Anda di halaman 1dari 4

Nama: Yolanda Intan Farellina Penguji: dr. Arayana, Sp.

PD, FINASIM
NPM: 1102013312 dr. Dewi Kartika Sari, Sp.PD

PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH


Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang
berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz.
Hematokezia. Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan merupakan
manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Hematokezia lazimnya
menunjukkan perdarahan kolon sebelah kiri, namun demikian perdarahan seperti ini juga dapat
berasal dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah yang cepat.
Melena. Melena diartikan sebagai tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas. Melena
timbul bilamana hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lainnya oleh bakteri
setelah 14 jam. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus
halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan
perlambatan mobilitas. TIdak semua kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol. Lycorice,
obat-obat yang mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan feses menjadi hitam.
Oleh karena itu dibutuhkan tes guaiac untuk menentukan adanya hemoglobin.
Perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia, dan kolitis iskemik merupakan penyebab
tersering dari saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik
dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon.
Divertikulosis. Perdarahan dari diverticulum biasanya tidak nyeri. Tinja biasanya berwarna merah
marun, kadang-kadang bisa juga menjadi merah. Meskipun divertikel kebanyakan ditemukan di
kolon sigmoid namun perdarahan divertikel biasanya terletak sebelah kanan. Umumnya terhenti
secara spontan dan tidak berulang, oleh karena itu tidak ada pengobatan khusus yang dibutuhkan
oleh para pasien.
Angiodisplasia. Angiodisplasia merupakan salah satu penyebab kehilangan darah yang kronik.
Angiodisplasia kolon biasanya multiple, ukuran kecil kurang dari diameter <5 mm dan biasa
terlokalisir di daerah caecum dan kolon sebelah kanan.
Kolitis iskmeik. Kebanyakan kasus colitis iskemia ditandai dengan penurunan aliran darah
visceral dan tidak ada kaitannya dengan penyempitan pembuluh darah mesenterika. Umumnya
pasien kolitis iskemia berusia tua.
Penyakit perianal. Penyakit perianal contohnya: hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan
perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feses. Berbeda dengan
perdarahan dari varises rectum pada pasien dengan hipertensi portal kadang-kadang bisa
mngeancam nyawa. Polip dan karsinoma kadang-kadang menimbulkan perdarahan yang mirip
dengan yang disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari
hemoroid perlu dilakukan pemeriksaan untuk menyingkiran kemungkinan polip dan karsinoma
kolon.
Neoplasia kolon. Tumor kolon yang jinak maupun ganas yang biasanya terdapat pada pasien usia
lanjut dan biasanya berhubungan dengan ditemukannya perdarahan berulang atau darah samar.
Kelaianan neoplasma di usus halus relative jarang namun meningkat pada pasien Inflammatory
Bowel Disease seperti Crohn’s Disease atau celiac sprue.

Hasil Anamnesis Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah


Keluhan :
1. Pasien datang dengan keluhan darah segar yang keluar dari anus (hemtokezia).
2. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun
demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan
mobilitas.
3. Perdarahan dari diventrikulum biasanya tidak nyeri. Tinja biasanya berwarna merah marun,
kadang-kadang bisa juga menjadi merah. Umunya berhenti spontan dan tidak berulang.
4. Hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi
tidaak bercampur dengan feses.
5. Pasien dengan perdarahan samar saluran cerna kronik umumnya tidak ada gejala atau kadang
hanya rasa lelah akibat anemia.
6. Nilai dalam anamnesis apakah bercampur dengan feses (seperti terjadi pada colitis atau lesi di
proksimal rektum) atau terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian antikoagulan, atau
terdapat gejala sistemik lainnya seperti demam lama (tifoid, colitis infeksi), menurunnya berat
badan (kanker), perubahan pola defekasi (kanker), tanpa rasa sakit (hemoroid interna,
angiodisplasia), nyeri perut (kolitis infeksi, iskemik mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri).
7. Riwayat hemoroid dan Inflammatory Bowel Disease sangat penting untuk dicatat.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Pemeriksaan fisik
1. Pada colok dubur ditemukan darah segar
2. Nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt test).
3. Pemeriksaan fisik abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan (iskemia mesenterial),
rangsang peritoneal (diventrikulitis), massa intraabdomen (tumor kolon, amuboma, penyakit
Crohn).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap perifer, pemeriksaan feses rutin, tes darah samar, pemeriksaan
endoskopi, dan pemeriksaan radiografi (enema barium).
Penegakan diagnosik
Diagnosis klinis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
Haemorhoid, penyakit usus inflamatorik, diventrikulosis, angiodisplasia, tumor kolon.
Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Gagal ginjal akut
3. Anemia karena perdarahan
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Stabilkan hemodinamik
a. Pemasangan IV line
b. Oksigen sungkup/kanula
c. Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d. Memonitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan
komorbid yang ada.
2. Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara medikamentosa.
Hemoroid fisura ani dan ulkus rectum soliter dapat diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths,
dan menghindari mengedan.
3. Kehilangan darah samar memerlukan suplementasi besi yaitu Ferrosulfat 325 mg tiga kali
sehari.

Sumber :
1. Abdullah M. 2009. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah (Hematokezia) dan Perdarahan
Samar (Occult) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi V. Hal: 453-456. Jakarta:
Pusat Penerbitan Penyakit Dalam.
2. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Hal:
151-153. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai