2, 2014
ABSTRACT
A study about production and characterization of dried Piper betle L. Leaf extracts with the a ddition of lactose as
drying agents has been perfomed with various ratio 1:1, 1:1½ and 1:2. Ekstrak mode better various ratio 1:2 with
dried extracts characterization result are : powder, fawn color.odor like plant and somewhat bitter taste. The dry
extractswas madebycomparison ofextracts: lactose 1:1, 1:1½ and 1:2 and the best ekstract was in ratio 1:2, levels
ofwater-soluble compounds extract 1:2 is 23.0699% ± 1.6353, levels ofethanolsolublecompounds 3.8094%
±0.2109%, losses on drying 2.1367% ± 0.0144%, moisture content 2.0196 % ± 0.0019 %,apparentspecific gravity
0.5482 g/mL ± 0.0003 %, specific gravity of incompressible 0.5558 g/mL ± 0.0004 g/mL, The total ash content of
0.5660% ± 0.0613% and acidinsolubleash content of 0.5179% ± 0.0309%.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pembuatan dan karakterisasi ekstrak kering daun sirih hijau. Ekstrak kering dibuat
dengan penambahan laktosa sebagai bahan pengering, hasil karakterisasi ekstrak kering adalah : bentuk serbuk,
warna coklat kekuningan, bau khas seperti simplisia dan rasa sepat. Ekstrak kering dibuat dengan perbandingan
ekstrak : laktosa 1:1, 1:1½ dan 1:2 dan ekstrak dengan kualitas paling baik adalah 1:2, kadar senyawa larut air
ekstrak 1:2 adalah 23,0699 % ± 1,6353, kadar senyawa larut etanol 3,8094 % ± 0,2109 %, susut pengeringan 2,1367
% ± 0,0144 %, kadar air 2,0196 % ± 0,0019 %, bobot jenis nyata 0,5482 g/ml ± 0,0003 %, bobot jenis mampat
0,5558 g/ml ± 0,0004 g/ml, kadar abu total 0,5660 % ± 0,0613 % dan kadar abu tidak larut asam 0,5179 % ± 0,0309
%.
Kata Kunci : Pembuatan, Karakterisasi ,Ekstrak Kering Daun Sirih Hijau (Piper betle L)
Pendahuluan
Komposisi utama dari daun sirih adalah
Secara umum daun sirih mengandung
minyak atsiri yang mengandung beberapa
minyak atsiri sampai 4,2% (Kartasapoetra,
senyawa seperti senyawa alil benzena,
1992), senyawa fenil propanoid, dan tannin.
chavibetol (sirih- fenol, 3-hidroksi-4-
Senyawa fenil propanoid bersifat
methoxyallylbenzene), chavicol (P-allyl-
antimikroba dan anti jamur yang kuat dan
fenol, 4-alil-fenol), Estragole (p-alil- anisol;
dapat menghambat pertumbuhan beberapa
4-metoksi-alilbenzena), Eugenol
jenis bakteri antara lain, Salmonella sp,
(Allylguaiacol, 4-hydroxy-3-
Klebsiella, Pasteurella, dan dapat
methoxyallylbenzene; 2 - metoksi4-alil-
mematikan Candida albicans (Reveny,
fenol), metil eugenol (Eugenol metil eter; 3,-
2011). Minyak atsiri dari daun sirih
dimetoksi-alilbenzena) dan hydroxycatechol
umumnya aktif terhadap Escherichia
(2,4-dihidroksi-alilbenzena) (Patel, et al.,
coli,Posiodomonas auruginosa, Strepto
2013.
coccos epidermidis, Staphylococcus aureus
dan pirogen Streptococcus (Arambewela, et
Menurut (Badan POM RI, 2004) kandungan
al., 2005)
kimia dari daun sirih hijau adalah minyak
133
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
134
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
namun tidak menghilangkan zat khasiat larut asam, penetapan kadar minyak atsiri
simplisia tersebut. dan penetapan susut pengeringan.
135
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
kelebihan heksan, keringkan ekstrak yang lembaran logam dengan ukuran yang sesuiai
telah dicuci dengan heksan tersebutpada dengan leher labu.
suhu ± 70º C, timbang serbuk (Martin et al, Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak
1961). mendadak, tambahkan pasir kering yang
telah dicuci secukupnya hingga menutupi
Karakterisasi Ekstrak Kering dasar labu atau sejumlah tabung kapiler,
Karakteristik Non-spesifik panjang lebih kurang 100 mm yang salah
Susut Pengeringan satu ujung nya tertutup. Masukkan lebih
kurang 200 ml toluen kedalam labu,
Ekstrak kering ditimbang secara seksama hubungkan alat. Tuang toluen kedalam
sebanyak 1 gram dan dimasukkan kebotol tabung penerima melalui alat pendingin.
timbang dangkal tutup yang sebelumnya Panaskan labu hati – hati selama 15 menit.
telah dipanaskan pada suhu 105° C selama
30 menit dan telah ditara. Sebelum Setelah toluen mulai mendidih, suling
ditimbang ekstrak diratakan dalam botol dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap
timbang, dengan menggoyangkan botol, detik, hingga sebagian besar air tersuling,
hingga terdapat lapisan setebal ± 5 mm kemudian naikkan kecepatan penyulingan
sampai 10 mm. Kemudian dimasukkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air
kedalam ruang pengeringan, buka tutupnya, tersuling, cuci bagian dalam pendingin
keringkan pada suhu 105°C hingga bobot dengan toluen, sambil dibersihkan dengan
tetap. Sebelum pengeringan biarkan botol sikat tabung yang disambungkan pada kawat
dalam keadaan tertutup dingin dalam tembaga dan telah dibasahi dengan toluen.
desikator hingga suhu kamar (Departemen Lanjutkan penyulingan selama 5 menit.
Kesehatan Republik Indonesia, 2000) . Biarkan tabung penerima mendingin hingga
suhu kamar. Jika ada tetesan air yang
Bobot Jenis Nyata dan Bobot Jenis melekat pada dinding tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikatkan pada
Mampat sebuah kawat tembaga dan basahi dengan
toluen hingga tetes air turun. Setelah air dan
Sebanyak 20 gram ekstrak dimasukkan toluen memisah sempurna, baca volume air.
kedalam gelas ukur 25 ml, ratakan Hitung kadar air dalam % (Departemen
permukaannya dan catat volume (Vo) Kesehatan Republik Indonesia, 1980).
kemudian lakukan hentakan dengan alat tab
volumeter sampai 1250 kali, dan catat Kadar Abu
volumenya.
Sebanyak 2 gram ekstrak kering ditimbang,
Kadar Air dimasukkan kedalam krus silikat yang telah
dipijarkan dan ditara, diratakan. Pijarkan
Bersihkan tabung penerima dan pendingin perlahan-lahan hingga arang habis,
dengan asam pencuci, bilas dengan air, dinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara
keringkan dalam lemari pengering. Ke ini arang tidak dapat dihilangkan,
dalam labu kering dimasukkan sejumlah zat tambahkan air panas, saring melalui kertas
yang ditimbang seksama yang diperkirakan saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas
mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Jika zat saring dalam krus yang sama. Masukkan
berupa pasta, timbang dalam sehelai fitrat kedalam krus, uapkan setelah itu
pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
136
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah penguap yang telah ditara, kemudian
dikeringkan diudara (Departemen Kesehatan diuapkan pada penangas air hingga kering.
Republik Indonesia, 2000). Residu dipanaskan pada suhu 105⁰ C,
dioven selama 1 jam, kemudian dimasukan
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut kedalam desikator dan dibiarkan selama 10
menit, kemudian ditimbang. Ulangi
Asam perlakuan sampai didapatkan bobot yang
konstan. Kadar dalam persen senyawa yang
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar larut dalam air dihitung terhadap bobot
abu, dididihkan dengan 25 ml asam klorida ekstrak awal.
encer selama 5 menit, kumpulkan bagian
yang tidak larut dalam asam. Saring melalui
krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, Kadar Senyawa Yang Larut Dalam
cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot Etanol (Departemen Kesehatan Republik
tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak Indonesia, 2008)
larut dalam asam terhadap bahan yang telah
Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24
dikeringkan diudara (Departemen Kesehatan
jam dengan 100 ml etanol 95 %
Republik Indonesia, 2000).
menggunakan labu bersumbat sambil
Karakteristik Spesifik Ekstrak dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan
selama 18 jam, kemudian disaring cepat
Ekstrak yang diperoleh memiliki identitas untuk menghindari penguapan etanol.
yang mendeskripsikan tata nama dan Sejumlah 20 ml filtrat dituang ke dalam
senyawa identitas ekstrak. Deskripsi tata cawan penguap yang telah ditara kemudian
nama tanaman meliputi nama ekstrak, nama diuapkan pada penangas air hingga kering.
latin tanaman (sistematika botani), bagian
tanaman yang digunakan dan nama tanaman Residu dipanaskan pada suhu 105⁰ C di
Indonesia. oven hingga bobot tetap. Kemudian
dimasukkan kedalam desikator dan
Organoleptik (Departemen Kesehatan didibiarkan selama 10 menit, lalu ditimbang.
Republik Indonesia, 2000) Ulangi perlakuan sampai didapatkan bobot
yang konstan. Kadar dalam persen senyawa
Ekstrak yang diperoleh diuji secara yang larut dalam etanol dihitung terhadap
organoleptik, menggunakan pengamatan bobot ekstrak awal.
panca indera untuk mendiskripsikan bentuk,
warna, rasa dan bau dari ekstrak. Penetapan Kadar Minyak Atsiri Dalam
Sampel Piper betle L.
Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air Timbang seksama sejumlah bahan yang
(Departemen Kesehatan Republik diperkirakan mengandung 0,3 ml minyak
Indonesia, 2008) atsiri, masukkaan kedalam labu alas bulat 1
L, tambahkan 200 sampai 300 ml air suling,
Sebanyak 4 g ekstrak dimaserasi selama 24
hubungkan labu dengan pendingin dan buret
jam dengan 100 ml air kloroforom LP
berskala. untuk minyak atsiri dengan bobot
menggunakan labu bersumbat sambil
jenis lebih kecil dari 1, tambahkan 0,2 ml
dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan
toluen atau xilen kedalam buret. Panaskan
selama 18 jam kemudian disaring. Sejumlah
dengan tangas udara, sehingga penyulingan
20 ml filtrat dituang ke dalam cawan
berlangsung lambat tetapi teratur. Setelah
137
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
138
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
Tabel II. Rekapitulasi Data Hasil Karakterisasi Non-Spesifik Ekstrak Kering Daun Sirih Hijau
5 Kadar abu tidak larut asam ekstrak kering (%) 0,5469 0,6181 0,5136
Tabel III. Rekapitulasi Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak Kering Daun Sirih Hijau
No Parameter yang
diuji dari Jenis ekstrak
ekstrak kering 1:1 1 1:2
1 : 12
daun sirih hijau
1 Organoleptis
Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk
Warna Serbuk berwarna Serbuk berwarna Serbuk berwarna coklat
coklat tua coklat muda kekuningan
kekuningan
Bau Khas seperti Khas seperti Khas seperti simplisianya
simplisianya simplisianya
Rasa Sepat Sepat Sepat
2 Kadar senyawa 22,3646 % 22,5836 % 23,0699 %
larut air (%)
3 Kadar senyawa 4,8558 % 4,9154 % 3,8094 %
larut etanol (%)
139
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini jangka waktu yang lama. Susut pengeringan
adalah Piper betle L. (family Piperaceae). juga bertujuan untuk memberikan batasan
Hal ini sesuai dengan yang tertera pada maksimal (rentang) tentang besarnya
monografi Piper betle L. (Departemen senyawa yang hilang pada proses
Kesehatan Republik Indonesia, 1980). Daun pengeringan (Departemen Kesehatan
sirih hijau segar sebanyak 3 kg setelah Republik Indonesia, 2000).
dikeringkan selama ± 10 hari diperoleh daun
sirih hijau kering sebanyak 1,0880 kg dan Selain itu, juga ditentukan kadar abu total
dibuat serbuk kasar. Dari serbuk kasar dan kadar abu tidak larut asam yang masing-
simplisia diperoleh rata-rata susut masingnya kadar abu total simplisia daun
pengeringan sebesar 7,2785 % dan kadar air sirih hijau yang didapat sebesar 13,7797 %
6,9455 %, yang berarti kadar air simplisia < dan kadar abu tidak larut asam sebesar
10 %. 6,5750 % hasil ini sesuai dengan ketetapan
pada Material Medika Indonesia jilid IV
Karakterisasi Simplisia yang menetapkan kadar abu total tidak lebih
dari 14 % dan kadar abu tidak larut asam
Pada karakterisasi simplisia daun sirih hijau tidak lebih dari 7 %.
dilakukan pemeriksaan secara makroskopi Kadar sari larut etanol simplisia daun sirih
dan mikroskopik dimana diperoleh hasil hijau sebesar 4,9159 % dan kadar sari larut
sesuai dengan Departemen Kesehatan air sebesar 16,2740 %. Kadar sari larut
Republik Indonesia, 1980 yaitu pengamatan etanol dan kadar sari larut air simplisia daun
secara makroskopik daun tunggal, warna sirih hijau ini memenuhi ketentuan yang ada
coklat kehijauan sampai coklat, helaiaan pada Materia Medika Indonesia jilid IV
daun berbentuk bundar telur sampai lonjong, yaitu tidak kurang dari 4,5 %, kadar sari
ujung meruncing, pangkal berbentuk jantung larut air tidak kurang dari 14 %.
atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir
daun rata agak menggulung kebawah, Dalam pemeriksaan kadar minyak atsiri
panjang 5 cm sampai 18,5 cm, lebar 3 cm simplisia di dapat sebesar 4,6585 % dan
sampai 12 cm dan permukaan atas ratak, dilakukan pemeriksaan senyawa yang
licin agak mengkilat. Uji mikroskopik pada terdapat pada minyak atsiri secara
serbuk daun sirih terdapat kurtikula, kromatografi gas didapat sejumlah senyawa
epidermis atas, hipodermis, sel minyak, yang terkandung dalam minyak atsiri daun
palisade, epidermis bawah, rambut kelenjer, sirih hijau dan diambil 10 komposisi
rambut penutup, berkas pembuluh, terbesar dari zat kimia penyusun minyak
parenkim, saluran sizogen, kolekin, stomata atsirih daun sirih hijau yaitu :
dan mesofil. 1) 1,5-Heptadien-3-yne.
2) 1-methyl-2-(1-methylethyl)- Benzene.
Kadar air dari simplisia kering daun sirih 3) Eucalyptol.
hijau diperoleh sebesar 6,9455 % dan susut 4) 3-ol,3,7-dimethyl-1,6-Octadien.
pengeringan diperoleh sebesar 7,2785 % 5) 1-ol,4-methyl-1-(1-methylethyl)- 3-
yang berarti kadar air yang terkandung Cyclohexen
didalam sampel <10%. Proses pengeringan 6) 4-(2-propenyl)-Phenol
simplisia bertujuan untuk menurunkan kadar 7) Eugenol.
air yang terkandung sehingga simplisia 8) Caryophyllene.
tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
jamur sehingga dapat digunakan pada
140
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
141
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
untuk ketiga formula itu adalah berbeda dengan penambahan laktosa yang
nyata. merupakan senyawa organik yang akan
c) Bobot jenis nyata dengan penambahan terdestruksi bila dilakukan uji kadar abu
1 sehingga akan berpengaruh terhadap
laktosa 1 : 1 (0,5769 g/ml), 1 : 12
hasil kadar abu ekstrak kering. Semakin
(0,4446 g/ml) dan 1 : 2 (0,5480 g/ml)
besar penambahan laktosa maka semakin
dan bobot jenis mampat pada
kecil kadar yang didapat. Ketiga fariasi
penambahan laktosa 1 : 1 (0,5882 g/ml),
1 penambahan laktosa menunjukkan rata-
1 : 12 (0,5557 g/ml) dan 1 : 2 (0,5560 rata kadar abu total untuk formula 1:1½
g/ml). Dari data yang didapat dilakukan dan 1:1 tidak memiliki perbedaan yg
analisa menggunakan uji anova dan nyata, pada formula 1:2 memiliki
diperoleh hasil perhitungan terhadap perbedaan yang nyata terhadap kedua
bobot jenis untuk ketiga jenis ekstrak formula lainnya.
kering menunjukkan bahwa nilai F e) Kadar abu tidak larut asam dengan
hitung = 22,818 dengan Sig = 0,002 penambahan laktosa 1 : 1 (0,5469 %), 1 :
(<0,05), yang berarti Fariasi 1
12 (0,6181 %) dan 1 : 2 (0,5179 %).
penambahan laktosa pada ekstrak kering
Hasil perhitungan Anova terhadap kadar
mempengaruhi bobot jenis ekstrak.
abu yang tidak larut asam untuk ketiga
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan
jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa
tingkat kekeringan ekstrak pada saat
nilai F hitung = 2.163dengan Sig. =
pengujian bobot jenis karena perbedaan
0,196 (> 0,05), yang berarti Fariasi
penambahan laktosa sehingga
penambahan laktosa pada ekstrak kering
berpengaruh pada sifat alir serbuk.
tidak mempengaruhi kadar abu tidak
Ketiga fariasi penambahan laktosa
larut asam ekstrak. Tidak adanya
menunjukkan rata-rata bobot jenis untuk
perbedaan kadar abu tidak larut asam
ketiga formula itu adalah berbeda nyata.
pada ketiga ekstrak kering ini karena sisa
d) Kadar abu total dengan penambahan
1 abu pada penetapan kadar abu total telah
laktosa 1 : 1 (0,6883 %), 1 : 12 (0,6568 dilarutkan oleh senyawa asam yang
%) dan 1 : 2 (0,5660 %). Hasil ditambahkan pada proses pengujian
perhitungan Anova terhadap kadar abu sehingga yang tertinggal hanya
total untuk ketiga jenis ekstrak kering kandungan mineral yang tidak mampu
menunjukkan bahwa nilai F hitung = dilarutkan oleh asam. Dan ekstrak yang
10.089 dengan Sig. = 0,012 (< 0,05), digunakan terbuat dari simplisia yang
yang berarti Fariasi penambahan laktosa sama sehingga kadar abu tidak larut
pada ekstrak kering mempengaruhi asamnya tidak berbeda nyata.
kadar abu total ekstrak. Tujuan dari
pengujian kadar abu total ini adalah Hasil karakterisasi spesifik ekstrak
untuk memberi gambaran kandungan kering daun sirih hijau
mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai a) Organoleptis
terbentuk ekstrak, dengan menggunakan Dari hasil uji organoleptis terhadap
prinsip pemanasan bahan pada ekstrak kering daun sirih hijau dengan
temperatur dimana senyawa organic penambahan laktosa 1 : 1 didapat ekstrak
danturunannya terdestruksi dan menguap kering dalam bentuk serbuk berwarna
(Departemen Kesehatan Republik coklat tua, berbau khas seperti simplisia.
1
Indonesia, 2000). Ekstrak kering dibuat Penambahan laktosa 1 : 12 didapat
142
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
ekstrak kering dalam bentuk serbuk bentuk minyak atsiri yang relatif larut
berwarna coklat muda kekuningan, rasa dalam etanol dan telah tercampur dengan
khas seperti simplisia dan pada laktosa pada saat pembuatan ekstrak
penambahan laktosa 1 : 2 didapat ekstrak kering dan laktosa sukar larut dalam
kering dalam bentuk serbuk berwarna etanol (FI Edisi III, 1979), oleh karena
coklat kekuningan, bau khas seperti itu semakin sedikit panambahan laktosa
simplisia. Warna setiap serbuk berbeda, maka semakin besar kadar senyawa larut
perbedaan warna ini dipengaruhi oleh etanol karena bahan aktif pada ekstrak
penambahan laktosa semakin banyak mudah larut dalam etanol. Ketiga fariasi
laktosa yang ditambahkan maka warna penambahan laktosa menunjukkan rata-
ekstrak akan semakin pudar di banding rata kadar senyawa larut etanol untuk
warna ekstrak kentalnya. Sedangkan ketiga formula itu adalah berbeda nyata.
bentuk, warna, bau dan rasa tidak
berpengaruh besar dengan penambahan
laktosa. KESIMPULAN
b) Kadar senyawa larut air pada
penambahan laktosa 1 : 1 (22,3646 %), 1 Dari penelitian pembuatan ekstrak kering
1 dan karakterisasi daun sirih hijau (Piper
: 12 (22,5836 %) dan 1 : 2 (23,0699 %).
betle L.) yang sudah dilakukan dengan
Hasil perhitungan Anova terhadap kadar 1
variasi penambahan laktosa 1:1, 1:12, 1:2
senyawa larut dalam air untuk ketiga
jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa dapat disimpulkan bahwa pembuatan ekstrak
nilai F hitung = 0.450 dengan Sig. = kering yang paling bagus adalah pada
0,658 (> 0,05), yang berarti Fariasi penambahan laktosa 1:2.
penambahan laktosa pada ekstrak kering
tidak terlalu mempengaruhi kadar Pada ekstrak kering dengan variasi
senyawa larut air ekstrak. Semakin besar penambahan laktosa 1:2 dilakukan uji non-
jumlah penambahan laktosa maka spesifik dan diperoleh susut pengeringan
semakin besar juga kadar senyawa larut sebesar 2,1533 %, kadar air 2,0196 %,
air pada ekstrak kering, hal ini bobot jenis nyata 0,5482 %, bobot jenis
disebabkan oleh sifat laktosa yang mampat 0,5558 %, kadar abu total 0,5660 %
mudah larut dalam air (FI Edisi III, dan kadar abu tidak larut asam 0,5179 % .
1979) maka semakin banyak laktosa
yang ditambahkan maka semakin besar Selanjutnya dilakukan uji spesifik terhadap
senyawa larut air ekstrak kering tersebut. ekstrak kering dan diperoleh ekstrak dalam
c) Kadar senyawa larut etanol pada bentuk serbuk berwarna coklat kekuningan,
penambahan laktosa 1 : 1 (4,8558 %), 1 : bau khas seperti simplisianya, memiliki rasa
1 sepat dengan kadar senyawa larut air sebesar
1 (4,9154 %) dan 1 : 2 (3,8094 %).
2 23,0699 % dan kadar senyawa larut etanol
Hasil perhitungan Anova terhadap kadar 3.8094 %.
senyawa larut dalam etanol untuk ketiga
jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa
nilai F hitung = 30.087 dengan Sig. =
0,001 (< 0,05), yang berarti Fariasi
penambahan laktosa pada ekstrak kering
mempengaruhi kadar senyawa larut
etanol ekstrak. Bahan aktif yang terdapat
pada ekstrak kering terdapat dalam
143
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arambewela, L., Kumaratunga, K.G.A and Patel, M.R., Jasrai, Y.T. (2013). Evaluation
Dias, K. (2005) : Studies on Piper of Fungitoxic Potency of Piper betle
betle of Srilangka. Jurnal of science L. (Mysore variety) Leafe Extracts
foundation. Srilangka, 33(2): 133- Against Eleven Phyto Pathogenic
139. Fungal Strains. Cibtech Journal of
Badan POM RI. (2004). Monografi Ekstrak Bio-Protocols. 2(2): 21-28.
Tumbuhan Obat Indonesia. (volume
I). Jakarta : Badan Pengawasan Obat Pradhan, D.,Suri, K.A., Pradhan, D.K and
dan Makanan RI. Biswasroy, P. (2013). Golden Heart
of the Nature : Piper betle L..
Badan POM RI. (2004). Monografi Ekstrak Journal of Pharmacognosy and
Tumbuhan Obat Indonesia. (volume Phytochemistry. 6(1): 147-167.
2). Jakarta : Badan Pengawasan
Obat dan Makanan RI. Rai, M.P.,Thilakchand, K.R.,.Palatty, P.L.,
Rao, P.,Rao, S.,Bhat, H.P and
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Baliga, M.S. (2011). Piper betle
(2008). Farmakope Herbal Linn (Betle Vine), the Maligned
Indonesia. (Edisi I). Jakarta : Southeast Asian Medicinal Plant
Departemen Kesehatan Republik Possesses Cancer Preventive Effects
Indonesia. : Time to Reconsider the Wronged
Opinion. Asian Pacifik J Cancer
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Prev. 1(12): 2149-2159.
(2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi I). Reveny, J. (2011). Daya Anti Mikroba
Jakarta : Direktorat Jenderal Ekstrak dan Fraksi Daun Sirih
Pengawasan Obat Dan Makanan. Merah (Piper betle L.) : Jurnal
ILMU DASAR.12 (I): 6-12.
Kartasapoetra, G. (1992). Budidaya
Tanaman Berkhasiat Obat. (volume Sugumaran, M.,Gandhi, M.S.,
II). Jakarta : Rineka Cipta. Sankarnarayanan, K.,Yokesh,
M.,Poornima, M and Rajasekhar,
Martin, E.W., Cook, E.F., Levallen, E.E., S.R. (2011). Chemical Composition
Osol, A., Linwood F. Tice, Clarence and Antimicrobial Activity of
T. Van Meter. (1961). Remigton’s Vellaikodi Variety of Piper betle
Practice Of Pharmacy. Easton : Linn. Leaf Oil Against Dental
Mack Publishing Company. Pathogens. International Journal of
PharmTech Research, 4(3). 2136-
Muhlisah, A. (2007). Tanaman Obat
2139.
Keluarga. Jakarta : Penebar
Swadaya.
144