Anda di halaman 1dari 13

delimapersadagrace44

4 out of 5 dentists recommend this WordPress.com site

 About

Makalah Perubahan Fisiologis pada Kehamilan

Posted on October 25, 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.

Perubahan tentang perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi selama kehamilan merupakan
salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan. Hampir tidak mengerti proses penyakit yang
terjadi selama kehamilan tanpa disertai pemahaman mengenai perubahan anatomi dan
fisiologi ini.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada trimester I ( Sistem Reproduksi,
Payudara dan Sistem Endokrin )

1.3 Tujuan

 Mengetahui perubahan anatomi dan adapatasi fisiologi pada trimester I (Sistem Reproduksi,
Payudara dan Sistem Endokrin.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Trimester Pertama

Seluruh periode zigot embrionik dan dua minggu pertama periode janin ( dari total 10 minggu
kehidupan setelah fertilisasi ) berada pada 12 minggu pertama kehamilan dihitung dari masa
menstruasi terakhir yang merupakan trimester pertama.
Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan momen fertilisasi dan proses fungsi
pronukleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fungsi ini
menghasilkan sebuah sel tunggal yang disebut zigot. Pada saat ini individu baru terbentuk
dengan gambar uniknya, baru secara total kombinasi yang unik membentuk karena
pronukleus pada masing-masing gamet atau sel seks ( contohnya ovum dan sperma ) yang
mengandung hanya setengah (berjumlah 23 atau jumlah haploid) jumlah total ( 46 atau
jumlah diploid ) kromosom pada manusia. Jumlah kromosom yang setengah ini merupakan
hasil gametogenesiss, yakni proses ketika ovum matang dan sperma berkembang. Bersama
dengan fertilisasi, fungsi pronukleus kedua gamet mengembalikan jumlah kromosom diploid
yang selanjutnya terlihat pada pembelahan sel mitosis di setiap sel pada tubuh individu,
kecuali sel- sel yang nantinya akan mengalami gemetogenesis. Hal lain yang juga ditentukan
saat fertilisaasi sebagai hasil fusi dan pengembalian jumlah kromosom yang diploid adalah
jenis kelamin individu baru ini. Jenis kelamin ditentukan oleh gamet jantan yang membawa
satu kromosom X atau kromosom Y. Gamet betina hanya membawa kromosom X. Melalui
proses fusi, kombinasi XX biasanya berkembang menjadi perempuan sedangakan kombinasi
XY biasanya berkembang menjadi laki-laki.
Segera setelah fertilasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang
disebut pembelahan atau cleavage. Melalui serangkaian tahapan, masa sel yang membelah
disebut morula setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan masuk kedalam sel, morula
menjadi blastula blastosit. Blatosit ini yang tertahan pada lapiasan uterus saat proses
implantasi berakhir pada hari ke-10 atau ke-11 setelah fertilisasi, embrionik telah dimulai.
Pada saat implantasi, embrio dikenal dengan sebutan embriobilaminar karena lingkaran
embrio terbentuk dari sel masa bagian dalam, yang terdiri atas dua lapisan sel, yakni (satu)
epiblas, lapisan tebal sel-sel slidris yang membentuk dasar rongga aminon dan pada akhirnya
akan menjadi endodermis, mesodermis dan ektodermis embrionik dan (dua) hipoblas, selapis
tipis sel-sel yang tersusun atas endodermis utama kantung kuning telur
Awal minggu ke-3 pascafertilisasi menandai dimulainya marfogenesis, yakni perkembangan
bentuk tubuh . Perkembangan ini diselesaikan melalui gastrulasi suatu proses yang
memungkinkan lempeng dilaminar embrionik diubah menjadi lempeng trilaminar embrionik.
Lapisan primitive terbentuk pada permukaan epiblas dan merupakan pusat embrio selama
kurnag lebih 2 minggu. Setelah lapisan ini, menjadi tidak begitu jelas dan akhirnya berpisah.
Menjelang akhir minggu ke-3, perkembangan somit dimulai, yang pada puncaknya akan
menghasilkan 42 hingga 44 pasang somit. Bermula dari mesodermism, somit bertanggung
jawab membentuk sebagian besar tengkorak kepala dan batanag tubuh, otot-otot tubuh terkait
dan sebagaian besar dermis yang berbatasasn dengan kulit. Somit berguna untuk mengetahui
usia embrio awal yang terbentuk kurang lebih 30 hari setelah fertilasi selama minggu ke 3,
pembuluh saraf (cikal bakal otak medulla spinalis), notokord (permulaan vertebra), rongga
koelomik (cikal bakal rongga tubuh) sel darah primitive dan kardiovaskular primitive mulai
terbentuk.
Jantung mulai berdetak pada awal minggu ke empat pasca fertilisasi (6 minggu berdasarkan
masa menstruasi terakhir). Selama minggu ke empat terjadi perkembangan yang pesat dan
terbentuk lapisan lempeng embironik longitudinal dan transfersal. Lapisan longitudinal
meliputi lapisan kepala dan lapisan ekor yang mengubah embrio dari bentuk yang lurus
menjadi bentuk yang memiliki lekuk.
Lapisan transfersal meliputi lapisan transfersal kiri dan transfersal kanan yang melipat ke
arah garis tengah dan mengubah embrio dari bentuk datar menjadi bentuk silindris. Pada
minggu ke empat, embrio diperkirakan memiliki gambaran seperti kadal dan mempunyai
bakal telinga (lubang otis), lengan (bakar lengan), tungkai (bakar tungkai), dan struktur leher
dan wajah (tempat lekuk brakial pertama).
Selama minggu ke lima pasca fertilisasi, perkembangan pesat otak menghasilkan
perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian yang lebih besar dari
pada anggota tubuh lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga bokong, dan
tungkai perkembang hampir satu minggu kemudian setelah lengan. Mata mulai berkembang
berupa bakal lensa (mulai tampak pada minggu ke empat), cangkir optik, dan pigmen retina .
Hidung , mulut,dan palatum mulai terbentuk selama minggu ke enam pasca fertilisasi
(delapan minggu berdasarkan masa menstruasi terakhir) dan mata mulai terlihat. Lengan dan
tungkai mengalami banyak perkembangan dan sinar – sinar di ginjal (jari-jari primordial)
mulai berkembang pada lempeng tangan. Bentuk kepala lebih besar dari pada batang tubuh.
Minggu ke tujuh pasca fertilisasi menandai perkembangan tungaki lebih lanjut dengan digital
rays (dari kaki primodial) berkembang pada lempemg kaki. Kelopak mata terbentuk dan
dapat terlihat. Aurikula telinga bagian luar telah terbentuk dan mulai tampak meski belum
sepenuh nya berkembang atau naik ke posisi seharus nya. Usus halus mengalami herniasi ke
bagian belakang tali pusat yang memiliki ruang untuk usus tersebut.
Pada akhir minggu ke delapan pascafertilisasi (sepuluh minggu berdasarkan masa menstruasi
terakhir), embrio telah memiliki gambaran manusia meski ukuran kepala nya yang besar
masih proporsional mencapai dan hampir separuh ukurn total. Tungkai , terutama bagian atas
, telah mengalami diferensiasi (contoh, pergelangan tangan, siku ,lutut) dan peningkatan
panjang. Osifikasi tulang di mulai dan area leher mulai terbentuk. Perkembangan urugenital
telah terjadi , tetapi diferensiasi masih terlalu dini untuk dapat menentukan jenis kelamin.
Akhir minggu ke 8 pascafertilisasi juga menandai akhir perioadik embrionik. Semua struktur
eksternal dan internal yang penting sudah terbentuk dan mengalami perkembangan dan detail
lebih lanjut, termasuk penggantian kartilago oleh sel-sel tulang. Periode embrionik adalah
masa kritis yang memungkinkan teratogen apapun (seperti obat-obatan,sinat x,virus) dapat
menyebabkan kematian atau menyebabkan malformasi konginital.
Trimester pertama kehamilan juga mencakup dua miggu pertama periode janin. Pada akhir
minggu ke 10 pascafertilisasi, atau miggu ke 12 bila dihitung sejak masa menstruasi terakhir,
seluruh usus halus telah masuk kedalam abdomen dan keluar dari tali pusat, genitalia eksterna
telah memiliki karakteristik laki-laki atau perempuan ( meski karakteristik ini belum
terbentuk sempurna ) anus telah terbentuk, dan raut wajah janin sudah benar-benar tampak
seperti manusia. Janin, yang kini memiliki berat 0,5 hingga 1 ons mulai dapat menelan,
melakukan gerak pernapasan, berkemih, menggerakkan bagian tungkai tertentu, dapat
mengedipkan mata dan mengerutkan wajah. Mulut membuka dan menutup. Ukuran kepala
sekitar sepertiga panjang, yang kurang lebih 56 hingga 61mm.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )

2.1.1 Sistem Reproduksi

2.1.1.1 Uterus

Perubahan uterus sepanjang kehamilan dan persalinan dan setelah melahirkan sangat
mencolok. Selama kehamilan, uterus mendukung perkembangan embrio dan janin,
mempertahankan struktur yang menjamin komunikasi janin-ibu. Selama proses persalinan,
otot-otot uterus bekerja secara serasi untuk mengeluarkan janin. Setelah melahirkan, otot-otot
uterus bekerja mengontrol perdarahan dan mengalami involusi sampai akhir nya kembali
mendekati keadaan sebelum hamil.
Pertumbuhan uterus. Uterus bertambah dalam berat dari massa sebelum hamil yaitu sekitar
70g sampai massa aterm sekitar 1100g (Gabbe, Niebly, dan simpson ,1996). Volume pada
waktu aterm kira-kira 5 L ,tetapi dapat meningkat sampai 20 L pada kasus kehamilan
multipel atau hidramnion. Pertumbuhan uterus di mulai setelah implantasi dengan proses
hiperplasia dan hipertrofi sel. Setiap sel miometrium bertambah panjang 100 kali pada saat
aterm. Karena proses peningkatan masa miotrenium, dinding uterus mengalami peningkatan
jumlah jaringan penyambung berkolagen dan materi dasar interselulernya.
Pertumbuhan uterus pada awalnya distimulasi oleh peningkatan kadar estrogen. Sangat jelas
bahwa oleh pertumbuhan awal tersebut tidak begitu di perlukan sebagai respons terhadap
distensi mekanik pertumbuhan hasil konsepsi, karena pada kehamilan ektopik pun terjadi
pembesaran uterus. Selama 3 bulan pertama kehamilan berkembang , peregangan dinding
uterus menebal hingga 25 mm. Begitu kehamilan berkembang, peregangan dinding uterus
sebagai akibat pertumbuhan fetus menyebabkan penipisan dinding hingga 5- 15mm pada
aterm (blackburn dan loper ,1992 cunningham et al., 1997). Penipisan dinding uterus
memungkinkan klinis untuk meraba janin pada trimester ketiga.
Selama trimester pertama , uterus juga berubah bentuk nya. Pada awal kehamilan uterus tetap
berbentuk buah pir. Uterus perlahan berubah bentuk pada minggu ke 12 kehamilan. Setelah
minggu ke 12 bentuknya menjadi lebih elips atau ovoid.
Uterus tetap menjadi organ pelvis sampai 12 minggu pertama kehamilan, setelah 12 minggu
akan menjadi organ abdomen. Begitu mencapai abdomen ,akan menyebabkan distensi
dinding abdomen anterior , mendesak usus ke arah lateral dan supeior, dan pada aterm berada
setinggi hati.
Karena peregangan ligamen teres uteri dan ligamen rotundum, uterus aman dari pergerakan
abdomen. Pada saat wanita berdiri , sumbu panjang pintu atas panggul. Otot –otot abdomen
mempertahankan posisi ini kecuali jika otot abdomen melemah. Pada posisi telentang uterus
berpindah ke posterior untuk menumpu pada tulang belakang dan pembuluh darah besar.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Estrogen dan, barang kali, progesterone diduga terutama bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan uterus akibat hiperplasia (peningkatan jumlah sel) selama bulan-bulan awal
kehamilan. Pertumbuhan ini tidak dipengaruhi oleh efek mekanisme embrio yang
berkembang. Pertumbuhan ini membuat dinding uterus semakin kuat, bukan melemah,
karena jumlah sel otot juga meningkat disertai peningkatan jumlah jaringan elastis dan
jaringan fibrosa. Oleh karena itu, pembesaran uterus terjadi karena ada kombinasi antara
hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan pengaruh mekanis tekanan interior terhadap dinding
uterus seiring perkembangan janin di dalam kandungan. Selama bulan-bulan pertama
kehamilan, terjadi peningkatan ukuran pembuluh darah dan pembuluh limfe uterus.
Akibatnya terjadi vaskularisasi, kongesti, dan edema. Ketiga hal ini kemungkinan besar
menyebabkan pelunakan uterus secara keseluruhan dan, bila dikombinasi dengan hipertrofi
kelenjar serviks, menyebabkan munculnya tanda Chadwick, Goodell, dan Hegar. Tanda
Chadwick merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina,
termasuk lubang vagina pada serviks. Tanda Goodell adalah pelunakan serviks dari yang
tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada
kondisi hamil. Tanda Hegar merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah tertekan.
Ketiga tanda ini merupakan bukti yang terdapat pada usia kehamilan sekitar enam minggu.
Pelunakan dan daya tertekan istmus uterus (tanda Hegar) mengurangi sokongan terhadap
badan uterus yang membesar karena berat fundus meningkat. Akibatnya, uterus mengalami
antifleksi belebihan selama tiga bulan pertama kehamilan, sementara uterus masih termasuk
organ panggul. Kondisi ini menyebabkan fundus menekan kandung kemih dan meningkatkan
frekuensi berkemih. Frekuensi berkemih akan menurun pada bulan ke empat kehamilan
bersamaan dengan uterus mulai keluar dari panggul sehingga tidak lagi menekan kandung
kemih.

Seiring pembesaran, bentuk uterus berubah dari bentuk buah pir sebelum hamil menjadi
bentuk seperti bola pada awal kehamilan dan menjadi kantung yang semakin membesar
setelah usia kehamilan tiga bulan bersamaan dengan pembesaran tersebut, uterus tidak dapat
lagi berada di dalam panggul sehingga uterus akan keluar dari panggul dan menjadi salah satu
organ abdomen. Uterus akan melakukan sedikit rotasi ke kanan ketika mulai keluar dari
panggul. Dekstrorotasi ini diduga akibat ada rektosigmoid yang menempati bagian kiri
rongga panggul. Uterus dapat membesar pada kisaran waktu yang sedikit berbeda (variasi
satu hingga dua minggu) bagi wanita primigravida dan multigravida. Variasi ini dapat
menyebabkan beberapa perbedaan pada ukuran awal dan saat uterus mencapai batas anatomis
tertentu, mis., umbilikus.

Pembesaran uterus pada awal kehamilan mungkin tidak simetris. Ovum pada kondisi normal
berimplantasi pada bagian atas dinding uterus, lebih sering pada posisi posterior. Jika lokasi
implantasi lebih dekat dengan salah satu area kornu tempat ovum berimplantasi membesar
sebagai respons terhadap perkembangan embriologi yang berlangsung di lokasi tersebut.
Implantasi ini dapat dideteksi saat dilakukan pemeriksaan panggul berdasarkan
ketidaksimetrisan uterus dan kontur yang tidak teratur dan kasar pada salah satu area kornu.
Ketidakteraturan uterus ini terjadi pada minggu ke-8 hingga minggu ke-10 usia kehamilan
dan dikenal sebagai tanda piskacek.

Tanda lain kehamilan yang diakibatkan oleh pembesaran uterus adalah pembesaran abdomen.
Pembesaran ini dimulai dari bulan ke empat kehamilan, yakni saat uterus semakin membesar
dan menjadi salah satu organ abdomen. Abdomen menjadi lebih menonjol saat wanita
tersebut berdiri dibanding ketika ia berbaring. Pembesaran uterus dapat lebih mudah
terdeteksi pada multipara daripada primigravida karena tonus otot pada dinding abdomen
sudah menurun, terutama jika wanita tersebut tidak melakukan latihan untuk memperoleh
kembali bentuk tubuhnya setalah ia hamil. Abdomen yang menggantung merupakan hasil
dari uterus yang mulai menurun kedepan dan kebawah. Hal ini dapat menimbulkan masalah
saat persalinan berlangsung pada kasus-kasus yang ekstrem.

( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )

Perubahan konsentrasi hormon sirkulasi sangat mempengaruhi jaringan saluran genital.


Uterus terbentuk dari peleburan dua duktus Muller digaris tengah tubuh yang menghasilkan
struktur uterus orang dewasa yang terdiri atas tiga lapisan. Lapisan tersebut adalah: lapisan
dalam yang tipis, berupa serabut sirkular; lapisan luar yang tipis, sebagian besar tersusun atas
serabut otot longitudinal; dan lapisan tengah yang tebal, berupa serabut yang saling tekait.
Selain itu, rasio antara otot dan jaringan ikat dari bagian bawah uterus menuju fundus
mengalami peningkatan. Kadar estradiol dan progesteron yang tinggi dalam tubuh ibu
merangsang proses hiperplasia dan hipertrofi sel-sel miometrium sehingga berat uterus
meningkat dari 50-60 g sebelum kehamilan menjadi 1000 g saat aterm.
Diawal masa kehamilan, pertumbuhan uterus tidak bergantung pada janin yang tumbuh
didalamnya, dan proses ini berlangsung sama cepatnya dengan kehamilan ektopik. Seiring
dengan peningkatan usia gestasi, pembelahan sel miometrium tidak terlalu bermakna dan
peningkatan ukuran uterus sebagian besar dipengaruhi oleh hipertrofi masing-masing sel.
Pada tahap ini, peningkatan ukuran isi uterus merupakan stimulus yang penting, dan ini
ditandai dengan peningkatan panjang serabut otot yang mencapai lima belas kali lipat.
Selain perubahan ukuran dan jumlah sel miometrium, penghubung sel khusus juga
berkembang seiring peningkatan usia gestasi. Taut ruang interseluler ini memungkinkan
perubahan pada potensial membran untuk menyebar dengan cepat dari satu sel ke sel lain
sehingga membantu perluasan depolarisasi membran, dan akhirnya membantu kontraksi
miometrium. Setelah taut tersebut matur, kontraksi uterus menjadi semakin sering. Mula-
mula, kontraksi berupa kontraksi Braxton-Hicks yang tidak menimbulkan nyeri, dimulai
sejak minggu kedelapan kehamilan dan semakin jelas pada paruh kedua kehamilan.
Kemudian, kontraksi ini mentruasi aktivitas pemacu gerak pada fundus uterus untuk
meningkatkan kontraksi terkoordinasi yang dominan difundus yang penting untuk proses
persalinan.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta :
EGC )

1.1.2. Serviks

Massa dan kandungan air pada serviks meningkat selama kehamilan. Peningkatan
vaskulariasasi dan edema, begitu juga hiperplasia dab hipertrofi kelenjar serviks
menyebabkan serviks melunak (tanda Goodell) dan muncul nya kebiruan (tanda chadwick)
pada suatu bulan setelah konsepsi. Kurang lebih 85%-90% dari serviks dalah jaringan
penyambung, sedangkan 10%-15% nya adalah otot polos. Bagian serviks lebih atas memilik
konsentrasi otot polos lebih besar (25%) dan proporsinya makin menurun di bagian tengah
(16%) dan dibagian bawah memiliki proporsi terkecil (6%) (fuchs dan fuchs 1996).
Jaringan penyambung terdiri atas serat kolagen dan elastin yang membentuk jaringan dalam
gel yang mirip proteoglikan. Kolagen relatif kaku berbentuk seperti struktur batang yang
membantu mencegah terjadi nya dilatasi prematur. Elastin diperkirakan sebagai pemberi
elastisitas sehinnga serviks dapat di latasi selama persalinan dan kembali ke bentuk normal
setelah melahirkan.
Kelenjar – kelenjar serviks hanya menjadi bagian kecil serviks pada wanita yang tidak hamil.
Pada keadaan aterm , ia mengambil porsi hampir separuh dari semua mass serviks. Ruang
kelenjar terisi mukus dan segera setelah konsepsi mukus yang kental diproduksi mengisi
kanal serviks.
Epitel kolimnar dari kanal endroserviks dan kelenjar endroserviks berproliferasi sampai pada
titik melebarnya, dari eksternal ke bagian porsio vaginalis. Walaupun penipisan ini mungkin
tamapak seperti erosi, inflamasi jarang di temukan .
Agar terjadi persalinan, serviks harus lunak, menipis dan meningkatkan kelenturannya agar
dapat di lewati. Proses ini disebut pematangan serviks (ripening), ketika terjadi perubahan
pada jaringan kolagenase, proteoglikan dan otot polos. Enzim kolagen , elastase dan enzim
lain memguraikan kolagen menjadi lebih larut dan meningkatkan kadar serviks. Proses ini
menghasilkab berlanjutnya pelunakan serviks.
Pematangan serviks terjadi karena pengaruh dari beberapa dari hormon , yaitu estradiol,
progestrob , relaksin, prostasiklin , dan prostaglandin E2 (PGE2). Progesteron mnghambat
pemecahan kolagen, dan faktor-faktor yang dianggap menghambta progestron mungkin
berperan dalam pematangan serviks ini. Peningkatan relaksin serviks mungkin
mempengaruhi perubahan kadar air dan mukopolisakarida di serviks, walaupun peran
relaksin pada manusia msih didebatkan. Diperkirakan , prostaglandin mempunyai efek lokal
pada pelunakan serviks. Jumblah PGE2 pada mukus serviks meningktkan pada trimester
kedua, mendorong perubahan awal proses pematangan sebelum aterm (fuchs, Ivell, dan
friedman, 1995).
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )
Selama kehamilan, serviks mulai membengkak dan menjadi lebih lunak karena pengaruh
estradiol dan progesteron. Estradiol mentruasi petumbuhan epitelium kolumnar pada saluran
serviks, yang mulai terlihat di ektoserviks dan disebut ektropion. Ektropion sangat penting
karena merupakan epitel yang tidak terlalu kuat dan cenderung bedarah saat disentuh. Serviks
sering kali terlihat “ membiru “ selama kehamilan. Ini terjadi karena peningkatan
vaskularitas. Selai perubahan diatas, kelenjar mukus diserviks mulai membesar dan semakin
kompleks. Prostaglandin menstimulasi remodeling kolagen serviks, terutama menjelang akhir
periode gestasi, sedangkan kolagenase yang dilepaskan dari leukosit juga membantu
melunakkan serviks ; selama kehamilan, progesteron menhambat proses tersebut.
Selama kehamilan, epitel vagina mulai menebal akibat pengaruh estrogen, dan kecepatan
proses deskuamasi selama periode tersebut juga meningkat, mengakibatkan peningkatan
rabas vagina. Rabas tersebut memili pH yang lebih asam dibandingkan sekresi vagina wanita
yang tidak hamil (4,5-5,0) dan dapat melindungi vagina dari infeksi asendens. Meskipun
demikian, infeksi ragi dapat berkembang dilingkungan tersebut dan mempredisposisi
terjadinya kandidiasis. Seiring peningkatan usia gestasi, vagina juga semakin kaya akan
pembuluh darah.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta :
EGC )
2.1.1.3 0varium

Fungsi ovarium. Fertilisasi dn implantasi membjuat berhentinya maturasi folikel dan ovulasi.
Fungsi korpus lueteum selama 6-7minggu kehamilan , berkontribusi terhadap produksi
progestron. Hilangnya korpus lueteum sebelum minggu ke-7 kehamilan akan menyebabkan
turunnya progesteron materbal dan abortus spontan. Pengambilan korpus lueteum pada
kehamilan yang sudah matur tidak menyebabkan efek ini.
Relaksin adalah suatu hormon protein yang dikeluarkab oleh korpus luetum dan mungkin
juga oleh desidua uterus selama kehamilan. Hail penelitian mendukungb bahwa relaksin
dapart menyebabkan relaksasi otot uterus dan pelunakan atau pematangan serviks.
Otot polos pada tuba berkembang menjadi sedikit hipertrofi. Epitel – epitel mukosa lebig
datar di bandingakn engan epitel pada wanita yang tidak hamil. Sel-sel desidua mungkin
dapat ditemukab di endosalping , tetapi tidak da membran desidua lanjutan yang terbentuk.
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus luteum graviditatum, tetapi setelah bulan
IV, corpus luteum ini mengisut.
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )

2.1.1.4 Vagina

Dalam kehamilan, pembuluh darah dinding vagina bertambah sehingga warna selaput
lendirnya membiru ( tanda Chadwick ). Kekenyalan ( elastisitas ) vagina bertambah, artinya
daya regang bertambah, sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5 –
6,0. Reaksi asam ini disebabkan terbentuknya asam laktat sebagai hasil penghancuran
glikogen yang berada dalam sel – sel epitel vagina oleh basil Doderlein. Reaksi asam ini
mempunyai sifat bakterisida.
( Sumber : Obstetric fisiologi: ilmu kesehatan reproduksi / editor, Firman F. Wirakusumah,
Johanes C. Mose, Budi Handono ; editor penyelaras, Husny Muttaqin, Loi indra. – Ed. 2. –
Jakarta : EGC, 2010. )
Vulva dan perineum menunjukkan peningkatan vaskulariasasi dan menjadi hiperemia selama
kehamilan. Peningkatan vaskularisasi menyebabkan timbulnya warna kebiruan (tanda
Chadwick), mirip dengan perubahan yang terjadi pada serviks. Peningkatan kadar estrogen
menstimulasi perubahan pada dinding vagina , termasuk peningkatan ketebalan mukosa,
pelunakan jaringan penyambung, dan hipertofi otot polos. Perubahan ini menyebabkan
bertambah panjangnya vagina. Rugae menjadi lebih nyata pada nulipara. Pada multipara,
peregangan sebelumnya pada otot polos menyebabkan vagina lunak daripada nulipara.

Sekresi vagina meningkat, dan peningkatan ini menghasilkan mukus yang banyak dan
berwarna keputihan. Banyak wanita hamil mengalami peningkatan jumblah cairan vagian ini
pada trimester ketiga sehingga perlu menggunakan pelapis atau pembalut untuk menyerap
cairan. Karena stimutasi estrogen, mukosa vagina memetabolisme glikogen.. Peningkatan
laktobasilus pada kehamilan juga meningkatkan metaboklisme ini. Hasil metabolisme
glikogen adalah asam laktat, yang berpengaruh menurunkan pH vagina. Pada introitus
midvagina, forniks anterior dan posterior, Ph berkisar antara 3,5-4,0 sebagai akibat dari
meningkatnya asam laktat dari glikogen pada epitel vagina. Perubahan juga terjadi pada
serviks ketika Ph-nya berkisar antara 5,2 sampai 6,0. Peningkatan keasaman vagina berguna
untuk mengontrol pefrtumbuhan bakteri patogen. Peningkatan ph berhubungan dengan
sejumblah flora pada vagina (Riedewald et ea., 1990)
( Sumber : Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC )

2.1.2 PAYUDARA DAN LAKTASI

Perubahan siklus terlihat pada jaringan payudara sebagai respon terhadap siklus menstruasi
dan, selama kehamilan, perubahan tersebut kian nyata. Terdapat banyak sekali simpanan
lemak disekitar jaringan glandular. Jumlah duktus glandular meningkat karena pengaruh
estrogen, segangkan jumlah alveoli kelenjar meningkat karena pengaruh progesteron ( dan
laktogen plasenta manusia, hPL ). hPL juga menstimulasi sintesis kasein, laktoglobulin, dan
laktalbumin di alveoli.
Meskipun konsentrasi prolaktin serum meningkat selama kehamilan, hal ini tidak
menyebabkan laktasi, sebab kerja hormon tersebut dihambat oleh estrogen di tingkat reseptor
alveolar. Penurunan drastis kadar estrogen dalam 48 jam pertama pasca-pelahiran
menghilangkan hambatan tersebut; dengan demikian, proses laktasi pun dimulai. Menjelang
akhir periode kehamilan dan diawal puerperium, payudara menghasilkan kolostrum, sejenis
sekresi kental kuning, yang kaya akan imunoglobulin.
Laktasi meningkat dengan aktivitas pengisapan yang sering sejak dini, sebab mengisap
menstimulasi hipofisis anterior dan posterior untuk melepaskan oksitosin dan prolaktin,
secara berturut-turut. Stres dan rasa takut mengurangi sintesis dan pelepasan prolaktin sebab
kondisi tersebut meningkatkan sintesis dopamin ( faktor penghambat prolaktin ). Selama dua
atau tiga hari pertama puerperium, prolaktin menyebabkan pembesaran payudara, karena
alveoli terisi penuh oleh susu. Oksitosin yang dilepaskan dari hipofis posterior menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelium disekeliling alveoli dan duktus kecil. Kontraksi ini meremas
susu kedalam duktus yang lebih besar dan reservoir subareola. Selain itu, oksitosin dapat
menghambat pelepasan dopamin, yang akan meningkatkan keberhasilan proses laktasi.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta :
EGC)

Fungsi hormone yang mempersiapkan pemberian ASI antara lain sebagai berikut.
a. Esterogen
• Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
• Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara tampak makin
besar.
• Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan rasa sakit pada
payudara.
b. Progesteron
• Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
• Menambah sel asinus.
c. Somatomamotrofin
• Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.
• Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola
dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan terjadi peningkatan
hormon kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada
jaringan payudara.

Dalam 3 bulan pertama,daerah sekitar putting dan putting susu akan terlihat bewarna lebih
gelap, karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar
payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara.
Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih sensitif pada saat usia 4
minggu kehamilan. Estrogen dan progesterone adalah hormone utama yang paling
berpengaruh terhadap perubahan payudara tersebut. Peningkatan estrogen menumbuhkan
jaringan lemak, saluran mamae, alveoli dan putting susu. Progesteron memicu dalam
pertumbuhan jaringan glandula dan alveoli lobular. Setelah dua bulan payudara akan mulai
membesar dan sirkulasi pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih terlihat
di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan lebih menonjol. Puting susu dan
areola akan menjadi lebih gelap warnanya.

Tanda – tanda umum :


1. Peningkatan ukuran secara bilateral, seringkali disertai kesemutan tegang dan nyeri tekan.
2. Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat hipertropi alvioli mamae.
3. Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu, seiring berjalannya waktu
rabas kolostrum menjadi kuning dan kentalnya berkurang.
4. polikel montgomery kelenjar sebasea di areola.
5. Pembesaran dan peningkatan elektrilitas puting.
6. Perluasan dan peningkatan pigmen tasi areola (areola primere).
7. Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai jejak vena kebiruan.
( Sumber : http://dinnamelanii.blogspot.com/2012/06/perubahan-anatomi-dan-
adaptasi_24.html, )

2.1.3 SISTEM ENDOKRIN


Perubahan Endokrin
Perubahan endokrin yang komplek terjadi selama kehamilan. Banyak hormon peptida dan
steroid, yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada kondisi tak-hamil, justru dihasilkan oleh
jaringan intra uterus selama kehamilan. Apa persisnya pengaruh sumber alternatif tersebut
terhadap konsentrasi hormon sirkulasi, juga aktivitas umpan balik yang mungkin muncul,
belum sepenuhnya dipahami. Banayk hormon melakukan aksinya secara tidak langsung,
yakni dengan berinteraksi dengan sitokin dan kemokin. Selama kehamilan, banyak dari
substansi tersebut banyak mengalami perubahan produksi dan aktivitan yang mencolok.
Banyak peptida khusus-kehamilan dihasilkan didalam uterus, namun tidak semua
menunjukkan fungsi endokrin yang jelas. Diantara peptida yang memiliki fungsi endokrin,
salah satu yang paling dikenal adalah hCG. Hormon ini tersusun atas subunit-alfa dan-beta;
subunit-beta khusus dihasilkan selama kehamilan dan banyak digunakan pada praktik modern
sebagai uji kehamilan yang sensitif. Hormon ini dihasilkan oleh sel trofoblas dan terdeteksi
dalam kadar kecil selama implantasi. Produksi hCG dipengaruhi oleh faktor inhibitor
leukemia sitokin ( leukemia inhibitory hormone, LIF ) dan isoform hormon pelepas-
gonadotropin ( gonadotrophin-releasing hormone, GnRH ) yang juga dihasilkan didalam
diplasenta. Diawal periode kehamilan, hCG sangat berperan dalam mempertahankan fungsi
korpus luteum. Ketika fungsi sumber penghasil progesteron di ovarium ini tidak lagi dominan
( setelah progestero yang dihasilkan plasenta mulai mendominasi selam beberapa minggu
terakhir di trimester pertama kehamilan ), konsentrasi hCG sirkulasi menurun dari kadar
puncak sekitar minggu kesepuluh kehamilan menjadi kadar plateu setelah minggu ke-12
kehamilan.
Tiroid
Hormon gonadotrofin korion manusia (HCG) memiliki aktivitas tirotrofik (mungkin karena
subunit-alfanya homolog dengan TSH) dan produksi TSH maternal dapat ditekan pada
trimester pertama kehamilan, yakni ketika hCG mencapai kadar maksimal. TSH
menunjukkan respon yang lemah terhadap injeksi TRH pada trimester pertama, namun
kemudian respons tersebut kembali normal.
Beberapa peneliti mengungkap keterkaitan hCG atau TSH dengan gejalah mual dan muntah
yang kerap dialami oleh wanita hamil, yang biasanya membaik setelah trimester pertama.
Hiperemesis gravidarum, yang merupakan gejala mual dan muntah yang ekstrem dan
patologis, dapat disebabkan oleh hipertiroidisme biokimia yang ditandai dengan kadar T4
bebas yang tinggi dan supresi TSH. Meskipun demikian, secara umum, fungsi tiroid masih
dianggap normal selama sisa periode kehamilan.
Kebutuhan yodium materna meningakat akibat proses transpor aktif ke unit fetoplasenta dan
karena peningkatan ekskresi yodium di urine. Penurunan kadar yodium dalam plasma
menyebabkan peningkatan ambilan yodium dalam darah. Jika diet sudah kekurangan yodium,
kelenjar titoid akan mengalami hipertofi untuk menangkap banyak yodium.
( Sumber : Holmes, Debbie dan Baker, Phillip N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta :
EGC )
Tiroid
Pembesaran kelenjar tiroid pada kehamilan telah lama diketahui,dan penelitian terbaru
menyebutkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami peningkatan hormon tiroid sebesar
18%. Sebagai informasi tambahan, beberapa peneliti menemukan bahwa seperempat subjek
penelitian mengalami peningkatan ukuran kelenjar sebesar 25%. Keadaan ini merupakan
akibat dari hipertrofi jaringan kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kadar tiroksin (T₄)
meningkat dalam serum ibu mulai pada bulan kedua kehamilan. Kadarnya menetap pada 9 –
16 µg/dl dibandingkan dengan kadar pada wanita yang tidak hamil, yaitu 5 – 12 µg/dl.
Diperkirakan bahwa esterogen sangat mempengaruhi sintetis protein-peningkatan T4 di hati,
menghasilkan suatu kapasitas peningkatan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan
kadar T4. Perubahan kadar T4 yang tidak terikat masih di perdebatkan, dengan beberapa
peneletian melaporkan tidak ada perubahan, beberapa melaporkan ada penurunan, dan ada
beberapa lainnya yang melaporkan ada penurunan, dan ada beberapa lainnya yang
melaporkan mengalami peningkatan. Glionoer dan rekan (1990) beragumentasi bahwa ada
penurunan kadar triodotironin bebas dan T4 selama kehamilan jika di bandingkan dengan
wanita yang tidak hamil, kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan protein pengikat
tiroid (Kotak riset 6-4).
Thyroid – releasing hormone (TSH), yang mentimulasi sintesis dan melepaskan TSH, tidak
meningkat selama kehamilan, tetapi tetap dalam rentang nilai normal wanita yang tidak
hamil. Data-data mendukung bahwa karena hCG memiliki suatu aktivitas seperti THS
intrisik, maka hCG secara langsung akan menstimulasi tiroid untuk menyekresi T4.
Sesungguhnya, mungkin ada penurunan TSH saat kadar hCG mencapai puncaknya pada
akhir trimester pertama, dan ada hubungan linierantara konsentrasi hCG dan T4 bebas di
dalam serum ibu.
Paratiroid
Data menunjukkan bahwa ada peningkatan hormon paratiroid (PTH), yang kemungkinan
besar disebabkan oleh hyperplasia. Mungkin saja perubahan kelenjar ini di pengaruhi oleh
estrogen dan human plasental lactogen. Kadar PTH meningkat secara progresif selama
kehamilan sehingga kadarnya pada kehamilan aterm kira – kira 30% – 50% di atas kadar
wanita yang tidak hamil.

Kelenjar Adrenal
Ada peningkatan kadar kortisol yang bersikulasi selama kehamilan, yang sebagian besar
diikat oleh globulin pengikat-kortisol. Peningkatan kadar ini kemungkinan besar disebabkan
oleh penurunan pengeluaran metabolisme kortisol, karena tidak dijumpai peningkatan sekresi
sortisol secara nyata oleh adrenal ibu. Kadar hormon adrenokortikotropik menurun selama
kehamilan, sementara kadar kortisol bebas meningkat. Mekanisme ini tidak dipahami secara
jelas.
Pada bulan keempat kehamilan, adrenal ibu meningkatkan jumlah sekresi aldosteron.
Peningkatan ini bahkan lebih terlihat dengan pembatasan asupan garam peningkatan produksi
aldosteron ini mempengaruhi oleh peningkatan kadar angiotensin II, yang menstimulasi zona
glomerulosa dari adrenal untuk menyekresi aldosteron. Telah muncul dugaan bahwa
mekanisme ini menyeimbangkan efek pengeluaran garam (natriuretik)terhadap progesteron.
( Sumber : Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC )

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon diantaranya : estrogen, progesteron, human


chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb. Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa
kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan. Perubahan anatomi dan fisiologi pada
system reproduksi, payudara dan system endokrin yang terjadi pada wanita hamil merupakan
suatu perubahan yang normal

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,
laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola
dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

3.2 Saran

Sebagai bidan perlu memberikan informasi kepada Ibu hamil agar ibu mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada anatomi dan adaptasi fisiologi pada payudara bahwa
perubahan itu normal dan ibu dapat mencegah terjadinya kelainan atau hal-hal yang tidak
diinginkan terkait masalah kehamilannya melalui perawatan payudara.

Advertisements

Share this:
 Twitter
 Facebook
 Google

Loading...

This entry was posted in Uncategorized.

 Manfaat Buah Naga Bagi Kesehatan


 Manfaat Keju

Leave a Reply

Email (required) (Address never made public)


Name (required)

Website

Notify me of new comments via email.

Search for:

Recent Posts
 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
 Penanganan Syok
 Manfaat Keju
 Makalah Perubahan Fisiologis pada Kehamilan
 Manfaat Buah Naga Bagi Kesehatan

Recent Comments
Archives
 October 2013

Categories
 Uncategorized
Meta
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Blog at WordPress.com.

We teamed up with Eventbrite

 Follow

Anda mungkin juga menyukai