Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN EPIDEMOLOGI KEJADIAN EKSOFTALAMUS

DIWILAYAH AMERIKA SERIKAT TAHUN 2011

O
L
E
H

NAMA : STEVANIA NONA NURAK


NIM : 1 6 1 0 0 8 2
KELAS : B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA MAKASAR
2017
I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah
Eksoftalmus adalah penonjolan abnormal pada salah satu atau kedua
bola mata.Pada beberapa penyakit tiroid, terutama penyakit Grave, jaringan
pada rongga orbita dapat membengkak sehingga mendorong bola mata
keluar. Hal ini agaknya merupakan penyebab paling sering terjadinya
eksoftalmus.Eksoftalmus dapat terjadi dengan cepat akibat perdarahan di
belakang mata.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari
hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves.
Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000
orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang
berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih
banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika
Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang
dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik
merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

B. Rumusan masalah
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran epidemoligi kejadian
penyakit eksoftalamus
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran epidemologi usaha
pencegahan penyakit eksoftalamus

C. Tujuan
A. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui apa itu penyakit
eksoftalamus,dan dapat mengetahui apa usaha-usaha pencegahan
yang dapat dilakukan pada penyakit eksoftalamus.

B. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran epidemologi kejadian penyakit
eksoftalamus
b. Mengetahui gambaran usaha pencegahan penyakit
eksoftalamus
ll

PEMBAHASAN

A. Gambaran epidemologi kejadian penyakit


a. Host (orang)
Penyakit eksoftalamus ini dapat ditemukan pada semua
golongan,penyakit eksoftalamus dapat menyerang siapa saja tidak
membedakan faktor umur,jenis kelamin,ras,dan keturunan,penyakit
eksoftalamus juga tidak mengenal apakah dia itu anak kecil atau orang
dewasa.

b. Waktu kejadian
Eksoftalmus bisa disebabkan oleh penyakit tiroid; terutama penyakit
grave (jaringan di dalam rongga mata membengkak dan terdapat
endapan yang mendorong mata ke depan), perdarahan di belakang
mata, peradangan di dalam rongga mata, tumor jinak maupun ganas di
dalam rongga mata dan di belakang bola mata, pseudotumor,
trombosis sinus kavernosus, dan malformasi arteriovenosa.

c. Tempat/lingkungan
setelah cedera berat, atau akibat peradangan pada rongga mata.
Tumor, baik jinak maupun ganas

B. Gambaran usaha-usaha pencegahan


Usaha pencegahan tergantung kepada penyebabnya, misalnya :

1. Jika terdapat kelainan pada arteri dan vena seperti Trombosis sinus
kavernosus dan Malformasi arteriovenosa maka jika diperlukan bisa
dilakukan pembedahan.
2. Apabila dijumpai adanya tumor dibelakang bola mata akan dilakukan
tindakan tergantung jenis atau tipe tumor, termasuk dilakukan
khemotherapy, radiotherapy dan pembedahan
3. Jika penyebabnya adalah ganguan thyroid seperti Grave Disease
dilakukan terapi:
1) Bersama dengan dokter penyakit Dalam bagian Sub spesialis
Endokrinologi dengan pengobatan hormonal untuk thyroidnya.
2) Menghilangkan kebiasaan merokok karena perokok 8 kali lebih
besar menderita Grave ofthalmopathy.
3) Untuk mengurangi rasasakit dan penekanan terhadap jaringan
sekitar terutama saraf optikus, diberikan anti inflamasi
digunakan Corticosteroid, dengan efek samping berat badan
naik, insomnia (sulit tidur), osteoporosis (tulang keropos), dan
tukak lambung.
4) Dilakukan Radioterapy Orbital, apabila Corticosteroid tidak
mempunyai efek dan kondisi pasien semakin buruk. Juga bisa
tetap dilakukan dengan terapi kombinasi dengan Corticosteroid.
5) Jika kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata yang
menonjol, mungkin perlu dilakukan penjahitan antara kelopak
mata atas dan bawah untuk membantu melindungi kornea
terhadap kekeringan dan infeksi.
6) Pembedahan dilakukan apabila kelaiana anatomi mata sudah
menetap atau permanet, dan menimbuklan gejala lain seperti
penglihatan ganda (double), atau mata tidak bisa menutup
sehingga terjadi kerusakan kornea menetap (permanet).
7) Jika pengobatan hormonal telah selesai atau dinyatakan telah
normal, tetapi bola mata tetap menonjol keluar karena jaringan
otot sudah tidak mengecil kembali karena sudah terjadi
kerusakan otot (hipretrofi otot) maka untuk melindungi kornea
dapat dilakukan pembedahan dengan mengurangi volume otot.
8) Pada kasus berat, yaitu apabila bola mata tetap menonjol keluar
setelah pengobatan maka akan dilakukan pembedahan yang
disebut Dekompresi Orbita, dengan cara menghilangkan
sebagian tulang dasar orbita dan beberapa lemak dalam rongga
orbita, umumnya dipakai sebagi terapi kosmetik atau
mememperbaiki penampilan.
4. Untuk mengatasi pseudotumor diberikan pengobatan antinflamasi
untuk mengurangi pembengkakan. Jika tumor membahayakan mata
karena mendorongnya keluar, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor.
Ill

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eksoftalmus adalah penonjolan abnormal pada salah satu atau kedua
bola mata. Disebabkan oleh penyakit tiroid; terutama penyakit grave (jaringan
di dalam rongga mata membengkak dan terdapat endapan yang mendorong
mata ke depan), perdarahan di belakang mata, peradangan di dalam rongga
mata, tumor jinak maupun ganas di dalam rongga mata dan di belakang bola
mata, pseudotumor, trombosis sinus kavernosus, dan malformasi
arteriovenosa. Gejala dan Tanda eksoftalmus ialah salah satu atau kedua
bola mata tampak menonjol

B. SARAN
Penanganan untuk mengatasi gejala-gejala proptosis itu sendiri dapat
berupa pemberian obat tetes mata (air mata buatan) untuk mengatasi
kekeringan pada mata (jika terjadi proptosis ringan), atau pemberian
kortikosteroid, terapi radiasi, atau pembedahan jika terjadi proptosis berat.
Jika kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata yang menonjol, mungkin
perlu dilakukan pembedahan kelopak mata untuk membantu melindungi
kornea terhadap kekeringan dan infeksi.
lV

DAFTAR PUSTAKA

Prisedan Wilson. 2006. Patofisiologikonsepklinisdan proses- proses Penyakit.


Jakarta: EGC
Doenges, dkk. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan. Jakarta: EGC
http://ajibkedokteran.wordpress.com
http://catatan.legawa.com/
http://www.scribd.com/doc

Anda mungkin juga menyukai