BAB 3
KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS
140.000
120.000
LHR (smp/hari)
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
HARI
Volume
Volume adalah banyaknya kendaraan yang lewat pada suatu arus jalan
selama satu satuan waktu jam. Namun demikian pengamatan lalu lintas ini
diharapkan selama 24 jam perhari yang biasanya untuk mengetahui terjadinya
volume jam puncak (VJP) sepanjang jam kerja baik itu pagi, siang maupun sore.
Biasanya volume jam puncak diukur untuk masing-masing arah secara terpisah.
VJP digunakan sebagai dasar untuk perancangan jalan raya dan bebagai macam
analisis operasional. Jalan raya harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
melayani pada saat lalu lintas dalam kondisi VJP. Untuk analisa operasional,
apakah itu terkait dengan pengendalian, keselamatan, kapasitas, maka jalan raya
harus mampu mengakomodasi kondisi ketika VJP. Di dalam perancangan, VJP
kadang-kadang diestimasi dari proyeksi LHR sebegaimana ditunjukkan pada
Rumus 3.1.
antara volume jam puncak dengan arus maksimum, yang dinyatakan dengan
Rumus 3.2.
V
FJP = Rumus 3.2
4 × Q15
dengan:
FJP = Faktor jam puncak,
V = Volume jaman (smp/jam),
Q = Arus lalu lintas (smp/15 menit).
Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai
kecepatan yang berbeda. Sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat
kecepatan yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan
individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai rata-rata
atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasi aliran lalu lintas secara
menyeluruh.
Rata-rata atau kecepatan tengah dapat dihitung dengan dua cara yaitu
berdasarkan waktu dan berdasarkan ruang kecepatan tengah berdasarkan waktu
(Time Mean Speed - TMS) didefinisikan sebagai rata-rata kecepatan semua
kendaraan yang lewat pada suatu titik terbentuk pada suatu ruas jalan dalam
beberapa periode waktu tertentu. Sedangkan kecepatan tengah ruang (Space Mean
Karakteristik Arus Lalu Lintas 36
dengan:
TMS = Kecepatan tengah berdasarkan waktu (km/jam),
SMS = Kecepatan tengah berdasarkan ruang (km/jam),
d = Jarak perjalanan (km),
ti = Waktu perjalanan (detik atau jam)
3.4 KEPADATAN
kepadatan adalah pengukuran ketiga terhadap kondisi arus lalu lintas yang
didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu
atau lajur, yang biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan per kilometer atau
smp per kilometer per lajur. Kepadatan sulit untuk mengukur secara langsung,
biasanya diperlukan titik ketinggian yang cukup sehingga kendaraan dapat diamati
dalam suatu ruas tertentu. Namun demikian kepadatan dapat dihitung dari
kecepatan dan volume, yang mempunyai bentuk hubungan sebagai ditunjukkan
pada Rumus 3.6 dan Rumus 3.7.
F=SxD Rumus 3.6
F
D= Rumus 3.7
S
dengan:
F = Arus lalu lintas (smp/jam atau kend/jam),
S = Kecepatan tengah berdasarkan ruang (km/jam),
D = Kepadatan (smp/km atau kend/km).
Karakteristik Arus Lalu Lintas 37
da
S= Rumus 3.10
ha
dengan:
D = kepadatan lalu lintas (smp/km/lajur),
S = kecepatan rata (km/jam),
F = arus lalu lintas (smp/jam/lajur),
Da = ruang rata-rata (m),
ha = jarak antara kendaraan rata-rata (detik).
Karakteristik Arus Lalu Lintas 38
Ukuran mikroskopik berguna untuk beberapa analisis lalu lintas. Hal ini
karena ruang dan jarak antar kendaraan diperoleh dari pasangan setiap kendaraan,
sejumlah data dapat dikumpulkan dalam periode yang singkat. Penggunaan
ukuran mikroskopik juga memberikan informasi tentang berbagai jenis
kendararaan untuk dipilah. Mobil penumpang maupun truk dapat dipilah-pilah
untuk di bandingkan tentang karakteristiknya dengan menggunakan pengukuran
ruang dan jarak antar kendaraan.
Perlu diketahui arus “nol” (tidak ada arus) terjadi dalam dua kondisi.
Ketika tidak ada kendaraan di jalan raya berarti kepadatannya nol, dimana
kecepatan teoritis didasarkan kepada “kecepatan arus bebas” (free-flow speed)
yang merupakan kecepatan tertinggi bagi kendaraan yang sendirian. Namun
demikian arus “nol” juga terjadi ketika kepadatan begitu tinggi sehingga
kendaraan yang akan bergerak harus berhenti sehingga terjadi kemacetan lalu
lintas yang disebut dengan istilah traffic jam. Pada kondisi ini semua kendaraan
berhenti sehingga tidak ada kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan tersebut.
Puncak dari kurva kecepatan-arus dan kepadatan-arus adalah arus
maksimum yang mungkin atau yang disebut dengan istilah kapasitas. Kecepatan
dan kepadatan yang terjadi pada saat mencapai kapasitas disebut dengan istilah
kecepatan kritis (critical speed) dan kepadatan kritis (critical density).
120.000
LHR (smp/hari)
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
Minggu
Senin
Jum'at
Kamis
Rabu
Selasa
Sabtu
HARI
8.000
6.000
4.000
2.000
-
06.00-07.00
07.00-08.00
08.00-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00
23.00-24.00
00.00-01.00
01.00-02.00
02.00-03.00
03.00-04.00
04.00-05.00
05.00-06.00
PIAS WAKTU
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
06.00-06.15
07.00-07.15
08.00-08.15
09.00-09.15
10.00-10.15
11.00-11.15
12.00-12.15
13.00-13.15
14.00-14.15
15.00-15.15
16.00-16.15
17.00-17.15
18.00-18.15
19.00-19.15
20.00-20.15
21.00-21.15
22.00-22.15
23.00-23.15
00.00-24.15
01.00-01.15
02.00-02.15
03.00-03.15
04.00-04.15
05.00-05.15
PIAS WAKTU
Gambar 3.6 Arus Lalu lintas dengan pias waktu pengamatan 15 menit.
Arus lalu lintas dapat juga diamati dengan pias waktu kurang dari satu
jam. Pengamatan ini dilakukan dengan pias waktu 15 menitan untuk ruas jalan
dan 5 menitan untuk simpang. Cara ini biasanya digunakan untuk mengetahui
karakteritik yang lebih rinci dari volume jam puncak. Contoh karakteristik
pengamatan arus dengan pias waktu 15 menitan sebagaimana ditampilkan pada
Gambar 3.6. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa fluktuasi arus relative lebih
besar rentang simpangan yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pias 15
menitan dapat menjelaskan lebih tajam tentang kondisi jam puncak.