Anda di halaman 1dari 2

Prosedur Standar Tindakan Pungsi Efusi Pleura

A. Persiapan
1. Pasien
Sebelum memulai tindakan, seorang klinisi harus memberikan penjelasan kepada pasien
tentang apa yang akan dilakukan, tujuan tindakan, serta risiko yang mungkin terjadi.
Selanjutnya adalah menentukan lokasi pungsi dengan cara pemeriksaan fisis dan foto thoraks.
Untuk membedakan efusi pleura dan pneumotoraks diperlukan pemeriksaan fisis yang
cermat, karena jenis kelainan akan menentukan lokasi pungsi. Pada efusi pleura, pungsi
dilakukan ditempat yang paling pekak (redup). Pada pneumotoraks, pungsi dilakukan di
tempat tertinggi, dan dapat dilakukan di garis aksilaris anterior ataupun posterior. Setelah
pemeriksaan fisis dilakukan foto thoraks posteroanterior dengan posisi tegak dan lateral
dekubitus dengan sinar horizontal posteroanterior.
Pungsi bisa dilakukan di garis aksilaris anterior ataupun posterior. Tusukan di garis
aksilaris anterior harus dilakukan diatas tulang iga agar tidak mengenai pembuluh darah dan
saraf interkostal. Bila tusukan dilakukan di garis aksilaris posterior, maka pungsi dilakukan di
bawah tulang iga. Dalam memilih sisi untuk pungsi perlu dipertimbangkan bentuk rongga
dada pasien. Perlu berhati-hati agar jarum tidak mengenai pembuluh darah atau diafragma.
2. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan, masker, baju operasi, duk steril yang berlubang.
b. Semprit 5cc dengan jarum steril berisi lidokain HCl 1%.
c. Beberapa buah semprit steril 10-20cc.
d. Keran tiga arah (three way-stop clock) steril.
e. Jarum pungsi nomor 18-22 sesuai kebutuhan.
f. Beberapa tabung steril untuk pemeriksaan laboratorium.
B. Pelaksanaan
a. Premedikasi pada pasien, terutama bayi dan anak kecil, dengan sedasi yang adekuat.
b. Pasien didudukan atau dibaringkan dengan kedua lengan terangkat keatas; pada bayi
dan anak kecil lebih disukai posisi berbaring. Pungsi dilakukan di garis mid-aksilaris
sela iga 5,6, atau 7. Pada anak yang lebih besar dan kooperatif, posisi duduk lebih
baik. Pungsi lebih disukai di garis aksilaris posterior sela iga 6,7, atau 8. Pungsi pada
mid-aksilaris dan posterior lebih disukai karena paling sedikit menimbulkan
kerusakan.
c. Tindakan aseptic dan antiseptic daerah pungsi dan sekitarnya.
d. Kain duk steril berlubang diletakkan diatasnya.
e. Anestesi lokal secara infiltrasi.
f. Semprit dengan nomor jarum 18-21 (sesuai kebutuhan) ditusukan tegak lurus dinding
thoraks, sehingga adanya tahanan tidak terasa lagi (lebih kurang 1-2cm). Posisi
semprit dalam keadaan siap menghisap, sehingga bila jarum telah mencapai rongga
pleura, cairan/udara dalam rongga segera terhisap dengan sendirinya.
g. Apabila cairan yang keluar purulen, maka jarum dapat diganti dengan jarum yang
lebih besaragar cairan lebih mudah keluar. Kemudian dihubungkan dengan kerantiga
arah dan selang penghubungnya.
h. Bila tujuan pungsi semata-mata untuk diagnostic, maka semprit diganti, jarum tetap.
Cairan yang didapat kemudian diperiksa.
i. Bila tujuannya adalah diagnostic dan terapetik, maka dipasang keran tiga arah dan
selang penghubungnya untuk dapat mengeluarkan cairan sebanyak-banyaknya.
j. Tampung cairan yang didapat secukupnya dalam botol steril, periksa di laboratorium.
k. Bekas tusukan dirawat dan ditutup kasa steril.
C. Pengawasan Paska Tindakan
a. Dilakukan foto toraks secepatnya untuk melihat keberhasilan dari pungsi tersebut.
b. Amati komplikasi yang mungkin terjadi.
D. Komplikasi
a. Pneumotoraks
b. Hematotoraks
c. Infeksi.

Anda mungkin juga menyukai