BAB I Kapita
BAB I Kapita
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
E.E Kellet mengungkapkan bahwa saat ia membaca suatu karya sastra, dalam
kegiatan tersebut ia selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana
batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca itu terjadi karena sastra
Sementara pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha
menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga mampu
Sebab itulah tidak berlebihan jika Boulton mengungkapka bahwa cipta sastra,
komplek serta berbagai macam nilai keindahan tersebut dalam hal ini akan
mewujudkan atau tergambar lewat media kebahasaan, media tulisan, atau struktur
wacana.
1
disyaratkan memiliki bekal-bekal tertentu. Sejalan dengan kandungan aspek diatas,
maka bekal awal yang harus dimiliki sebagai calon apresiator adalah (1) kepekaan
emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur
keindahan yang terkandung dalam cipta sastra. (2) pemilikan pengetahuan dan
dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra yang akan berhubungan
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian aplikasi sastra?
2. Apa yang dimaksud dengan apresiasi puisi?
3. Apa yang dimaksud dengan prosa fiksi?
4. Apa yang dimaksud dengan apresiasi drama?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian aplikasi sastra.
2. Untuk mengetahui apresiasi puisi.
3. Untuk mengetahui apa itu prosa fiksi.
4. Untuk mengetahui apresiasi drama
D. Metode Penulisan
2
dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data-data yang dapat
membantu dalam penyelesaian makalah tersebut.
E. Sistematika Masalah
Dalam sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu;
3
BAB II
PEMBAHASAN
Apresiasi Sastra adalah memberikan penilaian terhadap karya sastra. Jika anda
penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut. Menurut sayuti
( 2009 ) bahwa apresiasi sastra merupakan hasil usaha pembaca dalam mencari dan
menemukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang
1. Tahap mengenal dan menikmati yaitu suatu tindakan berupa membaca, melihat
2. Tahap menghargai yaitu dapat merasakan kegunaan atau manfaat karya sastra,
pandangan hidup
menganalisis unsur - unsur yang membangun karya sastra, baik unsur intrinsik
sastra
4
5. Tahap aplikasi atau Penerapan yaitu mewujudkan nilai - nilai yang di peroleh
Apresiasi sastra merupakan salah satu bentuk reaksi kinetik dan reaksi verbal
seorang pembaca terhadap karya sastra yang didengar atau dibacanya. Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar istilah apresiasi. Barangkali dalam benak
kita muncul pertanyaan: apa itu apresiasi? Istilah apresiasi muncul dari kata appreciate
(Ing), yang berarti menghargai. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa
bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-
tersebut.
Tahap mengenal dan menikmati pada tahap ini, kita berhadapan dengan suatu
karya. Kemudian kita mengambil suatu tindakan berupa membaca, melihat atau
Tahap menghargai pada tahap ini kita merasakan manfaat atau nilai karya sastra
yang telah dinikmati. Manfaat di sini berkaitan dengan kegunaan karya sastra tersebut.
pandangan hidup.
5
Tahap pemahaman pada tahap ini kita melakukan tindakan meneliti serta
menganalisis unsur-unsur yang membangun karya sastra, baik unsur intrinsik maupun
unsur ekstrinsiknya. Akhirnya kita menyimpulkan karya sastra tersebut. Apakah karya
sastra tersebut termasuk baik atau tidak, bermanfaat atau tidak bagi masyarakat sastra.
Tahap penghayatan pada tahap ini kita membuat analisis lebih lanjut dari tahap
serta menyusun argumen berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
Tahap aplikasi atau penerapan merupakan segala nilai, ide, wawasan yang
penikmat sastra dapat mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan tingkah laku
sehari-hari.
mengenal, menikmati, memahami, dan menghargai suatu karya sastra secara sengaja,
sadar, dan kritis sehingga tumbuh pengertian dan penghargaan terhadap sastra.
bahasa sehari-hari).
2) karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri
Sastra dalam pengertian umum adalah karya tulis yang merupakan ungkapan
pengalaman manusia melalui bahasa yang mengesankan. Dalam sastra terkandung ide,
6
pikiran, perasaan, dan pengalaman yang khas manusiawi, serta diungkapkan dengan
bahasa yang indah. Jakob Sumardjo mengatakan bahwa sastra memiliki badan dan
jiwa. Jiwa sastra berupa pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia. Badannya berupa
ungkapan bahasa yang indah. Karya sastra mempunyai tiga ciri yang melekat padanya.
Seperti bentuk karya sastra lain, puisi memunyai ciri-ciri khusus. Pada
serta padat, ditulis berderet-deret ke bawah (dalam bentuk bait-bait), dan tidak jarang
Kalimat yang pendek-pendek dan padat, ditambah makna konotasi yang sering
terdapat pada puisi, menyebabkan isi puisi seringkali sulit dipahami. Oleh karena itu,
- garis miring tunggal ( / ) jika di tempat tersebut diperlukan tanda baca koma
- dua garis miring ( // ) mewakili tanda baca titik, yaitu jika makna atau
5. Menceritakan kembali isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
7
Berbekal hasil kerja tahapan-tahapan di atas, unsur intrinsik puisi seperti tema,
amanat/ pesan, feeling, dan tone dapat digali dengan lebih mudah. Berikut ini diberikan
Mata Pisau
Mata Pisau
8
Mata Pisau
Pisau : sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal
Apel : sejenis buah yang rasanya enak atau sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Berdasarkan hasil analisis tahap I – IV di atas, maka isi puisi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana,
jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
9
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa
tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya
mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan
punya makna
10
Feeling : Perasaan/sikap/penyair Penyair tidak setuju pada tindakan
tujuan-tujuan negatif.
Kecuali keempat point di atas, perlu diperhatikan juga citraan (image) dan
1. Struktur dan ragam puisi sebagai hasil karya kreatif terus-menerus berubah.
Hal ini nampak apabila kita mengkaji ciri-ciri puisi pada zaman tertentu yang
ternyata berbeda dari ke-khas-an puisi pada zaman yang lain. Di masa lampau
misalnya, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah baris, ketentuan rima dan
karangan terikat. Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang
karena saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-
persyaratan tertentu. Hal ini mengakibatkan pembaca tidak dapat lagi membedakan
antara puisi dengan prosa hanya dengan melihat bentuk visualnya. Misalnya sajak
11
AIR SELOKAN
“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari
Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung
– ia hamper muntah karena bau sengit itu. Dulu di selokan itu mengalir pula air yang
digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir : campur darah dan amis baunya.
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-
tiba berdiri dan menuding sesuatu : “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu
– alangkah indahnya!” Tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan
NAH
Nah, karena suatu hal, maafkan Bapak datang terlambat. Nah, mudah-
masjid ini yang dibiayai oleh kalian bersama, itu sangat besar pahalanya. Nah, Tuhan
pasti akan menurunkan rahmat yang berlimpah ruah. Nah, dengan berdirinya masjid
ini, mereka yang melupakan Tuhan, semoga cepat tobat. Nah, sekianlah sambutan
(Nah, ternyata ucapan suka lain dengan tindakan. Nah, ia sendiri ternyata suka kepada
uang kotor dan perempuan. Nah, bukankah ia termasuk melupakan Tuhan? Nah,
ketahuankedoknya).
12
Bentuk visual kedua contoh di atas sama, padahal Sapardi Djoko Damono
berdasarkan bentuk visualnya saja, pada masa sekarang tidak relevan lagi.
berhak menentukan suatu karya termasuk prosa atau puisi (Teeuw, 1983 : 6; Culler,
untuk study keilmuan tentu sangat membingungkan karena tidak ada standar yang
pasti.
• Samuel Taylor Coleridge berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata terindah dalam
susunan yang terindah, sehingga nampak seimbang, simetris, dan memiliki hubungan
• Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-
katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu
seperti musik.
• Dunton berpendapat bahwa puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan
artistik (selaras, simetris, pilihan kata tepat), bahasanya penuh perasaan dan berirama
13
• Shelley mengatakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam
sebagai berikut :
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat
pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling
berkesan. Setelah kita definisikan apa itu puisi, selanjutnya kita dapat mengungkapkan
PUISI PROSA
sampai merenik.
2 bersifat liris (emosional) dan ekspresif. yang bersifat epis atau naratif.
bermakna konotasi.
14
3 Pada umumnya bermakna denotasi,
Di samping pengertian puisi di atas, secara etimologi istilah puisi berasal dari
disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ”membuat atau pembuatan” karena lewat
puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin
berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Wellek dan
Warren, 1990; Tarigan, 1984; Aminuddin, 1987; Semi, 1988; Pradopo, 1990).
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Pradopo
(1990) memadukan pendapat tersebut, sehingga tercipta pengertian puisi yaitu emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kias,
penyair menggunakan bahasa sebagai medium. Seperti halnya yang dikemukakan oleh
Preminger (1974) puisi adalah sistem tanda tingkat kedua yang memergunakan sistem
tanda tingkat pertama yang berupa bahasa tertentu. Sistem tanda tingkat pertama itu,
dan efek-efek yang lain dari yang dimiliki prosa biasa. Menurut Jakobson, studi
15
terhadap seni dapat digambarkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan tanda dan
informasi.
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki struktur yang sangat kompleks
yang terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Menurut Wellek masing-masing norma
Lapis norma pertama adalah lapis bunyi. Bila orang membaca puisi, maka yang
terdengar adalah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan
panjang. Lapis pertama yang berupa bunyi tersebut mendasari timbulnya lapis kedua,
yaitu lapis arti, karena bunyi-bunyi yang ada pada puisi bukanlah bunyi tanpa arti.
Bunyi-bunyi itu disusun sedemikian rupa menjadi satuan kata, frase, kalimat, dan bait
yang menimbulkan makna yang dapat dipahami oleh pembaca. Rangkaian satuan-
satuan arti tersebut menimbulkan lapis ketiga berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik
16
CINTAKU JAUH DI PULAU
(Chairil Anwar)
17
1. Analisis lapis pertama (bunyi)
Analisis puisis dengan lapis bunyi yaitu menggunakan bunyi-bunyi yang dipilih
berdasarkan yang bunyi-bunyi yang bernada. Misalnya pada puisi Cintaku Jauh Di
Pulau, pada baris pertama puisi tersebut ada pengulangan bunyi vokal pada sebuah
baris yang sama(asonansi) yaitu a dan u, pada baris kedua ada Pengulangan bunyi
konsonan dari kata-kata yang berurutan atau rima awal(aliterasi) yaitu (gadis manis
sekarang iseng sendiri). Demikian juga pada bait kedua terdapat pengulangan bunyi
terjadi pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan yaitu l dan r
Selain itu ada pula rima teratur yang terdapat pada puisi iniyaitu terdapat pada
bait 1 dan bait terakhir yang memiliki rima yang sama (a b), yang terletak diantara bait-
bait yang berpola rima a a – bb. Rima konsonan dari “memancar – si pacar”
bertentangan dengan rima “terasa – padanya” yang merupakan bunyi vokal. Rima
Rima yang berupa asonansi dan aliterasi pada puisi di atas berfungsi sebagai lambang
rasa sehingga menambah keindahan puisi dan memberi nilai rasa tertentu.
Untuk menganalisis arti, kita berusaha memberikan makna pada bunyi, suku
kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi.
Contohnya analisis makna per kalimat, per bait dan akhirnya makna seluruh puisi.
18
Contoh analisis puisi berdasarkan tiap bait yaitu pada puisi ‘Cintaku Jauh di Pulau’
yaitu:.
Analisis bait “Cintaku jauh di pulau” pada bait ini menandakan bahwa kekasih tokoh
aku berada di pulau yang jauh. ”Gadis manis sekarang iseng sendiri” pada bait ini
artinya kekasih dari tokoh aku tersebut adalah seorang gadis yang manis yang
menghabiskan waktu sendirian (iseng) tanpa kehadiran tohoh aku. Pada bait “Perahu
melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar” Analisis pada
bait tersebut menandakan bahwa tokoh aku menempuh perjalanan yang jauh dengan
perahu karena ingin menjumpai kekasihnya. “Angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya” pada saat itu cuaca sangat bagus, namun hati si aku
pangkuanku saja”. Pada bait ini menceritakan perasaan tokoh aku yang semakin sedih
Bait selanjutnya yaitu “Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang
bersama ‘kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu, sebelum sempat berpeluk
dengan cintaku?! menunjukkan bahwa tokoh aku putus asa. Dia telah bertahun-tahun
berlayar demi bertemu dengan kekasihnya, bahkan perahu yang membawanya sudah
sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. “Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia
mati iseng sendiri” pada bait ini menandakan bahwa tokoh aku khawatir terhadap
19
kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam
3. Analisis lapis ketiga (objek-objek, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’ dan lain-
lain)
Pada analisis lapis arti sebelumya menimbulkan lapis ketiga yaitu berupa objek-
objek yang dikemukakan, latar, pelaku, ‘dunia pengarang’, makna implisit, dan
metafisis.
adalah cintaku, gadis manis, laut, pulau, perahu, angin, bulan, air laut, dan ajal. Pelaku
atau tokohnya adalah si aku , sedangkan latarnya di laut, pada malam hari yang cerah
dan berangin.
digabungkan, maka akan menghasilkan ‘dunia pengarang’ atau isi puisi. Ini merupakan
dunia (cerita) yang diciptakan penyair di dalam puisinya. Contohnya berdasarkan puisi
‘Cintaku Jauh di Pulau’ kita dapat menuliskan ‘dunia pengarang’ sebagai berikut :
Kekasih tokoh aku (gadis manis) berada di suatu tempat yang jauh. Karena
ingin menemuinya, pada suatu malam ketika bulan bersinar dan cuaca bagus, si aku
berangkat dengan perahu. Akan tetapi, walaupun keadaan sangat baik untuk berlayar
(laut terang, angin mendayu), namun si aku merasa ia tak akan sampai pada kekasihnya
nampaknya tidak akan membuahkan hasil karena ajal lebih dulu datang. Ia
membayangkan, setelah ia mati kekasihnya juga akan mati dalam kesendirian. Dalam
20
puisi tersebut digambarkan perasaan-perasaan tokoh si aku yaitu : senang, gelisah,
kecewa, dan putus asa. Selain itu juga dapat di lihat terdapat unsur metafisis yang
berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai
sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak
dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut telah menghadang lebih
dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan menggairahkan akan sia-sia belaka.
Ada pula makna implisit yang walaupun tidak dinyatakan dalam puisi namun dapat
dipahami oleh pembaca. Misalnya kata ’gadis manis’ memberi gambaran bahwa pacar
ESTETIK
Menganalisis puisi tidak cukup berdasarkan strata norma saja. Agar analisis
lengkap dan mendalam, perlu menggabungkan analisis strata norma dengan analisis
semiotik dan fungsi estetik setiap unsur yang membangun puisi tersebut.
Analisis semiotik memandang karya sastra, dalam hal ini puisi, sebagai sistem
tanda yang bermakna. Tiap-tiap fenomena (unsur puisi) diyakini mempunyai makna
atau arti, sehingga menganalisis puisi sampai menemukan makna yang dimaksud
merupakan suatu keharusan. Kecuali itu fungsi estetik setiap unsur dalam puisi juga
perlu dibahas.
21
Menganalisis puisi berdasarkan strata norma yang dihubungkan dengan
semiotik dan fungsi estetik, pada umumnya menyangkut masalah bunyi dan kata.
1. Bunyi
Dalam puisi bunyi bersifat estetik, merupakan unsur puisi untuk mendapatkan
keindahan dan tenaga ekspresif. Kecuali itu bunyi juga bertugas memperdalam makna,
perjalanannya ada puisi-puisi yang sangat menonjolkan unsur bunyi. Misalnya saja
Sajak Hugo Bal yang diterjemahkan dengan judul ‘Ratapan Mati’, secara keseluruhan
hanya berupa rangkaian bunyi ‘kata-kata’ tanpa arti. Bahkan di Indonesia pada masa
lampau dikenal bentuk puisi mantera dan serapah yang memanfaatkan kekuatan bunyi.
Di masa modern ini, dipelopori Sutardji Calzoum Bachri, muncul puisi-puisi yang
menomorsatukan peranan bunyi. Dalam hal ini bunyi-bunyi yang dipakai disusun
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan daya evokasi (daya kuat untuk membentuk
pengertian). Contoh :
SEPISAUPI
22
sepisau luka sepisau duri
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
jika kita teliti, bunyi-bunyi yang dipakai oleh Sutardji ternyata diolah dengan sangat
23
Berikut ini dikemukakan fungsi bunyi dalam mendukung suasana, perasaan,
Vokal a, i, u, e, o
Efoni (euphony) :
Konsonan bersuara b, d, g, j Suasana mesra, penuh kasih
bunyi yang merdu
sayang, gembira, bahagia.
Bunyi liquida r, l
dan indah.
Bunyi aspiran s, h
merdu, parau
ringan, tinggi.
24
Vokal a, o, u - Perasaan murung, sedih,
rendah.
2. Kata
Walaupun ada penyair yang menonjolkan bunyi dan mengabaikan peranan kata
dalam puisi ciptaannya (misalnya Sajak Hugo Bal), namun tidak dapat dipungkiri
bahwa kata sampai saat ini masih merupakan sarana yang sangat penting dalam
Dalam menganalisis puisi, perlu dibahas arti kata dan efek yang
ditimbulkannya, misalnya arti denotatif, arti konotatif, kosa kata, diksi, citraan, faktor
ketatabahasaan, sarana retorika, dan hal-hal yang berhubungan dengan struktur kata
25
Kata-kata yang digunakan oleh penyair disebut Slamet Mulyana sebagai kata
berjiwa. Dalam kata berjiwa ini sudah dimasukkan unsur suasana, perasaan-perasaan
sehari-hari. Ini terjadi karena puisi sebagai ungkapan jiwa. Penyair menghendaki agar
pembaca dapat turut merasakan dan mengalami seperti apa yang dirasakan penyair.
sikap sopan dan rasa hormat kepada pahlawan. Apabila dikatakan ia mati tertembak,
rasanya kurang hormat meskipun hakikatnya sama saja dengan kalimat …dia
terbaring, tetapi bukan tidur. Demikian juga diksi Sebuah lubang peluru bundar di
dadanya memberi gambaran tentang kematian yang indah dan bersih. Padahal
kenyataannya pastilah tidak seperti itu. Tentu ada darah yang berlepotan, tidak
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang menyatakan keikhlasan sang
26
Untuk memaksimalkan kepuitisan karya, biasanya penyair memanfaatkan
kata-kata dalam puisi, semakin tepat citraan yang ditimbulkannya. Misalnya pada salah
satu bait puisi ‘Balada Penyaliban’ karya W.S. Rendra tertulis Tiada mawar-mawar di
jalanan / tiada daun-daun palma / domba putih menyeret azab dan dera / merunduk
‘azab’ dan ‘dera’ dapat dilihat dan terasa berat. Hal itu memberi citraan penglihatan
dan perasaan yang sangat dalam. Pembaca seolah-olah melihat sendiri jalanan yang
kering tanpa tumbuhan dan sosok Yesus yang digambarkan sebagai domba putih yang
Ada puisi-puisi yang kosakatanya diambil dari bahasa sehari-hari. Hal tersebut
Setelah menganalisis puisi tahap demi tahap, kita dapat menyimpulkan tema
puisi, amanat/pesan, sikap penyair (feeling) dan nada puisi (tone). Tema adalah ide/
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam puisi yang dapat dipetik oleh pembaca; sikap
27
penyair adalah perasaan/sikap penyair terhadap tema yang ‘digarapnya’ dalam puisi
(misalnya benci, kagum, antipati, simpati dan lain-lain); nada adalah cara penyair
mengemukakan sikapnya (misalnya marah, keras, menyindir, putus asa, riang, penuh
kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. (
Effendi,1973 ). Dengan kata lain apresiasi sastra adalah upaya memahami karya sastra,
yaitu upaya bagaimanakah caranya untuk dapat mengerti sebuah karya sastra yang kita
baca baik fiksi maupun puisi, mengerti maknanya, baik yang intensional maupun yang
faktual, dan mengerti seluk beluk strukturnya. Pendek kata apresiasi sastra itu
merupakan upaya merebut makna karya sastra sebagai tugas utama seorang pembaca.
Untuk dapat memahami struktur karya sastra dan dapat merebut makna
elemen – elemen karya sastra. Karena, karya sastra merupakan sebuah struktur yang
gagasan tranformasional, dan gagasan kaidah yang mandiri. Oleh karena itu, untuk
mengerti karya sastra diperlukan analisis terhadap bagian – bagian struktur tersebut.
28
Dengan demikian, nyatalah bahwa apresiasi sastra merupakan satu kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan kritik sastra. Bahkan, dapat dikatakan bahwa apresiasi
memahami karya sastra paling tidak meliputi 3 hal yaitu : Interpretasi, Analisis atau
A. Penafsiran
tafsiran berdasarkan sifat – sifat karya sastra itu sendiri. Dalam hubungan ini, Abrams-
1981 membedakan tafsiran menjadi dua hal, yakni dalam artinya yang sempit,
penafsiran merupakan upaya untuk memperjelas arti bahasa dengan sarana analisis,
parafrase, dan komentar. Dalam arti luas, penafsiran atau menafsirkan ialah membuat
jelas arti karya sastra yang bermediakan bahasa yaitu meliputi penjelasan aspek – aspek
B. Analisis
Analisis merupakan penguraian karya sastra atas bagian – bagian atau norma
– normanya. Secara lebih khusus, analisis karya sastra dibedakan menjadi analisis fiksi
dan anlisis puisi. Analisis fiksi meliputi analisis terhadap semua elemen pembangun
fiksi itu, yang mencakup fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita meliputi plot,
tokoh, dan latar. Sarana cerita meliputi hal – hal yang dimanfaatkan oleh pengarang
29
dalam memilih dan menata detil – detil cerita sehingga tercipta pola yang bermakna,
kepada karya sastra secara tepat sesuai dengan hakikatnya. Hakikat karya sastra adalah
karya imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai unsur estetik yang
dominan.
C. Penilaian
karya sastra. Dengan adanya penilaian dimungkinkan untuk membuat pemilihan antar
karya sastra yang baik dan yang jelek, yang berhasil dan yang gagl, yang bermutu
penghargaan kepada sebuah karya sastrapun dapat dilakukan secara wajar dan
sepantasnya. Untuk itu diperlukan suatu kriteria, yakni kriteria keindahan atau
ada beberapa hal yang berkaitan dengan pembedaan jenis prosa fiksi, yaitu cerita
pendek dan novel. Ditinjau dari segi ‘panjangnya’ cerpen relatif lebih pendek dari
novel. Walaupun didapatkan pula cerpen yang panjang dan novel yang pendek. Secara
lebih spesifik, istilah cerpen biasanya diterapkan pada fiksi yang panjangnya antara
seribu sampai lima ribu kata. Sedangakn novel umumnya berisi empatpuluh lima ribu
30
kata atau lebih. Karya fiksi yang berkisar antara limabelas ribu sampai empatpuluh
bersifat tekhnis dan mekanis, tetapi beberapa kualitas penting kedua jenis fiksi tersebut
Sebuah cerpen bukanlah sebuah novel yang dipendekkan dan juga bukan
bagian darti novel yang belum ditul;iskan. Sebuah cerpen biasanya memiliki plot yang
diarahkan pada insiden atau peristiwa yang tunggal. Di samping itu, tokoh dalam
berkaitan dengan panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang
cerita itu.
Oleh karena itu, tidaklah mengeherankan jika posisi manusia dalam masyarakat
31
menjadi pokok permasalahan yang selalu menjadi pusat perhatoian para novelis.
Sebuah novel jelas tidak berarti dapat dibaca selesai dalam sekali duduk,
karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu dan hal ini tidak mungkin dalam cerpen.
yang bersifat formal. Kita juga dapat membuat kategori yang lain berdasarkan sudut
pandangan tertentu, misalnya dari segi tekhnik kita mengenal adanya alegori, dari
segi jenis isinya kita mengenal fiksi sains, dari segi temanya kita mengenal fiksi
dan Proletarian yang kurang dapat diterima secara moral dan pelukisan
32
tatanan material yang kurang dapat diterima oleh akal
1. Tema
mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentulah mengandung dan atau menawarkan
tema.
Tema sebagai salah satu unsur karya sastra menurut Stanton, 1965 dan Kenny,
1966 adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun ada banyak makna
yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita.Tema dapat dikatakan sebagai gagasan
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung sebuah teks
perbedaan. Tema di saring dari motif – motif yang terdapat dalam karya yang
33
bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa – peristiwa,konflik, dan situasi
tertentu.
hal – hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang disampaikan.
Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai
seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum,lebih luas, dan abstrak.
disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian – bagian tertentu
cerita. Tema, walaupun sulit ditentukan secara pasti bukanlah makna yang
disembunyikan, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai
makna pokok sebuah karya fiksi tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal
inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun, tema merupakan makna keseluruhan
yang dudukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi dibalik cerita yang
mendukungnya.
A. Penggolongan Tema
dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Pengkategorian tema yang dimaksudkan
34
a. Tema Tradisional dan Nontradisional.
Tema Tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema yang
hanya itu – itu saja, dalam arti ia telah lama dipergunakan dan dapat ditemukan dalam
dipandanf sebagai.
terbongkar juga. (iii) Tindak kebenaran atau kejahatn masing – masing akan memetik
hasilnya.(iv) Cinta sejati menuntut pengorbanan. (v) Kawan sejati adalah kawan adalah
Pada umumnya tema – tema tradisional merupakan tema yang digemari orang
dengan status sosial apapun,di manapun dan kapanpun. Dapat dikatakan bahwa tema
Selain hal – hal yang bersifat tradisional,tema sebuah karya sastra mengangkat
sesuatu yang tidak lazim, atau yang berssifat nontradisional. Tema yang
karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau ditunjukkan oleh
35
banyaknya aktifitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih banyak menekankan mobilitas
fisik daripada
konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam novel
Kedua, tema tingkat organik, manusia sebagai ( atau dalam tingkat kejiwaan )
protoplasma, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak
menyangkut atau mempersoalkan masalah seksulitas. Suatu aktifitas yang hanya dapat
merupakan tempat aksi interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan
alam, mengandung banyak permasalahan,konflik, dan lain – lain yang menjadi obyek
pencarian tema.
Kelima, tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi. Yang
belum tentu manusia lainnya bisa mengalami atau mencapainya. Masalah yang
menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan sang
36
pencipta, masalah religiositas atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya
Tema utama atau tema mayor artinya, makna pokok cerita yang menjadi dasar
atau gagasan dasar umum karya itu. Menentukan makna pokok cerita pada hakikatnya
Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar, untuk tidak dikatakan dalam
keseluruhan cerita, bukan makna yang hanya terdapat pada bagian – bagian tertentu
cerita saja. Makna yang hanya terdap[at pada bagian – bagian tertentu cerita dapat
tambahan inilah yang di sebut sebagai tema – tema tambahan atau tema minor.
B. Penafsiran Tema
Kegitan menafsirkan sebuah tema karya fiksi secara lebih khusus dan
tempat yang paling strategis untuk mengungkapkan tema utama sebuah novel.
37
2. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan
tiap detil cerita. Jika hal yang demikian terjadi, cobalah diulangi sekali lagi hasil
3. Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti
– bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel
yang bersangkutan.
4. Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti – bukti
yang secara langsung atau yang disarankan dalam cerita. Kriteria ini mempertegas
Penunjukan tema sebuah novel haruslah dapat dibuktikan dengan data – data
atau detil – detil cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti – bukti
langsung, artinya kata – kata itu dapat ditemukan dalam novel, maupun tak
langsung,artinya,berupa penafsiran terhadap kata – kata yang ada. Dalam sebuah novel,
kadang – kadang dapat ditemui adanya data – data tertentu, mungkin berupa kata –
kata,kalimat,alinea, atau bentuk dialog, yang dapat dipandang sebagai bentuk yang
2. Pengeplotan
Plot merupakan unsur fiksi yang dianggap sebagai yang terpenting diantara
unsur lainnya dalam fiksi.Hal itu kiranya beralasan sebab kejelasan plot, kejelasan
38
tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier, akan mempermudah
istilah alur atau jalan cerita. Sedangkan dalam teori – teori yang berkembang lebih
dikenal dengan istilah struktur naratif, susunan. Plot memang mengandung unsur jalan
cerita atau tepatnya peristiwa demi peristiwa yang susul menyusul namun ia lebih dari
Stanton ( 1965 ) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan
kejadian, namun setiap kejadian itu dihubungkan dengan secara sebab akibat, peristiwa
Penampilan peristiwa demi peristiwa yang mendasarkan diri pada urutan waktu
saja belum merupakan plot. Agar menjadi sebuah plot, peristiwa – peristiwa itu
haruslah diolah dan disiasati secara kreatif sehingga hasilnya merupakan sesuatu yang
indah dan meanrik. Kegiatan mengolah dan menyiasati ini dilihat dari sisi pengarang
Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam
pengembangan sebuah plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh
ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan
sebuah cerita fiksi. Ketiga unsur ini memiliki hubungan yang mengerucut.
39
Peristiwa atau kejadian dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan
ke keadaan yang lain. Dengan pengertian tersebut tentunya kita dapat membedakan
3. Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan
unsur yang esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karya
naratif akan dipengaruhi oleh wujud dan isi konflik,bangunan konflik, yang
ditampilkan.
yang terjadi dan atau yang dialami oleh tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu yang
40
Bentuk konflik dapat dibedakan kedalam dua kategori yakni, konflik fisik dan
konflik batin, konflik eksternal ( external conflict ) dan konflik internal ( internal
conflict ).
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
( phsical conflict ) dan konflik sosial ( social konflict ). Konflik fisik yang
disebut juga dengan konflik elemental adalah konflik yang disebabkan adanya
perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Konflik sosial adalah konflik yang
disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia atau masalah – masalah yang
Konflik internal atau disebut juga dengan konflik kejiwaan adalah konflik yang
terjadi di dalam hati,jiwa seorang tokoh cerita. Jadi, lebih merupakan permasalahan
intern seorang manusia. Misalnya hal itu terjadi akbat adanya pertentangan antara dua
lainnya.
Klimaks adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi,dan saat itu
menentukan arah perkembangan plot. Klimak s merupakan titik pertemuan antara dua
diselesaikan.
41
C. Kaidah Pemplotan
dipercaya sesuai dengan logika cerita. Adanya sifat dapat dipercaya merupakan hal
Suspense ( rasa ingin tahu ). Artinya bahwa sebuah cerita yang baik pasti
memiliki kadar suspense yang tinggi dan terjaga. Atau lebih tepatnya mampu
membangkitkan rasa ingin tahu pembaca terhadap peristiwa – peristiwa yang akan
terjadi,khususnya yang menimpa tokoh yang diberi rasa simpati oleh pembaca. Unsur
setia mengikuti cerita, mencari jawab rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir
cerita.
ia haruslah dijaga terus menerus keberadaannya dalam sebuah cerita. Salah satu cara
mendahului yang ditampilkan secara tidak langsung terhadap peristiwa penting yang
Surprise ( kejutan ). Plot sebuah karya fiksi dikatakan memberikan kejutan jika
sesuatu yang dikisahkan atau kejadian – kejadian yang ditampilkan menyimpang, atau
42
bahkan bertentangan dengan harapan kita sebagai pembaca. Dalam hal ini bisanya
novel – novel jenis detektif biasanya lebih sering memberikan kejutan, khusunya yang
Kesatupaduan menyaran pada menyaran pada pengertian bahwa berbagai unsur yang
D. Penahapan Plot
Secara teoritis plot dapat di urutkan atau dikembangkan ke dalam tahap- tahap
Tahap awal. Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahjap
perkenalan. Tahap awal biasanya berisi informasi penting yang berkaitan dengan
Tahap tengah. Tahap tengah cerita dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian,
menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap
Tahap akhir. Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap
peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi bagian ini berisi
43
b. Tahapan Plot : Rincian lain
kadar intensitasnya.
6. E. Pembedaan Plot
Back )
bersifat kronologis
44
diikuti oleh peristiwa –
peristiwa berikutnya.
mengikutinya.
45
Plot Peruntungan Plot Tokohan Plot Pemikiran
d. Plot Penghukuman (
punitive plot )
e. Plot Sentimental (
sentimental plot )
46
f. Plot Kekaguman (
admiration plot )
3. PENOKOHAN
Istilah tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan
pada pengertian yang hampir sama. Walau memang ada diantaranya yang merupakan
sinonim.
Perwatakan menunjuk pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang di tafsirkan oleh
pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Sedangakan
penokohan dan karakter ( karakterisasi ) sering juga di samakan artinya dengan karakter
dan perwatakan yang sebenarnya menunjuk pada penempatan tokoh – tokoh tertentu
dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Atau dengan kata lain penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
b. Pembedaan Tokoh
47
c. Takhnik Pelukisan Tokoh
2. Tekhnik Dramatik : Penampilan tokoh cerita dalam tekhnik ini lebih mirip
perasaan yang dirasakan oleh tokoh yang dapat diwujudkan dalam tingkah
keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain dan sebagainya yang
48
Tekhnik Reaksi Tokoh Lain.( Reaksi yang di berikan oleh tokoh lain
4. PELATARAN
Latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu. Yang menyaran pada
pengertian
Stanton ( 1965 ) mengelompokkan latar, bersama tokoh dan plot ke dalam tiga
fakta cerita. Sebab ketiga hal inilah yang akan di hadapi oleh pembaca yang dapat
49
Latar memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
Latar fisik bisa diartikan sebagai latar sebagai tempat atau lokasi tertentu,
Latar spiritual bisa berwujud pada penceritaan tentang tat cara, adapt
istiadat, kepercayaan, dan nilai – nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Jadi,
latar spiritual adalah nilai – nilai yang melingkupi dan dimiliki oleh latar fisik. ( Kenny
1966 : 39).
Latar Netral.
Latar yang mendiskripsikan sebuah tempat secara umum. Artinya, latar ini
tidak memilki atau tidak mendiskripsikan sifat khas tertentu yang menonjol yang
Latar Tipikal
Latar ini memiliki dan menonjolkan sifat khas latar tertentu. Baik yang
50
Jika dalam sebuah cerita mendiskripsikan tentang latar spiritual,maka latar
B. UNSUR LATAR
Latar Tempat
Latar Waktu
meyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, dan dapat
menjadi sangat fungsional sehingga tak dapat dig anti dengan waktu lain tanpa
51
Waktu yang dimaksud adalah waktu yang berlaku dan ditunjuk dalam cerita,
waktu cerita,dengan waktu yang menjadi acuannya yang berupa waktu dalam realitas
sejarah,waktu sajarah.
menggunakan dua waktu yang berbeda masa berlakunya dalam satu waktu dalam
Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal – hal yang berhubungan dengan perilaku
Latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan.Jadi dia berada dalam
52
FUNGSI LATAR
Latar sebagai salah satu unsur fiksi,sebagai fakta cerita, yang bersama unsur –
pengaluran dan penokohan. Latar sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Di samping
itu, latar juga dapat dilihat dari sisi fungsi yang lain, yang lebih menyaran pada fungsi
latar sebagai pembangkit tanggapan atau suasana tertentu dalam cerita. Fungsi latar
yang di maksud adalah fungsi latar sebagai metafora dan latar sebagai atmosfir.
pengertian atau pemahaman. Artinya, sifat metafora ini menyaran pada suatu
perbandingan yang mungkin berupa sifat keadaan, suasana, ataupun sesuatu yang lain.
Novel sebagai sebuah karya kreatif tentu saja kaya bentuk – bentuk ungkapan
bangsa yang bersangkutan. Latar yang berfungsi sebagai metaforik ini selain
mediskripsikan latar yang melukiskan suasana, sifat, keadaan tertentu juga dijumpai
adanya detil – detil yang mendeskripsikan cerminan keadaan batin tokoh. Deskripsi
latar yang berupa awan kelabu barangkali sekaligus melukiskan tentangkelamnya hati
2. Latar Atmosfir.
Fungsi latar ini berupa deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan
suasana tertentu.Latar ini biasanya berupa latar penyituasian. Misalnya pada awal
cerita sebuah novel atau tahap awal,perkenalan, cerita sebuah novel pada umunya berisi
53
latar penyituasian. Walau hal ini juga bisa terdapat pada tahap lain. Adanya situasi
tertentu yang mampu menyeret pembaca ke dalam cerita akan melibatkan pemabcar
secara emosional. Hal ini penting sebab dari sinilah pembaca akan tertarik,bersimpati,
Latar yang berfungsi sebagai metaforik dan atmosfir, walau menyaran pada
pengertian dan fingsi yang berbeda pada kenyataannya erat berkaitan. Dalam deskripsi
sebuah latar misalnya, disamping terasa sebagai penciptaan sebuah suasana tertentu
sekaligus juga terdapat deskripsi tertentu yang bersufat metaforik. Hal demikian justru
5. PENYUDUTPANDANGAN
sebagai sarana cerita, literary device. Pemilihan sudut pandang akan berpengaru pada
penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi dalam banyak hal
merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. ( Abrams,1981 ). Dengan demikian,
sudut pandang pada hakekatnya merupakan strategi, tekhnik, siasat, yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu
54
yang dikemukakan dalam karya fiksi, memang milik pengarang, pandangan hidup dan
tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan
Sebelum pengarang menulis cerita mau tak mau ia harus telah memutuskan
memilih sudut pandang tertentu sebagai sikap naratif antara mengemukakan cerita
dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya atau oleh seorang narator yang berada di luar
cerita itu sendiri. Ia harus telah mengambil sikap menuliskan ceritanya dengan sudut
pembedaan yang telah umum yang banyak dilakukan orang, yaitu bentuk persona
dia “, narator adalah seorang yang berada diluar cerita yang menampilkan tokoh –
tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya ; ia, dia, mereka.
sudut “ dia “,namun pengarang,narator dapat menceritakan apa saja yang menyangkut
tokoh “ dia “ tersebut. Dalam hal ini narator mengetahui segalanya.Ia bersifat
55
“ DIA “ Terbatas, “ Dia “ sebagai pengamat : Dalam sudut pandang ini
cerita. Namun hanya terbatas pada seorang tokoh saja. Tokoh cerota mungkin
kesadarn dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang dialaminya sendiri.
dan tingkah laku yang dialaminya,baik yang bersifat batiniah,dalam dirinya sendiri
,mauupn fisik. Dalam cerita tokoh “ aku “ dalam tekhnik ini disebut sebagai tokoh
tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri
sebagai pengalamannya.
56
3. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari
satu tekhnik. Pengarang dapat berganti – ganti mulai tekhnik yang satu ke tekhnik yang
lainnya untuk sebuah cerita yang dilukiskannya. Kesemuanya itu tergantung dari
yang ada demi tercapainya efektifitas penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk
APRESIASI DRAMA
A. Pengertian Drama
‘bertindak’, atau ‘beraksi’. Drama merupakan tiruan kehidupan yang manusia yang
diproyeksikan di atas pentas. Drama disebut juga sandiwara. Kata ini berasal dari
bahasa Jawa, yaitu ‘sandi’ yang berarti ‘tersembunyi’ dan ‘warah’ yang berarti
‘ajaran’. Dengan demikian, sandiwara berarti ajaran yang tersembunyi dalam tingkah
Drama dalam arti luas adalah suatu bentuk kesenian yang mempertunjukkan
sifat atau budi pekerti manusia dengan gerak dan percakapan di atas pentas atau
dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Dengan
57
melihat drama, penonton seolah-olah melihat kehidupan dan kejadian dalam
Drama mencakup 2 bidang seni, yaitu seni sastra (untuk naskah drama) dan
seni peran/pentas (pementasan). Sebuah naskah drama akan menjadi lengkap/ utuh
ketika dipentaskan.
B. UNSUR-UNSUR DRAMA
mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas. Dalam cerita drama tokoh
merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu
seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan
58
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen,
mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka
tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan
pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan
drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan
untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
statis dan tokoh serba bisa. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami
perkembangan selama pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik,
namun pada akhirnya menjadi seorang yang jahat. Tokoh pembantu adalah tokoh
yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain. Tokoh pembantu merupakan minor
character yang berfungsi sebagai pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu
bagian penting dalam drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh
pembantu. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari
awal hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter
jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama. Tokoh serba bisa adalah
tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all round). Misalnya, tokoh yang
59
berperan sebagai seorang raja, namun ia juga berperan sebagai seorang pengemis untuk
2. alur (plot)
Alur adalah jalinan cerita. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada
bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya.
Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana
cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang
maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot
dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Peleraian
Pada tahap ini mulai muncul peristiwa yang dapat memecahkan persoalan
yang dihadapi.
60
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang
Alur cerita akan hidup jika terdapat konflik. Konflik merupakan unsur yang
Konflik dapat membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan
pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik
internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sosial). Konflik fisik disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan
desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau masalah social antarmanusia.
Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan pengusaha di suatu pabrik yang
dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini merupakan perbenturan atau permasalahan yang
dialami seorang tokoh dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan
61
Kedua jenis konflik diatas dapat diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang
terjadi dalam suatu pementasan drama. Konflik-konflik tersebut ada yang merupakan
konflik utama dan konflik-konflik pendukung. Konflik Utama (bias konflik eksternal,
konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari drama yang
3. dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa
Jalan cerita drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan
antarpemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan
bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di
balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh pemain
62
1. dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah
dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa
yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula
2. Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada
ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus
berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
1. latar
latar atau setting adalah penempatan ruang dan waktu, serta suasana cerita.
menarik. Oleh karena itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas
5. tema
Tema drama adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon
drama. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin
diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan aspek-
63
Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari
secara implisit. Setelah menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam
pementasan drama, kamu akan dapat menemukan tema drama itu. Kamu harus
Walaupun tema dalam drama itu cendrung ”abstrak”, kita dapat menunjukkan
tema dengan menunjukkan bukti atau alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti
itu dapat ditemukan dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau
rangkaian adegan yang saling terkait, yang semuannya didukung oleh unsur-unsur
6. pesan/amanat
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya. Dengan
demikian pula dengan drama. Hanya saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis
secara eksplisit, tetapi secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral yang
7. interpretasi kehidupan
64
tiruan kehidupan. Drama adalah bagian dari suatu kehidupan yang digambarkan dalam
bentuk pentas
1. cerita
Cerita dalam drama disusun dalam bentuk dialog, yang disebut naskah drama atau
skenario.
2. pelaku
Pelaku drama (pemain drama, aktor, atau aktris) adalah pembawa cerita.
menyampaikan cerita kepada penonton, pelaku memliki dua alat, yaitu dialog (ucapan)
3. sutradara
4. panggung
5. penonton
65
Penonton merupakan penikmat drama. Penonton berfungsi untuk mendukung
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk
mementaskan sebuah drama adalah naskah drama. Naskah drama berisi cerita yang
disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur
pokok, seperti pelaku (tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan (latar, kostum,
(Putu Wijaya)
BABAK I
meja marmar kecil tinggi diapit dua kursi antik berkaki tinggi, berlengan membundar,
berpantat lebar. Di sini sepasang suami istri pensiunan yang hidup dari uang
indekosan menerima kabar seseorang telah meninggal di sana. Dalam surat dijelaskan
akan datang utusan yang akan menjelaskan hal tersebut lebih lanjut. Pada hari yang
Masih pagi.
66
Suami : Siapa?
Istri : Coba, coba! Nanti diberi tahu lupa lagi. Jangan biasakan otak
manja.
mengingat-ingat)
Ka…..siapa?
67
Istri : Chairul Umam!
Suami : (memasang kaca mata, – membaca sambil lalu) ….dengan ini kami
Istri : U!
Suami : Ini?
Istri : M!
Suami : Ini?
Istri : A. Ini M!
Penjelasan:
68
1. Paragraf awal menunjukkan keterangan latar (setting), petunjuk
kapital.
2. Tulisan (kata atau kalimat) yang dicetak miring dan terdapat dalam
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama:
1. Babak
terjadi dalam satu kesatuan waktu – tempat – peristiwa. Setiap babak terbagi atas
menyangkut latar/setting karena sebuah bagian dalam cerita drama dapat terjadi pada
waktu dan tempat yang berlainan dengan bagian lainnya. Melalui pengalihan babak,
penonton akan diberitahu bahwa bagian cerita yang disaksikannya berada dalam waktu
dan tempat yang berbeda dengan bagian terdahulu. Babak ditandai dengan dekorasi
tertentu.
2. Adegan
formasi/posisi pemain di atas pentas. Batasnya ditentukan oleh datang dan perginya
69
3. Dialog
Dialog yaitu percakapan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya yang menjadi
4. Petunjuk lakuan
(sutradara, pemeran, penata seni, dsb.) mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau
5. Prolog
Prolog adalah bagian naskah drama yang ditempatkan pada bagian awal
6. Epilog
Epilog adalah bagian akhir naskah drama yang berisi kesimpulan pengarang
mengenai cerita, nasihat, pesan moral (etika). Epilog bukanlah unsur yang harus ada
7. Tema
disampaikan pengarang itu terurai dalam seluruh unsur drama. Tema menjiwai seluruh
bagian drama: babak, adegan, dialog, tokoh, bahasa. ’Sesuatu’ itu pula yang ingin
70
8. Penokohan
terjadinya peristiwa. Oleh karena itu, setiap tokoh mengemban tujuan yang penting
9. Alur
kedua meyebabkan peristiwa ketiga, dan seterusnya. Fungsi utama alur adalah
10. Bahasa
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam penulisan naskah drama adalah
bahasa. Bahasa selalu menggerakkan tokoh dan mencipta suasana. Melalui bahasa
masalah. Melalui bahasa pula kita mengenal latar belakang setiap tokoh yang
dideskripsikannya.
12. Aside
71
Aside adalah bagian dari naskah drama yang diucapkan seorang pemain
peristiwa yang terjadi, masalah yang dihadapi para tokoh, serta watak dan peran setiap
tokoh dalam peristiwa tersebut. Urutan peristiwa yang tersusun digunakan sebagai
kerangka penulisan naskah drama yang dijabarkan melalui dialog yang diucapkan para
tokoh.
Dalam menulis naskah drama harus bersumber pada kehidupan dan watak
manusia. Secara garis besar, untuk menulis naskah drama dapat mengikuti langkah-
langkah berikut.
1. Menyusun cerita
mencapai klimaks. Menulis drama tanpa mengandung konflik akan menjadi hambar
dan monoton.
72
5. Menyusun naskah dalam bentuk dialog yang efektif. Dalam
A. segi teknis, yaitu setiap dialog di sampingnya diberi catatan yang jelas
(keluar, masuk, musik, dan juga perlu diberi angka untuk mempermudah koreksi)
memperhatikan kontinuitas
D. MEMERANKAN DRAMA
dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol
dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak
(Lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting.
Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung
penyampaian isi/pesan
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah
membaca dan memahami teks drama.Teks drama adalah karangan atau tulisan yang
berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan
pelengkap lainnya (Kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks dram, yang
73
diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga
penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
kegiatan membaca teks drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan
diperankan.
Dalam teks drama yang perlu kamu pahami ialah pesan-pesan dan nilai-nilai
yang dibawakan oleh pemain. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain
akan terlibat dalam konflik atau pertentangan. Jadi, yang perlu kamu baca dan pahami
menyertainya.
Sebelum memerankan sebuah drama, kita perlu menghayati watak tokoh. Apa
yang perlu kita lakukan untuk menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi
melaui (1) narasi pengarang, (2) dialog-dialog dalam teks drama, (3) komentar atau
ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan watak
tokoh.
tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh
memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai
dari cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur kata
74
Hal yang paling penting dalam memerankan drama adalah dialog. Oleh karena
Seorang pemain dikatakan mampu bertutur dengan jelas apabila setiap suku
kata yang diucapkannya dapat terdengar jelas oleh penonton sampai deretan paling
belakang. Selain jelas, pemain harus mampu mengucapkan dialog secara wajar.
Perasaan dari masing-masing pemain pun harus bisa ditangkap oleh penonton.
Seorang pemain harus bisa menghasilkan suara yang cukup keras. Ketika
membaca dialog, suara pemain harus bisa memenuhi ruangan yang dipakai untuk
pementasan. Suara pemain tidak hanya bisa didengar ketika panggung dalam keadaan
Kalimat mengandung pikiran dan perasaan. Kedua hal ini dapat ditangkap oleh
orang lain bila pembicara (pemain) menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat
Ada 3 macam tekanan yang biasa digunakan dalam melisankan naskan drama:
1. tekanan dinamik
yaitu tekanan yang diberikan terhadap kata atau kelompok kata tertentu dalam
kalimat, sehingga kata atau kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-
75
kata yang lain. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai
1. tekanan tempo
yaitu tekanan pada kata atau kelompok kata tertentu dengan jalan
mengeja suku katanya. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tang-gal-kan ba-ju-
itu merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian yang
dimaksud.
c. tekanan nada
Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang
menunjukkan ”keseriusan” atau ”ancaman” jika diucapkan secara tegas mantap. Akan
tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika pengucapannya
adalah:
relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau
76
2. Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. Bila
dialog menyatakan kemarahan, maka ekspresi tubuh dan mimik pun harus
Teknik bermain (akting) merupakan unsur penting dalam seni peran. Berikut
ini hal-hal yang sangat mendasar berkaitan dengan teknik bermain drama.
1. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah cara seorang pemain tampil pertama kali ke pentas yaitu
saat masuk ke panggung telah ada tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu,
setelah muncul, pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang
perkembangan alur, suasana, dan perwatakan yang sudah tercipta atau dibangun.
tentu bernada lain. Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di
3. Teknik Pengembangan
77
Teknik pengembangan berkait dengan daya kreativitas pemeran, sutradara,
dan bagian estetis. Dengan pengembangan, sebuah naskah akan menjadi tontonan
diantaranya:
1. Pengucapan
volume dan nada. Dengan demikian setiap kata, frase, atau kalimat dalam dialog
diucapkan dengan penuh kesadaran. Artinya, setiap pemain sadar kapan harus
1. Gesture
Pengembangan gesture dapat dicapai dengan lima cara. Setiap cara, tentu saja,
meja.
(2) Berpaling
atau kepala. Perhatikan dialog berikut ini dan tentukan pada bagian mana kita harus
berpaling.
78
”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku berpikir untuk keluar saja, lalu buka
(4) Gerakan
menghentakkan kaki, atau gerakan lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga kategori
diucapkan.
(5) Mimik
penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah timbul dorongan dari dalam atau
4. Menciptakan Peran
Tentu saja untuk menciptakan peran, pemain harus sadar bahwa ia sedang
dihadirkan adalah sifat, watak, emosi, dan pemikiran ”tokoh yang diperankan”. Dengan
pertunjukan.
79
Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran:
watak tokoh
80
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah Dasar, karena di dalam pembelajaran sastra tersebut terdapat beberapa aspek
humaniora yang dapat mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta dengan
karya orang lain, karena pada dasarnya sastra dapat membantu seseorang lebih
terhadap karya seni.Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pemikiran dan
Jadi menurut kami apresiasi sastra adalah sebuah bentuk penghargaan dan
pemahaman terhadap suatu sastra yang berupa pengungkapan pikiran dan perasaan
namun bisa melatih keterampilan dalam bahasa dan berkarya dalam bentuk tulisan.dan
mengapresiasikan sastra.
81
B. Saran
bertehnologi. Padahal dengan adanya pembelajaran sastra dapat turut berperan dalam
pembentukan kepribadian, watak, dan sikap yang tentunya akan lebih baik jika
diterapkan sejak dini dalam tahapan jenjang Pendidikan Sekolah Dasar pada
82
DAFTAR PUSTAKA
Sayuti, S.A. 1985. Puisi dan Pengajarannya (sebuah pengantar). Semarang: IKIP
Semarang Press.
83