Negara tempat perusahaan berbisnis, jenis produk, variasi kondisi persaingan, dan factor strategis lainnya memengaruhi kebijakan penetapan harga. Harga dan syarat-syarat penjualan tidak dapat hanya mengandalkan kriteria domestic (tempat asal perusahaan) saja. 1. Tujuan Penetapan Secara umum, keputusan penetapan harga dapat dilihat dengan dua cara: penetapan harga sebagai sebuah instrument aktif untuk mencapai tujuan pemasaran, atau penetapan harga sebagai elemen statis sebuah keputusan bisnis. Bila penetapan harga dipandang sebagai instrument aktif, perusahaan menggunakan harga untuk mencapai sebuah tujuan spesifik, antara lain target memperoleh keuntungan, target pangsa pasar, atau tujuan spesifik lainnya. Perusahaan yang menggunakan pendekatan kedua, yaitu penetapan harga sebagai elemen statis, mungkin hanya akan mengekspor kelebihan persediaan, menempatkan bisnis luar negeri bukan sebagai prioritas utama, dan menganggao oenjualan ekspor hanya memberikan kontribusi yang kecil dalam volume penjualan total. 2. Impor Paralel Selain menghadapi persaingan harga antarnegara dan anatraproduk, perusahaan juga harus menjaga diri terhadap persaingan dengan anak perusahaan atau cabangnya sendiri. Oleh karena perbedaan harga amat mungkin terjadi di pasar Negara yang berbeda, sebuah produk yang dijual suatu Negara mungkin saja diekspor ke Negara yang lain dan harga jualnya dipotong di Negara tersebut. - Impor parallel berkembang ketika para importer membeli produk dari distributor di sebuah Negara dan menjualnya di Negara lain pada distributor lain yang bukan merupakan bagian dari system distribusi perusahaan tersebut. Praktik ini menguntungkan ketika terdapat margin yang besar pada harga untuk produk yang sama di Negara yang berbeda. Variasi kondisi dapat menciptakan kesempatan yang menguntungkan untuk pasar parallel. - Distributif eksklusif, sebuah cara yang sering digunakan oleh perusahaan untuk mempertahankan margin ritel yang tinggi dan mendorong peritel untuk memberikan layanan ekstra pada pelanggan, memasok variasi produk luas, atau untuk memelihara kualitas citra ekslusif sebuah produk, ternyata dapat memicu kondisi yang memungkinkan terjadinya impor paralel B. PENDEKATAN-PENDEKATAN PENETAPAN HARGA INTERNASIONAL Perusahaan yang tidak mengenal pemasaran internasional dan perusahaan yang memproduksi barang-barang industry menetapkan harga mereka hanya berdasarkan biaya. Sementara, perusahaan yang menetapkan harga berdasarkan bauran strategi telah menyadari adanya segmentasi pasar antarnegara atau antarpasar, penetapan harga bersaing di pasar, dan factor-faktor penetapan harga lainnya seperti perbedaan budaya yang memengaruhi persepsi terhadap harga. 1. Penetapan Harga Berbasis Biaya Penuh versus Biaya Variabel Pada penetapan harga berbasis biaya variable (variable-cost pricing), perusahaan hanya memerhatikan biaya produksi marginal atau incremental barang-barang yang dijual di pasar luar negeri. Perusahaan-perusahaan seperti ini menganggap penjualan ke luar negeri hanyalah bonus penjualan dan berasumsi bahwa setiap pendapatan yang melebihi biaya variable memberikan keuntungan bersih. Perusahaan-perusahaan seperti ini mungkin dapat menetapkan harga yang paling bersaing di pasar luar negeri, namun karena hanya mereka dapat menjual barang di luar negeri dengan harga bersih yang lebih murah dibandingkan pasar domestic, maka perusahaan-perusahaan tersebut kemungkinan besar melakukan dumping. Apabila hal tersebut terjadi, mereka merupakan sasaran bagi tarif antidumping atau penalty yang mengurangi daya saing mereka. Walaupun demikian, penetapan harga berbasis biaya variable atau biaya marginal (marginal-cost) merupakan pendekatan praktis dalam penetapan harga ketika perusahaan memiliki biaya tetap yang tinggi dan kapasitas produksi yang berlebih. Setiap kontribusi atau pemasukan yang menutupi biaya tetap setelah biaya variable tergantikan dihitung sebagai keuntungan perusahaan. Perusahaan yang menerapkan penetapan harga berbasis biaya penuh (full-cost pricing) menyatakan bahwa unit produk yang mirip tetap saja berbeda dari unit lainnya dalam hal biaya sehingga setiap unit tersebut harus menanggung penuh total biaya tetap dan variable. Pendekatan ini cocok diterapkan ketika sebuah perusahaan memiliki biaya variable yang relative lebih tinggi dibandingkan biaya tetapnya. Harga sering kali ditetapkan berdasarkan biaya plus, yaitu biaya total ditambah margin keuntungan. 2. Penetapan Harga Skimming versus Penetrasi Perusahaan menggunakan skimming ketika tujuan penetapan harga tersebut adalah untuk meraih sebuah segmen yang tidak sensitive terhadap harga sehingga bersedia membayar harga premium untuk mendapatkan nilai tertentu dari suatu produk. Ketika sebuah perusahan menjadi satu-satunya penjual sebuah produk baru atau inovatif, harga skimming juga dapat diterapkan untuk memaksimalkan keun tungan hingga persaingan memaksa harga untuk turun. Skimming juga sering kali digunakan pada pasar yang hanya memiliki dua tingkat pendapatan: kaya dan miskin. Faktor biaya membuat perusahaan tidak menerapkan harga yang mungkin terjangkau oleh pasar berpendapatan rendah, sehingga pemasar menetapkan harga premium dan produk kemudian ditargetkan pada segmen berpendapatan lebih tinggi dan relative tidak sensitive terhadap harga. Kebijakan penetapan harga penetrasi digunakan untuk menstimulasi pasar dan pertumbuhan penjualan dengan secara sengaja menawarkan produk pada harga rendah. Harga penetrasi lebih sering digunakan untuk mendapatkan dan mempertahankan pangsa pasar sebagai sebuah maneuver persaingan. C. KENAIKAN HARGA Kenaikan harga (price escalation) merupakan biaya tambahan yang muncul akibat mengekspor produk dari negara yang satu ke negara lain. Mayoritas biaya-biaya tersebut meningkat sebagai akibat langsung dari perpindahan barang melewati batasan Negara dan sering kali kenaikan harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga dipasar domestik. 1. Biaya Ekspor Keuntungan berlebih memang terjadi di sebagian pasar internasional, namun umumnya penyebab adanya perbedaan harga antara Negara pengekspor dan negara pengimpor yang disebut sebagi kenaikan harga merupakan biaya tambahan dalam mengekspor seperti biaya asuransi, pengepakan, dll. 2. Biaya Pajak, Tarif, Administrasi Pajak mencakup tariff, dan tarif memengaruhi harga untuk konsumen akhir. Sebuah tariff, atau kewajiban, merupakan bentuk pajak istimewa. Tarif adalah sejumlah biaya yang dikenakan ketika barang dibeli dari Negara lain dan masuk ke dalam negeri. Tingkat tariff biasanya dianggap sebagai tingkat bea impor dan mungkin diberlakukan dalam bentuk yang spesifik, ad valorem, atau campuran. Bea impor yang spesifik adalah penarikan biaya tetap untuk setiap unit barang yang diimpor. Biaya impor ad valorem merupakan penarikan biaya dalam bentuk persentase dari nilai barang yang diimpor. Bea campuran mencakup penarikan biaya spesifik dan ad valorem. Banyak Negara yang memiliki pajak pembelian atau pajak penjualan yang diterapkan pada beragam katergori barang; pajak nilai tambah atau keluar masuk yang diterapkan pada produk yang memasuki sebuah saluran distribusi, serta pajak penjualan eceran. Lisensi ekspor dan impor, dokumen lain, serta pengaturan fisik untuk membawa produk dari pelabuhan tempat masuknya barang ke lokasi pembeli juga menimbulkan biaya tambahan. 3. Inflasi Oleh karena inflasi dan kendali harga yang dimiliki setiap Negara berada di luar kendali perusahaan, perusahaan menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan harga jual sebagai kompensasi tekanan inflasi dan pengendalian harga. Perusahaan dapat menetapkan biaya untuk layanan ekstra, meningkatkan biaya dalam penetapan harga transfer, atau memecah produk ke dalam bentuk komponen dan menetapkan harga setiap komponen secara terpisah. Inflasi mengakibatkan kenaikan harga konsumen dan menghadapkan konsumen pada peningkatan harga terus-menerus sehingga pada akhirnya membuat mereka tidak diperhitungkan lagi sebagai pasar. 4. Deflasi Deflasi menghasilkan penurunan harga terus-menerus dan menciptakan hasil positif bagi konsumen. Namun seiring terus turunnya harga selama beberapa tahun, mereka yang kurang mampu menyesuaikan biaya untuk tetap memperoleh margin dari harga yang terus–menerus turun akhirnya berjatuhan. Dalam pasar yang mengalami deflasi, penting bagi perusahaan untuk menjaga harga tetap rendah dan meningkatkan nilai merek untuk memenangkan kepercayaan konsumen. 5. Fluktuasi Nilai Tukar Kontrak perdagangan dunia dapat dengan mudah dituliskan karena pembayaran dispesifikasikan dalam nilai mata uang yang relative stabil. Dolar Amerika sebelumnya merupakan standard an semua transaksi terkait dengannya. Saat ini terdapat nilai sejumlah mata uang yang berpengaruh besar dan nilainya dengan bebas berfluktuatif relative terhadap satu sama lain, tidak ada yang dapat memastikan nilai mata uang mana pun di masa depan. 6. Variasi Nilai Mata Uang Selain risiko tambahan dari variasi nilai tukar, risiko lainnya muncul akibat perubahan nilai mata uang suatu Negara relative terhadap nilai mata uang Negara lainnya. Perubahan nilai tukar mata uang dipandang sebagai masalah penetapan harga yang serius oleh perusahaan-perusahaan global. Oleh karena keuntungan dari mata uang dolar yang lebih lemah umumnya tidak berlangsung lama, perusahaan perlu mengambil langkah proaktif satu sama lain. Bagi perusahaan yang memiliki rencana jangka panjang untuk beroperasi di pasar luar negeri akan menginginkan harga yang mampu bersaing, sehingga strategi harga harus mencerminkan variasi nilai mata uangnya. 7. Biaya Perantara dan Transportasi Panjang saluran distribusi dan pola pemasaran amat bervariasi. Keragaman saluran distribusi yang digunakan untuk meraih pasar dan kurangnya standarisasi kenaikan harga perantara membuat para produsen tidak menyadari adanya harga akhir sebuah produk. Selain keragaman saluran distribudi, pemasar yang beroperasi secara terintegrasi di luar negeri menghadapi berbagai biaya yang tidak diantisipasi sebelumnya karena infrastruktur pemasaran dan saluran distribusi masih belum meamdai di banyak Negara. Pemasar juga akan menemukan tambahan biaya untuk gudang dan harus menangani pengiriman skala kecil, serta menghadapi peningkatan biaya pendanaan ketika berurusan dengan perantara yang kekurangan dana. Kegiatan ekspor juga menimbulkan kenaikan biaya transportasi ketika memindahkan barang dari satu Negara ke Negara lainnya. Bila barang dikirim melaui perairan, maka asuransi, pengepakan, dan penanganan barang akan menjadi tambahan biaya yang umumnya tidak dimasukkan dalam biaya produksi local. Biaya tambahan tersebut kemudian menjadi beban karena tariff impor di berbagai Negara umumnya berbasis biaya di daratan, yang mencakup biaya transportasi, asuransi, serta pengiriman. Biaya tersebut akan menambah inflasi dari harga akhir. D. BERBAGAI PENDEKATAN UNTUK MENGURANGI KENAIKAN HARGA Tiga metode yang digunakan untuk mengurangi baiaya dan kenaikan harga adalah menurunkan harga pokok penjualan, menurunkan tariff, dan menurunkan biaya distribusi. 1. Menurunkan Biaya Produk Apabila biaya produksi dapat diturunkan, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh saluran distribusi. Salah satu alas an utam aperusahaan memproduksi barang di Negara dunia ketiga karena hal tersebut merupakan sebuah upaya untuk mengurangi biaya produksi sehingga akan mengurangi kenaikan harga. Menghilangkan fitur-fitur fungsional berbiaya tinggi ataau bahwa menurunkan kualitas produk secara keseluruhan merupakan metode lain untuk meminimalisasi kenaikan harga. Menghilangkan elemen tersebut berarti biaya manufaktur yang lebih rendah sehingga akan mengurangi kenaikan harga. Mengurangi biaya manufaktur juga sering kali menghasilkan dua keuntungan: harga yang lebih rendah bagi pembeli yang bisa juga berarti tariff lebih rendah, mengingat tariff ditarik berbasis ad valorem. 2. Menurunkan Tarif Ketika tariff berperan besar dalam kenaikan harga, perusahaan akan mencari cara untuk menurunkannya. Sebagian produk dapat dikategorikan ulang menjadi kategori yang berbeda, lebih rendah, dan beragam. Selain melakukan klarifikasi ulang menjadi prodduk yang tarifnya lebih murah, terdapat kemungkinan lain berupa memodifikasi produk agar sesuai dengan kategori tarfi yang diinginkan. Seringkali terdapat perbedaan antara produk yang telah sepenuhnya dirakit, siap pakai, dengan produk yang perlu dirakit, membutuhkan proses lebih lanjut, tambahan komponen yang berasall dari produsen local, atau proses lain yang menambah nilai produk dan dapat dilakukan di luar negeri. Pengepakan ulang juga dapat membantu pengurangan tariff. 3. Menurunkan Biaya Distribusi Saluran distribusi yang lebih pendek membuat perusahaan dapat mengendalikan harga produk. Merancang sebuah saluran distribusi dengan hanya beberapa perantara mungkin akan menurunkan biaya distribusi, yaitu dengan cara mengurangi atau menghilangkan kenaikan harga perantara. Selain menghilangkan kenaikan harga, jumlah perantara yang lebih sedikit juga memungkinkan penarikan pajak secara umum yang lebih rendah. Sebagian Negara menarik pajak untuk tiap penambahan nilai produk yang melalui saluran distribusi. Barang-barang dikenakan pajak setiap kali berpindah tangan. Pajak tersebut berupa pajak kumulatif maupun tidak. Pertambahan nilai pajak kumulatif berdasarkan oleh harga jual total dan kemudian ditarik setiap kali berpindah tangan 4. Menggunakan Zona Perdagangan Luar Negeri Sebagian Negara telah membangun zona perdagangan bebas (free trade zones) atau pelabuhan bebas biaya untuk memfasilitasi perdagangan internasional. Lebih dari 300 fasilitas tersebut dioperasikan di seluruh dunia, menyimpang persediaan atau memprodses barang-barang impor. Di ZPB, pembayaran tariff impor ditangguhkan sampai produk keluar dari area ZPB dan masuk ke Negara tujuan. Memberdayakan ZPB pada tingkat tertentu dapat membuat perusahaan mampu mengendalikan kenaikan harga, yaitu dalam bentuk pengurangan pajak, tariff, biaya tambahan, niaya pengiriman, dan lainnya. ZPB memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk menghindari, megurangi, atau menghilangkan berbagai pungutan sehingga harga akhir produk lebih bersaing. Salah satu keuntungan terpenting ZPB dalam hal pengendalian harga adalah pembebasan penarikan cukai dari pekerja dan biaya overhead yang muncul ketika dilakukan penelusuran pertambahan nilai barang di ZPB. Dengan mengirimkan barang-barang yang belum jadi ke ZPB sebuah Negara pengimpor, seorang pemasar dapat menurunkan biaya dengan berbagai cara: Tarif dapat lebih rendah karena bea cukai biasanya ditetapkan lebih rendah untuk barang” belum jadi dibandingkan barang yang siap pakai. Bila biaya pekerja di Negara pengimpor lebih rendah, maka penghematan yang signifikan dapat diraih dalam bentuk harga akhir produk. Transportasi melalui laut dipengaruhi oleh berat dan volume kapal, sehingga barang-barang yang belum dirakit dapat menurunkan biaya pengiriman. Bila terdapat elemen local dalam produk, misalnya dalam kemasan ataupun komponen, yang akan digunakan dalam perakitan akhir, maka tariff dapat diturunkan. 5. Dumping Dumping merupakan penjualan barang di pasar luarn negeri dengan harga yang lebih murah untuk barang yangs ama dibandingkan dengan harga di dalam negeri. Aturan yang ditetapkan oleh WTO memperbolehkan penarikan biaya atas praktek dumping ketika barang dijual pada harga yang lebih rendah dari harga ekspor nomal atau lebih rendah dari biaya produksi di Negara asal yang secara rasional umumnya meningkat dalam hal biaya penjualan dan keuntungan, atau ketika kemungkinan praktek dumping tersebut merugikan kegiatan perekonomian Negara pengimpor. Pengenaan biaya kompensai atau volume akses minimal yang membatasi jumlah barang yang boleh diimpor, mungkin dapat dibebankan pada produk luar negeri yang diuntungkan dengan adanya subsidi dalam hal produksi, ekspor, ataupun transportasi. E. PENYEWAAN DI PASAR INTERNASIONAL Sebuah teknik penjualan yang penting untuk mengurangi harga tinggi dan kekurangan modal adalah dengan menerapkan system penyewaan. Konsep penyewaan peralatan telah menjadi semakin penting sebagai salah satu cara untuk menjual brang modal di pasar luar negeri. Sistem sewa yang digunakan oleh para eksportir barang industry serupa dengan kontrak sewa yang digunakan di AS. Periode sewa berkisar antara satu hingga lima tahun, dengan oembayaran bulanan atau tahunan; termasuk biaya sewa lainnya seperti pemeliharaan, perbaikan, dan suku cadang. Kontrak sewa di dalam dan luar negeri pada dasarnya sama, dan begitu juga kelebihan serta kekurangan sewa tersebut. Kelebihan sewa antara lain: Sewa membuka kesempatan untuk meraih segmen yang besar berupa perusahaan-perusahaan pendanaan luar negeri yang mampu menyewa maupun tidak mampu membeli barang. Sewa dapat memudahkan masalah berupa penjualan barang eksperimen dan produk baru, karena menyewa memiliki risiko lebih rendah bagi pengguna daripada membeli. Sewa membantu adanya jaminan yang lebih baik dalam pemeliharaan dan layanan barang modal di luar negeri. Peralatan yang disewakan dan digunakan membantu penjualan perusahaan lain di Negara tersebut. Pendapatan sewa cenderung lebih stabil dibandingkan penjualan langsung. Sedangkan kekurangan dari sewa terletak pada selera pasar internasional. Selain factor internal sewa, sebagian masalah disebabkan oleh hubungan internasional. Masalah lainnya adalah devaluasi nilai mata uang, pengambilalihan, atau resiko politik lainnya yang berlangsung lebih lama dibandingkan bila penjualan yang sama dibuat sekaligus. F. COUNTERTRADE SEBAGAI ALAT PENETAPAN HARGA 1. Mengapa para pembeli melakukan countertrade Untuk mempertahankan mata uang kartal. Negara-negara dengan mata uang yang tidak dapat ditukar menganggap countertrade atau barter sebagai suatu cara untuk menjamin bahwa beban mata uang (untuk impor barang luar negeri) akan diimbangi dengan mata uang kartal (dihasilkan dari kewajiban pihak luar negeri yang membeli barang-barang dalam negeri). Untuk meningkatkan neraca perdagangan. Bangsa yang nilai ekspornya tidak seimbang dengan impor semakin lama akn semakin bergantung pada countertrade sebagai cara untuk menyeimbankan pencatatan buku besar mengenai perdagangan bilateral. Untuk memperoleh akses pada pasar baru. Oleh karena Negara berkembang atau Negara yang bukan menjadi target pasar meningkatkan produksi barang ekspor sering kali Negara tersebut kurang mempersiapkan saluran distribusinya untuk menjual barang-barang pada dunia Barat demi mendapatkan mata uang kartal. Dengan mengajukan permintaan countertrade, organisasi perdagangan luar negeri akan memberdayakan organisasi pemasaran dan para ahli dan perusahaan-perusahaan Barat untuk memasarkan produknya pada Negara tersebut. Untuk meningkatkan kapabilitas produksi. Dengan menyepakati perjanjian kompensasi dengan persetujuan perusahaan luar negeri (biasanya perusahaan barat) bahwa mereka akan menyediakan pabrik dan peralatan serta membeli barang jadi, organisasi perdagangan dunia yang beranggotakan Negara-negara sedang berkembang dapat memperoleh kerja sama yang bersifat teknis untuk meningkatkan fasilitas industry. Untuk memelihara harga barang ekspor. Countertrade dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melepaskan produk dengan harga yang tidak terjangkau dalam oersyaratan barang tunai. Walaupun penjual Barat menyerap biaya tambahan dengan menaikkan harga melebihi harga aslinya, harga nominal barang-barang counterpurchase akan terus terpelihara, dan penjual tidak perlu lepas tangan atas nilai produk kelak di pasar suplai maupun permintaan. Sebaliknya, bila harga produk untuk sebuah komodotas tampak tinggi, suatu Negara akan melakukan barter untuk mendapatkan barang-barang dari Barat sehingga harga riil yang dibayar oleh mitra dari Barat tersebut menjadi lebih rendah daripada harga dunia. Untuk mendorong investasi kembali pendapatan yang telah dihasilkan dari perjanjian dalam hal persenjataan. 2. Jenis-jenis Countertrade Countertrade mencakup empat jenis transaksi yang berbeda: Barter adalah pertukaran barang secara langsung antara dua pihak dalam sebuah transaksi. Tidak ada uang yang dipindahtangankan, dan tidak ada pihak ketiga yang terlibat. Barter dapat juga dilakukan untuk mengurangi utang Negara. Perjanjian kompensasi meliputi pembayaran baik dalam bentuk barang maupun uang tunai. Salah satu keuntungan perjanjian kompensasi dalam bareter adalah ketetapan pembayaran sebagian tagihan dalam bentuk tunai secepatnya; sisa pembayarannya kemudian diberikan setelah penjualan barang diterima. Counterpurchase atau perdagangan penyeimbang (offset trade), penjual setuju untuk menjual sebuah produk pada harga tertentu pada seorang pembeli, dan menerima pembayaran secara tunai. Perjanjian pembelian kembali produk, penjualan meliputi barang dan jasa yang memproduksi barang dan jasa lainnya, yaitu pabrik, peralatan produksi, atau teknologi. Perjanjian pembelian kembali biasanya mencakup dua situasi: penjual setuju untuk menerimanya sebagai bagian dari pembayaran sebagian hasil, atau penjual menerima pembayaran penuh namun setuju untuk membeli kembali sebagian hasil. 3. Masalah dalam Countertrading Masalah utama dalam Countertrading adalah dalam menentukan nilai dan permintaan potensial barang yang ditawarkan. Sering kali waktu yang tersedia tidak cukup untuk melakukan analisis pasar; bahkan jarang terjadi negosiasi penjualan yang selesai sebelum countertrade diajukan sebagai syarat penyelesaian transaksi. Badan barter (barter house) dikhususkan untuk barang-barang yang diperdagangkan atau dibeli melalui perjanjian barter dan merupakan salah satu bentuk bantuan utama bagi perusahaan yang dirugikan akibat ketidakpastian dalam countertrade. 4. Internet dan Countertading Internet dianggap mungkin untuk menjadi alat untuk sebuah perekonomian barter yang besar, untuk melengkapi dan memperluas barter yang terjadi di luar internet saat ini. Sebagian jenis mata uang yang digunakan dalam perdagangan elektronik kemungkinan akan menggantikan mata uang nasional dalam transaksi dagang internasional. Hal ini membuat bisnis internasional lebih mudah bagi sebagian Negara karena mengurangi keharusan untuk menyediakan mata uang kartasl AS atau lainnya demi penyelesaian transaksi penjualan atau pembelian. 5. Strategi Countertade yang Proaktif Perusahaan dengan strategi proaktif akan berkomitmen untuk menggunakan countertrade secara agresif sebagai alat pemasaran dan penetapan harga. Mereka dapat melihat bahwa countertrade merupakan sebuah kesempatan untuk mengekspansi pasar dan bukan sebagai reaksi tidak nyaman atas munculnya permintaan pasar. Transaksi countertrade yang sukses mengharuskan pemasar menentukan nilai barang yang ditawarkan ke konsumen secara akurat dan melepaskan barang barter ketika barang tersebut diterima di pasar. Pelaku countertrade harus dapat menjawab pertanyaan berikut sebelum masuk dalam perjanjian: Apakah terdapat pasar yang siap menerima barang yang akan dibarter? Apakah kualitas barang yang ditukar konsisten dan dapat diterima? Apakah ada ahli yang dapat menangani negosiasi? Apakah harga dalam kontrak mencukupi untuk menutup biaya barter dan oendapatan bersih yang diinginkan? G. STRATEGI PENETAPAN HARGA TRANSFER Harga produk yang ditransfer dari bagian operasi atau unit penjualan di satu Negara ke unit ditempat lainnya, yang disebut penetapan harga internal perusahaan atau penetapan harga transfer, dapat disesuaikan untuk meningkatkan keuntungan akhir perusahaan secara keseluruhan. Beberapa keuntungan penetapan harga transfer adalah: Menurunkan biaya bea cukai dalam pengiriman barang ke Negara yang menetapkan tariff tinggi dengan adanya harga transfer yang minimal, sehingga dasar bea cukai yang digunakan rendah yang menghasilkan bea cukai yang juga rendah. Menurunkan pajak pendapatan bagi Negara dengan tingkat pajak tinggi, yaitu dengan cara menetapkan harga yang lebih tinggi dari yang sebenarnya untuk barang yang ditransfer atau dijual ke unit perusahaan yang berada di Negara bertairf pajak tinggi tersebut; dengan demikian keuntungan akan hilang dan dipindahkan ke Negara yang memiliki tingkat pajak lebih rendah. Perpindahan keuntungan seperti itu juga dapat digunakan untuk mempercantik laporan keuangan, yaitu dengan cara melaporkan keuntungan di Negara tempat perusahaan melakukan pinjaman dan kegiatan pendanaan lainnya. Memfasilitasi pembagian dividen ketika aturan pembagian dividen ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Pendapatan yang tidak jelas dapat dikeluarkan dalam bentuk produk harga tinggi untuk produk atau komponen yang dikirimkan pada unit di Negara tersebut. Tujuan umum system penerapan harga internal perusahaan meliputi memaksimalkan keuntungan untuk perusahaan secara keseluruhan; membantu pengendalian oleh induk perusahaan; dan menawarkan dasar yang kuat dalam memelihara, mengembangkan, dan mendapatkan penghargaan untuk keuntungan para pekerja baik di seluruh level manajemen, divisi produk maupun divisi internasional. Ada empat bentuk penetapan harga untuk transfer internal perusahaan, yaitu: Penjualan dikurangi biaya produksi ditambah kenaikan harga standar. Penjualan dikurangi biaya produksi yang paling efisien ditambah kenaikan harga standar. Penjualan dengan harga yang telah dinegosiasikan. Penjualan secara wajar menggunakan harga yang sama yang ditawarkan pada pelanggan luar perusahaan. H. PENAWARAN HARGA Dalam menawarkan harga barang untuk penjualan di pasar internasional, sebuah kontrak daoat mencakup elemen-elemen spesifik yang bisa memengaruhi harga, misalnya kredit, periode penjualan, dan transportasi. Pihak-pihak yang bertransaksi harus yakin bahwa penawaran yang disetujui telah meliputi pihak yang akan bertanggung jawab atas barang-barang selama transportasi dan yang akan membayar biaya transportasi serta dalam hal apa saja. Sebuah penawaran harga juga harus mencantumkan mata uang yang akan digunakan, periode kredit, serta jenis dokumentasi yang diperlukan. Yang terakhir, sebuah penawaran harga dan kontrak juga harus mendefinisikan kuantintas dan kualitas. I. PENETAPAN HARGA TERKENDALI Penetapan harga terkendali merupakan sebuah upaya untuk menetapkan harga bagi seluruh pasar. Kebijakan harga tersebut dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pesaing, oemerintah local, nasional, ataupun pemerintah pusat, atau melalui oerjanjian internasional. Secara umum tujuan akhir dari seluruh kegiatan penetapan harga terkendali adalah untuk mengurangi atau menghilangkan dampak persaingan harga. Adanya upaya-upaya penerapan pengendalian harga dalam bisnis dicerminkan oleh beragamnya bentuk pengendalian harga; perencanaan harga dalam bentuk perjanjian, perencanaan, penggabungan, konspirasi, kartel, komunitas keuntungan, pemusatan keuntungan, lisensi, asosiasi perdagangan, kepemimpinan pasar, penetapan harga umum, atau perjanjian informal antarperusahaan. Jenis perencanaan pengendalian harga dapat disesuaikan dengan bisnis internasional, dan dari semua bentuk perencanaan, kartel merupakan bentuk yang paling dekat hubungannya dengan pemasaran internasional. 1. Kartel Kartel terjadi ketika beragam perusahaan memproduksi produk barang atau jasa yang serupa kemudian bekerja sama untuk mengendalikan pasar melalui jenis barang atau jasa yang mereka produksi. Asosiasi kartel mungkin saja menggunakan perjanjian formal dalam menetapkan harga, menetapkan tingkat produksi dan penjualan bagi semua perusahaan yang berpartisipasi, mengalokasikan teritori pasar dan bahkan mendistribusikan keuntungan. 2. Penetapan Harga Akibat Pengaruh Pemerintah Demi mengendalikan harga, pemerintah dapat menetapkan margin, menetapkan harga batas bawah dan batas atas, melarang adanya perubahan harga, turut bersaing di pasr, memberikan subsidi, dan bertindak sebagai pembeli monopsony, atau menjual barang secara monopoli. Pemerintah juga dapat mempengaruhi harga dengan memperbolehkan bahkan mendorong bisnis untuk berkolusi dalam menetapkan harga.