PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.
Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambung dengan kornea di
sebelah anterior dalam bentuk lingkaran yang disebut dengan limbus
sedangkan pada posteriornya bersambung dengan dura mater nervus
optikus.
2
Pada insersi musculi recti, sklera mempunyai tebal sekitar 3 mm
sementara di tempat lain tebalnya 1 mm. Walaupun sklera kaku dan
tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul. Di sekitar
nervus optikus, sklera ditembus oleh arteri ailiaris posterior longus dan
brevis dan nervus siliaris longus dan brevis. Disebelah sedikit posterior
ekuator terdapat 4 vena vortex yang mengalirkan darah dari koroid melalui
sklera. Sekitar 4 mm di belakang limbus, sedikit anterior insersi berturut-
turut muskulus rektus, empat arteri siliaris anterior, dan vena menembus
sklera. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf siliaris.
2. Skleritis
2.1 Definisi
Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh
destruksi kolagen, sebukan sel, dan kelainan vaskular yang
mengisyaratkan adanya vaskulitis.
2.2 Epidemiologi
Skleritis terjadinya tidak lebih sering dibandingkan episkleritis. Bahkan di
Amerika Serikat tidak ada laporan insiden skleritis yang pasti. Pasien
dengan skleritis mempunyai faktor risiko tinggi terhadap komplikasi mata
dan penyakit sistemik. Komplikasi pada mata antara lain keratitis ulseratif
(13-14%), uveitis (42%), glaukoma (12-13%), katarak (6-17%) dan
kelainan fundus (6,4%). Komplikasi yang telah disebut merupakan
komplikasi Necrotizing Scleritis. Sebanyak 57% kasus skleritis
3
berhubungan dengan penyakit sistemik. Perbandingan antara wanita dan
laki-laki adalah 1,6 : 1 dengan umur antara 40 tahun hingga 60 tahun.
2.3 Klasifikasi
Berikut ini merupakan klasifikasi skleritis :
A. Non-infeksius
I. Skleritis Anterior (98%)
a. Non-necrotizing (85%)
- Difus
- Nodular
b. Necrotizing (13%)
- Dengan inflamasi
- Tanpa inflamasi
II. Skleritis Posterior (2%)
B. Infeksius
2.4 Etiologi
Sebanyak 50% kasus skleritis berhubungan dengan penyakit sistemik
terutama penyakit jaringan ikat. Penyakit yang paling sering ditemukan
antara lain.
1. Autoimmune collagen disorders. Autoimun yang paling sering
ditemukan adalah rheumatoid arthritis. Yang lain antara lain
Wegener’s granulomatosis, polyarteritis nodosa (PAN), systemic lupus
erythematosus (SLE) dan ankylosing spondylitis.
2. Kelainan metabolik seperti gout dan tiroidtoksikasi.
3. Infeksi seperti herpes zoster oftalmikus, infeksi stafilokokus dan
streptokokus kronik
4. Penyakit granulamatosis seperti tuberculosis, sifilis, sarkoidosis, dan
leprae.
5. Miscellaneous conditions seperti radiasi, luka terbakar bahan kimia,
Vogt-Koyanagi-Harada syndrome, Behcet’s disease, dan rosasea.
6. Surgically induced scleritis umunya terjadi dalam waktu 6 bulan pasca
operasi.
7. Idiopatik
2.5 Patofisiologi
Disregulasi autoimun merupakan faktor predisposisi skleritis dengan
faktor pemicu seperti infeksi, faktor endogen atau trauma sehingga terjadi
proses imunologi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan tipe III
(kompleks imun). Adanya deposit kompleks imun di kapiler episklera dan
4
sklera akibat proses imunologi yang teraktivasi serta cell-mediated
response immune mengakibatkan destruksi sel-sel di sklera.
- Nodular
Adanya nodul berwarna keunguan berkonsistensi keras tidak dapat
digerakkan di sklera, umumnya dekat limbus. Terkadang nodul-
nodul tersebut tersusun melingkari limbus.
5
Gambar 4. Non-Necrotizing Anterior Nodular Scleritis
b. Necrotizing
- Dengan inflamasi
Bentuk skleritis akut derajat berat dengan karakteristik inflamasi
terlokalisir dan berhubungan dengan daerah infark akibat
vaskulitis. Daerah yang terinfeksi nekrosis kemudian menipis
sehingga sklera menjadi transparan dan tampak jaringan uvea.
6
Gambar 5. Necrotizing Anterior Scleritis with Inflammation
7
Gambar 6. Necrotizing Anterior Scleritis without Inflammation
B. Infeksius
Pada awal perjalanan penyakit sangat mirip dengan skleritis yang non-
infeksius. Seiring waktu akan timbul eksudat purulent kemudian terbentuk
fistel, nodul yang nyeri dan ulkus konjungtiva serta sklera
8
Gambar 7. Infectious Scleritis
9
2.8 Tatalaksana
2.8.1 Non-infeksius
1. Non-necrotizing scleritis
- Steroid tetes mata
- Indometasin 74 mg 2 x 1 hingga inflamasi mereda
2. Necrotizing scleritis
- Steroid topical
- Steroid oral dosis tinggi kemudian tapering
- Imunosupresan seperti methotrexate atau siklofosfamid pada
kasus yang tidak berespon
- Pembedahan seperti scleral patch graft
2.8.2 Infeksius
- Antibiotik dalam bentuk oral dan topical
- Debridemen
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari skleritis antara lain sclerosing keratitis, keratolisis,
uveitis, katarak komplikata, dan glaukoma sekunder.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12