Anda di halaman 1dari 10

Case Report Session

RHINITIS ALERGI

Oleh :

Rurin Ardiyanti

1110311024

Preseptor:

dr. Fenty Anggraini, Sp.P

dr. Devita

dr. Sandra

dr. Nina

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS SEBERANG PADANG

2017
Case Report Session

BAB I

PENDAHULUAN

1
Case Report Session

BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nn. C/ Perempuan / 16 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar
c. Alamat : Seberang Padang Utara
d. Tanggal Berobat : 7 Juli 2017

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara :2
c. Status Ekonomi Keluarga : Penghasilan Rp. 6.000.000/bulan
d. Kondisi Rumah :
- Rumah pasien permanen, pekarangan cukup
- Ventilasi cukup, penerangan cukup, jumlah kamar 4 buah
- Sumber air minum PDAM
- Listrik ada
- Pasien memiliki 2 buah kamar mandi di rumah
- Sampah dibuang dikumpulkan kemudian diangkut ke tempat
pembuangan akhir
Kesan: Hygiene dan sanitasi baik
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal dengan ayah, ibu dan adik.
- Riwayat anggota keluarga merokok (-)
- Pasien tinggal di daerah kota yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis Keluarga, Kebiasaan, dan Imunisasi, Tumbuh Kembang


- Hubungan pasien dengan keluarganya baik
- Riwayat merokok tidak ada
- Tumbuh kembang pasien baik

4. Keluhan utama:
Hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu
5. Riwayat Penyakit Sekarang :

2
Case Report Session

- Hidung tersumbat sejak 3 hari yang lalu. Awalnya hidung tersumbat hanya
dirasakan saat pagi hari, kemudian hidung tersumbat berangsur-angsur
membaik, dan muncul kembali saat disore hari. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Hidung tersumbat pada salah satu
hidung dan dirasakan bergantian. Hidung tersumbat tidak dipengaruhi oleh
posisi.
- Pilek sejak 1 bulan yang lalu. Cairan berwarna bening, encer, dan tidak
berbau. Keluhan ini didahului dengan bersin bersin di pagi dan sore hari
yang lebih dari 5 kali.
- Demam tidak ada.
- Batuk tidak ada.
- Nyeri pada daerah muka tidak ada.
- Nyeri menelan tidak ada. Rasa tidak enak pada tenggorok tidak ada.
- Nyeri pada telinga tidak ada, rasa tersumbat pada telinga tidak ada,
pendengaran berkurang tidak ada.
- Pasien sudah berobat ke Puskesmas 2 minggu yang lalu, keluhan tidak
kunjung membaik.

6. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien sudah berulang kali mengalami penyakit seperti ini.
- Riwayat sesak nafas dengan bunyi menciut tidak ada, riwayat alergi
makanan, obat, tidak ada.

7. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Ayah pasien memiliki riwayat sesak nafas dengan bunyi menciut

8. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/mnt

3
Case Report Session

Frekuensi nafas : 18x / menit


Suhu : 38,6 °C
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 155 cm
Status Gizi : Normoweight (IMT: 19,9)

Kulit : Teraba hangat


KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : Bulat, simetris
Rambut : Warna hitam, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : konka media dan inferior edem, sekret (+) serosa.
Telinga : tidak ada sekret, membran timpani intak
Gigi & mulut : karies (-)
Tenggorok : T1 – T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis, post nasal drip (-)
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB, dan tiroid.
Paru :I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada (-)
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor
A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : I : Iktus tidak terlihat
Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen :I : tampa datar
Pa : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Pe : timpani
A : Bising usus positif, normal
Punggung : skoliosis (-)
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan colok dubur
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

9. Diagnosa Kerja : Rhinitis Alergi Persisten Sedang

4
Case Report Session

10. Diagnosa Banding : Rhinitis Vasomotor


11. Pemeriksaan Anjuran : Pemeriksaan darah rutin, Skin Prick Test (bila
memungkinkan).
12. Manajemen
a. Preventif :
- Hindari alergen pencetus
-
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa Rhinitis alegi adalah
penyakit anak yang tidak menular menular, dapat membaik dengan
menghindari faktor pencetus.

c. Kuratif :
- Cetirizine 1x1 selama 5 hari
-
d. Rehabilitatif :
-

5
Case Report Session

RESEP
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas SeberangPadang
Dokter : Rurin Adiyanti
Tanggal: 7 Juli 2017

R/ Cetirizine tab No. X


S1dd Tab I

Pro : Nn. C
Umur : 16 tahun
Alamat : Seberang Padang Utara

6
Case Report Session

BAB III
DISKUSI KASUS

Dilaporkan seorang pasien Perempuan usia 17 tahun dengan diagnosis


Parotitis Epidemika. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnesis didapatkan nyeri pada kiri sejak 2 hari yang lalu,
terus-menerus, berdenyut-denyut, demam sejak 2 hari yang lalu, terus-menerus,
tinggi, bengkak pada pipi kiri sejak 1 hari yang lalu yang semakin membesar dan
disertai dengan nyeri, batuk sejak 1 minggu yang lalu, berdahak bening, dan
meningkat dimalam hari. Nafsu makan menurun sejak 2 hari lalu, riwayat kontak
dengan orang yang memiliki keluhan serupa ada. Keponakan pasien juga
mengalami hal yang sama. Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tinggi yaitu 38,6 °C, pada leher
Tampak pembengkakan preaurikula hingga ke leher lateral. Nyeri tekan (+), hiperemis (-).
Status antopometri pasien yaitu normoweight.
Berdasarkan literatur, masa prodormal ditandai dengan perasaan lesu, nyeri
pada otot terutama leher, sakit kepala, nafsu makan menurun diikuti dengan
pembesaran cepat satu atau dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah yang lain
seperti submaksilaris dan sublingual. Sementara gejala klasik akan timbul dalam
24 jam, anak akan mengeluh sakit telinga dan diperberat jika mengunyah
makanan. Dalam beberapa hari kelenjar parotis dapat terlihat membesar dengan
cepat mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari sehingga aurikula akan terangkat
dan terdorong ke lateral. Selama masa pembesaran kelenjar rasa nyeri dan nyeri
tekan sangatlah hebat. Pembesaran kelenjar membentuk pola membentuk lonjong
yang meluas kearah depan dan bawah mulai dari sudut tulang ahang bawah.
Gambaran klinis pasien ini sesuai dengan diagnosis parotitis epidemika yaitu
demam, nyeri leher, nafsu makan menurun diikuti dengan pembesaran cepat
kelenjar parotis satu hari kemudian.
Berdasarkan literatur yang ada, pasien dengan parotitis dapat sembuh
sendiri. Terapi konservatif diberikan berupa hidrasi yang adekuat dan nutrisi yang
cukup untuk membantu penyembuhan. Parasetamol dapat digunakan untuk

7
Case Report Session

mengurangi nyeri karena pembengkakan kelenjar. Kompres hangat dapat


membantu penyembuhan. Tidak ada antivirus yang tepat digunakan untuk
parotitis epidemika. Sehingga pada pasien ini diberikan diberikan vitamin c,
paracetamol sebagai antipiretik dan analgetik, ambroksol.

8
Case Report Session

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hardinegoro, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & pediatri
Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.

2. Center for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of


Vaccine Preventablle Disease, 13th Edition. 2015.

3. Pudjiadi MTS, Hadineoro SRS. Orkitis pada Infeksi Parotis Epidemika: laporan
Kasus. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sari Pediatri Vol 11. Jakarta: 2009.

4. Rubin SA, Sauder CJ, Carnbone KM. Mumps Virus. Spesific Virus Families.
Chapter 35. 2013. LWBK 1180-p1024-1041.

Anda mungkin juga menyukai