Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nazhir dan Wakaf

Pengertian Wakaf Perkataan waqf menjadi wakaf dalam bahasa


Indonesia berasal dari kata kerja bahasa Arab ‫ وقف‬- ‫ وقفا – يقف‬yang berarti
ragu-ragu, berhenti, meletakkan, memahami, mencegah, menahan,
mengatakan, memperlihatkan, meletakkan, memperhatikan, mengabdi dan
tetap berdiri.25 Di dalam kepustakaan, sinonim waqf adalah habs, kata ‫على‬
‫ ماله وقف‬sama artinya dengan ‫ عل حبسه‬yang artinya mewakafkan hartanya.
Undang-Undang No. 41 Tahun 2004, Wakaf adalah perbuatan hukum
wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syari'ah.
Kata nadzir secara etimologi berasal dari kata kerja nazira – yandzaru
yang berarti “menjaga” dan “mengurus. Dalam terminologi fiqh, yang
dimaksud dengan nadzir adalah orang yang diserahi kekuasaan dan
kewajiban untuk mengurus dan memelihara harta wakaf. 3 Jadi pengertian
nadzir menurut istilah adalah orang atau badan yang memegang amanat
untuk memelihara dan mengurus harta wakaf dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan wujud dan tujuan harta wakaf.
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Posisi
Nazhir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi
harta wakaf mempunyai kedudukan yang penting dalam perwakafan.
Sedemikian pentingnya kedudukan Nazhir dalam perwakafan, sehingga
berfungsi tidaknya wakaf bagi mauquf alaih sangat bergantung pada

3
4

Nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa Nazhir mempunyai


kekuasaan mutlak terhadap harta yang di amanahkan kepadanya.
Pada umumnya, para ulama telah bersepakat bahwa kekuasaan
Nazhir wakaf hanya terbatas pada pengelolaan wakaf untuk dimanfaatkan
sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Asaf A.A. Fyzee
berpendapat, sebagaimanadikutip oleh Dr. Uswatun Hasanah, bahwa
kewajiban Nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk
menjaga dan mengelola harta. Sebagai pengawas harta wakaf, Nazhir
dapat mempekerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk
menyelenggarakan unsur-unsur yang berkenaan dengan tugas dan
kewajibannya.
Oleh karena itu, Nazhir dapat berupa Nazhir perseorangan,
organisasi, maupun badan hukum. Nazhir sebagai pihak yang
berkewajiban menawasi dan memelihara wakaf, tidak boleh menjual,
manggadaikan atau menyewakan harta wakaf kecuali diizinkan oleh
pengadilan. Ketentuan ini sesuai dengan masalah kewarisan dalam
kekuasaan kehakiman yang memiliki wewenang untuk mengontrol
kegiatan Nazhir.
Sehingga dengan demikian, keberadaan harta wakaf yang ada di
tangan Nazhir dapat dikelola dan diberdayakan secara maksimal untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak yang bisa
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum Allah.
a. PP 28/ 1997
Pasal 1 ayat (4) menjelaskan bahwa Nadzir adalah kelompok orang
atau badan hukum yang diserahi tugas pemeliharaan dan pengurusan
benda wakaf.
b. Kompilasi Hukum Islam
Pasal 215 ayat (5) Nadzir adalah kelompok orang atau badan
hukum yang di serahi tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf.
5

B. Kewajiban Nazhir dan Hak nazhir


1. Kewajiban Nazhir
Dalam pasal 11 undang-undang nomor 41 tahun 2003, disebutkan
bahwa Nazhir mempunyai tugas-tugas antara lain:
1. Melakukan pengadministasikan harta benda wakaf
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi, dan peruntukannya
3. Mengawasi dan melindungi haeta benda wakaf
4. Melaporkan pelaksanaan tugas kebadan Wakaf Indonesia.

Dalam peraturan pemerintahan no 42 tahun 2006 pasal 13


disebutkan kewajiban-kewajiban Nazhir diantaranya:
1. Nazhir wajib mengadministrasikan, mengelola, dan mengembangkan
mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
2. Nazhir wajib membuat laporan secara berkala kepada Menteri dan
Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengenai kegiatan perwakafan.

2. Hak Nazhir

Hak Nazhir diberikan apabila ia telah menjalankanya


kewajibannya sesuai dengan tanggung jawab sebagai Nazhir, Nazhir
melaksanakan kewajibannya akan mendapatkan haknya berupa upah
atau imbalan, bahwa orang yang mengurus harta benda wakaff juga
berhak atas hasil dari harta wakaf yang telah ia kelola.
Dalam PP nomor 28 tahun 1997 disebutkan bahwa Nazhir
berhak mendapatkan penghasilan dan fasilitas yang besarnya dan
macamnya ditentukan lebih lanjut oleh Menteri Agama.
Dalam Undang-Undang nomor 41 tahun 2004 dalam pasal 12
disebutkan bahwa dalam melaksanaan tugas Nazhir dapat menerima
6

imbalan dari hasil bersih atau pengelolaan harta benda wakaf yang
besarnya tidak melebihi 10 %.

C. Syarat-syarat Nadzir

Pada dasarnya, siapapun dapat menjadi nadzir sepanjang ia bisa


melakukan tindakan hukum. Tetapi, karena tugas nadzir menyangkut harta
benda yang manfaatnya harus disampaikan pada pihak yang berhak
menerimanya, jabatan nadzir harus diberikan kepada orang yang memang
mampun menjalankan tugas itu. Menurut undang-undang nomor 41 tahun
2004 pasal 10 ayat (1) tentang wakaf Syarat untuk nadzir perorangan
adalah :

1. Warga negara Indonesia,

2. Beragama Islam,

3. Dewasa,

4. Amanah,

5. Mampu secara jasmani dan rohani, serta

6. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

Untuk nadzir organisasi syaratnya adalah:

1. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat nadzir


perorangan,

2. Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan,


kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.

Sedangkan syarat untuk nadzir badan hukum adalah:

1. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat nadzir


perorangan,
7

2. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku, dan

3. Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan,


kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.

Nadzir baik perorangan, organisasi atau badan hukum harus terdaftar


pada kementerian yang menangani wakaf dan badan wakaf Indonesia.
Dengan demikian, nadzir perorangan, organisasi maupun badan hukum
diharuskan warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga negara asing,
organisasi asing dan badan hukum asing tidak bisa menjadi nadzir wakaf
di Indonesia.

Sedangkan dalam buku yang diterbitkan oleh Direktorat


Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Departemen Agama RI yang berjudul paradigama baru wakaf di Indonesia
membagi syarat-syarat untuk nadzir ketiga bagian.

1. Syarat moral

a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari’ah
maupun perundang-undangan negara RI.

b. Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses


pengelolaan wakaf.

c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.

d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.

e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.

2. Syarat Manajemen

a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership.

b. Visioner
8

c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan


pemberdayaan.

d. Profesional dalam bidang pengelolaan harta.

e. Memiliki program kerja yang jelas.

3. Syarat bisnis

a. Mempunyai keinginan.

b. Mempunyai pengalaman.

c. Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya


entrerpreneur.

d. Dari persyaratan diatas menunjukan bahwa nadzir menenpati pada


pos yang sangat sentral dalam pola pengelolaan harta wakaf.
Ditinjaun dari segi tugas nadzir, dimana nadzir berkewajiban untuk
menjaga, mengembangkan dan melestarikan manfaat dari harta yang
diwakafkan bagi orang-orang yang berhak menerimanya.

D. Penggantian Nazhir Wakaf

Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir


diberhentikaann dan diganti dengan Nazhir lain apabila Nazhir yang
bersaangkutan:
1. Meninggal dunia bagi Nazhir perseorangan.
2. Bubar atau dibubarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk Nazhir organisasi atau Nazhir badan
hukum.
3. Atas permintaaan sendiri.
4. Tidak melaksanakan tugasnya sebagai Nazhir / melanggar ketentuan
larangan dalam pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9

5. Dijatuhi hukuman pidana oleh pengadilan yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai