Anda di halaman 1dari 4

JUDUL :

“PENGOLAHAN ANAEROBIK DUA TAHAP DENGAN ADSORPSI


GUNA MENINGKATKAN PRODUKSI BIOMETHANE
MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF“

“PEMURNIAN BIOGAS HASIL PENGOLAHAN ANAEROBIK


DUA TAHAP MENGGUNAKAN METODE ADSORPSI DENGAN
VARIASI UKURAN KARBON AKTIF SEBAGAI ADSORBEN”

“MODIFIKASI REAKTOR ANAEROBIK DUA TAHAP DENGAN


ADSORBER GUNA MENINGKATKAN PRODUKSI
BIOMETHANE DARI LEACHATE”

ABSTRAK
Sumber : Laporan TA Angga Kurniawan Jurusan Teknik Energi
Biogas merupakan gas hasil dari fermentasi bahan organik dalam keadaan anaerobik.
Umumnya, biogas terdiri dari 20-45% karbon dioksida (CO2) , 50-70% metana (CH4) dan
sisanya sebagian kecil gas lain seperti H2S, CO, O2 dan N2. Tingginya kandungan CO2
dalam biogas akan menurunkan nilai kalor biogas, hal ini karena sifat dari karbon dioksida
(CO2) yang tidak dapat terbakar. Adapun salah satu upaya untuk menurunkan kandungan
CO2 dalam biogas yakni melalui proses pemurnian biogas, dengan salah satu metode
pemurnian biogas yang banyak digunakan adalah dengan metode adsorpsi. Kolom adsorpsi
yang digunakan adalah kolom adsorpsi tunggal dan untuk adsorben yang digunakan adalah
karbon aktif dengan 3 ukuran berbeda, yaitu karbon aktif ukuran 8 mesh, 16 mesh dan 32
mesh. Dari hasil uji yang telah dilakukan, diketahui bahwa karbon aktif dengan ukuran 8
mesh mampu memurnikan biogas sampai dengan kandungan CH4 sebesar 81,99% dengan
efektivitas adsorpsi mencapai 75,17%, karbon aktif dengan ukuran 16 mesh mampu
memurnikan biogas sampai dengan kandungan CH4 sebesar 86,45% dengan efektivitas
adsorpsi mencapai 78,73%, dan karbon aktif dengan ukuran 32 mesh mampu memurnikan
biogas sampai dengan kandungan CH4 sebesar 88,28% dengan efektivitas adsorpsi
mencapai 90,37%. Dari pengujian yang telah dilakukan terlihat bahwa ukuran karbon aktif
mempengaruhi efektivitas adsorpsi dalam pemurnian biogas, dan hasil pemunian terbaik
diperoleh dengan menggunakan karbon aktif ukuran 32 mesh dengan efektivitas adsorpsi
90,37%, kandungan metana setelah pemurnian 88,28% , nilai kalor biogas 28968,86 kJ/m3
dan potensi energi biogas selama 15 menit 476,524 kJ.
Kata Kunci : Adsorpsi, Biogas, Nilai Kalor, Karbon Aktif, Pemurnian Biogas.
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Leachate (lindi) atau yang lebih dikenal dengan limbah cair yang berasal dari timbunan sampah
merupakan jenis limbah organik yang memiliki nilai BOD/COD lebih dari 0,6 sehingga
memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengolahan secara biologis (Wicaksono dan
Hadiansyah, 2016). Leachate (lindi) dapat merembes melalui tanah dan dimungkinkan pula
akan mencemari air tanah yang ada di lokasi Tempat Pembuangan Akhir. Pada umumnya
leachate terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil dekomposisi sampah dan air yang masuk
dalam timbulan sampah. Air tersebut dapat berasal dari air hujan, saluran drainase, air tanah
atau dari sumber lain di sekitar lokasi TPA (Priyono, 2008).

Pengolahan leachate menjadi biogas hadir sebagai salah satu alternatif solusi. Biogas
dapat diperoleh dengan cara pengolahan secara anaerobik. Dalam pengolahan anaerobik
leachate dapat berperan sebagai substrat bagi bakteri. Biogas yang dihasilkan oleh bakteri
tersebut merupakan gas dengan komponen utama gas metana (CH4) dengan kandungan sebesar
54-70% volume dan gas karbondioksida (CO2) sebesar 20-45% volume (Alwathan, dkk, 2013).
Pada kegiatan ini, dipilih jenis reaktor anaerobik dua tahap untuk mengolah lindi menjadi
biogas. Penelitian Mujdalipah, dkk (2014) menyatakan bahwa produksi biogas dengan
menggunakan reaktor satu tahap kurang bisa memberikan hasil yang maksimal dalam produksi
biogas karena kesulitan dalam mengatur kondisi operasi pada reaksi degradasi dalam
pembentukan biogas. Pengembangan proses produksi biogas menggunakan reaktor dua tahap
dinilai dapat mengoptimalkan reaksi degradasi anaerobik. Pada Tabel 1.1 disajikan beberapa
penelitian mengenai lindi dengan reaktor anaerobik dua tahap.

Tabel 1.1 Penelitian Mengenai Pengolahan Lindi dan Reaktor


Anaerobik Dua Tahap
Tahun
No. Nama Peneliti Hasil
Penelitian
Reaktor anaerbik dua tahap dapat
meningkatkann kualitas methane
1 Mshandete, dkk. 2013 dalam biogas hingga 551-70%, pH
optimum untuk reaktor pertama adalah
5-6.5 dan reaktor kedua adalah 7-8.
Waktu tinggal untuk proses fermentasi
adalah 40 hari. Produksi biogas
maksimum dihasilkan oleh campuran
2 Mujdalipah 2014
limbah dan air dengan perbandingan
9:1 yakni sebanyak 1,35 liter. Nilai
COD tidak disebutkan..
COD awal starter = 7.872 mg/L
COD awal substrat = 3.542,2 mg/L
COD akhir starter = 17250 mg/L
COD akhir substrat = 21.590 mg/L
3 Wicaksono dan Hadiansyah 2016 pH startrer : 5.3
pH substrat = 5.13
VSS substrat : 243.900 mg/L
biogas yang terbentuk = 8951 ppm dan
karbon dioksida 1087 ppm.
Gas metanaa yang dihasilkan dari air
4 Ni Ketut, dkk 2017
lindi yaitu sebesar 30% volume
Parameter pada lindi di TPA Putri
Cempo Surakarta yang melebihi baku
5 Hardyanti, dkk 2009 mutu lingkungan adalah TDS, TSS,
BOD, COD, Logam berat, dan
kandungan amoniak
Waktu tinggal lindi didalam reaktor
6 Priyono, dkk 2008 adalah 48 jam dengan penurunan COD
mencapai 89,57%

Berdasarkan tabel di atas, akan dilakukan modifikasi reaktor anaerobik guna


mendapatkan kondisi operasi optimum untuk menghasilkan biogas dengan kandungan
metana yang tinggi. Dalam pengolahan air limbah secara anaerobik, gas yang dihasilkan
masih mengandung banyak impuritis seperti hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
hidrogen (H2), nitrogen (N2) dan uap air (H2O) (Harihastuti, 2014) oleh karena itu
diperlukan proses pemurnian biogas demi tercapainya gas metana dengan konsentrasi tinggi
(biomethane). Pemurnian biogas dapat dilakukan dengan cara adsorpsi.
Adsorpsi merupakan fenomena yang terjadi saat melekul-molekul gas atau cair
dikontakkan dengan suatu permukaan padatan (Apriyanti, 2011). Terdapat dua istilah dalam
adsorpsi yakni adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah zat yang menarik bahan lain atau
partikel ke permukaan pada proses adsorpsi, sedangkan adsorbat adalah zat yang tertarik
oleh adsorben. Dengan demikian pada proses adsorpsi terjadi pemisahan molekul-molekul
yang dikontakan pada permukaan adsorben. Karbon aktif merupakan salah satu adsorben
yang banyak digunakan dalam industri.
Karbon aktif dinilai sebagai adsorben yang cukup baik dan cenderung mudah
didapatkan di pasaran. Djayanti (2016) menyatakan bahwa penggunaan adsorber arang aktif
dapat mereduksi impuritis H2S mencapai 99,9%, penghilangan gas NH3 mencapai 94,96%,
penghilangan gas CO2 mencapai 77,48% dan penghilangan uap air mencapai 97,95%.
I.2 RUMUSAN MASALAH

Pengolahan anaerobik dua tahap ditujukan dalam memperoleh hasil kandungan metana yang
optimal. Modifikasi pada reaktor anaerobik dua tahap dengan kolom adsorber ditujukkan untuk
meminimalkan impuritas dalam biogas. Untuk itu penelitian ini dilaksanakan dalam memperoleh
jawaban permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana memperoleh kondisi operasi setiap reaktor pada reaktor anaerobik dua tahap?
2. Bagaimana cara membuat kolom adsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif untuk
purifikasi biogas ?
3. Bagaimana pengaruh ukuran karbon aktif sebagai adsorben untuk purifikasi biogas
terhadap produk gas yang dihasilkan ?
4. Berapakah besar reduksi impuritis yang dapat dicapai dengan menggunakan adsorber
arang aktif?

1.3 TUJUAN PENILITIAN


Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Membuat kolom adsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif untuk memurnikan gas
CO2 dari biogas.
2. Menguji efektifitas kolom adsorpsi menggunakan variasi ukuran adsorben karbon aktif
untuk memurnikan biogas.
3. Membandingkan nilai kalor biogas, efektifitas penyerapan CO2, dan kandungan biogas
pada setiap variasi ukuran adsorben karbon aktif yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai