Disusun Oleh :
SITI RAHBIAH
1.2 Etioligi
1. Faktor-faktor prenatal
2. Malformasi otak congenital
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Demam
6. Gangguan metabolisme
7. Trauma
8. Neoplasma, toksin
9. Gangguan sirkulasi
10. Penyakit degeneratif susunan saraf.
11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal
1.3 Tanda gejala
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
1.3.1 Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :
1.3.1.1 Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
1.3.1.2 Kejang umum tonik dan atau klonik
1.3.1.3 Umumnya berhenti sendiri
1.3.1.4 Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
1.3.2 Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-
ciri gejala klinis sebagai berikut :
1.3.2.1 Kejang lama > 15 menit
1.3.2.2 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial. Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam
1.4 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
oleh :
1.4.1 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
1.4.2 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
1.4.3 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
1.6 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) risiko terjadi bahaya / komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien kejang demam antara lain:
1.6.1 Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan
dengan gigi.
1.6.2 Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang
ada di sekitar anak.
1.6.3 Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
Selain bahaya akibat kejang, risiko komplikasi dapat terjadi akibat
pemberian obat antikonvulsan yang dapat terjadi di rumah sakit. Misalnya:
1.6.4 Karena kejang tidak segera berhenti padahal telah mendapat
fenobarbital kemudian di berikan diazepam maka dapat berakibat
apnea.
1.6.5 Jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Pengobatan
1.7.1.1 Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang
sama setelah 20 menit.
1.7.1.2 Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
1.7.1.3 Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga
gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
1.7.1.4 Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa
setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim
secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
1.7.1.5 Penanganan sportif
a) Bebaskan jalan napas
b) Beri zat asam
c) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Pertahankan tekanan darah
1.7.2 Pencegahan
1.7.2.1 Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam
sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-
penyakit yang disertai demam.
1.7.2.2 Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
- Fero barbital : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3
- Fenitorri : dosis
- Klonazepam : (indikasi khusus)
1.8 Pathway
HIPERTERMI
KEJANG
Spasme Bronkus
Penurunan kesadaran
Resiko cidera
Pola nafas tidak
efektif
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat suhu 1. Tindakan ini sebagai
keperawatan selama 3 x tubuh setiap 2 atau 4 dasar untuk menentukan
24jam pasien menunjukkan jam. intervensi.
kestabilan suhu tubuh : 2. Observasi membrane 2. Untuk mengidentifikasi
NOC : mukosa, pengisian tanda-tanda dehidrasi
Nilai suhu, denyut nadi, kapiler, dan turgor kulit. akibat panas.
frekuensi pernapasan, TD 3. Berikan minum 2-2,5
dalam rentang normal. liter sehari selama 24 3. Kebutuhan cairan dalam
jam. tubuh cukup mencegah
terjadinya panas.
4. Berikan kompres hangat 4. Kompres hangat
pada dahi, ketiak, dan memberi efek
lipat paha. vasodilatasi pembuluh
darah, sehingga
mempercepat penguapan
tubuh.
5. Anjurkan pasien untuk 5. Menurunkan kebutuhan
tirah baring (bed rest) metabolisme tubuh
sebagai upaya sehingga turut
pembatasanaktivitas menurunkan panas.
selama fase akut.
6. Anjurkan pasien untuk 6. Pakaian tipis
menggunakan pakaian memudahkan penguapan
yang tipis dan menyerap panas. Saat suhu tubuh
keringat. naik, pasien akan
banyak mengeluarkan
keringat.
7. Berikan terapi obat 7. Untuk menurunkan atau
golongan antipiretik mengontrol panas badan.
sesuai program medis
evaluasi efektivitasnya.
8. Pemberian antibiotik 8. Untuk mengatasi infeksi
sesuai program medis. dan mencegah
penyebaran infeksi.
9. Pemberian cairan 9. Penggantian cairan
parenteral sesuai akibat penguapan panas
program medis. tubuh.
10. Observasi hasil 10. Untuk mengetahui
pemeriksaan darah dan perkembangan penyakit
feses. tipes dan efektivitas
terapi.
11. Observasi adanya 11. Peningkatan suhu secara
peningkatan suhu secara terus - menerus setelah
terus - menerus, distensi pemberian antiseptik
abdomen, dan nyeri dan antibiotik,
abdomen. kemungkinan
mengindikasikan
terjadinya komplikasi
perforasi usus.
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kelelahan otot-otot
pernapasan.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC
(..............................................) (.........................................)