Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Dengan Abortus Inkomplit Pada Ny. Y di Bidan Praktek Mandiri Tio Medan
Penyusunan LTA ini sebagai salah satu syarat untuk penulis dapat
memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan
Laporan Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan atas bimbingan, arahan,
bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Bapak Parlidungan Purba, SH. MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Ib Dr. Ivan Elisabeth Purba, Mkes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ibu Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan.
4. Ibu Agnes Purba, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan,
i
6. Ibu . . . . . . . . . .
Penulis menyadari bahwa pada LTA ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dengan
perbaikan dan kemajuan di masa yang akan datang. Laporan Tugas Akhir ini
masyarakat.
Medan,
Oktober 2017
Penulis,
Amelya
Margareta
Hutagalung
ii
PROPOSAL ABORTUS INKOMPLIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Target Millenium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan Angka
kematian ibu menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan
kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. Angka
Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Angka
kematian ibu menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Angka kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyabab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa
nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-2013,
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan
dengan negara–negara tetangga.
iii
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO) memperkirakan 4,2
juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di
Indonesia. Risiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara di
perkirakan antara satu sampai 250, Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut
memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup tinggi ( Lusa,
2012).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup
diluar kandungan (Nugroho, 2010). Macam abortus ada 4 yaitu abortus spontan, abortus
infeksiosa, Missed Abortion, dan abortus habitualis. Abortus spontan sendiri meliputi
abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit
(Wiknjosastro,2010)
iv
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peñatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit di RSU Anutapura Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data subjek pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit di RSU Anutapura Palu.
b. Untuk mengetahui pengkajian atau identifikasi data obyektif pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit di RSU Anutapura Palu.
c. Untuk mengetahui Assessment (Analisa dan Interpretsi Data) yang meliputi diagnosis
dan masalah potensial, kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil dengan abortus
inkomplit di RSU Anutapura Palu
d. Untuk mengetahui Planning (perencanaan, implementasi dan evaluasi), asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling, follow UP pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit di RSU Anutapura Palu.
e. Untuk mengetahui pendokumentasian pada ibu hamil dengan abortus inkomplit di RSU
Anutapura Palu.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Merupakan suatu pengalaman berharga, menambah wawasan dan dapat menerapkan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abaortus inkomplit.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi pihak pendidikan sebagai
bahan bacaan diperpustakaan dan dapat dijadikan dasar pemikiran didalam penelitian
lanjutan.
3. Bagi RSU Anutapura Palu
Dapat dijadikan bahan informasi dan masukan serta memberi manfaat bagi instansi terkait
khususnya RSU Anutapura Palu sebagai tempat pengambilan kasus untuk meningkatkan
asuhan kebidanan.
4. Bagi Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga dapat memahami keadaan yang terjadi pada diri pasien, sehingga dapat
berfikir positif atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan untuk keselamatan pasien
itu sendiri.
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Tentang abortus
1. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilaan kuraang daari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2010).
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup
di dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi berarti keluarnya
janin dengan berat badan janin <500 gram atau usia kehamilan <22 minggu. Mengingat
kondisi penanganan bayi baru lahir berbeda-beda di berbagai negara, usia kehamilan seperti
pada definisi abortus dapat berbeda-beda pula. Di negara maju, oleh karena teknologi ilmu
kedokteran yang canggih, keguguran saat ini diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi
ketika usia kehamilan <22 minggu atau berat badan janin <400 gram (Martaadisoebrata
dkk, 2012).
2. Klasifikasi
Abortus menurut waktu dapat dikelompokan sebagai:
a. Abortus dini adalah bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12 minggu).
b. Abortus lanjut adalah bila terjadi antara 12-24 minggu (trimester kedua).
Abortus menurut kejadiannya dapat dikelompokan sebagai:
a. Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss) adalah
keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.
b. Abortus buatan (abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan) adalah abortus
yang dapat dikelompokkan lebih lanjut menjadi:
1. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (abortus provocatus artificialis atau abortus
therapeuticus) adalah abotus sesuai indikasi untuk kepentingan ibu, misalnya penyakit
jantung hipertensi maligna, atau karsinoma serviks. Keputusan pelaksanaan aborsi
ditentukan oleh tim ahli yang terdiri atas dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan
psikiatri atau psikolog.
2. Abortus buatan criminal (abortus provocatuscriminalis) adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh pihak yang tidak
vi
berwenang. Kecuriagaan terhadap abortus provokatus kriminalis harus dipertimbangkan
bila terdapat tindakan abortus febrilis. Aspek hukum tindakan abortus buatan harus
diperhatikan. Beberapa bahaya abortus buatan kriminalis yaitu, terjadinya infeksi,
infertilitas sekunder, dan kematian. (Martaadisoebrataa dkk, 2013).
3. Etiologi
Penyebab aborus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus
didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya abortus
antara lain:
a. Faktor janin. Kelainan yang sering dijumpai adalah gangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, berupa:
1) Kelainan telur. Telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, kelainan kromosom
(monosomi, trisomi atau poliploida), merupaka sekitar 50% penyebab abortus;
2) Trauma embrio. Pasca-sampling vili korionik, amniosentesis;
3) Kelainan pembentukan plasenta: hipoplesia trofoblas.
b. Faktor maternal, berupa:
1) Infeksi. Beresiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester
pertama atau awal trimester kedua. Penyebab kematian janin tidak diketahui secara pasti
akibat infeksi janin atau oleh toksin yang dapat menyebabkan abortus antara lain:
Virus: rubella, sitomegalovirus, herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak,
hepatitis, polio, ensefalomielitis;
Bakteri: salmonella typhi;
Parsasit: toxoplasma gondii, plasmodium;
2) Penyakit vaskuler: heipertensi, penyakit jantung;
3) Kelainan endokrin. Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi, terjadi disfungsi tiroid atau defisiensi insulin;
4) Imunologi. Ketidakcocokan (inkompatibilitas) system HLA (human leucoyte antigen),
SLE (systemic lupus erythematosus, lupus eritematosus sistemik);
5) Trauma. Jarang terjadi, umumnya segera setelah trauma, misalnya trauma akibaat
pembedahan:
Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum
minggu ke-8;
Pembedahan intarabdominal dan pembedahan uterus pada saat hamil;
vii
6) Kelainan uterus: hipoplasia uterus, mioma (trauma mioma submukosa), servik inkompeten
atau retroflexio utei gravid incarcereta;
7) Psikosomatik. Untuk pengaruh faktor ini masih dipertanyakan.
c. Faktor eksternal, berupa:
1) Radiasi. Dosis 1-10 rad dapat merusak janin berusia 9 minggu; dosis lebih tinggi dapat
menyebabkan keguguran;
2) Obat-obatan. Antagonis asam folat, antigokulaan, dll. Sebaiknay tidak menggunakan obat-
obatan ketika usia kehamilan <16 minggu kecuali obat terbukti tidak membahayakan janin
atau indikasi penyakit ibu yang parah;
3) Zat kimiawi lain: bahan yang mengandung arsen, benzena, dll.
4) Sosioekonomi, pendidikan, konsumsi kafein, dan bekerja ketika sedang hamil. Tidak
terbukti merupaka resiko abortus (martaadisoebrata dkk, 2013).
4. Patogenesis
Umumnya abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan ke dalam desidua basilis. Selanjutnya, terjadi perubahan nekrotik di daerah
impalntasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir dengan sebagian, diinterpretasi
sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus mulai berkontraksi untuk
mendorong benda asing keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan, sehingga pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika
perdarahan sudah sedemikian banyak karna abortus tidak akan dapat di hindari.
Sebelum minggu ke-10, seluruh hasil konsepsi bisanya dapat keluar dengan legkap
karena vili korialis belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua. Pada kehamilan
10-12 minggu, korion tumbuh cepat dan hubungan antara vili korialis dengan desidua
makin erat, sehingga abortus yang mulai di saat ini sering menyisakan korion (plasenta).
Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan atas empat cara:
1. Kantong korion keluar pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.
2. Kantong amnion dan isinya (janin) didorong ke luar, meninggalkan korion dan desidua.
3. Pecah amnion disertai putusnya tali pusat dan pendorongan janin keluar, tetapi sisa
amnion dan korion tetap tertinggal (hanya janin yang dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
viii
5. Gambaran Klinis
Secara klinis abortus di bedakan sebagai berikut:
a. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai
perdarahan pervaginam, ostiumuteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu. Penderita mengeluh mules
sedikit atau tidak akan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih
tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan dengan melihat
kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan
urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya adalah
baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia ad malam.
Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila
ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk
mempertahankan kehamilan ini. Emeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui
pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi
pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai
dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT.
b. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandaai dengan serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan
dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mules karena kontraksi yang sering dan kuat,
pendarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan mesih positf.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai
tidak normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan
pula ada tidaknya pelepsan plasenta dari dinding uterus.
ix
c. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari
20 mimggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil sehingga pendarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai.
Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif 7 sampai 10 hari setelah abortus.
d. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yg tertinggal.
Batasan ini juga masih terpanjang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal
didalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan
biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik
sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan
perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi
untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita
ragu dengan diagnosis secara klinis. Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan
dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang
betuknya tidak beraturan.
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa
hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus
segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara
berhati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari pelastik. Pasca tindakan
perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika.
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan.
x
Penderita missed abortion biasaanya tidak merasakan keluhan apa pun kecuali
merasakan pertumbuhan kehamilanya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas
14 sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan
tanda-tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang. Kadang kala missed
abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi
pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah
satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan
didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed
abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya
gangguan penjendalan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa
koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
f. Abortus Habitualis.
Abotus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Penderita abrtus habitualis pada umunya tidak sulit untuk manjadi hamil kembali,
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara berturut-tururt. Bishop
melaporkan kejadian abortus habitualis sekitar 0,41 % dari seluruh kehamilan.
Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya
dengan reaksi imunologi yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast
cross reative (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan
terjadi abortus. Kelainan ini dapat diobati dengan transfusi leukosit atau hiparinisasi. Akan
tetapi, decade terakhir menyebutkan perlunya mencaari penyebab abortus ini secara
lengkap sehingga dapat diobati sesuai dengan penyebabnya.
Salah saatu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensial servik yaitu
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka
(inkompeten) tanpa disertai rasa mules atau kontraksi/rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma serviks pada kehamilan
sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan
serviks yang luas sehingga diameter kanalis servitalis sudah melebar.
Diagnosis inkompetensial serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat.
Dengan pemeriksaan dalam atau inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis servikalis dan
di dapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki trimester kedua.
Diameter ini melebihi 8 mm. Untuk itu, pengelolaan penderita inkompetensial serviks
xi
dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensial
serviks harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat
menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan.
xii
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya
didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak
aman.
d. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat.
e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah (Kurniawati, 2012).
7. Penatalaksanaan Abortus
a. Abortus iminens
1) Bila hasil konsepsi masih utuh terdapat tanda-tanda kehidupan janin:
a) Ibu diminta tirah baring dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai genjalan
perdarahan hilang atau selama 3 x 24 jam;
b) Pemberian preoarat progesteron masih diperdebatkan karena dapat menyebabkan
relaksasi otot polos, termasuk otot uterus. Beberapa penelitian menunjukan efek buruk
progesteron, yakni meningkataakan reessiko abortus inkomplit, sehingga hanya diberikan
bilaa bila terdapat gangguaan fase luteal; dosisnya 5-10 mg;
2) Bila hasil USG meragukan, USG diulang kembali 1-2 minggu kemudian;
3) Bila hasil USG tidak baik, segera lakukan evakuasi.
b. Abortus insipiens
1) Evakuasi hasil konsepsi;
2) Pemberian uteritonika pascaevaakuasi;
3) Pemberian antibiotic selama 3 hari.
c. Abortus Kompletus
Bila hasil konsepsi lahir lengkap, abortus disebut komplit (complete abortion/miscarriage),
dan kuretasi tidak perlu dilakukan. Paada abortus, jaringan yang terlahir harus selalu
diperiksa kelengkapannya untuk membedakan dengan kelainan trofoblas (molahidatidosa).
Pada abortus komplet, perdahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
berhenti total selambat-lambatnyaa setlah 10 hari, karena dalaam masaa ini lukaa rrehim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga segera menutup kembali. Bila
perdarahan masih berlansung melebihi 10 hari setelah abortus, harus dipekirakan
kemungkinan abortus inkomplit atau endometritis pascabortus.
d. Abortus Inkompletus
xiii
1) Perbaikan kedaan umum; syok harus diatsi bila muncul; bial HB <8 gr%, tranfusi darah
segera mungkin;
2) Evakusai hasil konsepsi, baik dengan metode digital attau kuretasi;
3) Pembeerian antibiotic selama 3 hari.
e. Missed abortion:
1) Perbaikan keadaan umum;
2) Tranfusi darah segar;
3) Transfuse fibrreeinogen;
4) Pemberian misoprostol peroral atai pervaginam, dosis 200 mikrogram/6 jam. Bila
dalam 2 x 24 jam hasil konsepsi tidak keluar, kuretasi segera dikerjakan;
5) Avakuasi dengan kuretasi; bila usia kehaamilaan >12 minggu, kuretasi didahului
dengaan pemasangan dilator (laminaria stift) ataau pemberian misoprotol 200 ug/6 jam.
f. Abortus habitualis
Pengelolan abortus habitualis bergantung kepada etiologi. Pada kelainan anatomi, misalnya
inkompetensi servik, dapat dilakukan operasi shidrodkar atau McDonald.
g. Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus Infeksiosus, Abortus Septik harus dirujuk ke rumah sakit.
1) Penanggulangan infeksi:
Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
ditambahkan kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 gramg tiap 4 jam
ditambah metronidazol 500 mg tiap 6 jam.
Obat pilihan lainnya; ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan metronidazol,
ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
2) Tingkatkan asupan cairan
3) Bila perdarahan banyak, lakukan tranfusi darah.
4) Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari. Di rumah sakit:
1) Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi.
2) Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan sterptomisin 2 g.
xiv
3) Infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan.
4) Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, dan suhu badan.
5) Oksigen bila diperlukan, kecepatan 6-8 liter per menit.
6) Pasang kateter folley untuk memantau produksi urin.
7) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang,
analisis gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
8) Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatansumber
infeksi.
9) Abortus septik septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok yang tanda-tandanya
ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi,kesadaran menurun, tekanan darah menurun,
dan sesak napas (Martaadisobrataa dkk, 2013).
xv
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter, dalam
manajemen kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi.
2. Interpretasi Data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah poteensial berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi. Langkah
ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
4. Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuia
dengan kondisi klien. Hal ini mencerminkan kesinambungakn dari proses manajemen
kebidanan.
5. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh
Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap dignosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Asuhan terhadap klien mancakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek
asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, tugas bidan adalah merumuskan secara
benar asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
6. Melaksanakan Perencanan
Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh
xvi
bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan. Dalam situasi ini bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manejemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
7. Evaluasi
Dilakukan evaluasi kefektifan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan
kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebgian belum.
Maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses
manajemen untuk mengidentifikasi mangapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana tersebut (Suryani, 2006).
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.3.1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan
dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan/atau masalah
kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat) (Suriyani, 2006).
2.3.2. Prinsip Dasar Asuhan Kebidanan
a. Menjaga hubungan baik antara ibu dan bidan
b. Ibu adalah fokus dalam memberikan asuhan
c. Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan
d. Bertanggung jawab dalam memeberikan asuhan
e. Menggunakan seluruh keterampilan
f. Memberikan asuhan yang ramah (Heryani, 2011).
xvii
c. Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya
d. Keyakinan tentang pemberdayaan dan membuat keputusan
e. Keyakinan tentang asuhan
f. Keyakinan tentang kolaborasi
g. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya (yulianti, 2011).
xviii
D. Konsep Pendokumentasian Kebidanan
1. Pengertian
Dokumentasi adalah sekumpulan catatan, penyimpanan dan desiminasi dari
catatan informasi dalam sistem terintegrasi untuk penggunaan yang efisien dan mudah
diterima. Dokumentasi merupakan persiapan dan catatan komunikasi mendorong untuk
membuktikan suatu informasi atau kejadian. Pendokumentasian sendiri mempunyai arti
sebagai pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian
jasa (pelayanan) yang dianggap berharga atau penting (Mufdilah, 2009).
2. Tujuan Dokumentasi (Mufdilah, 2009)
a. Sebagai sarana komunikasi
b. Sebagai sarana tanggung jawab dan tanggung gugat
c. Sebagai sarana informasi statistik
d. Sebagai saraana pendidikan
e. Sebagai sumber data penelitian
f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.
3. Fungsi Pendokumentasian (Mufdilah, 2009)
Dalam pendokumentasian atau catatan asuhan kebidanan dapat diterangkan dalam
bentuk SOAP :
S : Data Subjektif
Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
O : Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain. Data ini akan memberikan
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
A : Analisa/Asessment
xix
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Analisa data adalah melakukan interpretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta
perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera.
P : Planing/perencanaan
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan
ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya.
xx
BAB III
METODE STUDI KASUS
xxi
C. Subjektif Penelitian
Penelitian ini adalah Ibu Hamil Dengan Abortus Inkomplit Di Bidan
Praktek Mandiri Tio dengan menggunakan pendekatan Asuhan Kebidanan.
D. Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data adalah menggunakan data primer dengan
pendekatan Asuhan Kebidanan dengan lagkah-langkah : Data subjektif, data
objektif, assesment, planning dan evaluasi serta pendokumentasian. Dalam
pengkajian digunakan format pengkajian Asuhan Kebidanan.
E. Pengolahan Data
Setelah dikumpulkan melalui alat pengumpulan data selanjutnya diolah dan
dianalisa secara deskriftif kualitatif, yaitu menilai objek penelitian berdasarkan
analisis kualitatif tanpa menggunakan angka-angka secara kuantitatif.
F. Penyajian Data
Setelah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk Narasi atau penjelasan
berdasarkan hasil analisa kualitatif tentang aspek-aspek yang terkait dengan kasus
Abortus Inkomplit Pada Ibu Hamil
xxii
BAB IV
STUDY KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “G”GESTASI 15 MINGGU
ENAM HARI DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI TIO
TANGGAL 22 SEPTEMBER 2017
No register : 12-92-02
Tanggal masuk rumah sakit : 22 september 2017 jam 16 .00
Tanggal pengkajian : 22 september2017 jam 17.00
Pendidikan : SMA / SI
xxiii
2. Riwayat Kehamilan sekarang :
a. G VIII PVII AO
f. Ibu tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu.
g. Tanggal 13-06-2017 jam 10.00 wita ibu terjatuh dari motor, dan posisi pada
saat jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri perut bagian bawah,
darah haid
xxiv
3. Riwayat Reproduksi
1. Riwayat haid
2. Riwayat ginekologi
xxv
Ibu pernah menggunakan KB suntik ±1 tahun, mulai tahun 2007
sampai pada tahun 2008, ibu melepasnya dengan alasan selalu haid sedikit
a. Tidak ada riwayat opname dan tidak pernah mengalami penyakit jantung,
a. Ibu Menikah satu kali dengan suami sekarang ±24 tahun, sementara
suami sudah menikah 2x, hubungan ibu dengan suami sekarang tetap
harmonis
c. Ibu dan keluarga berharap ingin cepat ditolong dan cepat sembuh
e. Ibu dan keluarga taat beribadah, rajin berdoa agar keadaannya cepat
xxvi
6. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan nutrisi
2) Warna : Kuning
3) Bau : Amoniak
5) Konsistensi : Lembek
c. Kebutuhan istirahat
Sebelum sakit Ibu tidur jam 22.00 dan bangun jam 05.00 pagi, dan tidur
Selama sakit Ibu selalu terbangun karena nyeri pada perut bagian bawah.
xxvii
7. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran composmentis
TD : 100/60 mmhg
N : 80 x/ menit
S : 38,5 ºc
P : 20 x /menit
BB : 48 cm
LILA : 23 cm
3. Wajah
4. Mata
5. Hidung
xxviii
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, telinga bersih, tidak ada serumen
Inspeksi : Bibir lembab, tidak pucat, gigi bersih dan ada caries
8. Leher
9. Payudara
10. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra dan striae albicans.
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, tidak ada oedema
xxix
12. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HB : 11 gr/ dl
Wbc : 15,4.10³
Plano test +
Pemeriksaan dalam oleh dokter “I” tanggal 20-06-2012 jam 16.30 wita
2) Portio : Lunak
a. Data subjektif :
b. Data objektif :
2) TP tanggal 08-12-2017
xxx
Dari HPHT tanggal 01-03-2017 sampai tanggal 20-06-2017 amenorhoe 111
hari atau 15 minggu enam hari. Pada masa kehamilan korpus luteum
ovulasi pada waktu hamil yang berarti tidak ada menstruasi. (wiknjosastro,
2. Abortus Inkomplit
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
xxxi
3. Nyeri perut bagian bawah
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
terjadi nyeri pada perut bagian bawah. Mula-mula nyeri cenderung ringan,
4. Febris
a. Data subjektif
b. Data objektif
2) SB 38,5ºc
xxxii
(Anonim, diakses juli 2012).
1. Data subjektif
janin dari jalan lahir disertai pengeluaran darah yang banyak bergumpal dan
2. Data objektif :
Setelah terjadi perdarahan yang berat, volume darah yang beredar menjadi
mg
xxxiii
GVIII PVII AO Gestasi 15 minggu enam hari, Abortus inkomplit dengan
1. Tujuan
2. Kriteria
a. Jaringan keluar
b. Uterus kosong
Dystole : 60 - 90 mmHg
3. Rencana tindakan
Rasional :
xxxiv
Dengan observasi untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
Rasional :
selanjutnya
d. Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri pada perut bagian bawah dan
Rasional :
Agar ibu dapat mengerti bahwa nyeri yang dirasakan akibat dari kontraksi
e. Bantu ibu mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan ibu
Rasinal :
Dengan posisi yang diinginkan akan memberikan rasa nyaman pada ibu
Rasional :
xxxv
g. Sarankan/libatkan orang terdekat dengan ibu selama perawatan
Rasional :
Ibu akan merasa aman bila berada didekat / disamping orang terdekat
Rasional :
Ibu dapat memahami bahwa manusia hanya berusaha namun Tuhan yang
menentukan
kuret.
Rasional :
menyetujui rencana tindakan kuret agar ibu dapat menyiapkan fisik dan
psikis.
j. Informed consent
Rasional :
akan dilakukan dan sebagai perlindungan hukum bagi dokter dan bidan
Rasional :
mengurangi perdarahan.
xxxvi
l. Kolaborasikan dokter tentang pemberian obat-obatan
Rasional :
6) Sf 2x1
F.Implementasi
a. Persiapan pasien;
2) Jam 12.25 wita infus terpasang dengan cairan ringer laktat 500 ml +
3) Jam 13.30 wita memberikan injeksi oksitosin 10 unit dan ergometrium 0,2
mg secara IM
xxxvii
b. Persiapan instrument
2) Handscoen 2 pasang
6) tenakulum 1 buah
xxxviii
2) Sarung tangan DTT/steril 2 pasang
d. Tindakan :
vagina setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi tranversal
dijepit dengan cunam tampon). Menentukan bagian yang akan dijepit (jam
11.00)
ditentukan
atas
xxxix
11) Melakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan
sonde uterus.
12) Memegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk,
kebutuhan ibu
xl
2. TFU 2 jari atas symphisis kontraksi uterus baik
b. Nadi : 80x/menit
d. Pernafasan : 20x/menit
xli
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny“G”
GESTASI 15 MINGGU ENAM HARI DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI TIO
TANGGAL 22 JUNI 2012
No register : 12-92-02
Tanggal masuk rumah sakit : 20 juni 2017 jam 16 .00
Tanggal pengkajian : 20 juni 2017 jam 17.00
Pendidikan : SMA / SI
A. Data Subjektif
a. G VIII PVII AO
xlii
e. Ibu belum pernah memeriksakan ke hamilannya
f. Ibu tidak pernah ke dukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan
jamu.
g. Tanggal 13-06-2017 jam 10.00 wita ibu terjatuh dari motor, dan posisi
pada saat jatuh terlempar ke dalam got. dirasakan nyeri perut bagian
bawah, keluar darah dari jalan lahir sedikit-sedikit dialami ± 4 hari lamanya.
B. Data Objektif
1. Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda vital :
b. Nadi : 84 x/menit
d. Pernafasan : 20x/menit
3. Inspeksi
xliii
b. Konjungtiva tidak anemis
4. Palpasi
Tinggi fundus uteri 3 jari atas simphisis dan terasa nyeri bila ditekan
Pemeriksaan dalam oleh dokter “I” tanggal 20-06-2017 jam 16.30 wita
b. Portio : lunak
C. Assesment
masalah nyeri perut bagian bawah dan febris, potensial terjadinya syok
xliv
D. Planning
kuret dan ibu bersedia dilakukan tindakan kuretage serta suami sudah
5. Pemberian obat-obatan :
S0,2 mg secara IM
xlv
7. Tanda-tanda vital dalam batas normal:
b.Nadi : 80 x/menit
d.Pernafasan : 20 x/menit
No register : 12-92-02
Tanggal masuk rumah sakit : 20 juni 2017 jam 16 .00
Tanggal pengkajian : 20 juni 2017 jam 17.00
Pendidikan : SMA / SI
Alamat: : jln.Istiqomah
xlvi
Data subjektif
2. Masih ada darah yang keluar dari vagina sedikit dan perut masih agak
3. Ibu sudah dapat beristirahat dengan baik dan tidur dengan baik
Data Objektif
2. Tanda-tanda vital :
b. Nadi : 80x/menit
d. Pernafasan : 24x/menit
3. Masih ada sedikit terasa nyeri tekan pada perut bagian bawah
a. Cefadroxil : 3x500 mg
b. SF : 2x1 kaplet
d. Metiergometrin 3x1
xlvii
Assesment
berkurang
Planning
a. Cefadroxil : 2x500 mg
b. SF : 2x1
c. Metilergometrin : 3x1
xlviii
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan abortus inkomplit
yaitu Ny. G umur 42 tahun G8P7A0 di BPM Tio Medan pada tahun 2017, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebgai berikut:
1. Telah dilakukan pengkajian data pada ibu hamil dengan abortus inkomplit
terhadap Ny. G usia 42 tahun G8P7 di BPM Tio Medan
2. Telah dilakukan identifikasi diagnosa/masalah asuhan kebidanan pada ibu
dengan abortus inkomplit , yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif.
3. Telah dilakukan penanganan segera dari Asuhan Kebidanan ibu dengan abortus
inkomplit di BPM Tio Medan.
4. Telah dilaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu dengan Abortus Inkomplit di BPM
Tio Medan
5.2. SARAN
saran penulis berikut ditunjukkan oleh:
1. Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat agar mengikuti setiap pengarahan
konseling tentang kehamilan yang telah dilakukan oleh petugas
kesehatan sehingga dapat mencegah terjadi nya abortus.
2. Lahan Praktik
Diharapkan kepada lahan praktik yang telah melakukan asuhan
kebidanan pada ibu dengan abortus inkomplit dengan baik diharapkan
untuk kedepannya akan lebih mengoptimalkan dan meningkatkan
pelayanan dalam memberikan asuhan.
xlix
3. Institusi Pendidikan
Penulis mengharapkan agar pembuatan karya tulis yang telah ada tetap
dijadikan acuan, bahan bacaan di perpustakaan dan bahan perbandingan
untuk pembuatan karya tulis yang lebih baik lagi terutama yang
berhubungan dengan kasus abortus inkomplit.
4. Bagi profesi
Diharapka dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengembangan asuhan kebidanan serta meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan pada ibu dengan abortus inkomplit.