Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jumat beribadah, mengekspresikan pikiran, berkarya, dan berperang justru karena tak menginginkan perang itu

Menyambut Hari Kemerdekaan sejenisnya. Jaminan tersebut wajib ada selama terjadi sama sekali di muka bumi.
dilaksanakan dalam kerangka kemasyarakatan yang Semangat serupa juga dikobarkan para ulama-
bertanggung jawab. Apabila kebebasan tersebut ulama kita era pra-kemerdekaan Indonesia. Selama
dirampas secara zalim maka sangatlah wajar sebuah proses penjajahan Jepang dan Belanda, penduduk
perlawanan dan pembelaan kemudian mengemuka. pribumi tak aman dan tak nyaman di tanah air sendiri.
Mereka tersingkir dari kehidupan yang layak: susah
belajar, susah makan, susah bekerja, dan susah
beribadah. Berbagai kekejaman dan kezaliman inilah
mendorong para ulama bersama umat Muslim, dan para
pahlawan lain untuk mengusir kaum kolonial. Kalau kita
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang- pernah mendengar “Resolusi Jihad” maka itu adalah
orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka salah satu cerminan nyata dari semangat tersebut.
telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Resolusi Jihad adalah deklarasi perang kemerdekaan
Maha Kuasa menolong mereka itu. (Yang teraniaya itu sebagai “jihad suci” yang digelorakan para kiai di
adalah) orang-orang yang telah diusir dari kampung Indonesia pada 22 Oktober 1945 guna menghadang
halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena pasukan Inggris (NICA) yang hendak menjajah Indonesia.
mereka berkata "Tuhan kami hanyalah Allah". Berkat perjuangan yang gigih, gelora keislaman yang
Jika kita perhatikan secara seksama, Surat Al-Hajj tinggi, serta riyadlah dan doa para ulama, serangan NICA
ayat 39-40 ini menegaskan bahwa tiap orang memiliki hak dapat digagalkan dan bangsa Indonesia tetap merdeka
Jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah, atas hingga kini sejak Proklamasi Kemerdekaan pada 17
Kaum Muslimin patut bangga memiliki ajaran yang kampung halaman, rumah, tempat tinggal, tanah air yang Agustus 1945.
begitu memuliakan manusia. Islam lahir dari latar sejarah dalam bahasa Al-Qur’an disebut diyârihim (berasal dari Sebagian ulama tersebut bahkan tak hanya
bangsa Arab yang melanggar moralitas perikemanusiaan: kata dâr, rumah). Sebab itu, tatkala mereka diusir atau memimpin perlawanan, tapi juga aktif bergerilya,
fanatisme kesukuan yang parah, pelecehan terhadap dirampas hak-haknya, Allah memberi kewenangan menyusun strategi, bahkan perang fisik secara langsung
perempuan, perang saudara, perampasan hak milik orang mereka untuk membela diri. Mengapa demikian? Karena dengan pasukan musuh. Umat Islam sadar bahwa
lain, perjudian, dan lain sebagainya. Dalam ajarannya kampung halaman atau tanah air adalah tempat berpijak membela tanah air dari penindasan adalah bagian dari
pun, komitmen tersebut juga sangat jelas. Allah untuk melaksanakan kehidupan secara wajar dan aman perjuangan Islam, yang nilai maslahatnya akan dirasakan
berfirman, wa laqad karramnâ banî âdam (sungguh telah sebagai manusia yang dimuliakan di buka bumi. Tanah oleh jutaan orang. Terlebih saat Resolusi Jihad
Kami telah muliakan manusia). Islam juga menjamin air adalah tempat untuk mencari nafkah, makan, dikumandangkan, Indonesia adalah negara yang baru
kehidupan yang berkeadilan, aman secara jasmani dan berkeluarga, menunaikan kewajiban agama, dua bulan berdiri.
ruhani, serta merdeka dari belenggu penindasan. Dalam bermasyarakat, mengembangkan pendidikan, dan Para ulama dan cendekia Muslim sadar betul,
tradisi ushul fiqih, kita mengenal prinsip-prinsip yang seterusnya. bahwa sebagai makhluk sosial kehadiran negara
haram dilanggar, yakni hak hidup (hifdhun nafs), merupakan sebuah keniscayaan, baik secara syar’i
terjaganya kehidupan agama (hifdhud din), jaminan Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh, maupun ‘aqli, karena banyak ajaran syariat yang tak
mendayagunakan akal (hifdhul 'aql), jaminan kepemilikan Begitu pula yang diteladankan Rasulullah. Nabi mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran negara. Oleh
harta (hifdhul mâl), dan terjaganya kesucian keluarga Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam bersama para karena itu, al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali
(hifdhun nasl). Beberapa hal pokok inilah yang lazim sahabat berjuang keras melindungi hak-hak mereka. dalam Ihyâ’ ‘Ulûmid Dîn mengatakan:
disebut maqâshidus syarî‘ah . Mereka berperang bukan semata hanya untuk “Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua
Umat Islam, juga seluruh umat manusia lainnya, menyerang. Mereka berperang karena sedang diserang saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan
masing-masing memiliki hak untuk hidup yang wajar. dan melawan kezaliman kaum Musyrik Quraisy yang kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan
Sebagai implementasi dari nilai-nilai utama tadi, mereka merenggut kebebasan kaum Muslim dalam bertauhid dan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan
seyogianya mendapat keleluasaan dalam mencari ilmu, hidup tanpa gangguan siapa pun. Artinya, umat Islam lenyap.”
Jangan sampai kita baru merasakan kenikmatan luar KHUTBAH KEDUA
Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh, biasa ini setelah rudal-rudal berjatuhan di sekeliling kita,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tank-tank perang berseliweran, tempat ibadah hancur
kini kita diami adalah hasil kesepakatan bangsa karena bom, atau konflik berdarah antara-saudara
(mu’ahadah wathaniyyah), dengan Pancasila sebagai sesama bangsa. Na’ûdzubillâhi min dzâlik.
dasar negara. Ia dibangun atas janji bersama, termasuk Mari kita syukuri kemerdekaan ini dengan
di dalamnya mayoritas umat Islam. Bahkan, sebagian hamdalah, sujud syukur, dan mengisinya dengan
perumus Pancasila adalah para tokoh dan ulama Muslim. kegiatan-kegiatan positif. Kita mungkin tak lagi sedang
Karena itu, sebagai penganut agama yang sangat berperang secara fisik sebagaimana ulama-ulama dan
menghormati janji, seluruh umat Islam wajib mentaati pahlawan kita terdahulu, tapi kita masih punya cukup
dasar tersebut, apalagi tak nilai-nilai di dalamnya selaras banyak masalah kemiskinan, kebodohan, korupsi,
dengan substansi ajaran Islam. Rasulullah shallallâhu kekerasan, narkoba, dan lain-lain yang juga wajib kita
‘alaihi wasallam bersabda: perangi.

Artinya: “Kaum Muslimin itu berdasar pada syarat-


syarat (kesepakatan) mereka.” (HR Al-Baihaqi dari Abi
Hurairah)
Indonesia memang bukan Negara Islam (dawlah
Islamiyyah), akan tetapi sah menurut pandangan Islam.
Demikian pula Pancasila sebagai dasar negara, walaupun
bukan selevel syari’at/agama, namun ia tidak
bertentangan, bahkan selaras dengan prinsip-prinsip
Islam. Sebagai konsekuensi sahnya NKRI, maka segenap
elemen bangsa wajib mempertahankan dan membela
kedaulatannya. Pemerintah dan rakyat memiliki hak dan
kewajibannya masing-masing. Kewajiban utama
pemerintah ialah mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyatnya secara berkeadilan dan
berketuhanan. Sedangkan kewajiban rakyat ialah taat
kepada pemimpin sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.

Jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh,


Kita patut bersyukur bahwa negara kita,
Indonesia, cukup aman dibanding sebagian negara di
belahan lain dunia. Umat Islam di sini dapat menjalankan
ibadah dan menuntut ilmu agama dengan tenang
kendatipun berbeda-beda madzhab dan kelompok. Kita
juga relatif bebas dari kekangan di Tanah Air dalam
menjalankan hidup sehari-hari. Udara kemerdekaan ini
adalah karunia besar dari Allah subhanahu wata’ala.
KHUTBAH JUM’AT
MENYAMBUT KEMERDEKAAN RI
YANG KE-72 TAHUN

OLEH :
RAHMAT BULUDAWA

Anda mungkin juga menyukai