PENDAHULUAN
Didalam suatu organisasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan selalu
akan bertemu dengan ketidakpastian, sehingga ketidakpastian dalam bisnis akan
menimbulkan risiko yang akan memberikan ancaman (biaya, kerugian dll) bagi
perusahaan. Oleh karena itu setiap risiko yang terjadi didalam aktivitas bisnis harus
senantiasa diminimalisasi. Dengan demikian untuk meminimalisasi risiko, perusahaan
menerapkan pengendalian risiko karena dengan adanya penerapan pengendalian risiko
yang efektif dapat menjadi hal yang baik bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam
bisnis pada masa kini.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut
adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar. Namun juga dilihat kerugian tidak
langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan
sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang
kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan
kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Satuan pengawasan internal
sebagai bagian dari BUMN yang melaksanakan fungsi pengendalian dan pengawasan
mau tidak mau harus meningkatkan perannya, sehingga keberadaanya dapat menunjang
profesionalitas BUMN. Pengendalian risiko secara umum diartikan sebagai suatu
kejadian/kondisi yang berkaitan dengan hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian
risiko berkaitan dengan adanya tujuan, sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan
maka tidak ada risiko yang harus dihadapi.
Risiko yang terjadi didalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses organisasi, pengendalian risiko menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan tercapainya sasaran
organisasi. Sehingga pengendalian risiko dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi
manajemen, karena semua risiko yang dapat menghambat proses organisasi telah
diidentifikasikan dengan baik, maka cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses
organisasi telah diantisipasi sebelumnya, sehingga bila gangguan tersebut memang terjadi
maka organisasi telah siap untuk menanganinya dengan baik.
B. Tujuan Penyusunan
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah :
Untuk mempermudah penyusunan makalah ini dan agar lebih terarah dan berjalan
dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup
pembahasan yang akan dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km.
Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901
Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan
diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm;
750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang
dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 – 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan
jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah –
Cikara dan 220 Km antara Muaro – Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang
seadanya, jalan KA Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya
selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah
Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya
ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
B. Stuktur Organisasi
Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, kegiatan tersebut
dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk mencari makan, mencari tempat
tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan orang lain dan sebagainya. Dalam
melakukan mobilitas tersebut sering membawa barang ataupun tidak membawa
barang. Oleh karenanya diperluhkan alat sebagai sarana transportasi, menurut Abbas
Salim (1993:5). Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu,
baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa
mempergunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia,
binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun tidak
bermesin. PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Disini PT Kereta Api
Indonesia menyediakan sarana transportasi berbentuk kereta api. Dengan barbagai
kelas dan baerbagai tujuan singgahan.
Perusahaan persero adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk
perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh
pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan
persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
E. Daerah Pemasaran
Wilayah operasi Perseroan mencakup Pulau Sumatera dan Jawa. Wilayah kerja di
Pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (Daop), sedangkan wilayah kerja di
Sumatera dibagi berdasarkan Divisi Regional (Divre).
PENUTUP
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
Keterbatasan suplai suku Sebagian besar sarana dan suku cadang
1
cadang transportasi kereta api harus diimpor
PT KAI memiliki 6 Balai Yasa (2 di
Sumatera dan 4 di Jawa), dengan waktu
Keterbatasan kapasitas
2 pengerjaan/perawatan yang cukup lama
Depo/Balai Yasa
(satu rangkaian kereta api kurang lebih
30 hari)
· Kekeliruan pada perencanaan.
· Kekeliruan saat
pembangunan/pelaksanaan konstruksi.
· Pemadaman listrik.
Dari hasil identifikasi penyebab risiko yang secara prioritas harus dikelola untuk
meminimalkan dampak negatif dan kemungkinan terjadinya risiko. Langkah-langkah
pengendalian risiko tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
· Penyiap-siagaan backup systems.
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama, haris selalu mengidentifikasi risiko-risiko yang kemungkinan terjadi. Baik
itu nanti risiko yang berklasifikasi dan berakibat tinggi, sedang atau rendah bagi
perusahaan. Tidak hanya bagi perusahaan, namun juga bagi pengguna kereta api,
yang tidak lain adalah masysrakat Indonesia sendiri. Apalagi setiap tahun pasti
ada saja kecelakaan kereta api, yang disebabkan faktor internal maupun eksternal
perusahaan. Mengembangkan inovasi terbaru itu juga perlu, apalagi dijaman yang
sekarang sudah modern atau era globalisasi seperti ini. Harus banyak
berkreatifitas agar mampu bersaing dengan transportasi darat yang lain.