PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Usia : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kauman, Metro Pusat
Tanggal Periksa : 7 Juni 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan kedua mata kabur perlahan-lahan sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Kedua mata terasa melihat kabut, silau saat melihat, dan berair.
2
hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas. Oleh karena itu, pasien
berobat ke RSUD Ahmad Yani, Metro.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu badan : 36,6 ºc
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Status Generalis
Kepala : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
\
D. STATUS OFTALMOLOGIS
OD OS
3
Oculus Dextra (OD) Oculus Sinistra (OS)
6/60 Visus 6/15
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Supersilia Dalam batas normal
Edema (-), spasme (-) Palpebra superior Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) Palpebra inferior Edema (-), spasme (-)
Tidak ada kelainan Silia Tidak ada kelainan
Orthoforia, Bulbus Oculi Orthoforia,
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Bebas ke segala arah Gerak bola mata Bebas ke segala arah
Injeksi (-) Konjungtiva Bulbi Injeksi (-)
E. RESUME
4
Seorang perempuan 64 tahun datang ke RSUD Ahmad Yani pada tanggal 7 juni
2017 dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak + 2 bulan yang lalu,
pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur seperti berkabut, perlahan-
lahan semakin memberat, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan
kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh.
Satu minggu yang lalu sebelum ke rumah sakit, penglihatan kedua mata
semakin kabur. Pasien belum mengobati kedua matanya dan keluhan dirasa
semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas.
Pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan status
oftalmologi didapatkan pada Ocular dextra visus 6/60, lensa keruh sebagian
dan shadow test (+), sedangkan pada Ocular sinistra didapatkan visus 6/15,
lensa keruh sebagian dan shadow test juga (+).
1. DIAGNOSIS BANDING
OD Katarak senilis imatur
2. PEMERIKSAAN ANJURAN
Slit Lamp
Tonometri
Fundus Refleks
3. DIAGNOSIS KERJA
OD Katarak Senilis Imatur
I. PROGNOSIS
Quad ad vitam : ad bonam
Quad ad functionam : dubia ad bonam
Quad ad sanationam : dubia ad bonam
J. PENATALAKSANAAN
5
K. Debride
ment
Epitel
Kornea
L. Debride
ment ini
dilakukan
6
dengan
aplikator
M. khusus
yang
ujungnya
terdapat
7
kapas.
Obat
N. siklopeg
ik seperti
homatropi
n 5%
8
diteteskan
ke
O. dalam
saccus
konjungtiv
alis,
9
kemudian
dibalut
P. tekan
Q. Debride
ment
Epitel
Kornea
10
R. Debride
ment ini
dilakukan
dengan
aplikator
S. khusus
yang
11
ujungnya
terdapat
kapas.
Obat
T. siklopeg
ik seperti
homatropi
12
n 5%
diteteskan
ke
U. dalam
saccus
konjungtiv
alis,
13
kemudian
dibalut
V. tekan
W.Debride
ment
Epitel
Kornea
14
X. Debride
ment ini
dilakukan
dengan
aplikator
Y. khusus
yang
15
ujungnya
terdapat
kapas.
Obat
Z. siklopeg
ik seperti
homatropi
16
n 5%
diteteskan
ke
AA. dalam
saccus
konjungtiv
alis,
17
kemudian
dibalut
BB. tekan
CC. Debri
dement
Epitel
Kornea
18
DD. Debri
dement ini
dilakukan
dengan
aplikator
EE.khusus
yang
19
ujungnya
terdapat
kapas.
Obat
FF. siklope
gik seperti
homatropi
20
n 5%
diteteskan
ke
GG. dalam
saccus
konjungtiv
alis,
21
kemudian
dibalut
HH. tekan
Konservatif
K. EDUKASI
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
22
3.1 Anatomi Lensa Mata
23
merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa.
24
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau karena kedua-duanya. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas dan dapat menimbulkan kebutaan.
25
semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah sampai
tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya (Lang, 2008).
1. Katarak Insipien
Merupakan stadium dini yang belum menimbulkan gangguan visus.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak
seperti jari-jari roda (kuneiform) pada korteks anterior, sedangkan
aksis masih relatif jernih. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat
dikorteks, yang terlihat bila dipupil dilebarkan disebut ”spokes of
wheel”.
2. Katarak Intumessen
26
Kekeruhan lensa pada stadium ini disebabkan karena terjadi
pembengkakan lensa, dimana lensa degeneratif tersebut menyerap air.
Lensa yang membengkak dan besar menyebabkan terdorongnya iris,
sehingga bilik mata akan lebih dangkal dibandingkan yang normal.
Stadium ini tidak selalu terjadi pada proses katarak.
3. Katarak Imatur
Pada stadium ini kekeruhan hanya terjadi pada bagian lensa, belum
mengenai seluruh lapisan lensa.Volume lensa juga dapat bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif,
sehingga pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil dan dapat menimbulkan glaukoma sekunder. Pada
pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan
iris pada lensa, disebut shadow test positif.
4. Katarak Matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imaturtidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan
lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada
katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut
negatif.
5. Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur merupakan katarak yang telah mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa
lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur.
Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan
27
nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat,
keadaan tersebut dinamakan katarak Morgagni (Ilyas, 2013).
3.6 Diagnosis
28
kekeruhan lensa di lokasi tetentu tidak pada seluruh lensa. Lalu, dilakukan
pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit
katarak senilis. Pada katarak senilis imatur shadow test positif.
3.7 Tatalaksana
Terapi pembedahan :
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada
EKIK dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa.
Pada teknik ini dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar
dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan pada zonula zinn
yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus (Ilyas, 2013).
a. Keuntungan :
29
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma,
uveitis, endolftalmitis (Ilyas, 2013).
3. Fakoemulsifikasi
30
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan
getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks
melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah
penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan penglihatan
juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif
pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang
kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler.
Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama dan biaya lebih tinggi.
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah,
proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini
membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan
aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga
meminimalkan risiko prolaps vitreus (Ilyas, 2013).
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancer
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas
normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut
harus terkontrol (Ilyas, 2013).
31
dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh. Koreksi
ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat
dekat perlu diberikan kacamata S+3D (Ilyas, 2013).
3.8 Komplikasi
32
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien ini didiagnosis sebagai ODS katarak senilis Imatur dengan dasar pemikiran
sebagai berikut:
1. Anamnesis:
- Pasien berusia 64 tahun katarak senilis,
- Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan
semakin kabur dengan kondisi mata tenang.
2. Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus ODS 6/60 dan 6/15
- Shadow test (+)
- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan sebagian pada ODS
ODS katarak senilis imatur.
33
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S, Yulianti SR. 2013. Ilmu Penyakit mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Kanski JJ. 2007. Clinical ophtalmology 6th edition. Edinburg : Elsevier Publisher
Ltd.
Lang G. 2008. Ophtalmology A Short Text Book. New York: Thieme Stuttgart
Publisher
Tortora GJ dan Sandra RG. 2010. Principle of Anatomy and Physiology 11th
Edition. USA: John Wiley & Sons Inc
Vaughan DG, Taylor A, Paul R. 2013. Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta :
Widya Medika
Yanoff M dan Duker JS. 2011. Ophtalmology second edition. ST Louis, MO:
Mosby.
34