
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 32 m dpl, pada hari Kamis 15
Desember 2017.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah Alpukat
(Persea americana mill) dan Kweni (Mangifera odorata Griff) sebagai bahan
koran bekas sebagai alas kardus daun pisang basah dan kering sebagai
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kotak / kardus
Metode Percobaan
Parameter 1 : Tekstur
Parameter 2 : Aroma
Parameter 3 : Warna
12
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengumpulan Buah
kotak kardus sebagai wadah, karbid sebagai pemicu kematangan buah, koran
sebagai alas, plastik dan daun pisang yang basah dan kering sebagai perlakuan.
Aplikasi Pemeraman
2. Koran, Daun Pisang Kering, Karbid, Daun Pisang Kering, Buah, Daun
3. Koran, Daun Pisang Basah, Karbid, Daun Pisang Basah, Buah, Daun
Pengamatan Pemeraman
Tekstur
Aroma
Warna
Hasil
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil yaitu tekstur buah pada saat
akhir pemeraman adalah dari keras menjadi lembek. Hal ini membuktikan bahwa
karbit yang digunakan berfungsi baik dalam pematangan buah, dimana fungsi
14
karbid itu sendiri adalah untuk mempercepat proses kematangan buah. Hal ini
sesuai literatur Effendi (2007) yang menyatakan bahwa Karbid atau kalsium
karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus kimia CaC2 bila diberi air
akan bereaksi menghasilkan C2H2 (gas asetilen) dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah
Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil bahwa aroma buah pada akhir
pemeraman bervariasi yaitu harum, bau, maupun tidak beraroma. Hal ini
membuktikan buah yang beraroma bau maupun tidak beraroma telah melewati
batas kematangan buah dimana buah tersebut menuju kearah busuk ditambah lagi
dengan kondisi buah sebelum pemeraman yang hampir masak. Hal ini sesuai
literatur Patastico (1989) yang menyataka bahwa kandungan gula dalam daging
buah meningkat dengan lebih cepat oleh tekanan osmotik yang tinggi pada saat
pemeraman yaitu pada buah kuini dari hijau menjadi hijau kekuningan dan pada
buah alpukat dari hijau menjadi cokelat. Berdasarkan kriteria warna, buah sudah
tergolong masak setelah dilakukan pemeraman. Hal ini sesuai literatur Pantastico
nyata dalam hal warna, tekstur dan bau yang menunjukkan bahwa terjadi
adalah pada perlakuan daun pisang, dimana daun pisang membantu karbid dalam
proses pematangan buah. Hal ini sesuai literatur Zuhairini (1997) yang
kematangan buah yang seragam dan singkat. Hal ini sesuai literatur Wardiyati
(2013) yang menyatakan bahwa pemeraman buah yang masih hijau banyak
dilakukan orang dengan menggunakan karbit (CaC2), yaitu senyawa yang hampir
sama dengan etilen. Gas asetilen inilah yang dapat membuat proses pemeraman
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil yaitu tekstur buah pada saat akhir
2. Berdasarkan hasil praktikum didapat hasil bahwa aroma buah pada akhir
pemeraman yaitu pada buah kuini dari hijau menjadi hijau kekuningan dan
pada perlakuan daun pisang, dimana daun pisang membantu karbid dalam
DAFTAR PUSTAKA
Andi, C. 2013. Pengaruh pH dan Jenis Pelarut pada Perolehan dan Karakterisasi
Pati dari Biji Alpukat. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Universitas Katolik Parahyangan.
BPPP. 2008. Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Linda, M. 2008. Ekstraksi Pati dari Biji Alpukat Karya Ilmiah. Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Pracaya, 2004. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Cetakan
ke-. 4. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, S. 1999. Mengetahui Tingkat Kemasakan Buah. Trubus XXVI (303): 70-
71.