Anda di halaman 1dari 19

Neuropati DM

Pada kegiatan skill lab ini akan diajarkan mengenai bagaimana memeriksa kelainan neuropati
pada penderita DM.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan dapat
1. Melakukan pemeriksaan monofilament test
2. Melakukan pemeriksaan vibration sensation testing
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan pada
diabetes mellitus (DM). Risiko yang dihadapi pasien DM dengan neuropati antara lain ialah
infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang
menyebabkan bertambahnya angka kesakitan dan kematian yang berakibat pada meningkatnya
biaya pengobatan pasien DM dengan neuropati.
Neuropati diabetic merupakan kelainan yang heterogen, sehingga ditemukan berbagai ragam
klasifikasi. Secara umum neuropati diabetik bergantung pada 2 hal yaitu lama perjalanan
penyakit DM dan menurut jenis serabut saraf yang terkena.
Menurut perjalanan penyakitnya, neuropati DM dibagi menjadi
- Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat
perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologi sehingga
masih reversible.
- Neuropati struktural.klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan
struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversible
- Kematian neuron/tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut saraf
akibat kematian neuron. Pada fase ini sudah ireversibel
- Kerusakan serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke
proksimal, sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh
karena itu lesi distal paling banyak ditemukan.
Menurut jenis serabut saraf yang terkenan :
- Neuropati difus
o Polineuropati sensori-motor simetris distal
o Neuropati otonom
o Neuropati lower limb motor
- Neuropati vocal
o Neuropati kranial
o Radikolopati
o Entrapment neuropati
Fungsi dari serabut saraf besar dapat diperiksa dengan tes rasa getar (vibration testing dengan
garputala) dan rasa tekan dengan monofilament test.

Vibration Sensation Testing dengan garpu Tala 128 Hz

No Aspek yang dinilai 0 1 2


1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan
kaos kaki. Pasien diposisikan berbaring terlentang
7 Pasien diminta untuk tidak melihat ke lokasi
pemeriksaan dengan mengalihkan pandangan ke
tempat lain atau memejamkan mata
8 Menggetarkan garpu tala dengan tangan pemeriksa
9 Meletakan pangkal garpu tala pada prosesus
styloideus ulnaris di pergelangan tangan pasien
atau daerah frontal wajah (dahi). Getaran yang
dirasakan pasien dijadikan standar pemeriksaan
10 Meletakan garpu tala secara tegak lurus dengan
tekanan konstan pada bagian tulang yang menonjol
pada daerah dorsal falang jari pertama kaki

11 Menanyakan kepada pasien apakah merasakan


geratan di kakinya sama seperti yang dirasakan
pada getaran standar. Apabila pasien menjawab
“ya”, lalu mintalah pasien memberi tahu apabila
getaran sudah tidak dirasakan lagi
12 Jika pasien tidak dapat merasakan getaran pada
ibu jari kaki, tes dilakukan kembali pada tempat
yanglebih proksimal seperti maleolus atau
tuberositastibia.
13 Melakukan pemeriksaan serupa pada kaki yang
lain.
14 Merapikan alat.
15 Mencuci tangan.
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Semmes-weinstein Monofilament Test 10 g
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
5 Mencuci tangan
6 Meminta pasien untuk melepaskan alas kaki dan
kaos kaki. Pasien diposisikan berbaring terlentang
7  Melakukan contoh pemeriksaan pada
lengan atau tangan pasien dengan cara
pemeriksa memegang monofilamen tegak
lurus dengan lengan atau tangan pasien,
kemudian dengan gerakan stabil sentuh
kulit lengan atau tangantersebut hingga
monofilamen bengkok tidaklebih dari 2
detik. Selanjutnya, menahan monofilamen
selama 2 detik.
 Meminta pasien untuk memberikan
respon atau mengatakan ‘ya’ apabila
pasien merasakan bagian lengan atau
tangan tersentuh monofilamen.
8 Memegang monofilamen tegak lurus dengan kaki,
kemudian dengan gerakan stabil sentuh kulit kaki
hingga monofilamen bengkok tidak lebih dari 2
detik.
Selanjutnya, menahan monofilamen selama 2
detik.

Meminta pasien untuk memberikan respon atau


mengatakan ‘ya’ apabila pasien merasakan bagian
kakinya tersentuh monofilamen.
9 Menggunakan monofilamen untuk menilai 3 titik
pada setiap kaki secara acak untuk menghindari
pasien menebak urutan pemeriksaan.
10 Melakukan tes pada titik-titik sekitar lesi ketika
terdapat ulkus, kalus, atau jaringan parut
(menghindari paparan langsung pada lesi).
11 Merapikan alat.

12 Mencuci tangan.
Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
PENUNTUN
PENGUKURAN STATUS GIZI
CARA ANTROPOMETRIK

Tujuan Praktikum

 Mahasiwa dapat melakukan beberapa pengukuran antropometri dengan baik


 Mahasiswa dapat menilai status gizi seseorang berdasarkan standar yang digunakan

Alat yang Digunakan

 Weight Scale (timbangan berat badan)


 Microtoise Anthropometer, pengukuran mendekati 0,1 cm
 Pita pengukur, mendekati 0,1 cm
 Skinfold caliper

Cara Pengukuran

a. Berat Badan
- Pengukuran berat badan sebaiknya dilakukan sebelum makan dan sesudah buang air kecil
(lambung dan kandung kencing dalam keadaan kosong)
- Subjek menggunakan pakaian biasa (usahakan seminimal mungkin tapi dalam batas
kesopanan), isi kantong dikeluarkan, subyek tidak menggunakan sepatu dan kaos kaki
- Timbangan diletakkan pada permukaan yang keras dan rata
- Tekan kotak di sisi kanan kotak angka untuk menyalakan timbangan, tunggu sampai angka 0,0
muncul
- Subjek berdiri di atas timbangan pada bagian tengah dengan beratnya tersebar merata pada
kedua kaki. Pandangan lurus ke depan dan jangan bergerak-gerak
- Bacalah berat badan subjek pada display (tampilan) dan catatlah hasilnya dengan ketepatan 0,1
kg.

b. Tinggi Badan
- Pasanglah microtoise
o Pilihlah tempat dengan dinding rata (tegak) dan permukaan lantai yang horizontal (datar)
o Letakkan microtoise di lantai dan tarik pita centimeter ke atas sepanjang dinding sampai
angka 0 muncul pada batas penunjuk angka microtoise
o Pasang ujung microtoise dengan paku atau lakband. Periksa kembali batas penunjuk angka
apakah masih menunjukkan angka 0. Jika tidak, pasang ulang posisi microtoise
o Tempelkan ujung microtoise dengan kuat pada dinding. Dorong pita ke atas
- Posisikan subjek tepat dibawah microtoise (Gambar 1):

Gambar 1. Posisi subyek saat pengukuran tinggi badan

oLepaskan alas kaki


oBerdiri tegak, kaki rapat, lutut lurus
oTumit, pantat, bahu menyentuh dinding vertikal
oSubjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala dalam posisi Frankfurt plane yaitu posisi
di mana meatus auditorius eksternal dan puncak tulang di bawah mata berada pada satu garis
horizontal. Kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal
o Tangan lepas di samping badan dengan telapak tangan menghadap paha.
- Subjek diminta menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk
membantu menegakkan tulang belakang. Bahu harus tetap santai.
- Tarik microtoise sampai menyentuh ujung kepala, pegang secara horizontal. Pengukuran tinggi
badan diambil pada saat menarik nafas maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat
penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan.
- Tinggi badan dicatat dengan ketepatan 0,1 cm.

c. Lingkar Kepala
- Subyek berdiri tegak, tangan tergantung relaks, kepala dalam posisi Frankfurt plane yaitu posisi
di mana meatus auditorius eksternal dan puncak tulang di bawah mata berada pada satu garis
horizontal.
- Pengukur berdiri menghadap bagian samping kiri subyek.
Gambar 2. Pengukuran lingkar kepala

- Diukur lingkar terbesar dari kepala (lihat Gambar 2). Perhatikan bahwa pita pengukur harus
sama tinggi kiri dan kanan (sejajar). Pita ditarik agak kencang untuk menekan rambut.
- Hasil pengukuran ditulis dengan ketepatan 0,1 cm.

d. Lingkar Lengan Atas (LILA)


- Subjek diminta untuk berdiri tegak
- Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kanan atas
- Tentukan titik tengah lengan atas. Untuk menentukan titik tengah, siku subjek ditekuk 90
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara prosesus akromion dan olekranon (Gambar 3)

Gambar 3. Lokasi titik tengah lengan atas

- Titik tersebut ditandai dengan pena


- Dengan tangan tergantung lepas, siku lurus di samping badan, dan telapak tangan menghadap
ke paha, ukurlah lingkar lengan atas pada posisi yang sudah diberi tanda, dengan pita
pengukur/alat pengukur LILA menempel pada kulit (Gambar 4). Jika LILA lebih dari 33 cm,
pakai pita sentimeter.
Gambar 4. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

- Ukuran lingkar lengan atas dicatat dengan ketepatan 0,1 cm.

e. Lingkar Pinggang

garis mid-aksilaris

Gambar 5. Posisi pita untuk lingkar pinggang


- Sebaiknya pengukuran dilakukan pada saat perut kosong dan subjek diminta untuk
menggunakan pakaian yang longgar sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan baik.
- Subjek berdiri tegak, perut rileks, tangan tergantung lepas, kaki rapat dengan berat badan
tersebar merata pada kedua kaki.
- Untuk menentukan posisi pita (Gambar 5):
o Tentukan tepi terbawah dari tulang kosta, tandai dengan pena
o Palpasi ujung atas krista iliaka pada garis midaksilaris, tandai dengan pena
o Posisi pita adalah pertengahan kedua titik tersebut di atas pada garis midaksilaris, kemudian
melingkari pinggang secara horisontal, kira-kira setinggi umbilikus.
- Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkari pinggang pada posisi yang
tepat. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
- Subyek diminta untuk bernafas secara normal, dan pengukuran diambil pada saat ekspirasi
normal tanpa mengkontraksikan otot perutnya dengan menarik pita seketat mungkin tapi tanpa
menekan kulit.
- Hasil pengukuran dicatat dengan ketepatan 0,1 cm.

f. Lingkar Panggul
- Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
- Subjek berdiri tegak, perut rileks, tangan tergantung lepas, kaki rapat dengan berat badan
tersebar merata pada kedua kaki.
- Pengukur jongkok di samping subjek sehingga besar maksimal dari panggul dapat terlihat
- Alat pengukur dilingkarkan secara horisontal tanpa menekan kulit pada lingkaran terbesar dari
panggul. Seorang assisstant diperlukan untuk megatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.
- Hasil pengukuran dicatat dengan ketepatan 0,1 cm.

g. Ketebalan Lipatan Kulit


Alat yang digunakan: Caliper
Terdapat 3 jenis caliper yang tingkat ketelitiannya tinggi:
1. Harpenden
2. Lange
3. Holtain
(Untuk latihan, pada praktikum ini, dipergunakan caliper yang lebih murah dengan angka
ketelitiannya lebih kurang, yaitu Figure Finder Fat-O-Meter)
Lokasi yang biasa dipergunakan untuk pengukuran tebal lemak:
- Lipatan kulit triceps (lihat Gambar 3)
- Lipatan kulit biceps: lokasi pada bagian depan lengan atas, di atas pertengahan fosa kubital,
sejajar lokasi lipatan kulit triceps
- Lipatan kulit subskapula (lihat Gambar 6)
- Lipatan kulit suprailiaka (lihat Gambar 6)
- Lipatan kulit mid-aksilaris: lokasi pada garis mid-aksilaris, sejajar prosesus xipoideus (lihat
Gambar 6)
Gambar 6. Lokasi lipatan kulit subscapula, suprailiaka,
dan mid-aksilaris

Cara pengukuran tebal lipatan kulit triceps (Gambar 7)


- Lokasi pengukuran adalah pada titik tengah lengan kanan atas (Gambar 3) dengan posisi tangan
tergantung lepas.
- Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri pengukur mencubit secara vertikal lipatan kulit beserta
lemak di bawahnya kira-kira 2 cm di atas titik tengah. Pastikan bahwa otot tidak ikut terangkat.
- Jepitlah lipatan kulit tepat pada titik tengah lengan atas (yang sudah ditandai) dengan
mempergunakan caliper tanpa melepas cubitan di atasnya.
- Setelah caliper menjepit lipatan kulit, dibiarkan + 2-3 detik, kemudian hasil dibaca.
- Cubitan oleh tangan kiri dilepas
- Hasil pengukuran dicatat dalam mm.

Gambar 7. Pengukuran lipatan kulit


triceps

Catatan: Untuk pengukuran tebal lipatan kulit pada lokasi lainnya, caranya sama dengan
pengukuran tebal lipatan kulit triceps.

Tinggi Lutut
Gambar 8. Pengukuran tinggi lutut
- Subyek tidur telentang dengan kaki kiri ditekuk membentuk sudut 900
- Ukur tinggi lutut dari bawah tumit sampai bagian atas kondilus femur persis pada bagian atas
patela
- Pita pengukur harus sejajar tulang patela.
- Hasil pengukuran dicatat dengan ketepatan 0,1 cm.
Catatan: Untuk pengukuran tinggi lutut, seharusnya memakai alat ukur khusus (Gambar 8).

Rentang Lengan

Gambar 9. Pengukuran rentang lengan

- Pilihlah dinding yang rata, sebaiknya disudut ruangan


- Subyek berdiri tegak pada kedua kaki dengan punggung menyentuh dinding
- Kedua lengan direntangkan secara maksimal setinggi bahu dengan telapak tangan menghadap
ke depan
- Tangan yang satu (ujung jari tengah) menyentuh dinding sudut ruangan, sedangkan tangan satu
bebas.
- Tandailah pada dinding ujung jari tengah tangan lainnya (yang bebas)
- Jarak antara kedua ujung jari tengah tersebut diukur
- Hasil pengukuran dicatat dengan ketepatan 0,1 cm (tidak termasuk panjangnya kuku)
Catatan: Untuk pengukuran rentang lengan, seharusnya memakai alat ukur khusus (Gambar 9).
RUMUS-RUMUS PENTING
1. Indeks massa tubuh (IMT)/Body mass index (BMI)

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m)2

2. Berat badan menurut Standar Brocca

BB Ideal = (TB - 100) - 10% (TB - 100)

BB Normal = TB - 100

3. Mid-upper-arm musce circumference (MUAMC)

MUAMC = MUAC – (π x TSK)

4. Absolute bone-free arm muscle (AMA)

{MUAC – (π x TSK)}2
AMA = - 6,5 (WANITA)

{MUAC – (π x TSK)}2
AMA = - 10,0 (PRIA)oo

5. Total body muscle mass (TBMM)

TBMM = TB (cm) x {0,0264 + (0,029 x AMA)}

Keterangan:
TB = tinggi badan
MUAMC= mid-upper-arm musce circumference
MUAC = mid-upper-arm circumference
TSK = triceps skinfold thickness
INTERPRETASI BEBERAPA PENGUKURAN

1. Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Risiko


Penyakit
< 18,5 Underweight Rendah
18,5 – 22,9 Normal Normal
> 23 Overweight
23-29,9 Pre-obese Meningkat
30-34,9 Obese I Moderate
35-39,9 Obese II Severe
> 40 Obese III Very severe

2. Indeks Brocca (orang dewasa)


- + 10 – 20 % BB Ideal  overweight
- + > 20% BB Ideal  obes

3. Lingkar Pinggang
Lingkar Pinggang (cm) Risiko
♂ ♀ Penyakit

> 102 > 88 Severe


94 - 102 80 - 88 Moderate
< 94 < 80 Low
4. Rasio Lingkar Pinggang–Lingkar Panggul/Waist-Hip ratio (WHR)
WHR Risiko
♂ ♀ Penyakit

> 1.00 > 0.85 Severe


0.90 – 1.00 0.80 – 0.85 Moderate
<0.90 < 0.80 Low
Pengukuran Berat Badan
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Meminta pasien dengan benar (pakaian minimal,
melepas alas kaki, mengeluarkan isi kantong,
posisi berdiri sesuai tujuan)
7 Membaca skala dan mencatat hasil pengukuran
dengan ketepatan 0.1 kg

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Pengukuran Tinggi Badan
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Meminta pasien dengan benar (melepas alas kaki,
posisi berdiri sesuai tujuan, melepaskan asesoris
kepala, berdiri tegak dengan kedua lutut lurus)
7 Subjek diminta menarik nafas panjang dan berdiri
tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu
menegakkan tulang belakang. Bahu harus tetap
santai.
8 Tarik microtoise sampai menyentuh ujung kepala,
pegang secara horizontal. Pengukuran tinggi badan
diambil pada saat menarik nafas maksimum,
dengan mata pengukur sejajar dengan alat
penunjuk angka untuk menghindari kesalahan
penglihatan.
9 Membaca skala dan mencatat hasil pengukuran
dengan ketepatan 0.1 cm

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Pengukuran Lingkar Lengan Atas
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Meminta pasien dengan benar (lengan baju
diasingkan atau dilepas)
7 Tentukan titik tengah lengan atas. Untuk
menentukan titik tengah, siku subjek ditekuk 90
dengan telapak tangan menghadap ke atas.
Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara prosesus akromion
dan olekranon
8 Dengan tangan tergantung lepas, siku lurus di
samping badan, dan telapak tangan menghadap ke
paha, ukurlah lingkar lengan atas pada posisi yang
sudah diberi tanda, dengan pita pengukur/alat
pengukur LILA menempel pada kulit
9 Membaca skala dan mencatat hasil pengukuran
dengan ketepatan 0.1 cm

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna
Pengukuran Index Massa Tubuh
No Aspek yang dinilai 0 1 2
1 Memberikan salam pada pasien
2 Memperkenalkan diri pada pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
pasien
4 Memberikan kesempatan pada pasien untuk
bertanya
6 Meminta pasien dengan benar (pakaian minimal,
melepas alas kaki, mengeluarkan isi kantong,
posisi berdiri sesuai tujuan)
7 Melakukan penimbangan berat badan dengan
benar
8 Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar
9 Melakukan perhitungan IMT dengan benar sesuai
dengan rumus:

10 Menyimpulkan interpretasi hasil perhitungan IMT


sesuai rujukan.

Keterangan:
0: Tidak dilakukan sama sekali
1: Dilakukan tapi tidak sempurna
2: Dilakukan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai