TMP - 22141 Ipi415460 1804104652 PDF
TMP - 22141 Ipi415460 1804104652 PDF
1)
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
2)
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
INTISARI
Hiperinsulinemia sering mengawali terjadinya resistensi insulin pada pasien DM tipe 2.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perlakuan human insulin jangka panjang dalam
menginduksi terjadinya hiperglikemik dan resistensi insulin pada tikus jantan galur Wistar.
Sebelum percobaan, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 2 jam setelah pembebanan
glukosa 2 g/KgBB. Human insulin (0,45 – 1,80) IU/KgBB/hari diberikan pada tikus secara
subkutan setiap hari selama 14 hari. Selanjutnya, human insulin 1,8 IU/KgBB/hari juga diberikan
dalam jangka waktu 7, 14 dan21 hari. Pada akhir percobaan, kembali dilakukan pengukuran kadar
glukosa darah 2 jam setelah pembebanan glukosa. Pengaruh perlakuan human insulin jangka
panjang terhadap kadar glukosa darah post prandial ditentukan dengan membandingkan data kadar
glukosa darah sebelum dan setelah perlakuan secara statistik. Resistensi insulin ditetapkan dengan
membandingkan efek hipoglikemik glibenklamid 10 mg/KgBB dengan kelompok kontrol. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa perlakuan human insulin dosis 1,80 IU/KgBB/hari selama 14 hari
mampu meningkatkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar sampai pada 126,369
mg/dL(p<0,05) dengan pola tidak tergantung lama waktu pemberian.Rata-rata % efek
hipoglikemik glibenklamid 10 mg/KgBB pada tikus yang mendapatkan perlakuan dengan human
insulin 1,80 IU/KgBB/hari adalah sebesar 18, 31%, lebih kecil bila dibandingkan kontrol (62,20%)
(p<0,05).
Kata Kunci : Human insulin, resistensi insulin, model hewan percobaan DM tipe 2
ABSTRACT
Hyperinsulinemia may precede insulin resistance in patients with Type 2 diabetes. In this
study, we tried to reveal an influence of long-term treatment of human insulin to hyperglycemic
and insulin resistance in male Wistar rats. Before the experiment, blood-glucose levels measured
two hours after 2 g/Kg glucose imposition. Rats receive human insulin (0.45-1.80) IU/KgBW/day
subcutaneously every day for 14 days. Furthermore, human insulin 1.8 IU/KgBW/day also
provide a period of7,14and 21days. At theend of the experiment,we mademeasurements ofblood-
glucoselevelstwo hoursafterthe imposition glucose.There are, the influence oflong-termtreatment
of human insulin determined bycomparing the blood-glucoselevelsbeforeandafter insulin
treatment. Insulin resistance isdeterminedby comparing thehypoglycemiceffect of glibenclamide
10 mg/Kg BW to the control group. The results concluded that the humaninsulin1.80
IU/KgBW/day treatment for 14dayscan improveblood-glucoselevel'sWistarmale ratsup
to126.369mg/dL(p<0.05)withpatternsdoes notdepend onthe length of timeof administration.The
averageof % hypoglycemiceffect of glibenclamide10mg/kgBW in ratswhoreceived treatment with
human insulin 1.80IU/kg BW/dayswereat 18,31%,smaller thancontrols (62.20%) (p<0.05).
Decrease in hypoglycemic effects of glibenclamide 10 mg/kg BW caused by mice has insulin
resistance might be due to a result of long-term insulin administration.
Keywords : Human insulin, insulin resistance, Type 2 diabetes animal models
16
orang dewasa pada tahun 2010 adalah Metode uji aktivitas antidiabetes tipe 2
sebanyak 285 juta orang. Angka kejadian ini berdasarkan resistensi insulin yang lebih
diperkirakan akan terus melonjak. Pada tahun sederhana adalah dengan menggunakan model
2030, diperkirakan angka kejadian DM pada tikus Wistar Fatty Rats (WFR). Tikus WFR
orang dewasa (usia 20 -79 tahun) mencapai dikembangkan dengan cara pemberian asupan
439 juta. Persentase peningkatan ini mencapai glukosa/sukrosa dan pakan tinggi kalori dalam
69% pada masyarakat di negara berkembang waktu jangka panjang. Asupan glukosa jangka
dan 20 % di negara maju (Shawetal., 2010). Di panjang akan meningkatkan respon tubuh
Indonesia, penyakit ini telah diderita oleh lebih dalam mensekresikan insulin sehingga terjadi
dari 2,5 juta orang, dan angka kejadiannya kondisi hiperinsulinemia dalam jangka waktu
diperkirakan akan terus bertambah. yang relatif lama. Pada keadaan ini, kadar
Sebagian besar jenis DMyang diderita glukosa darah cenderung berada dalam rentang
oleh orang di seluruh dunia adalah DM tipe 2. normal, sementara itu jumlah reseptor insulin
Penyebab utama dari DM tipe 2 adalah dan sensitifitas jaringan terhadap insulin relatif
gangguan metabolik yang ditandai dengan berkurang, sehingga akan terjadi resistensi
terjadinya resistensi reseptor insulin dan insulin yang semakin memburuk dan tingginya
berkurangnya kemampuan sel β–pankreas kadar glukosa darah yang memicu DM (Abdul-
dalam mensekresikan insulin. Patofisiologi Ghani dan DeFronzo, 2010).Berdasarkan
DM tipe 2 ditandai dengan terjadinya resistensi patofisiologi dan metode Tikus WFR, muncul
insulin pada jaringan tubuh dan atau adanya suatu pertanyaan mengenai hubungan
gangguan / abnormalitas sekresi insulin dari penggunaan insulin jangka panjang dengan
sel β pulau langerhans pangkreas (Thevenod, terjadinya resistensi insulin yang
2008). Berbagai laporan penelitian mengakibatkan terjadinya DM secara in vivo.
menyimpulkan bahwa resistensi insulin Penelitian ini merupakan penelitian
mengawali perkembangan keadaan pendahuluan untuk pengembangan metode
hiperglikemik pada orang-orang yang baru dalam membuat model hewan percobaan
mengalami DM tipe 2 (Abdul-Ghani dan diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami
DeFronzo, 2010; Choi dan Kim, 2010). resistensi insulin karena pemberian insulin
Tingginya kadar glukosa darah pada eksogen jangka panjang. Secara khusus,
penderita DM tipe 2 lebih sering disebabkan penelitian ini mencoba membuktikan
karena terjadinya resistensi insulin pada kemampuan insulin yang diberikan dalam
jarigan perifer, sehingga kebanyakan glukosa jangka panjang untuk menginduksi terjadinya
gagal dibawa masuk ke dalam sel (Thevenod, peningkatan kadar glukosa darah dan resistensi
2008). Metodelogi penelitian aktivitas insulin pada tikus jantan galur Wistar. Jika
antidiabetes yang berhubungan dengan memenuhi berbagai persyaratan sebagai
resistensi insuin relatif masih sedikit. Pesatnya model, metode tikus diabetes yang mengalami
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi resistensi insulin karena pemberian insulin
di bidang biologi molekuler telah jangka panjang ini diprediksi akan lebih
memungkinkan dikebangkannya berbagai banyak digunakan dalam penelitian pengujian
metodelogi uji aktivitas antidiabetes calon obat baru untuk antidiabetes tipe 2.
berdasarkan patofisiologi resistensi insulin, Prediksi ini menjadi logis disebabkan karena
diantaranya menggunakan hewan percobaan kemampuan model ini yang lebih cepat dalam
khusus yang telah manipulasi secara genetik. menginduksi terjadinya resistensi insulin dari
Metode tersebut diantaranya adalah metode hewan percobaan diabetes mellitus tipe
menggunakan metode spontaneous diabetic 2 lainnya.
rats dengan menggunakan tikus biobreding
(BB), WBN/KOB rats, Goto-Kakizaki rats METODE PENELITIAN
yang merupakan tikus non-obesitas yang
mengalami resistensi insulin (Srinivasan dan Rancangan dan variabel Penelitian
Ramarao, 2007). Akan tetapi, metode ini Penelitian ini merupakan penelitian
belum dapat diterapkan di seluruh dunia, eksperimental dengan menggunakan rancangan
terutama di Indonesia yang dikarenakan randomized matched two grouppretest-posttest
ketersediaan hewan uji ini masih jarang dan design (rancangan eksperimental ulang).
memiliki metode yang sulit untuk Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok
dikembangkan. tikus yang diberikan perlakuan human insulin
17
dengan variasi dosis dan lama perlakuan serta galur wistar. Dua puluh empat ekor tikus
kelompok kontrol. Untuk mengukur terjadinya jantan dipilih secara acak, kemudian dibagi
peningkatan kadar glukosa darah, pengambilan dalam tiga kelompok dosis human insulin (tiap
sampel dan pemeriksaan kadar glukosa darah kelompok terdiri dari 6 ekor tikus) dan satu
pada masing-masing tikus dilakukan sebelum kelompok kontrol (6 ekor tikus). Sebelum
dan setelah perlakuan human insulin dengan perlakuan human insulin, dilakukan
variasi dosis dan lama perlakuan.Terjadinya pengukuran kadar glukosa darah 2 jam setelah
resistensi insulin diukur berdasarkan lebih pemberian asupan glukosa dosis 2 g/KgBB per
rendahnya % efek hipoglikemik glibenklamid oral pada masing-masing tikus kelompok
10 mg/KgBB pada kelompok perlakuan human perlakuan dan kelompok kontrol. Selanjutnya
insulin dibandingkan dengan kelompok kontrol tiga peringkat dosis human insulin (0,45; 0,90
pada akhir percobaan.Penelitian dilaksanakan dan 1,8 IU/KgBB/hari) diinjeksikan pada tikus
di laboratorium Farmakologi dan Toksikologi secara subkutan selama 14 hari, sedangkan
Universitas Wahid Hasyim Semarang pada kelompok kontrol diinjeksikan dengan
bulan Agustus – November 2011. akuabides 0,25 mL/200 g/hari secara subkutan
selama 14 hari dengan tetap diberikan
makanan dan minuman. Selanjutnya, tikus
Bahan dan Alat Penelitian
dibiarkan selama 3 hari. Pada hari ke-18
Hewan uji yang digunakan adalah tikus
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 2
jantan galur wistar (diperoleh dari
jam setelah pemberian asupan glukosa dosis 2
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
g/KgBB.
Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Penelitian tahap kedua dilakukan untuk
Semarang) usia 2-3 bulan, dengan berat badan
mengamati pengaruh lama perlakuan human
200 – 250 g. Tikus dipelihara dalam kondisi
insulin terhadap peningkatan kadar glukosa
laboratorium dengan pemberian pakan standar
darah 2 jam setelah pembebanan glukosa 2
BR2 dan minum akuades ad.libitum dengan
g/KgBB pada tikus jantan galur Wistar. Selain
pengaturan cahaya terang-gelap (12:12) jam.
itu, pada akhir penelitian ini dilakukan uji efek
Human insulin yang digunakan adalah
hipoglikemik glibenklamid 10 mg/KgBB
insulin kerja panjang (Lantus®/Insulin
untuk melihat terjadinya resistensi insulin.
glargine) yang dibeli dari Apotek Kimia
Sebanyak 36 ekor tikus dipilih secara acak dan
Farma di kota Semarang. Bahan kimia lain
dibagi kedalam tiga kelompok lama perlakuan
yang digunakan adalah glukosa anhidrat
(tiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus) dan
(Pharmaceutical grade PT. Brataco Chemical,
tiga kelompok kontrol (tikus diperlakukan
Semarang), reagen GOD-PAP dari Diagnostic
dengan pemberian akuabides dosis 0,25
Systems International (Diasys), yang terdiri
mL/200 g secara subkutan). Dosis human
dari : (1) Monoreagen (dapar fosfat (pH 7,5)
insulin yang digunakan adalah 1,80
250 mmol/L; fenol 5 mmol/L; 4-
IU/KgBB/hari. Sebelum penelitian dimulai,
aminoantipirin 0,5 mmol/L; glukose oksidase
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 2
>10 mmol/L; peroksidase >1 mmol/L) dan (2)
jam setelah pemberian asupan glukosa dosis 2
larutan glukosa standar 100 mg/dL atau 5,55
g/KgBB per oral pada masing-masing tikus
mmol/L (Diasys). Berbagai peralatan yang
setiap kelompok lama perlakuan dan kontrol.
digunakan dalam penelitian ini adalah
Human insulin diinjeksikan pada masing-
seperangkat alat gelas, timbangan tikus
masing tikus secara subkutan selama 7, 14 dan
(Acyss), spuit injeksi oral, tabung eppendroph,
21 hari pada tiga kelompok lama perlakuan
scalpel, vial, pipet volume (Pyrex), pipet mikro
dengan tetap diberikan makanan dan minuman.
berbagai ukuran dan spektrofotometer UV-Vis
Setelah perlakuan insulin selesai dilakukan,
(Genesys).
tikus dibiarkan selama 3 hari dan kemudian
dilakukan pengukuran kadar glukosa darah 2
Jalannya Penelitian
jam setelah pemberian asupan glukosa dosis 2
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap.
g/KgBB per oral. Hari ke-4 setelah perlakuan
Penelitian tahap pertama dilakukan untuk
insulin jangka panjang dilakukan penetapan
mengamati pengaruh perlakuan human
keadaan resistensi insulin. Parameter resistensi
insulindosis (0.45; 0,90 dan 1,80)
insulin adalah efek hipoglikemik glibenklamid
IU/KgBB/hari selama 14 hariterhadap
10 mg/KgBB kelompok perlakuan human
peningkatan kadar glukosa darah 2 jam setelah
pemberian glukosa 2 g/KgBB pada tikus jantan
18
insulin lebih kecil dari pada kelompok kontrol jam setelah pembebanan glukosa 2 g/KgBB
(p<0,05). hari ke-3 setelah perlakuan insulin dengan
kadar glukosa darah pada hari ke-4 (setelah
Data penelitian pemberian glibenklamid).
Data primer dalam penelitian ini adalah
kadar glukosadarah (mg/dL) 2 jam setelah
pemberian asupan glukosa dosis 2 g/KgBB
tikus yang diukur sebelum dan setelah
perlakuan human insulin jangka panjang, baik ( )
pada kelompok perlakuan maupun kelompok
Keterangan :
kontrol. Selain itu, kadar glukosa darah pada
penetapan efek hipoglikemik glibenklamid P = kadar glukosa darah 2 jam setelah
dosis 10 mg/KgBB juga merupakan data utama pembebanan glukosa 2 g/KgBB
dalam penelitian ini. Kadar glukosa darah peroral pada hari ke-3 setelah
ditetapkan secara enzimatik dengan perlakuan human insulin
menggunakan metode GOD-PAP. Prinsip
penetapan kadar glukosa dengan metode ini Q = kadar glukosa darah 2 jam setelah
adalah terjadinya reaksi antara glukosa dengan pembebanan glukosa 2 g/KgBB
reagen GOD-PAP yang menghasilkan senyawa peroral pada uji hipoglikemik
komplek berwarna kuinonimin yang dapat glibenklamid 10 mg/KgBB (hari ke-
diukur dengan alat spektrofotometer visibel. 4 setelah perlakuan human insulin)
Sampel darah sebanyak 1,0 mL diambil
dari vena lateralis ekor tikus dan ditampung Analisa statistik yang digunakan untuk
dalam tabung eppendroph yang telah ditetesi membandingkan kadar glukosa darah sebelum
dengan satu tetes larutan antikoagulan EDTA. dan setelah perlakuan human insulin adalah uji
Selanjutnya, sampel darah disentrifugasi t berpasangan dan uji Wilcoxon, dengan taraf
dengan kecepatan 3.000 rpm selama 3 menit. kepercayaan 95%. Perbedaan efek
Serum diambil sebanyak 20,0 µL dari sampel hipoglikemik glibenklamid 10 mg/KgBB
dan dicampur dengan 10 mL TCA.Campuran antara kelompok lama perlakuan human
tersebut kemudian direaksikan secara insulin dengan kelompok kontrol dianalisa
enzimatis dengan 2,0 mL reagen GOD-PAP dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan
dan divortex selama ± 10 detik. Langkah dengan uji Mann-Whitney pada taraf
selanjutnya adalah dilakukan inkubasi pada kepercayaan 95%. Adanya perbedaan yang
suhu 37 °C selama 105 menit dan serapan signifikan ditandai dengan nilai signifikansi
dibaca pada λ maksimal 505 nm. (p< 0,05).
Analisa Data
Data yang dikumpulkan untuk HASIL PENELITIAN
pengukuran kadar glukosa darah berupa data
serapan yang terbaca pada spektrofotometri Pengaruh Perlakuan Human Insulin selama
visibel. Kemudian nilai serapan ini diubah 14 Hari terhadap Kadar Glukosa Darah 2
menjadi kadar glukosa darah (mg/dL) dengan Jam setelah Pembebanan Glukosa 2 g/Kg
menggunakan rumus: (Bhoja, 2009) BB
19
Perlakuan human insulin 1,80 IU/KgBB/hari sebesar (126,369 ± 9,250) mg/dL dan
selama 14 hari secara signifikan meningkatkan mengalami peningkatan sampai lebih dari 50,0
rata-rata kadar glukosa darah 2 jam setelah mg/dL.
pembebanan glukosa 2 g/KgBB. Rata-rata
kadar glukosa darah setelah perlakuan insulin
human insulin 1,80 IU/KgBB/hari adalah
160
Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
140 *
126.369
120
98.517 Rata-rata kadar
100 85.608 Glukosa Darah
80.966 (mg/dL) sebelum
75.580
80 69.369 67.225 perlakuan insulin
60 *
45.311
Rata-rata kadar
40
glukosa darah
20 (mg/dL) setelah
perlakuan insulin
0 selama 14 hari
Kontrol Human insulin 0,45 IU/KgBB Human insulin 0,90 IU/KgBB Human insulin 1,80 IU/KgBB
Gambar 1. Perbandingkan kadar glukosa darah (mg/kgBB) 2 jam pembebanan glukosa 2 g/KgBB
peroral pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan insulin dosis (0,45; 0,90 dan
1,80) IU/KgBB/hari selama 14 hari. Kadar glukosa merupakan nilai rata-rata ± SEM
(n=6). * Hasil uji t berpasangan menunjukan adanya perbedaan yang bermkana
dengan kadar glukosa darah sebelum perlakuan (p<0,05).
Pengaruh Lama Perlakuan Human Insulin (gambar 2). Peningkatan kadar glukosa darah
1,80 IU/KgBB terhadap Kadar Glukosa tertinggi adalah pada perlakuan human insulin
Darah 2 jam setelah Pembebanan Glukosa selama 14 hari. Hal ini tidak terlihat pada
2 g/KgBB kelompok kontrol, dimana rata-rata kadar
glukosa darah setelah pembebanan glukosa
Perlakuan human insulin 1,8 pada akhir perlakuan tidak mengalami
IU/KgBB/hari pada berbagai rentang waktu peningkatan yang signifikan (p>0,05). Hasil
pemberian mampu menginduksi terjadinya penelitian ini menyimpulkan bahwa perlakuan
peningkatan rata-rata kadar glukosa darah 2 human insulin mampu mengacaukan
jam setelah pembebanan glukosa 2 g/KgBB metabolisme glukosa tikus jantan galur Wistar.
(p<0,05) dengan pola tidak tergantung waktu
20
160
140
126.369 *
Rata-rata kadar
Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
0
kontrol 7 hari Insulin 1,8 kontrol 14 hari Insulin 1,8 kontrol 21 hari Insulin 1,8
IU/KgBB 7 hari IU/KgBB 14 hari IU/KgBB 21 hari
Gambar 2. Perbandingkan rata-rata kadar glukosa darah (mg/kgBB) 2 jam setelah pembebanan
glukosa 2 g/KgBB peroral pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan insulin
1,80 IU/KgBB/hari selama 7, 14 dan 21 hari. Kadar glukosa merupakan nilai rata-rata
± SEM (n=6). * Hasil uji Wilcoxon menunjukan adanya perbedaan yang bermakna
dengan rata-rata kadar glukosa darah sebelum perlakuan (p<0,05).
21
70 65.66 62.20
% Efek Hipoglikemik Glibenklamid 10
60
47.68
50 kontrol
39.79
35.98
mg/KgBB
40
Insulin 1,80
30 *
18.31 IU/KgBB
20
10
0
Perlakuan selama 7 hari Perlakuan selama 14 hari Perlakuan selama 21 hari
22
mengembalikan keadaan resistensi reseptor M,D.,1982. Control of insulin
insulin pada otot rangka (Abdul-Ghani dan receptor level in 3T3 cells: effect of
DeFronzo, 2010). insulin-induced down-regulation and
dexamethasone-induced up-
regulation on rate of receptor
KESIMPULAN inactivation. Proceedings of the
National Academy of Sciences of the
1. Perlakuan human insulin dosis 1,80 United States of America. 79(9):
IU/KgBB selama 14 hari mampu 2822-2826.
meningkatkan kadar glukosa darah tikus Mahler, R. and Adler, M., 1999. Type 2
jantan galur Wistar sampai pada 126,369 diabetes mellitus: update on
mg/dL (masuk dalam range diabetes) diagnosis,pathophysiology, and
dengan pola tidak tergantung lama waktu treatment. J Clin Endocrinol Metab.
pemberian. 84(4): 1165-71.
2. Perlakuan human insulin 1,80 IU/KgBB Ruzzin, J., Wagman, A.S. and Jensen, J., 2005.
pada tikus jantan galur Wistar mampu Glucocorticoid-induced insulin
menginduksi terjadinya resistensi insulin resistance in skeletal muscles: defects
dan mengakibatkan rata-rata % efek in insulin signalling and the effects of
hipoglikemik glibenklamid 10 mg/KgBB a selective glycogen synthase kinase-
yang lebih kecil (sebesar 18, 31%) 3 inhibitor. Diabetologia. 48(10):
dibandingkan kontrol (62,20%). 2119-2130.
Shaw, J.E., Sicree, R.A. and Zimmet, P.Z.,
2010. Diabetes atlas : Global
DAFTAR PUSTAKA estimates of the prevalence of
diabetes for 2010 and 2030,diabetes
Abdul-Ghani, M. and DeFronzo, R., 2010. research and clinical practice, 87: 4-
Pathogenesis of insulin resistance in 14.
skeletal muscle. J Biomed and Srinivasan, K. and Ramarao, P., 2007. Animal
Biotech. 2010: 1-19. models in type 2 diabetes research :
Akinchi, F., Yildrim, A., Gozu, H., Sargin, H., An overview. Indian J Med Res. 125 :
Orbay. E. and Sargin, M., 2008. 451-472.
Assessment of health-related quality Thevenod, F., 2008. Pathophysiology of
of life (HRQoL) of patient with type diabetes mellitus type 2: roles of
2 diabetes in turkey, Diabetes Res obesity, insulin resistance and β –cell
Clin Pract. 79: 117-23. dysfunction.Diabetes 19(1) : 1-18.
Bhoja, Y.L., 2009. Efek hipoglikemik ekstrak Vogel, H.G., 2002. Drug Discovery and
etanolik daun lenglengan (Leucas Evaluation: Pharmacological Assays.
lavandulaefolia JE. Smith) terhadap Second Edition. New York: Springer
tikus jantan galur Wistar yang diberi Berlin-Heidelberg.
glukosa berlebih.Skripsi. Fakultas Waspadji, S., 2007. Diabetes Mellitus:
Farmasi. Universitas Wahid Hasyim Mekanisme Dasar dan
Semarang. Pengelolaannya Yang Rasional,
Choi, K. and Kim, Y., 2010. Molecular Dalam Soegondo S. Soewondo P. dan
mechanism of insulin resistance in Subekti, I. 2007, Penatalaksanaan
obesity and type 2 diabetes. Korean J Diabetes Mellitus Terpadu, Cetakan
Intern Med. 25(2): 119-129. ke-6,
Knutson, V.P., Ronnett, G.V. and Lane,
23