PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang kenjadi keadaan patologik.1
Mola hidatidosa merupakan penyimpanga pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan yang tidak disertai dan seluruh vili chorialis mengalami
perubahan hidropik. Karena mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran
hormon gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis yang
bervariasi. Disamping itu infiltrasi sel trofoblas dapat merusak pembuluh darah
yang menimbulkan perdarahan, menyebabkan kedatangan untuk memeriksaan
diri.2
Frekuensi mola banyak ditemukan di Negara – negara asia, Afrika dan
Amerika latin dari pada di Negara – negara barat. Mola hidatidosa merupakan
penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun.1
Penyebab Mola tidak diketahui, factor – factor yang dapat menyebabkan
antar lain : keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi. Keluhan dari
penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasanya.3
BAB II
2
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Keluar darah bergumpal dari vagina + sejak 2 minggu SMRS.
3
jumlah yang banyak setelah berhubungan. Os juga mengeluh mual muntah
setelah makan sejak 1 Minggu SMRS, perut terasa membesar sejak 1 bulan
yang lalu, nyeri perut (-), riwayat perut diurut (+),
Data Kebidanan
1. Haid
Menarche : Umur 12 tahun
HPHT : 27-01-2014
Haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dismenorrhea : Iya
Warna : Merah kehitaman,bergumpal
2. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah satu kali, 11 hari, pada usia 15 tahun
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan: -
4. Riwayat Kontrasepsi : -
Berat badan : 40 kg
Tinggi badan : 150 cm
4
Pemeriksaan Fisik Umum
Kepala
Rambut : Kebersihan cukup, rontok (-)
Wajah : Pucat (-), sianosis (-), cloasma gravidarum (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
THT : Dalam batas normal
Mulut : Simetris, bibir sianosis (-), gigi karies (-), gusi perdarahan
(-), lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP
5 – 2 cmH2O
Thorax
Inspeksi : Bentuk statis dan simetris kanan dan kiri, tarikan dada (+),
Retraksi (-), mammae dbn
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi :
o Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung, membesar asimetris, striae (-), venektasi (-)
Palpasi : teraba seperti massa dengan konsistensi lunak,
mobile,
ukuran 14 x 10 cm, 2 jari di bawah pusat, dan tidak terasa
nyeri bila dilakukan penekanan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Simetris (+), akral dingin (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
2.4 Pemeriksaan Ginekologi
5
Pemeriksaan luar :
Pertumbuhan rambut pubis: dbn, klitoris: dbn, labia mayora dan labia
minora simetris, sikatriks (-), edema (-), inflamasi (-)
Inspekulo
Tampak portio seperti ujung buah jambu bol, livide, perdarahan aktif
(+) , stosel (-), OUE tertutup,
Periksa Dalam : tidak dilakukan
6
Kista Ovarium
2.8 Penatalaksanaan
Pasien datang VK via IGD pada Pukul 13.20 wib
Terapi dari IGD
1. Observasi tanda vital
2. IVFD RL 20 tetes/i
3. Transfusi PRC 1 kolf
Saran USG besok
Jam 13.40 os pindah bangsal
2.9 Follow up
Tabel 2.1 Follow up pasien
Tanggal Follow up Ket.
12/06/14 S : Nyeri Perut
O : TD : 130/80 mmHg, HR : 88x/i
RR : 25x/i, T : 37,2ºC
Perdarahan pervagiman (+) banyak
A : Susp. Kista Ovarium dengan anemia hari-1
P : - IVFD RL 20 tts/i
-Cek HB (Jam 06.30 wib) : 7,7 gr/dl
-Transfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dl
-Rencana USG hari ini Hasil USG : Mola Hidatidosa dengan
kista lutein bilateral
13/06/14 S : Nyeri perut -
O : TD : 140/70 mmHg, HR : 83x/i
RR : 20x/i, T : 37,2ºC
Perdarahan pervaginam (+) sedikit
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral hari-2
P : -Transfusi PRC Kolf ke-2
-IVFD RL 20 tts/i
-Cek Hb (Jam 16.25 wib) : 9,2 gr/dl , Cek β HCG hasil besok
14/02/14 S : Demam, sesak napas, pusing, nyeri perut,
O : TD : 120/60 mmHg, HR : 86x/i
RR : 32x/i, T : 39,1ºC
Perdarahan pervaginam (+) sedikit
β HCG : 886.862.00 (meningkat)
A : Mola hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral hari-3
P : -O2 4 L
7
-IVFD RL 20 tts/i
-Paracetamol tablet 3x500 mg (prn)
-Transfusi PRC kolf ke-3
-Cek Hb (Jam 14.20) : 9,9 gr/dl
-Rencana Kuret Senin 16 juni 2014
15/06/14 S : Demam, sesak napas, pusing, nyeri perut
O : TD : 110/70 mmHg, HR : 84x/i
RR : 40x/i, T : 38,1ºC
Perdarahan pervaginam (+) sedikit
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral hari-4
P : -O2 4 L
-IVFD RL 20 tts/i
-Paracetamol 3x500 mg (prn)
-Inj. Kalsium glukonas 1 amp IV
-Inj Furosemid 2 amp IV
-Rencana kuret senin 16 juni 2014
-Pemasangan laminaria jam 23.00 wib
16/06/14 S : Nyeri perut, sesak napas, cemas, pusing, tremor
O : TD : 140/80 mmHg, HR : 110x/i
RR : 36x/i, T : 36,5ºC HB : 9,9 gr/dl
Keluar darah dan jaringan pervaginam berbentuk gelembung
gelembung berwarna putih, laminaria juga keluar (jam 02.00 wib)
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral hari-5
P : -O2 4 L
-IVFD RL 20 tts/i
-Cek Hb (Jam 06.15) : 9,9 gr/dl
-Drip metergin 1 amp + induksin 1 amp dalam D5% : 20 gtt/i
(06.30 wib)
-Inj.ceftriaxone 1x2 gr IV (Jam 07.15)
-Rencana kuret hari ini kuret dibatalkan karena curiga terjadi
peningkatan kadar tiroid
-Rencana pemeriksaan T3, T4, TSH besok
17/06/14 S : Nyeri perut, sesak napas, cemas, tremor
O : TD : 130/80 mmHg, HR : 100 x/i
RR : 34x/i, T : 36,6ºC Hb : 9,9 gr/dl
8
Perdarahan pervaginam (+) sedikit
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral hari-6
P : -O2 4 L
-IVFD RL 20 gtt/i
-Inj.ceftriaxone 1x2 gr IV
-Pengambilan sampel untuk pemeriksaan T3, T4,TSH (Jam 13.00
wib) laboratorium prodia
18/06/14 S : Pusing, cemas, tremor
O : TD : 130/80 mmHg, HR : 105 x/i
RR : 24x/i, T : 36,5ºC Hb : 9,9 gr/dl
Perdarahan pervaginam (-)
TSH : < 0.008 (N), T3 : 0.82 (N), T4 : 13,8( )
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral dan Hipertiroid
hari-7
P : -IVFD RL 20 gtt/i
-Inj ceftriaxone 1x2 gr IV
-Konsul Penyakit Dalam Hasil acc kuret post PTU
Th oral : Propilthyouracil 3x100 mg selama 3 hari
Propanolol 3x10 mg selama 3 hari
-Rencana kuret sabtu 21 juni 2014
19/06/14 S : (-)
O : TD : 110/70 mmHg, HR : 84x/i
RR : 20x/i, T : 36,5ºC Hb : 9,9 gr/dl
Perdarahan pervaginam (-)
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral dan Hipertiroid
hari-8
P : -IVFD RL 20 gtt/i
-Inj ceftriaxone 2x1 gr IV
-Rencana USG besok
-Rencana kuret besok 20 juni 2014
20/06/14 S : (-)
O : TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/i
RR : 20x/i, T : 36,5ºC Hb : 9,9 gr/dl
Perdarahan pervaginam (-)
A : Mola Hidatidosa dengan Kista Lutein Bilateral dan Hipertiroid
9
hari-9
P : -Pemeriksaan USG hasil USG : sisa mola (+) dengan kista
lutein
-Dilakukan kuretase
Laporan Kuretase:
Pasien dibaringkan diatas meja ginekologi
Pasien baring dalam posisi litotomi
Dilakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu
Dilakukan premedikasi dan anastesi
-SA 1 amp IV
-Stesolid ½ amp IV
-Ketalar 0,2 cc diencerkan dalam 8 cc aquades
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan tampon tang
Pemasangan sims atas dan sims bawah
Portio dijepit dengan tenakulum pada arah jam 11
Mengukur panjang uterus dengan sonde 9 cm
Drip induksin 1 amp dalam RL
Kuretase dengan menggunakan sendok kuret yang paling
besar, searah dengan jarum jam didapatkan darah ± 3 L dan
keluar gelembung-gelembung berwarna putih.
Setelah diyakini bersih, portio diberi betadin
Suntikkan metergin 1 amp IV
Vagina dibersihkan dari darah dan bekuan darah dengan kasa
steril
Tenakulum dan sims dilepas dikeluarkan
Vulva dibersihkan
Kuret selesai
Jaringan mola diambil sebagian dimasukkan kedalam plastik
berisi alcohol 70% untuk dilakukan pemeriksaan PA
Observasi TTV
Th post kuretase
-IVFD RL 20 gtt/i
-Transfusi PRC 1 kolf
-Th oral :
10
Ciprofluoxacin 2x500 mg
Metergin 3x2,5 mg
Paracetamol 3x500 mg
21/06/14 S : (-)
O : TD : 120/80 mmHg, HR : 84x/i
RR : 20x/i, T : 36,5ºC Hb : 9,9 gr/dl
Perdarahan pervaginam (-)
A : Post kuretase a/i mola hidatidosa hari-10
P : Th oral :
Ciprofluoxacin 2x1
Metergin 3x1
Paracetamol 3x1
Os boleh pulang dan disarankan untuk cek kadar β HCG setelah 2
minggu post kuret
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Mola hidatinosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri
stroma villus korialis langka vaskularisasi dan edematus.4
Mola hidatidosa adalah jonjot korion (vili korionik) yang sebagian
atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan, kelainan ini merupakan trofoblas yang jinak.5
2.2 EPIDEMIOLOGI
11
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika
latin dibandingkan dengan negara – negara barat. Dinegara – negara barat
dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan . dinegara – negara berkembang
1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85
kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 Persalinan dan 1:49
kehamilan; Luat A siregar (Medan) tahun 1982 : 11 – 16 per 1000
kehamilan; Soetomo (Surabaya) : 1:80 Persalinan; Djamhoer
Martaadisoebrata (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai
lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi
dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar. 5
Mola hidatinosa adalah penyakit pada masa reproduksi tetapi jika
terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 45 tahun, kehamilan
mola 10 x lebih besar dibandingkan dengan gravidae antara 20-40 tahun.1
Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai sekitar 1-2 % kasus. Dalam
suatu kajian terdapat 12 penelitian yang total mencakup hampir 5000
pelahiran, frekuansi mola rekuren adalah 1,3 %.3
Faktor-faktor lain yang berperan antara lain graviditas, paritas,
faktor reproduksi lain, status estrogen, kontrsepsi oral, dan faktor makanan
dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional.3
2.3 ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat
meyebabkannya antara lain : 5
1. Faktor ovum : ovum yang sudah patologis sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
2.4 PATOGENESIS
Teori missed abortion
12
Kematian mudigah akan mengakibatkan terjadinya gangguan
peredaran darah menyebabkan sekresi dari sel-sel yang mengalami
hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang diakumulasikan ke
dalam stroma villi terjadi kista villi yang kecil-kecil.
Teori neoplasma dari Park
Fungsi yang abnormal dari sel-sel trofoblas akan mengakibatkan
reasorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi, timbul gelembung
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah kemudian
sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan
jernih dan dapat mengisi seluruh kavum uterus.
2.5 PATOFISIOLOGI
Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi
cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialis kadang-
kadang ada janin. Gelembung tersebut mulai sebesar kacang hijau sampai
sebesar buah anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. 1
Dibawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma
jonjot, tidak adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblas. Pada mola
hidatidosa, ovarium dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya
pada satu ovarium kadang-kadang pada keduanya. Kista ini berdinding tipis
dan berisikan cairan kekunung-kuningan dan dapat mencapai ukuran
sebesar tinju atau kepala bayi. Kista lutein dapat terjadi karena
perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista
ini dapat hilang sendiri setelah mola dilahirkan. 1
2.5 KLASIFIKASI
Mola hidatidosa terbagi menjadi : 3
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai
13
beberapa sentimeter dan sering berkelompok – kelompok menggantung
pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh :
-
Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
-
Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
-
Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
-
Tidak adanya janin dan amnion. 3
2. Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang,
dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan
hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya
avaskular, sementara villi – villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. 3
janin
- Edema vilus
- Proliferasi
Bervariasi, fokal Difus
trofoblas
Bervariasi, fokal, Bervariasi, ringan
ringan sampai sedang. sampai berat
Gambaran klinis
14
- Kista teka- kehamilan kehamilan
lutein
- Penyulit medis Jarang 25-30%
- Penyakit pasca
Jarang Sering
mola
Kurang dari 5-10% 20%
2.7 DIAGNOSIS1,2,3,4,5
1. Anamnesa atau keluhan
- Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata
dari kehamilan biasa
- Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum
- Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna
tengguli tua atau kecoklatan
- Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan
seharusnya
- Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak
selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti.
15
2. Inspeksi
- Muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut
muka mola (mola face)
- Jika keluar gelembung mola dapat dilihat jelas
3. Palpasi
- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba embek
- Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
- Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar, serat
fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnyaq darah baru.
4. Auskultasi
- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
5. Pemeriksaan dalam :
- Memastikan besarnya uterus
- Uterus terasa lembek
- Tidak ada bagian-bagian janin
- Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
6. Reaksi kehamilan
Karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan uji imunologik (galli
mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi) :
- Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
- Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik
atau imunologik cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
7. Uji Sonde (cara Acosta-sison)
Dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan
cavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit,
bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola.
8. Radiologik
Tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan)
9. Ultrasonografi
Pada mola akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.
16
Jika tampak rangka janin maka kemungkinan besar kehamilan biasa
walaupun pada mola partialis kadang-kadang terdapat janin. Tidak
terlihatnya janin tidak menentukan. 1
2. Reaksi biologis
Galli mainini : pada mola hydatinosa kadar gonadotropin chorion dalam
darah dan kencing sangat tinggi.
Kadar gonadotropin yang diperoleh harus selalu dibandingkan dengan
kadar gonadotropin pada kehamilan biasa dengan umur yang sama.
Pada kehamilan muda kadar gonadotropin naik dan mencapai
puncaknya ± pada hari ke 100 sesudah kadar tersebut turun. 1
3. Percobaan sonde
Pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uteri, pada kehamilan
biasa ada tahanan oleh janin. 1
4. Teknik lain
- Arteriografi : yang memperlihatkan pengisian bilateral vena uterina
yang dini.
- Suntikan zat kontras ke dalam uterus : memperlihatkan gambaran
sarang tawon (Honey comb appearance)
- Ultrasonografi : gambaran badai salju. 1
2.10 PENATALAKSANAAN1,2,3,4,5
1. Perbaiki keadaan umum
Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
2. Berhubungan dengan kemungkinan mola hidatidosa dapat menjadi
ganas, maka terapi terbaik baik pada wanita dengan usia lanjut serta
jumlah anak yang cukup adalah histerektomi.
3. Akan tetapi pada wanita yang masih menginginkan anak setelah
diagnosa mola dipastikan, penatalaksanaannya antara lain :
Tindakan pertama pertama adalah melakukan manual digital untuk
pengeluaran sebanyak mngkin jaringan dan bekuan darah, barulah
dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.
Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil :
- Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar
pembukaan selama 12 jam
17
- Setelah itu pasang infus dextrosa 5% yang berisi 50 satuan
oksitosin (pitogin syntocinon), cabut laminaria, setelah itu
lakukan kuretase.
- Pakailah cunam tampon yang agak besar atau kuret besar,
ambilah dulu bagian tengah baru bagian-bagian lainnya pada
cavum uteri.
- Pada kuretase pertama ini keluarkan jaringan sebanyak
mungkin tak usah terlalu bersih.
- Jika perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan lakukan
tampon utero-vaginal selama 24 jam.
Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo-patologik dalam 2
sediaan :
- Sediaan 1 : yang dikeluarkan dengan cunam tampon
- Sediaan 2 : yang dikeluarkan dengan kuretase
Berikan obat-obatan : antibiotik, uterotonika, dan perbaiki keadaan
umum.
7-10 hari setelah kerokan pertama, lakukan kerokan kedua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
18
berturut-turut atau malah naik, dapat diberikan kemoterapi, kecuali
penderita tidak menghendaki uterus dipertahankan maka dapat
dilakukan histerektomi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate atau
Dactinomycin atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Pengamatan lanjutan terus dilakukan, sampai kadar hCG menjadi
negatif selama 6 bulan.
Pengukuran kadar hCG serum berfungsi untuk mendeteksi tumor
trofoblas persisten dimana kadar gonadotropin korionik harus turun
secara progresif sampai kadarnya negatif karena diluar itu berarti
trofoblas menetap jika terjadi peningkatan mengisyaratkan proliferasi
trofoblas yang berkemungkinan besar ganas kecuali wanita
bersangkutan kembali hamil.
4. Pemberian pil kontrasepsi (estrogen-progestin) berguna untuk :
- Mencegah kehamilan baru
- Menekan pembentukan LH oleh hipofisis, yang dapat
mempengaruhi kadar hCG.
Menurut Yuen dan Bruch melaporkan bahwa tidak terjadi
peningkatan persistensi gonadotropin korion.
5. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa
Pemberian methotrexate jika :
- Pengamatan lanjutan sulit dilakukan
- Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap
positif
- Pada resiko tinggi mola
2.12 KOMPLIKASI1,5
1. Perdarahan yang hebat sampai syok, dan jika tidak segera ditolong
dapat berakibat fatal
2. Krisis tiroid (tirotoksikosis)
3. Infeksi, sepsis
4. Emboli trofoblast
5. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia
6. 18-20% kasus dapat menjadi ganas : Mola destruen dan
choriocarcinoma
2.13 PROGNOSIS
19
Dengan diagnosis dan terapi yang tepat mortalitas akibat mola
dapat ditekan hingga nol. 2
BAB IV
ANALISA KASUS
20
Berdasarkan teori gejala dari mola hidatidosa yang sering adalah
perdarahan pervaginam, tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
berdasarkan menstruasi terakhir, gerakan janin tidak pernah dirasakan,
mual mutah yang berlebihan, pada perabaan konsistensi uterus lembek dan
tidak teraba bagian janin, pada auskultasi tidak terdengar denyut jantung
janin.
Pemeriksaan penunjang didapatkan :
Serum ß-hCG dalam darah meningkat
USG : tampak gambaran honey comb appereance, massa hipoekoik
bilateral ukuran 8 ± 6,2 x 7,3
Pemeriksaan kadar tiroid : TSH normal, T3 normal, T4 meningkat
2. Apakah penatalaksanaan Mola Hidatidosa pada kasus ini sudah tepat ?
Terapi pada pasien ini sudah tepat, yaitu :
Perbaiki keadaan umum
Observasi KU dan tanda-tanda vital
Memberikan IVFD RL untuk mengatasi dan mencegah syok
Memberikan tranfusi darah untuk memperbaiki anemia, pada pasien
ini awal MRS Hb 8,4 gr/dl, kemudian setelah di transfusi PRC
sebanyak 3 kolf Hb meningkat menjadi 9,9 gr/dl
Diberikan antibiotik injeksi ceftriaxone 1x2 gr (skin tes terlebih
dahulu) untuk pencegahan terjadinya infeksi
Setelah keadaan umum padaa pasien ini stabil baru dilakukan
pengeluaran jaringan mola. Prinsip penatalaksanaan mola hidatidosa
harus dilakukan evakuasi sesegera mungkin setelah diagnosis
ditegakkan.
Pengeluaran jaringan Mola
Pada pasien ini direncanakan kuretase pada hari sabtu 16 juni 2014
dimana 4 hari setelah diagnosis ditegakkan dan 2 hari setelah kadar Hb
menjadi 9,9 gr/dl, namun kuretase dibatalkan karena tekanan darah
pasien tinggi yaitu 140/80 mmHg, pasien juga demam, tremor, cemas,
21
sesak napas, takikardi, dimana gejala yang muncul curiga terjadi
peningkatan kadar tiroid, sehingga pasien harus dilakukan pemeriksaan
kadar tiroid. Hasil pemeriksaan kadar tiroid, terjadi peningkatan pada
T4, kemudian pasien dikonsulkan ke penyakit dalam terlebih dahulu
dan diberi terapi oral yaitu Propilthyouracil dan propanol, acc kuret
setelah obat habis. Berdasarkan teori, upaya evakuasi baru dilakukan
bila penyulit berupa hipertensi dan hipertiroidnya sudah diobati dan
teratasi, jika tidak diobati dapat menimbulkan kematian pada pasien
akibat krisis tiroid.
Pasien kuretase pada hari jumat 20 juni 2014. Dilakukan kuretase
untuk mengevakuasi mola dan menghentikan perdarahan. Kuretase
dilakukan hanya 1 kali saja karena dipastikan kuretase dilakukan
bersih
Pada pasien ini tidak dilakukan Histerektomi karena usianya masih
muda dan belum punya anak.
Saran pada Pasien ini
o Melakukan pengawasan lanjutan dengan pemeriksaan kadar ßHCG 2
minggu post kuret, dan pemeriksaan diteruskan setiap 1 bulan sekali
sampai kadar ßHCG menjadi negatif, sampai tiga bulan berturut-turut
kadar ßHCG tetap negatif. Jika ternyata pemeriksaan ßHCG tidak
sesuai harapan, atau dengan kata lain kadarnya tetap atau malah naik,
perlu diberikan obat kemoterapi.
o Menggunakan kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun pasca
remisi. Sebaiknya menggunakan preparat progesteron oral selama 2
tahun.
o Penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan
o Pada dasarnya pasien ini dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan
lengkap selesai dilakukan.
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, karena diagnosis dan terapinya
yang tepat, namun memiliki faktor resiko untuk terjadi keganasan seperti
22
kadar ß-HCG yang tinggi (>100.000mIU/mL) dan hipertiroidisme, jenis
molahidatidosa komplit.
BAB V
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24