Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Berbicara tentang infeksi HIV dan AIDS

Beberapa Tips bagi Penyuluh HIV - AIDS

1.Pemahaman dasar komunikasi yang efektif


Dalam berkomunikasi ada orang yang memberi pesan (pemberi pesan), bagaimana pesan disampaikan
(saluran), pesan yang disampaikan, orang yang menerima pesan (penerima pesan), dan umpan balik terhadap
pesan. Semua komunikasi memiliki tujuan komunikasinya. Agar terjadi suatu komunikasi maka perlu
diperhatikan:
 Pesan yang disampaikan diusahakan sesingkat dan sesederhana mungkin ( KISS=Keep it Simple and
Short) sehingga mudah dipahami
 Pemberi informasi memahami benar pesan apa yang ingin disampaikan
 Bagaimana pesan disampaikan misalnya dengan ucapan kata, gerak, tulisan, gambar/symbol, suara,
atau bunyi-bunyian
 Kemampuan menerima pesan bagi penerima pesan sebagaimana yang diharapkan pemberi pesan
(dapat dipengaruhi oleh siakp, pengalaman, kebutuhan, dan nilai-nilai yang dianut penerima pesan)
 Tujuan komunikasi, apakah untuk memberi informasi, berbagi pengalaman, mendapatkan informasi,
mempererat hubungan, memberi instruksi, melakukan perubahan
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi di mana:
 Penerima pesan memahami pesan yang dikomunkasikan sesuai dengan yang diharapkan pemberi
pesan
 Tidak semua komunikasi bertujuan menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Adapula
komunikasi yang dilakukan agar hubungan lebih akrab, hangat, menyenangkan dan lebih baik secara
pribadi.
 Komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka mengambil keputusan
positif dalam kehidupan mereka.
 Komunikasi untuk mendorong orang bertindak

2. Komunikasi Verbal dan non Verbal


 Komunikasi dibedakan antara komunikasi verbal (dengan kata dan ucapan) dan komunikasi non verbal
(tanpa kata dan ucapan)
 Termasuk dalam komunikasi non verbal adalah bahasa tubuh yang meliputi gesture, ekspresi wajah,
postur, orientasi tubuh, kedekatan jarak, kontak mata, dan cara berpakaian.
 Komunikasi verbal juga dapat berbeda-beda arti tergantung dari cara mengucapkannya yang
dipengaruhi oleh intonasi/nada suara, volume suara, dengan kerutan muka, dengan tarikan dan
hembuan nafas, kecepatan berbicara, dengan senyum, bedehem dan perilaku non verbal lainnya.

1
3. Butir-butir penting yang perlu diperhatikan saat berbicara tentang infeksi HIV dan AIDS
 Pengembangan suasana yang nyaman dan akrab (rapport). Ini biasanya dilakukan dengan tegur
sapa yang disertai senyum keramahan, memperkenalkan nama dan maksud maupun tujuan
percakapan, dilanjutkan dengan berbasa-basi membicarakan hal-hal umum dan netral seperti misalnya
tentang cuaca, kemudian mengarah ke pokok pembicaraan.
 Penyampaian pesan atau informasi. Dilakukan dengan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti (tidak menggunakan istilah teknis/asing), singkat dan jelas.
 Mencek ulang pesan/informasi yang disampaikan untuk klarifikasi . Pesan/informasi yang
disampaikan dicek ulang apakah dimengerti sehingga jelas. Bila ada kesalah-pahaman maka dikoreksi
dengan mengulang dan menekankan kembali.
 Mengkaitkan pesan/informasi. Seringkali dalam percakapan yang suah begitu larut dan jauh perlu
diingatkan kembali pesan-pesan yang dikemukakan terlebih dahulu atau selalu mengkaitkan pesan-
pesan terdahulu dengan pesan-pesan lainnya.
 Mengkaitan pesan/informasi dengan realita kehidupan. Pesan-pesan yang disampaikan
sebaiknya “membumi” artinya pesan-pesan tersebut terkait dengan realita kehidupan dan situasi
sesungguhnya orang yang terinfeksi HIV.
 Merangkum dan menyimpulkan isi percakapan. Diusahakan agar percakapan tidak melantur
kemana-mana maka dilakukan rangkuman percakapan dan pada akhirnya mengambil butir-butir intisari
percakapan.
 Bersikap empati, tulus, menghargai, menerima dan tidak menghakimi . Usahakan percakapan
dilakukan dengan membayangkan bagaimana perasaan dan pemikiran orang yang diajak bicara namun
tidak terlalu berlebihan mengekspresikannya sebab mereka lebih nyaman bila kita bersikap wajar,
pengertian dan peka serta menerima mereka apa adanya tanpa mempertanyakan gaya hidup atau
orientasi seksualnya. Ada orang yang cukup peka dalam membaca reaksi dan respon Anda yang
berlebihan sehingga mencerminkan seolah-olah dibuat-buat. Sikap yang tulus adalah hal yang sangat
ia harapkan, apalagi bila Anda juga bisa menghargainya dan tidak membedakan atau
membandingkannya dengan orang lain.
 Memperhatikan perilaku non verbal. Perhatikan perilaku non verbal diri Anda dan respon nya
terhadap perilaku Anda. Sebaliknya pelajari perilaku non verbal mereka dan coba pelajari apa
maknanya, bila perlu ajukan pertanyaan untuk klarifikasi sebelum Anda memberi respon lebih lanjut.
 Mendengarkan apa yang tidak terucapkan. Di dalam mendengarkan secara aktif kita tidak saja
mendengarkan secara harafiah apa yang diucapakan serta menelan begitu saja akan tetapi coba
mencermati apa makna dari kata-kata yang diucapkan serta membaca perilaku non verbalnya. Contoh:
“Saya tidak dapat memaksa suami saya untuk memakai Kondom ” makna di balik ucapannya ini adalah
sang istri takut terinfeksi ulang HIV.
 Mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi/data pribadi. Kadang-kadang kita
membutuhkan informasi/data pribadi dari mereka. Berwaspadalah dalam mengajukan pertanyaan untuk
menggali informasi yang bersifat peka dan sangat pribadi. Cara yang biasanya tidak menyinggung
perasaan adalah dengan meminta maaf sebelumnya dan memberi alasan mengapa perlu
menanyakannya serta relavansinya dengan isi percakapan. Contoh: “ Infeksi HIV dapat terjadi saat
melakukan hubungan seks vaginal tanpa pelindung; hubungan seks melalui anus tanpa pelindung dan
ejakulasi di dalam mempunyai risiko yang lebih tinggi bagi yang menerima daripada yang memasukkan
penis.Bagaimana keadaannya dengan Anda? ” pertanyaan ini lebih halus daripada
menanyakan :”Apakah Anda yang disodomi atau Anda yang mensodomi tanpa kondom dan keluar
dalam dubur?” Berwaspadalah juga dalam merumuskan kata-kata dan menanyakan hal yang hanya
untuk memenuhi keingintahuan kita. Misalnya “ Kenapa Anda bisa terinfeksi HIV? ” Pertanyaan
semacam ini sering membuat orang yang terinfeksi HIV enggan atau risih menjawabnya karena
menurut mereka penyebab mereka terinfeksi tidaklah penting lagi sebab kenyataannya mereka sudah
terinfeksi dan ini dapat membangkitkan rasa pedih saat dinyatakan terinfeksi. Selanjutnya bila
mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata “Mengapa” seringkali membuat orang merasa

2
seolah-olah diadili. Kita dapat merumuskan pertanyaannya dengan cara yang lebih halus seperti
misalnya: “Apa yang membuat Anda . . . . ? ” atau “Apa yang mendorong Anda untuk . . . ? ”, “Apa yang
membuat Anda sampai berpikir demikian? ”. Dalam rangka menggali informasi ada baiknya juga kita
mengajukan pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban berupa uraian.
Contohnya: “Coba ceritakan upaya apa saja yang Anda lakukan untuk menjaga diri agar tetap seha?t”
 Tidak memaksakan nilai pribadi. Harus disadari bahwa setiap orang berbeda dan memiliki
permasalahan serta nilai-nilai pribadi yang berbeda pula. Walaupun Anda sama-sama laki-laki, pecandu
narkoba suntik yang terinfeksi melalui penggunaan jarum suntik bersamaan dan mempunyai perilaku
MSM, akan tetapi belum tentu Anda mempunyai perasaan dan nilai-nilai pribadi yang sama dengan
orang yang Anda ajak berbicara. Janganlah memaksakan nilai-nilai pribadi Anda kepadanya. Selain itu
berwaspadalah jangan Anda berasumsi bahwa Anda sama dengan dia, sebab apa yang Anda rasakan
dan pikirkan belum tentu sama seperti yang ia rasakan dan pikirkan.
 Berilah dukungan dan motivasi. Kadang-kadang yang diajak berkomunikasi dalam keadaan bingung,
cemas, takut atau tidak berdaya orang yang terinfeksi merasa dirinya tidak berdaya atau bahkan
sampai merasa dirinya sudah tidak misalnya orang yang terinfeksi HIV merasa dirinya tidak berguna
lagi. Berilah dukungan dan motivasi yang sepadan, tidak berlebihan serta tidak menimbulkan
ketergantungan. Dukungan dan pemberian motivasi dapat juga mengangkat kembali rasa percaya diri
serta harga diri.
 Beri kesempatan untuk mengekspresikan diri. Kadang-kadang orang yang diajak berkomunikasi
merasa ingin mengekspresikan perasaannya seperti sedih, marah, kesal, kecewa, dan putus asa.
Sebaiknya jangan menghambat atau menghalanginya dan biarkan dia berekspresi (ventilasai)
 Berikan jaminan kerahasiaan. Adakalanya beberapa hal yang dibicarakan bersifat sangat pribadi dan
peka oleh karena itu perlu dijamin kerahasiaannya. Jagalah kerahasiaannya dan jelaskan bahwa Anda
tidak akan menyampaikan informasi tentang hal yang sangat pribadi dan peka ini kepada orang lain.
Tanyakan hal-hal apa saja yang sebaiknya tidak diteruskan kepada orang lain dan hal-hal yang boleh.
Berikan jaminan bahwa Anda mempertaruhkan reputasi dan pekerjaan Anda sebagai penyuluh untuk
menjaga kerahasiaan.
 Bersikaplah peka dan responsif terhadap distress. Distress adalah hal yang wajar dan dapat
terjadi pada siapapun. Kadang-kadang orang merasa enggan untuk membicarakan hal-hal yang
berkaitan hal tertentu misalnya tentang seksualitasnya karena ini menyebabkan dirinya malu dan
tertekan. Bersikaplah peka terhadap kemungkinan ini dan jangan paksakan orang tersebut untuk terlibat
dalam pembicaraan tentang seksualitasnya. Distress yang cukup berat dapat merusak komunikasi yang
sedang Anda bangun, dan bila hal ini terjadi sebaiknya dihentikan.
 Hindari perdebatan. Perdebatan yang bersifat berbeda pendapat adalah hal yang wajar. Dalam
berkomunikasi tentang HIV dan AIDS sebaiknya hal ini dihindari. Bila ada perbedaan pendapat
hargailah pendapatnya dan bila terdapat perbedaan dalam pemahaman luruskan pemahamannya
dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Janganlah mempertahankan
suatu jawaban karena Anda ingin tidak terlihat bodoh atau tidak mengerti.

Anda mungkin juga menyukai