Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf ‘J’,dengan volume 1200-1500 ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor, dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum. Dinding lambung terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan mukosa, sub-mukosa, muskularis eksterna (propria) dan serosa. Permukaan mukosa dilapisi oleh sel epitel kolumnar penghasil mukus dan meluas ke sebagian foveolar atau pit. Lapisan mukosa terbagi atas dua lapisan yaitu lamina propria dan lapisan muskularis mukosa.Pada lapisan muskularis mukosa, terdapat lapisan otot sirkuler pada bagian dalam dan lapisan otot longitudinal pada bagian luarnya. Otot-otot ini berkelanjutan membentukan kelompokan kecil (fascicle) otot polos yang tipis menuju ke bagian dalam lamina propria hingga ke permukaan epitel. Pada lapisan sub-mukosa, jaringannya longgar dan mengandung sejumlah jaringan ikat elastik, terdapat pleksus arteri, vena, pembuluh limfe dan pleksus nervus Meissner. Muskularis eksterna terdiri dari tiga lapisan yaitu longitudinal luar (outer longitudinal), sirkuler dalam (inner sirkuler) dan oblik yang paling dalam (innermost oblique). Lapisan sirkuler sphincter pilorik pada gastroesofageal junction. Pleksus Auerbach (myenteric) berlokasi pada daerah di antara lapisan sirkular dan longitudinal dari muskularis eksterna. Semua kelenjar lambung mempunyai dua komponen yaitu bagian foveola (kripta, pit) dan bagian sekresi (kelenjar). Tahap pengosongan lambung Tahap I : Ini adalah periode diam dengan kontraksi yang jarang berlangsung 40-60 menit. Tahap II : Ini berlangsung selama 20-40 menit dan terdiri dari potensial aksi intermiten dan kontraksi yang secara bertahap meningkatkan intensitas dan frekuensi sebagai fase berlangsung. Tahap III : Fase ini relatif pendek dan intens, kontraksi teratur selama 4-6 menit. Ini adalah fase III yang mendapatkan siklus istilah " housekeeper " gelombang, karena memungkinkan untuk menyapu bersih semua bahan yang tercena dari perut dan turun ke usus kecil.Telah diamati bahwa fase III dari satu siklus mencapai akhir usus kecil, fase III dari siklus berikutnya dimulai pada duodenum. Tahap IV : Ini berlangsung selama 0-5 menit. Ini terjadi antara fase III dan tahap I dari dua siklus berturut-turut
Sistem floating dan pengertian tablet floating
Pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968, merupakan sistem dengan densitas yang kecil, yang memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk beberapa waktu. Pada saat sediaan mengapung dilambung, obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan, hasil yang diperoleh adalah peningkatan gastric residence time (GRT) dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat dalam plasma (Chawla et al., 2003). Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki densitas yang rendah atau floating drug delivery system (FDDS) atau biasa disebut hydrodynamically balanced system (HBS). FDDS atau HBS memiliki bulk density yang lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap mengapung dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan perlahan pada kecepatan yang diinginkan dari sistem (Anonim, 2003). Floating tablet merupakan salah satu sediaan gastroretentive yang menggunakan sistem dengan densitas kecil, memiliki kemampuan mengambang mengapung, dan tetap berada di lambung dalam beberapa waktu . Saat sediaan mengapung di lambung, obat dilepaskan secara perlahan – lahan dengan kecepatan yang dapat dikendalikan. Dengan cara seperti ini, gastric residence time (GTR) suatu obat dapat ditingkatkan dan fluktuasi kadarnya dalam plasma dapat diturunkan (Chawla et al., 2003).
Mekanisme kerja tablet floating
Sistem yang seimbang secara hidrodinamis (Hydrodynamically Balance Systems = HBS) yang dapat berupa tablet atau kapsul, dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di dalam saluran cerna (dalam hal ini dilambung) dan meningkatkan absorpsi. Sistem dibuat dengan menambahkan 20-75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran ke dalam formula tablet atau kapsul. Pada sistem ini akan dicampurkan bahan aktif obat, hidrokoloid (20-75% dari bobot tablet) dan bahan bahan pembantu lain yang diperlukan (pada umumnya proses pencampuran ini diikuti dengan proses granulasi), selanjutnya granul dicetak menjadi tablet atau diisikan ke dalam kapsul. Setelah dikonsumsi, di dalam lambung, hidrokoloid dalam tablet atau kapsul berkontak dengan cairan lambung dan menjadi mengembang. Karena jumlahnya hidrokoloidnya banyak (sampai 75%) dan mengembang maka berat jenisnya akan lebih kecil dari berat jenis cairan lambung. Akibatnya sistem tersebut menjadi mengapung di dalam lambung. Karena mengapung sistem tersebut akan bertahan di dalam lambung, tidak mudah masuk ke dalam pylorus dan terus ke usus. Hidrokoloid yang mengembang akan menjadi gel penghalang yang akan membatasi masuknya cairan lambung ke dalam sistem dan berkontak dengan bahan aktif obat ekaligus akan mengatur pelepasan bahan aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan lambung. Sistem HBS paling baik diterapkan pada obat yang memiliki kelarutan yang lebih baik dalam lingkungan asam dan obat yang memiliki tempat absorpsi khusus di daerah usus bagian atas. Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lebih lama maka bentuk sediaan harus memiliki bobot jenis kurang dari satu. Sediaan tersebut harus bertahan dalam lambung, integritas strukturnya terjaga dan melepaskan obat secara konstan dari bentuk sediaan. Tempat pelepasan obat floating Untuk pemilihan lokasi pemakaian dalam tubuh untuk obat sediaan lepas lambat oral mengapung, ada beberapa tempat. Yaitu 1. Lambung Lambung merupakan suatu organ pencampur dan pensekresi di mana makanan dicampur dengan cairan cerna dan secara periodic dikosongkan ke dalam usus halus. Akan tetapi gerakan makanan dan produk obat dalam lambung dan usus halus sangat berbeda tergantung pada keadaan fisiologik. Dengan adanya makanan lambung melakukan fase “digestive” dan tanpa adanya makanan lambung melakukan fase“interdigestive”. Selama fase digestive partikel – pertikel makanan atau partikel – partikel padat yang lebih besar dari 2 mm ditahan dalam lambung, sedangkan partikel – partikel yang lebih kecil dikosongkan melalui sphincter pilorik pada suatu laju order kesatu yang tergantung pada isi dan ukuran dari makanan. Selama fase interdigestive lambung istirahat selama 30 – 40 menit sesuai dengan waktu istirahat yang sama dalam usus halus. Kemudian terjadi kontraksi peristaltik, yang diakhiri dengan housekeeper contraction. 2. Usus Halus Bagian proksimal dari usus halus mempunyai pH sekitar 6 sehubungan dengan netralisais asam dengan bikarbonat yang disekresi oleh duodenum dan pankreas. Dengan adanya mikrovili usus halus memberi suatu luas permukaan yang sangat besar untuk absorbsi obat. Waktu transit dalam usus halus suatu sediaan padat dari 95% populasi disimpulkan sekitar 3 jam atau kurang. Untuk memperkirakan waktu transit, berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan uji lactulose hidrogen yang mengukur penampakan hidrogen dalam nafas penderita (laktulosa dimetabolisme secara cepat oleh bakteri – bakteri didalam usus besar yang menghasilkan hidrogen yang secara normal tidak terdapat dalam pernapasan orang). Hal ini sesuai bahwa waktu transit G1 yang relatif pendek dari mulut ke cecum yaitu 4 – 2,6 jam.Jarak ini disimpulkan terlalu pendek untuk sedian sustained release yang bekerja sampai 12 jam, kecuali kalau obat untuk diabsorbsi dalam kolon. Kolon mempunyai sedikit cairan dan bakteri yang berlimpah yang dapat membuat absorbsi obat tidak menentu dan tidak sempurna. Waktu transit untuk pellet telah diteliti dalam bentuk disintegrasi yang keduanya menggunakan bahan radiopaq tidak larut dan terlarut. Sebagian besar pellet yang tidak larut dilepaskan dari kapsul setelah 15 menit , setelah 3 jam pellet telah tersebar dalam lambung dan sepanjang usus halus. Pada waktu 12 jam seluruh pellet berada pada kolon bagian naik dan setelah 24 jam berada pada kolon bagian menurun yang siap memasuki rektum. 3. Usus Besar Dalam kolon ada sedikit cairan dan transit obat diperlambat, absorbsi obat dalam daerah ini tidak banyak diketahui, meskipun obat tak terabsorbsi yang mencapai daerah. Daerah ini dapat dimetabolisme oleh bakteri. Obat – obat diabsorbsi cepat bila diberikan dalam sediaan rektal. Tetapi laju transit dipengaruhi oleh kecepatan defekasi. Mungkin obat – obat yang diformulasi untuk 24 jam akan tinggal dalam daerah ini untuk diabsorbsi. Ada sejumlah produk sustained release yang diformulasi untuk memperoleh keuntungan dari kondisi fisiologis saluran GI. Butir – butir salut enterik telah terbukti melepaskan obat lebih 8 jam bila digunakan bersama – sama makanan,sehubungan dengan pengosongan butir – butir salut enterik berangsur – angsur ke dalam usus halus. Formulasi khusus floating tablet yang tetap Klasifikasi sistem floating Floating system dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : 1. Non-Effervescent system Pada sistem non effervescent menggunakan pembentuk gel atau senyawa hidrokoloid yang mampu mengambang, polisakarida dan polimer-polimer pembentuk matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan polistirena. Metode formulasinya yaitu dengan mencampurkan obat dengan hidrokoloid pembentuk gel. Setelah pemberian maka sediaan ini akan mengembang ketika kontak dengan cairan lambung, masih berbentuk utuh dengan densitas bulk kurang dari satu. Udara yang terjerap di dalam matriks yang mengembang mengakibatkan sediaan mampu mengambang, membentuk struktur yang mirip gel. Kemudian struktur gel bertindak sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel (Utami. 2007 dan Baboota. 2005) 2. Effervescent system Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan polimer yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan senyawa effervescent seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat. Sistem effervescent ketika kontak dengan asam lambung maka akan membebaskan gas karbon dioksida yang akan terperangkap di dalam senyawa hidrokoloid yang mengembang. Sehingga menyebabkan sediaan akan mengambang (Utami. 2007 dan Baboota. 2005). Contoh obat sediaan tablet floating Captopril merupakan obat antihipertensi yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan jalan menghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan pembentukan angiotensin II, yang bersifat vasokonstriksi kuat (Tjay, 1986). Pengembangan Captopril dibuat Sustained Release dengan sistem floating memiliki beberapa kelebihan diantaranya aktivitas obat yang diperpanjang, mengurangi terjadinya efek samping obat, mengurangi frekuensi pemberian obat, dan meningkatkan kepatuhan pasien (Ansel,2005). Alasan Captopril dibuat sustained release karena waktu paruhnya yang pendek yaitu 1-3 jam dengan dosis pemakaian rendah yaitu 12,5 mg; 25mg dan 50 mg, digunakan dalam jangka waktu lama untuk hipertensi,mudah larut dalam air dan teroksidasi pada pH usus (Asyarie et al., 2007). Salah satu metode yang digunakan untuk membuat Sustained Release adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk tinggal di lambung dalam waktu yang lama. Bentuk Sediaan yang dapat mempertahankan obatnya di lambung dalam waktu tertentu disebut Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS). Salah satu tehnik gastroretentive adalah sistem floating (Arora et al., 2005). Sistem Floating pada lambung berisi obat yang dilepaskan secara perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki densitas lebih rendah dari cairan lambung sehingga dapat tetap mengapung pada lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dapat lepas secara perlahan sesuai kecepatan yang diinginkan (Sulaiman et al., 2007). Salah satu metode yang digunakan untuk membuat Sustained Release adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk tinggal di lambung dalam waktu yang lama. Bentuk Sediaan yang dapat mempertahankan obatnya di lambung dalam waktu tertentu disebut Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS). Salah satu tehnik gastroretentive adalah sistem floating (Arora et al., 2005). Sistem Floating pada lambung berisi obat yang dilepaskan secara perlahan-lahan dari sediaan yang memiliki densitas lebih rendah dari cairan lambung sehingga dapat tetap mengapung pada lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dapat lepas secara perlahan sesuai kecepatan yang diinginkan (Sulaiman et al., 2007). Alasan hydroxypropyl methylcellulosa dikombinasi dengan Ethylcellulosa dalam pengembangan sustained release adalah untuk obat dengan daya larut cepat didalam air, matriks hidrofilik dikombinasi dengan matriks hidrofobik. Hydroxypropyl methylcellulosa merupakan matriks hidrofilik yang terbatas penggunaannya untuk obat-obat yang kelarutannya tinggi didalam air dikarenakan difusi melalui gel hidrofilik sangat cepat sehingga untuk mengatasi hal tersebut digunakan kombinasi dengan ethylcellulosa yang merupakan matriks hidrofobik yang memiliki keuntungan stabilitas baik pada berbagai pH dan kelembaban (Prajapati and Patel, 2010). Dengan penambahan ethyllcellulosa maka dapat meningkatkan viskositas sehingga pelepasan dapat diperlambat (Roweetal., 2009). Ganesh and Deecaraman (2011) menunjukkan bahwa kombinasi matriks hidrofilik dan matriks hidrofobik tersebut menghasilkan suatu tablet yang memiliki viskositas yang baik yang akan berpengaruhpada proses swelling, integritas matriks dan kemungkinan floating yang baik Bahan pembantu dalam pembuatan tablet floating a. Bahan Pengisi ( Diluent ) Bahan pengisi ditambahkan dalam tablet berfungsi untuk menambah berat tablet dan memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker and Anderson, 1986). Bahan pengisi yang sering digunakan antara lainlaktosa, pati dan selulosa mikrokristal (Anonim, 1995). b. Pengikat (binders) Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. Contoh bahan pengikat adalah akasi dimosinte. c. Gas Forming Agent Gas forming agent ditambahkan agar tablet yang mempunyaipartikel padat pada saat bersentuhan dengan air akan melepaskan gas dan membantu tablet untuk mengapung. Contoh : asam sitrat dan natrium bikarbonat. d. Pelicin (Lubricant) Bahan pelincin berfungsi memudahkan mendorong tablet ke atas keluar cetakan melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Bahan pemisah bentuk (anti adherent) berfungsi mengurangi lekatnya massa tablet pada dinding ruang cetak dan permukaan punch serta menghasilkan kilap percetakan pada tablet (Voigt, 1984). Keuntungan dan kerugian tablet floating Keuntungan Sistem Floating Tablet : 1. Sistem floating menguntungkan untuk obat diserap melalui lambung. 2. Zat asam seperti aspirin menyebabkan iritasi pada dinding lambung karenanya Formulasi HBS mungkin berguna untuk mencegah iritasi. 3. Pelepasan bentuk dosis mengambang, tablet atau kapsul akan mengakibatkan pengosongan obat dalam cairan lambung . Mereka larut dalam cairan lambung akan tersedia untuk penyerapan dalam usus kecil setelah pengosongan isi lambung 4. Ketika ada gerakan usus yang kuat dan waktu transit sesingkat mungkin. Keadaan seperti itu mungkin menguntungkan untuk menjaga obat dalam kondisi mengambang di perut untuk mendapatkan relative respon yang lebih baik. Kerugian Sistem Floating Tablet : 1. Sistem mengambang tidak layak untuk obat yang memiliki kelarutan atau masalah stabilitas di saluran pencernaan. 2 . Sistem ini memerlukan cairan dalam perut untuk pengiriman obat untuk mengapung dan bekerja secara efisien. 3. Hanya obat-obatan signifikan yang dapat di serap melalui saluran pencernaan .