Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Didalam suatu organisasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan selalu
akan bertemu dengan ketidakpastian, sehingga ketidakpastian dalam bisnis akan
menimbulkan risiko yang akan memberikan ancaman (biaya, kerugian dll) bagi
perusahaan. Oleh karena itu setiap risiko yang terjadi didalam aktivitas bisnis harus
senantiasa diminimalisasi. Dengan demikian untuk meminimalisasi risiko, perusahaan
menerapkan pengendalian risiko karena dengan adanya penerapan pengendalian risiko
yang efektif dapat menjadi hal yang baik bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam
bisnis pada masa kini.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut
adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar. Namun juga dilihat kerugian tidak
langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan
sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang
kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan
kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Satuan pengawasan internal
sebagai bagian dari BUMN yang melaksanakan fungsi pengendalian dan pengawasan
mau tidak mau harus meningkatkan perannya, sehingga keberadaanya dapat menunjang
profesionalitas BUMN. Pengendalian risiko secara umum diartikan sebagai suatu
kejadian/kondisi yang berkaitan dengan hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian
risiko berkaitan dengan adanya tujuan, sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan
maka tidak ada risiko yang harus dihadapi.

Risiko yang terjadi didalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses organisasi, pengendalian risiko menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan tercapainya sasaran
organisasi. Sehingga pengendalian risiko dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi
manajemen, karena semua risiko yang dapat menghambat proses organisasi telah
diidentifikasikan dengan baik, maka cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses
organisasi telah diantisipasi sebelumnya, sehingga bila gangguan tersebut memang terjadi
maka organisasi telah siap untuk menanganinya dengan baik.

B. Tujuan Penyusunan

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah
ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengendalian Risiko di sebuah perusahaan.


2. Untuk mengetahui identifikasi risiko di PT Kereta Api Indonesia (Persero)
3. Pengendalian risiko di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
4. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Resiko.
C. Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk mempermudah penyusunan makalah ini dan agar lebih terarah dan berjalan
dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup
pembahasan yang akan dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Penulis membahas tentang pengendalian risiko, meliputi pengertian dan metode


pengendalian risiko.
2. Penulis membahas tentang definisi atau pengertian risiko operasional.
3. Penulis memaparkan tentang profil, sejarah, struktur organisasi, PT Kereta Api Indonesia
(Persero).
4. Penulis mengidentifikasi risiko yang terjadi di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
5. Penulis membahas tentang pengendalian rsiko yang harus dilakukan setelah sebelumnya
risiko teridentifikasi penyebabnya.
BAB II

PROFIL PT. KAI

A. Profil PT. Kereta Api Indonesia (KAI)

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama


pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan
diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju
desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk
angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen –


Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota
Semarang – Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk
membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan
panjang jalan rel antara 1864 – 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25
Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi
1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera


Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di
Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar,
yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang – Maros
belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat
dibangun, studi jalan KA Pontianak – Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian
juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km.
Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901
Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan
diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm;
750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang
dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 – 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan
jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah –
Cikara dan 220 Km antara Muaro – Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang
seadanya, jalan KA Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya
selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah
Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya
ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.

Anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai berikut:

1. PT Reska Multi Usaha


2. PT Railink
3. PT KAI Commuter Jabodetabek
4. PT KA Pariwisata
5. PT KA Logistik
6. PT KA Property Management

B. Stuktur Organisasi

Sebagai BUMN PT Kereta Api Indonesia (Persero) berpedoman pada Rapat


Umum Pemegang Saham (RUPS), termasuk penetapan Rencana Kerja Anggaran
Tahunan juga ditetapkan dan diputuskan melalui RUPS yang unsurnya terdiri dari :

1. Pemegang Saham: Kementerian BUMN mewakili Pemerintah Republik Indonesia


C. Bidang Usaha

Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, kegiatan tersebut
dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk mencari makan, mencari tempat
tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan orang lain dan sebagainya. Dalam
melakukan mobilitas tersebut sering membawa barang ataupun tidak membawa
barang. Oleh karenanya diperluhkan alat sebagai sarana transportasi, menurut Abbas
Salim (1993:5). Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu,
baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa
mempergunakan alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa tenaga manusia,
binatang, alam ataupun benda lain dengan mempergunakan mesin ataupun tidak
bermesin. PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Disini PT Kereta Api
Indonesia menyediakan sarana transportasi berbentuk kereta api. Dengan barbagai
kelas dan baerbagai tujuan singgahan.

D. Bentuk Badan Usaha Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan persero adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk
perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh
pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan
persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Contoh perusahaan yang mempunyai badan usaha Persero antara lain:

 PT Garuda Indonesia Airways (Persero)


 PT Angkasa Pura (Persero)
 PT Pertamina (Persero)
 PT Tambang Bukit Asam (Persero)
 PT Aneka Tambang (Persero)
 PT PELNI (Persero)
 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
 PT Pos Indonesia (Persero)
 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
 PT Telkom (Persero)

E. Daerah Pemasaran

Wilayah operasi Perseroan mencakup Pulau Sumatera dan Jawa. Wilayah kerja di
Pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (Daop), sedangkan wilayah kerja di
Sumatera dibagi berdasarkan Divisi Regional (Divre).

Gambar 3. Divisi Regional

Gambar 4. Daerah Operasi


BAB III

PENUTUP

A. Kebijakan Pengendalian Risiko

Sesuai Australian Standard Guidelines Companion to AS:NZS 436:2004,


pengendalian risiko dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan
mengeksploitasi peluang untuk meningkatkan outcome perusahaan dan
mengurangi dampak negatif dari risiko. Risiko didefinisikan sebagai
kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada pencapaian tujuan.
Ruang lingkup risiko dapat berupa risiko negatif dan risiko positif. Sementara itu,
PBB mendefinisikan risiko sebagai kerugian atau bahaya yang diprediksi akan
muncul di masa depan yakni, “refers to the expected losses from a particular
hazard to a specified element at risk in a particular future time period. Losses
may be estimated in terms of human lives, or infrastructure damaged or in
financial terms”.

Kebijakan pengendalian risiko dalam industri perkeretaapian sebagai


industri strategis nasional merupakan bagian integral dari proses bisnis
perusahaan dan pengambilan keputusan oleh manajemen, serta tumbuh menjadi
budaya bagi seluruh personil perusahaan sesuai Keputusan Menteri Negara
BUMN Republik Indonesia No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good
Corporate Governance pada BUMN, khususnya Pasal 22, terkait Sistem
Pengendalian Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset
perusahaan. Cakupannya meliputi pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, yaitu
keseluruhan proses mulai dari mengidentifikasi, menganalisa,
menilai/mengevaluasi, merespon, dan mengendalikan risiko usaha yang relevan
hingga pelaporannya. Selain itu, langkah ini juga dilakukan guna mematuhi
ketentuan Pasal 28 ayat 2, yang mengharuskan setiap BUMN mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, namun juga hal penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemodal, pemegang saham/pemilik modal, kreditur, serta stakeholders termasuk
di dalamnya faktor risiko dan penilaian manajemen atas faktor risiko tersebut.

B. Identifikasi Risiko PT. KAI

Tujuan dari identifikasi risiko adalah mengembangkan daftar yang


komprehensif terkait sumber penyebab risiko dan kejadian yang mungkin
berdampak pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah diidentifikasi pada saat
penetapan konteks. Hasil identifikasi risiko disajikan dalam Risk Register metode
Risk Breakdown Structure (RBS) yang difokuskan pada risiko operasional untuk
PT KAI terkait pelayanan.

Berikut adalah penyebab dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi:

Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
Keterbatasan suplai suku Sebagian besar sarana dan suku cadang
1
cadang transportasi kereta api harus diimpor
PT KAI memiliki 6 Balai Yasa (2 di
Sumatera dan 4 di Jawa), dengan waktu
Keterbatasan kapasitas
2 pengerjaan/perawatan yang cukup lama
Depo/Balai Yasa
(satu rangkaian kereta api kurang lebih
30 hari)
· Kekeliruan pada perencanaan.

· Kekeliruan saat
pembangunan/pelaksanaan konstruksi.

Gangguan dan kerusakan · Material yang digunakan kurang baik.


pada rel, peralatan
3
persinyalan dan listrik · Kesalahan pada saat pemakaian jalan
aliran atas rel (over load, kecepatan yang tidak
merata/mendadak).

· Kondisi alam setempat dan kondisi


cuaca.
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
· Akibat bencana alam.

· Pemadaman listrik.

· Rusaknya pantograf/panel listrik


kereta api.
· Rendahnya rasio availability, yaitu
rasio antara jumlah armada

Siap Operasi dengan jumlah armada


Rendahnya jumlah armada Siap Guna (SO/SG).
4 yang dapat
dioperasionalkan • Kegiatan perawatan armada yang
kurang efektif, baik dalam hal
pemanfaatan suku cadang, utilitas SDM,
penjadwalan perawatan sehingga
mempengaruhi kinerja pelayanan publik.
· Distribusi pembangunan infrastruktur
kereta api yang tidak merata di seluruh
Indonesia.
Terbatasnya sarana
5 perkeretaapian yang · Kondisi alam di luar Pulau Jawa yang
didominasi di Pulau Jawa tidak sesuai untuk moda kereta apa.

· Keterbatasan anggaran untuk belanja


modal infrastruktur kereta api.
· Tingginya animo masyarakat terhadap
Meledaknya pengguna jasa penggunaan jasa transportasi kereta api
6 transportasi pada musim-
musim tertentu · Mobilitas penduduk antardaerah
perkotaan yang sangat masif
· Kondisi infrastruktur di beberapa
stasiun masih belum maksimal
Minimnya jumlah stasiun
7
yang dapat dioptimalkan
· Minimnya gerai usaha/bisnis yang
tersedia di stasiun
· Persilangan dan penyusulan

Keterlambatan jadwal · Bongkar muat barang


8 keberangkatan dan
kedatangan · Perawatan jalan rel

· Adanya pekerjaan Satker yang


Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
mengganggu jalan KA
Tidak diminatinya jasa-jasa
Kurangnya pemasaran jasa-jasa
9 penunjang perkeretaapian
penunjang perkeretaapian
PT KAI
Pada 2013 terdapat perubahan peraturan
Perseroan tidak dapat mengenai tariff angkutan kereta api
10 mengambil keuntungan kelas ekonomi. Tarif angkutan Kereta
dengan menaikkan tarif Api kelas ekonomi ditetapkan oleh
Pemerintah.
· Kenaikan biaya perawatan sarana dan
prasarana perkeretaapian
Menurunnya pendapatan
11
perseroan · Pertumbuhan volume angkutan
penumpang selama lima tahun terakhir
cenderung stagnan
· Perusahaan tidak mengasuransikan
aset tetap terhadap risiko kecelakaan,
kebakaran dan jenis risiko kerugian
lainnya

· Kendala teknis berupa gangguan


komunikasi dan sistem persinyalan
Kebakaran dan kecelakaan
12
kereta api
· Minimnya budaya keselamatan
pengguna jalan

· Kerusakan prasarana kereta api

· Kurangnya pengendalian perawatan


dan keselamatan kereta api
Kondisi alam yang rentan terhadap
13 Bencana alam bencana gempa bumi, tanah longsor,
banjir, dan dekat dengan gunung merapi
Minimnya jumlah pegawai yang
Terbatasnya tenaga ahli dan
memenuhi kualifikasi untuk posisi-posisi
14 tenaga kerja dengan skill
dengan keahlian khusus dan sangat sulit
tertentu
dicari di pasar tenaga kerja
Kurangnya pengawasan dan
Pelanggaran aturan dan pengendalian terhadap nilai-nilai
15
kode etik dalam perusahaan perusahaan dan budaya bersih di seluruh
jajaran perusahaan
16 Kondisi pasar jasa · Deregulasi industri penerbangan,
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
transportasi cenderung perusahaan penerbangan telah
berubah mengembangkan model bisnis
penerbangan dengan tarif murah

· Tumbuhnya jasa pengganti moda


transportasi darat lainnya, yaitu bus,
travel, dan persewaan mobil jarak jauh
Adanya kendala internal dari sisi
Program kerja yang
Pengendalian dan pemerintah, dan
17 dijadwalkan tidak dapat
kendala eksternal berupa gangguan
diimplementasikan
teknis, sarana, dan prasarana
Minimnya sosialisasi dan
Minimnya sarana dan prasarana
18 konsultasi dengan
penunjang penyampaian informasi
pemangku kepentingan
· Adanya pasal-pasal perjanjian kerja
sama yang membebani perusahaan
Risiko investasi dengan
19 mitra dalam negeri dan luar
· Ketidakmampuan mitra untuk
negeri
mengembalikan investasi perusahaan
yang telah jatuh tempo
Pesaing kereta angkutan barang adalah
Terbatasnya mitra truk. Kelebihan jasa substitusi ini adalah
20 pengguna angkutan kereta lebih fleksibel menjangkau rute-rute
api barang yang tidak terjangkau oleh jalur kereta
api
Keterlambatan pelaksanaan pengadaan
21 Risiko komoditi pengadaan
dan risiko kenaikan harga
· Kesulitan perizinan, penyiapan lokasi,
dan pembebasan lahan
Penyimpangan waktu start
22
pelaksanaan proyek · Keterlambatan penyiapan desain,
AMDAL, persetujuan teknis, dan
persetujuan sumber dana
· Kurang efektifnya pemantauan dan
Penyimpangan waktu evaluasi kemajuan proyek
23 delivery pelaksanaan
proyek · Tahapan proyek selesai di luar jadwal
yang telah dipersiapkan
Penyimpangan biaya Kenaikan harga dan lingkup proyek
24
realisasi proyek yang tidak di-cover dalam kontrak
Impor sebagian besar Supply sarana dan suku cadang tidak
25
sarana dan suku cadang dapat dipenuhi oleh dalam negeri
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
kereta api
· Tidak terdapat sumber dana alternatif
untuk modal kerja/modal investasi
terutama dalam sarana dan prasarana
26 Cash flow tidak seimbang
· Kurangnya pemanfaatan dana pada
instrumen jangka pendek di pasar uang
atau pasar modal dengan keuntungan
tertentu
Komposisi pendanaan perjanjian kerja
27 Risiko kesulitan pendanaan
sama operasi yang kurang layak
Pinjaman jangka pendek
Persyaratan pinjaman dengan bunga
28 dan jangka panjang dengan
mengambang dari pemberi pinjaman
bunga mengambang

Tabel 1. Penyebab dari Risiko Operasional yang diidentifikasi

 Pengendalian Risiko PT. KAI

Dari hasil identifikasi penyebab risiko yang secara prioritas harus dikelola untuk
meminimalkan dampak negatif dan kemungkinan terjadinya risiko. Langkah-langkah
pengendalian risiko tersebut disajikan dalam tabel berikut:

1. Pengendalian Risiko Operasional PT KAI

Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
· Penyiap-siagaan backup systems.

· Prosedur kerja untuk sistem pemadam kebakaran,


tangga darurat.
Kebakaran dan kecelakaan
1
kereta api · Coverage asuransi untuk meminimalkan
kerugian/dampak negatif.

· Pengendalian budaya keselamatan oleh polisi


khusus kereta, petugas palang pintu kereta, dan
Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
sosialisasi secara berkala.

· Pendidikan dan pelatihan dasar pemadam


kebakaran.
· Memastikan adanya sistem peringatan dini
(alarm) dan business continuity
planning/contingency plan terhadap kondisi
2 Bencana alam
bencana.

· Prosedur kerja untuk darurat bencana alam.


Keterbatasan suplai suku Pengaturan penggunaan dan suplai suku cadang
3
cadang yang lebih baik.
Optimalisasi kapasitas Depo/Balai Yasa,
Keterbatasan kapasitas penjadwalan pemeliharaan dengan
4
Depo/Balai Yasa memperhitungkan saat sibuk (peak season) yaitu
ketika liburan sekolah, lebaran, natal, tahun baru.
· Optimalisasi perawatan prasarana, ketelitian
pemeriksaan, serta kerjasama tim yang baik.

· Mempercepat pembangunan atau penyelesaian


Gangguan dan kerusakan infrastruktur pendukung (stasiun loading-
pada rel, peralatan unloading).
5
persinyalan dan listrik
aliran atas · Penambahan daya listrik dan penambahan sinyal
dan stasiun.

· Peremajaan gerbong kereta api, renovasi dan


sterilisasi stasiun.
· Memprioritaskan pelayanan terhadap permintaan
jasa angkutan barang dalam jumlah besar dan
kontinu, berjarak tempuh jauh, dan bertarif tinggi
serta pengangkutan berdasarkan perjanjian.

· Mengoptimalkan armada angkutan semen dengan


Terbatasnya mitra menambah frekuensi perjalanan dan mengangkut
6 pengguna angkutan kereta semen kantongan pada waktu kembali.
api barang
· Menyesuaikan tarif secara selektif dan bertahap.

· Menetapkan tarif ‘all in’ angkutan BBM.

· Meningkatkan kelancaran, ketepatan


waktu/kecepatan pelayanan berikut pengirimannya
Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
dengan tingkat jaminan keamanan yang tetap
tinggi.

· Meningkatkan faktor muatan (load factor).


· Pembenahan koordinasi ketersediaan armada
antara lokomotif dengan kereta, dan gerbong.
Dengan mengoptimalkan sumber daya sarana
diharapkan tercapai optimalisasi kapasitas.
Rendahnya jumlah armada
7 yang dapat
· Penambahan kereta baru untuk jalur-jalur yang
dioperasionalkan
potensial.

· Menambah pengoperasian kereta di lintasan


berpenumpang padat.
· Memperbanyak point of sales untuk penjualan
tiket bekerjasama dengan mitra eksternal.

· Melakukan sosialisasi dan promosi di media


nasional terkait penjualan tiket kereta menjelang
peak season.
Meledaknya pengguna jasa
8 transportasi pada musim- · Persiapan posko angkutan menjelang peak
musim tertentu season.

· Persiapan kereta api tambahan.

· Peningkatan bandwidth dan kemudahan akses ke


website untuk memfasilitasi pemesanan tiket secara
online.
· Memanfaatkan teknologi informasi untuk
memperbaiki proses perencanaan dan operasi untuk
Keterlambatan jadwal
meningkatkan keselamatan, ketepatan waktu,
9 keberangkatan dan
pelayanan, dan keamanan.
kedatangan
· Mengurangi toleransi terhadap keterlambatan.
· Penyediaan sebagian valas lebih awal dari
pembayaran atau penerapan mekanisme lindung-
Impor sebagian besar
nilai (hedging).
10 sarana dan suku cadang
kereta api
· Investasi langsung pada sarana dan prasarana
kereta api.
Memastikan studi kelayakan yang bankable dibuat
11 Risiko kesulitan pendanaan
oleh konsultan independen yang kredibel dan
Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
bereputasi baik di kalangan bisnis internasional.
· Penajaman survey/perencanaan dan scope
proyek.

· Amandemen kontrak, memastikan pasal-pasal


pengaman risiko proyek.
Penyimpangan biaya
12
realisasi proyek · Kontrak lumpsum fixed price sejauh
memungkinkan.

· Memastikan kualifikasi dan seleksi penyedia


barang/jasa dan supervisi serta pengujian mutu
secara ketat.
· Right-sizing SDM dan pengurangan pegawai
secara organik sesuai kebutuhan.

· Fokus perekrutan terhadap pegawai lulusan


sarjana, terutama untuk posisi-posisi dengan
keahlian khusus dan sangat sulit dicari di pasar
tenaga kerja.
Terbatasnya tenaga ahli
13 dan tenaga kerja dengan
· Menyelenggarakan berbagai macam pelatihan
skill tertentu
peningkatan kompetensi pegawai, baik yang
bersifat fungsional maupun manajerial.

· Memberi kesempatan yang lebih luas bagi


pegawai untuk mengikuti pendidikan formal yang
terkait dengan peningkatan kemampuan manajerial,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
· Membangun sistem pelayanan jasa transportasi
unggulan yang terpadu dengan jasa pendukung,
seperti kereta bandara, kereta wisata, biro jasa, dan
tour.

· Penajaman survey pasar/pelanggan dan studi


Tidak diminatinya jasa-jasa
kelayakan (FS) oleh pihak independen yang
14 penunjang perkeretaapian
kredibel.
PT KAI
· Strategi pemasaran produk/jasa dan pemanfaatan
social media.

· Perencanaan aliansi strategis/skema kerjasama


bisnis (risk sharing).
Risiko Operasional PT
No Perlakuan (Pengendalian Risiko)
KAI
· Memastikan kepatuhan kode etik dan peraturan
internal dengan hukum dan peraturan terkait yang
berlaku.
Pelanggaran aturan dan
15 · Penerapan/penegakan aturan dan kode etik
kode etik dalam perusahaan
perusahaan secara konsisten berikut sanksi yang
tegas dan sepadan bagi para pelanggarnya serta
menumbuh-kembangkan budaya bersih di seluruh
jajaran perusahaan.

Tabel 2. Pengendalian Risiko Operasional yang dilakukan oleh PT KAI


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan pengendalian risiko dalam industri perkeretaapian sebagai industri


strategis nasional merupakan bagian integral dari proses bisnis perusahaan dan
pengambilan keputusan oleh manajemen, serta tumbuh menjadi budaya bagi
seluruh personil perusahaan sesuai Keputusan Menteri Negara BUMN Republik
Indonesia No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate
Governance pada BUMN, khususnya Pasal 22, terkait Sistem Pengendalian
Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset perusahaan.
Cakupannya meliputi pengkajian dan pengelolaan risiko usaha, yaitu keseluruhan
proses mulai dari mengidentifikasi, menganalisa, menilai/mengevaluasi,
merespon, dan mengendalikan risiko usaha yang relevan hingga pelaporannya.

Berdasarkan hasil evaluasi risiko, PT KAI menghadapi risiko prioritas berupa


kebakaran, kecelakaan kereta api, dan bencana alam, sarana dan prasarana
(keterbatasan suplai suku cadang, keterbasan kapasitas Depo/Balai Yasa,
gangguan dan kerusakan pada rel, peralatan persinyalan, dan listrik aliran atas),
dan kemitraan (terbatasnya mitra pengguna angkutan barang).

Dari penyebab risiko yang terjadi di PT Kereta Api Indonesia (Persero),


ditemukan adanya 28 macam risiko yang teridentifikasi. Dari 28 macam risiko
tersebut adalah risiko operasional PT Kereta Api Indonesia (Persero). Namun
setelah dilihat bahwa dari 28 risiko yang teridentifikasi, 13 risiko berklasifikasi
rendah, sehingga hanya ada 15 risiko berklasifikasi tinggi dan sedang yang
kemudian dilakukan langkah pengendalian risiko, guna meminimalisir bahkan
menghindari risiko buruk yang terjadi.
B. Saran

PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama, haris selalu mengidentifikasi risiko-risiko yang kemungkinan terjadi. Baik
itu nanti risiko yang berklasifikasi dan berakibat tinggi, sedang atau rendah bagi
perusahaan. Tidak hanya bagi perusahaan, namun juga bagi pengguna kereta api,
yang tidak lain adalah masysrakat Indonesia sendiri. Apalagi setiap tahun pasti
ada saja kecelakaan kereta api, yang disebabkan faktor internal maupun eksternal
perusahaan. Mengembangkan inovasi terbaru itu juga perlu, apalagi dijaman yang
sekarang sudah modern atau era globalisasi seperti ini. Harus banyak
berkreatifitas agar mampu bersaing dengan transportasi darat yang lain.

Pengendalian risiko yang semaksimal mungkin, akan menghasilkan risiko


yang seminimal mungkin. Sehingga juga akan meminimalkan kerugian bagi
perusahaan dan pengguna jasa kereta api yaitu masyarakat. Dengan kenyamanan,
perlindungan, asuransi, ketepatan waktu datang dan berangkat kereta api, harga
tiket yang sesuai, peringatan dini bencana, dll yang dilakukan semaksimal
mungkin oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), tentunya masyarakat juga akan
mempercayai PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai transoprtasi darat utama
yang digunakan setiap hari. Sehingga itu juga akan berdampak pendapatan atau
income yang tinggi untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero).
DAFTAR PUSTAKA

 AS:NZS ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and Guidelines.


 Berrado, Abdelaziz, dkk. 2011. The Open Transportation Journal: A Framework for
Risk Management in Railway Sector: Application to Road-Rail Level Crossings.
 Muslich, Muhammad. 2007. Manajemen Resiko Operasional-Teori & Praktek,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, PT. Bumi Aksara.
 Universitas Gajah Mada, Fakultas Geografi, 2007. Tugas Mata Kuliah Geografi
Transportasi “Tingginya Resiko Kecelakaan Bagi Perkeretaapian Di Indonesia
“Terutama Pada Persimpangan Antara Jalan Raya Dengan Jalur Jalan Rel Kereta
Api”.
 Laporan Tahunan 2013 PT Kereta Api Indonesia.
 Profil Perusahaan Tahun 2013 PT Kereta Api Indonesia.
 Risk Management Guidelines Companion To AS/NZS 4360:2004.
 Website PT Kereta Api Indonesia. http://kereta-api.co.id
 https://robiepiyan.wordpress.com/2012/01/12/bentuk-bentuk-usaha/
 http://cutheanna.blogspot.com/2013/01/softskill-pengendalian-risiko.html
 http://tykasartika.blogspot.com/2013/01/pengendalian-resiko.html
 https://championewealthplanner.wordpress.com/tag/risk-control/

Anda mungkin juga menyukai