Dasar Dasar Kartografi
Dasar Dasar Kartografi
OLEH :
AMBAR SUBEKTI, S.Hut
PELATIHAN GIS
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN TOJO UNAUNA
2017
I. SISTEM KOORDINAT PETA
A. PROYEKSI PETA
Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di
bumi dan di peta. Karena permukaan bumi fisis tidak teratur, maka sulitlah melakukan
perhitungan-perhitungan dari hasil ukuran (pengukuran). Untuk itu dipilih suatu bidang
yang teratur yang mendekati bidang fisis bumi yaitu bidang elipsoid dengan besaran-
besaran tertentu.
Peta merupakan gambar permukaan permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran
yang lebih kecil. Dalam hal ini posisi titik-titik pada peta ditentukan terhadap sistem
siku-siku x dan y, sedang posisi titik-titik pada permukaan bumi ditentukan oleh lintang
dan bujur ( dan ). Di dalam konstruksi suatu proyeksi peta , bumi biasanya
digambarkan sebagai bola (dengan jari-jari R = 6370,283 km). Dalam hal ini volume
ellipsoid sama dengan volume bola. Bidang bola inilah yang nantinya akan diambil
sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi untuk mempermudah dalam perhitungan.
Daerah yang kecil (maksimum 30 km x 30 km) dapat dianggap sebagai daerah yang
datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat langsung digambar dari hasil pengukuran
di lapangan, tanpa memakai salah satu sistem proyeksi peta. Problem utama dalam
proyeksi peta adalah penyajian bidang lengkung ke bidang datar. Bidang yang lengkung
tidak dapat dibentangkan menjadi bidang datar tanpa akan mengalami perubahan-
1. luas benar
2. bentuk benar
3. arah benar
4. jarak benar
keempat syarat tersebut tidak akan dapat dipenuhi, tetapi selalu harus mengorbankan
syarat lainnya. Yang dapat dilakukan hanyalah mereduksi distorsi tersebut sekecil
mungkin untuk memenuhi satu atau lebih syarat-syarat peta ideal, yaitu dengan :
a. membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak begitu luas .
b. menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan (kalau didatarkan
Cara penggambaran dari bentuk lengkung ke bentuk datar dapat dilakukan dengan
Penyajian dari permukaan bumi pada suatu bidang datar dibutuhkan untuk
bidang datar yang nantinya dapat dipakai untuk perhitungan jarak-jarak dan arah-arah.
Tujuan lain adalah untuk penyajian secara grafis yang dapat dipakai untuk membantu
studi topografi, iklim, vegetasi, tempat tinggal dan sebagainya yang biasanya
b. Proyeksi dobel, merupakan transformasi dari elipsoid ke bidang bola kemudian dari
tujuan peta
B. Definisi-Definisi
1. Meridian
Meridian adalah garis yang menghubungkan antara kutub utara dan kutub selatan, garis-
garis tersebut berupa setengah lingkaran yang sama besarnya. Karakteristik dari meridian
Jarak antar meridian akan menjauh di ekuator dan akan berkumpul jadi satu titik di
Jumlah yang tidak terhingga dari meridian bisa digambar pada suatu globe (bola
2. Paralel
Paralel adalah garis yang sejajar dengan ekuator, garis-garis tersebut berupa lingkaran-
lingkaran yang tidak sama besarnya, makin jauh dari ekuator lingkarannya makin kecil.
Paralel berpotongan dengan meridian dengan sudut 900. hal ini berlaku pada setiap
Semua paralel kecuali ekoator adalah lingkaran kecil, ekuator merupakan lingkaran
besar
Jumlah yang tak terhingga dari paralel dapat digambarkan pada bola bumi. Jadi
setiap titik pada bola bumi akan terletak pada suatu paralel kecuali pada kedua kutub.
Dalam setiap peta kehutanan dianjurkan untuk menggunakan dua sistem koordinat, yaitu
Koordinat
Geografis
Koordinat
UTM
C. Koordinat Geografis
1. Bujur
Bujur suatu tempat (titik) adalah busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu paralel
Bujur dari suatu titik tertentu pada bola bumi diukur ke timur atau ke barat dari meridian
Greenwich. Harga bujur berkisar 00 sampai 1800 ke timur atau ke barat. Apabila suatu
titik hanya diketahui bujur saja, kita tidak dapat mengetahui lokasi secara teliti karena
dengan bujur yang sama dapat terletak pada suatu meridian penuh. Dengan perkataan
lain suatu meridian dapat didefinisikan sebagai suatu garis yang menjadi tempat
Panjang bujur setiap 10 dalam miles/kilometer tidak tetap tergantung dari letak paralel.
Jarak yang paling besar adalah di ekuator karena ekuator merupakan lingkaran besar.
2. Lintang
Lintang suatu tempat didefinisikan sebagai busur yang diukur (dalam derajat) pada suatu
meridian antara tempat tersebut dengan ekuator. Lintang mempunyai harga dari 00 pada
Apabila suatu tempat (titik) diketahui lintang dan bujur berarti lokasi dapat ditentukan
Garis Ekuator membagi bumi menjadi dua bagian yaitu belahan bumi bagian utara dan
belahan bumi bagian selatan. Garis ekuator ini merupan tempat kedudukan titik-titik nol
untuk posisi lintang. Ke arah utara besarnya lintang adalah 900 (Lintang Utara) dan begitu
juga ke arah Selatan, dimana kutub selatan mempunyai lintang 900 Lintang Selatan (LS).
Kedudukan suatu tempat ditentukan oleh letak bujur dan lintang tempat tersebut; sebagai
contoh suatu titik mempunyai posisi sebagai berikut 119010’12” BT dan 5014’10” LS,
artinya titik tersebut terletak 119010’12” dari garis Prime Meridian ke arah Timur dan
a. Proyeksi Silinder
1. bidang proyeksi adalah silinder, artinya semua titik di atas permukaan bumi
3. pada umumnya silinder menyinggung bola bumi. Silinder yang memotong bola
Salah satu bentuk proyeksi silinder transversal adalah proyeksi Universal Transverse
1. Bidang silinder akan memotong bola bumi di dua buah meridian, yang disebut
2. Lebar zone (wilayah) sebesar 60, dengan demikian bumi dibagi dalam 60 zone.
b. Penentuan zone
Dalam sistem koordinat UTM garis paralel dibagi ke dalam zona-zona, dimana lebar
setiap zona adalah 60. Zone nomor 1, dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian
1800 B dan 1740 B dan dilanjutkan ke arah timur sampai nomor 60. Batas paralel tepi
atas dan tepi bawah adalah 840 utara dan 800 selatan. Dengan demikian untuk daerah
Garis paralel
Zone 1 dimulai pada 1800 BB sampai 1740 BT, zone 30 mulai dari 60 BB sampai 00.
Sedangkan pada bumi belahan timur dimulai pada zone 31 (00 – 60 BT).
Zone 1 2 29 30 1 2 60
0m Ekuator
10.000.000 m
Wilayah Indonesia tercakup dalam zone nomor-nomor 46 s/d 54 dengan bujur meridian
46 930
47
990
48
1050
49
1110
50
1170
51
1230
52
1290
53
1350
54
1410
Suatu tempat berkedudukan pada 120014’10” BT; maka tempat tersebut terletak
pada zone = 120 : 6 = 20 karena ada lebihnya 14’10” maka dibulatkan menjadi 21
dan karena terletak pada bujur timur maka tempat tersebut berada pada zone = 30
+ 21 = 51
Suatu tempat berkedudukan tepat pada 1200 BT; zone tempat tersebut adalah :
atau di awal zone 51 dalam system koordinat UTM tempat tersebut mempunyai
Untuk arah Vertikal (ordinat/sumbu Y), garis ekuator mempunyai dua nilai, yaitu :
Perhitungan ke arah bumi bagian selatan, nilai ekuator adalah 10.000.000 m. Jadi
Untuk arah horizontal (absis/sumbu X), nilai tengah setiap zone adalah 500.000 m. Ke
arah timur dari tengah-tengah zone nilai absisnya lebih besar dari 500.000 m dan ke arah
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan posisi absis (sumbu X) dari titik A yang berada
diakhir zone 50 atau di awal zone 51. Titik A mempunyai dua koordinat, yaitu
sedangkan pada awal zone 51 nilai absis tidak dimulai dari nol atau dilanjutkan setelah
Begitu juga tidak diperbolehkan membuat peta lebih dari satu zone, seperti yang
diperlihatkan pada gambar di bawah. Titik Q berada pada zone 51, seharusnya nilai absis
kurang dari 500.000 m tetapi karena digambar dalam satu View maka nilai absis Q
Penyajian data yanga dimaksudkan adalah kegiatan pemetaan dari data spasial digital
yang telah disusun. Pada waktu lalu pemetaan ini dilakukan melalui fasilitas modul yang
ada pada Arc/Info yaitu modul Arcplot (tahun 1994an). Modul ini terlalu rumit jika
otomatisasi bagian-bagian dari layout dapat dilakukan, seperti misalnya penyusunan skala
bar, pembuatan grid dan koordinat, pengaturan kelurusan (alignment), dan sebagainya
Walaupun software yang ada mempunyai berbagai kemudahan. Beberapa hal harus tetap
diatur, yaitu :
1. Format Peta
Format peta yang dimaksud disini adalah ukuran frame yang akan terkait dengan
cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pemetaan secara digital pengubahan
frame sangat mudah untuk dilakukan, namun untuk keseragaman wilayah yang akan
Format peta berindeks dengan ukuran cakupan dan lokasi petadisesuaikan dengan
2. Tema
Tema ataupun layer yang akan dipetakan juga sangat mudah dirubah, namun untuk
menjaga konsistensi dan keseragaman, informasi yang harus dipetakan perlu diatur :
Terintegrasi, yaitu semua layer digambarkan dalam satu peta. Dengan tetap
memperhatikan untuk keindahannya yang juga sangat terkait dengan skala. Tema
Parsial, lebih dikenal dengan peta tematik, yaitu layer khusus dipetakan di atas
data dasar.
3. Skala
Skala peta diatur sesuai dengan format di atas yaitu skala 25.000, 50.000, 100.000,
tertentu peta dapat diskalakan sesuai dengan kebutuhan, namun skala yang telah
4. Proyeksi
Merubah suatu proyeksi ke proyeksi yang lain beserta parameter yang menyertai
sangat mudah dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang ada pada SIG. Namun
proses ini akan membawa kesalahan. Apabila karena suatu hal penyajian peta lebih
dari satu zone tidak dapat dihindarkan (misalnya jika wilayah yang harus dipetakan
cakupannya melewati batas zone, sehingga tidak mungkin disajikan pada proyeksi
0
UTM dengan rentang horisontal 6 maka diperkenankan untuk memetakan dalam
proeksi Mercator (rentang dari sabang sampai Merauke). Jenis proyeksi yang
Simbolisasi, pewarnaan dan aspek kartografis yang lain tetap mengacu pada pedoman
Desain kartografi adalah tata bentuk dan penampilan peta secara menyeluruh, baik isi
peta maupun tata letak informasi tepi yang menghasilkan model peta yang informatif,
ukuran lembar dan format peta baku kehutanan adalah 60 cm x 80 cm (contoh pada
Lampiran 3). Isi peta tergantung kepada unsur dan informasi yang akan disajikan
kedalam lembar peta; sedang desain informasi tepi dan tata letaknya menyangkut
pencantuman keterangan yang menjelaskan isi peta serta pengaturan ruang peta.
Desain isi peta menyangkut tiga hal, yaitu: tujuan/tema peta, skala peta, dan karakteristik
dari informasi. Sebelum peta dibuat, tujuan dan tema peta harus jelas (untuk apa dan
untuk siapa peta dibuat). Kejelasan tentang tujuan dan tema tersebut harus ada sebelum
proses kartografi, bahkan sebelum pengumpulan atau kompilasi data. Tujuan peta
berkaitan dengan jenis dan kualitas data dan informasi yang akan disajikan, validitas
sumber data dan relevansinya dengan tema peta. Sumber data (terutama jika berupa peta)
harus diseleksi siapa pembuatnya dan kapan dibuatnya. Selain itu, unsur-unsur pada peta
dasar perlu diseleksi, mana yang dianggap penting, mana yang perlu disederhanakan atau
dihilangkan.
Skala peta berkaitan dengan detail informasi yang disajikan. Tidak ada manfaatnya
membuat suatu peta bersekala besar tetapi informasinya tidak detail dan tidak teliti.
Sebelum pengumpulan dan pengolahan data, harus sudah ditetapkan pada skala berapa
peta akan disajikan Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam penetapan skala
peta, diantaranya adalah: maksud dan tujuan peta (peta untuk perencanaan wilayah atau
operasional); tersedianya peta dasar (apakah tersedia untuk daerah tersebut); sumber
data (apa sumber data cukup teliti, apakah digunakan peta dasar pada skala yang sama).
Setelah tujuan dan skala peta ditentukan, unsur-unsur dan informasi dipilih, tahap
berikutnya adalah membuat desain simbol dan warna. Untuk ini perlu diperhatikan
dikelompokkan menurut simbol titik, garis dan areal (biasanya dikombinasikan dengan
warna). Dengan pengelompokan ini akan diketahui apakah ada kemiripan bentuk, ukuran,
ketebalan atau warna. Pada setiap simbol dicantumkan keterangan singkat arti simbol
(dengan kata/kalimat jelas dan singkat namun tanpa arti ganda yang memungkinkan salah
tafsir). Pada beberapa peta tematik sudah dilakukan pembakuan simbol dan warna,
misalnya peta tanah, geologi dan peta-peta kehutanan, jadi sebaiknya tidak membuat
simbol sendiri.
Informasi tepi (margin information) adalah keterangan yang menjelaskan tentang isi peta
yang harus digunakan, agar pemakai peta dapat menafsirkan hal-hal mengenai isi peta.
Mengacu kepada Juknis Penyajian dan Penggambaran Peta Kehutanan (Ditjen Intag,
1995), ada delapan jenis keterangan tepi yang harus dicantumkan pada peta-peta
3. arah Utara,
4. legenda peta,
6. diagram lokasi,
Mendesain tata letak informasi tepi adalah menata ruang, dimana sebaiknya tiap
areal, luas ruang serta estetika. Pemilihan bentuk dan ukuran huruf yang membentuk kata
dan kalimat serta penempatannya perlu pula didisain dengan baik, agar penampilan peta
secara keseluruhan memperlihatkan keseimbangan dan keserasian, baik isi peta maupun
informasi tepi.
IV. PENYAJIAN DATA SPASIAL
Data secara umum adalah representasi fakta dari dunia nyata (realworld). Data dapat
b. Bentuk Tabular
d. Bentuk Peta
Data spasial secara sederhana dapat di artikan sebagai data yang memiliki referensi
keruangan (geografi). Setiap bagian dari data tersebut selain memberikan gambaran
tentang suatu fenomena, juga selalu dapat emberikan informasi mengenai lokasi dan juga
persebaran dari fenomena tersebut dalam suatu ruang (wilayah). Apabila dikaitkan
dengan cara penyajian data, maka peta merupakan bentuk/cara penyajian data spasial
yang paling tepat. Penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya dilakukan dengan
informasi tanpa mengabaikan unsur estetika dari peta sebagai sebuah karya seni. Kaidah-
kaidah kartografis yang diperlukan dalam pembuatan suatu peta diaplikasikan dalam
proses visualisasi data spasial dan penyusunan tata letak (layout) suatu peta. Visualisasi
data spasial pada prinsipnya adalah bagaimana menampilkan data spasial tersebut.
Konsep dasar yang digunakan dalam visualisasi adalah dimensi dari data yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu; titik, garis dan area. Data spasial selanjutnya
Sifat data, dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni : (a) data yang mempunyai sifat
kualitatif, dan (b) data yang bersifat kuantitatif; sedangkan ukuran data, dapat
Bentuk simbol, dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, garis, dan area; sedangkan
sifat simbol dapat dibedakan menjadi simbol simbol kualitatif dan simbol kuantitatis; dan
Variabel visual merupakan variabel yang digunakan untuk membedakan unsur yang
diwakili pada setiap simbol. Variabel-variabel tersebut, meliputi : (a) bentuk, (b) ukuran,
(c) kepadatan, (d) arah, (e) nilai, dan (f) warna, dan (g) posisi. Pada perkembangan
terakhir (setelah komputer dimanfaatkan secara penuh dalam proses pemetaan), variabel
menentukan simbol pada peta saat ini dapat menggunakan 10 variabel visual.
Pemilihan variabel visual seperti dijelaskan di atas, akan berkaitan erat dengan kesan
Ada 3 (tiga) tingkatan persepsi dalam membaca peta, yaitu : (a) asosiatif, bila pembaca
peta dengan cepat memperoleh kesan yang sama (setingkat) terhadap semua fenomena
yang dipetakan, (b) order, bila pembaca peta dengan cepat memperoleh kesan bertingkat
terhadap semua fenomena yang dipetakan, dan (c) kuantitatif, bila pembaca peta dengan
menghasilkan simbol yang sesuai dengan realita di lapangan dan komunikatif. Bertin
(1983), telah mendisain simbol yang dikelompokkan menurut dimensi, variable visual,
dan persepsi untuk simbol abstrak seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Tata letak (layout) peta merupakan penempatan data spasial yang akan dipetakan
Penempatan informasi tepi pada Peta Topografi atau Peta Rupabumi dapat dikatakan
sudah baku, namun untuk peta-peta tematik (seperti halnya peta Lahan Kritis)
Informasi tepi pada peta tematik dapat diletakkan sesuai dengan ruang yang tersedia pada
lembar peta, tanpa menghilangkan keseimbangan dan keserasian peta. Judul pada peta
tematik, harus jelas dan singkat, dan memuat 3 W, yaitu What, When, Where atau Judul
peta harus memberi informasi tentang : Apa, Kapan, dan Dimana. Untuk penulisan skala,
harus dituliskan secara lengkap, yaitu Skala Numerik dan Skala Grafis.
Penyusunan peta tematik memerlukan peta dasar yang digunakan sebagai dasar untuk
menempatkan simbol dari tema yang dipetakan. Peta dasar berisi informasi yang diambil
Secara umum, unsur-unsur yang sering ditampilkan dalam peta tematik adalah:
Pola Aliran
Relief
Permukiman
Jaringan Perhubungan
Batas Administrasi
Nama-nama Geografi
Perangkat lunak GIS umumnya sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk menyusun layout
peta. Peta yang disusun dapat disimpan dalam bentuk softcopy maupun dibuat format
Penyusunan layout peta secara garis besar terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu: