Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wira Wahyudi

Kelas : 5-3
No. Urut : 37

Pada dasarnya, penyerahan dan/atau impor atas Barang Kena Pajak (BKP) tertentu mendapat
fasilitas PPN berupa pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari
pengenaan pajak, baik untuk sementara maupun selamanya, sebagaimana telah tertulis dalam pasal 16B
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009. Penjelasan lebih rinci mengenai apa saja Barang Kena Pajak tertentu
yang diberikan fasilitas diatur pertama kali dalam Peraturan Pemerintah nomor 146 tahun 2000 tentang
Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu
yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Di pasal 1 dan 2 peraturan ini, terdapat frasa
yang tidak ditemukan pada peraturan perubahannya kelak, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun
2003. Frasa tersebut adalah “yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan”, yang membuat
lingkup penyerahan BKP tertentu menjadi lebih luas, dari yang sebelumnya terbatas pada penyerahan
atau impor kepada pihak TNI dan POLRI.

BKP tertentu yang PPN-nya mendapatkan fasilitas adalah senjata, amunisi, alat angkutan di air,
alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja,
kendaraan patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang diimpor oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) atau oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan, TNI atau POLRI untuk
melakukan impor tsb, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh
PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan
Kementerian Pertahanan, TNI atau POLRI.

Mengapa pemerintah memberikan fasilitas yang dimaksud? Sesuai penjelasan pasal 16B,
fasilitas tersebut diberikan atas beberapa pertimbangan, tergantung jenis BKP tertentu yang dimaksud.
Pertimbangan yang mendasari pemberian fasilitas atas penyerahan/impor alat angkutan di air, bawah
air, udara, dan di darat oleh Kementerian Pertahanan adalah untuk mendukung pertahanan nasional,
dimana pemberian fasilitas PPN diharapkan akan mendorong pengembangan armada nasional di bidang
angkutan darat, air, dan udara.

Mengenai alat angkutan di air, bawah air, dan di udara, aturan mengenai fasilitas PPN-nya telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 2015 tentang Impor dan Penyerahan Alat Angkutan
Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai. Namun, perlu digarisbawahi bahwa untuk alat angkutan yang
disebutkan sebelumnya, fasilitas yg didapat adalah fasilitas tidak dipungut, bukan dibebaskan. Dengan
kata lain, pajak masukan yang dibayarkan atas perolehan BKP tertentu tersebut dapat dikreditkan.
Sebelumnya, aturan mengenai alat angkutan yang dimaksud masih mengacu pada peraturan
sebelumnya, yaitu PPN dibebaskan.

Bagaimana dengan perlakuan perpajakan alat angkutan di darat? Mari lihat peraturan
sebelumnya, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 Tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu
Nama : Wira Wahyudi
Kelas : 5-3
No. Urut : 37

dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai. Sebagaimana tertuang dalam pasal 1 peraturan tersebut, alat angkutan darat masih dikategorikan
sebagai BKP tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari PPN, walaupun poin selain itu, yaitu alat
angkutan laut, bawah laut, dan lain-lain telah direvisi dalam Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 2015
menjadi tidak dipungut. Oleh karena itu, atas penyerahan alat angkutan darat yang pengadaannya
dilakukan oleh TNI, pajak masukan yang dibayarkan atas perolehan BKP tersebut tidak dapat
dikreditkan. Perbedaan perlakuan perpajakan antara angkutan darat dan angkutan selain darat belum
dapat saya jelaskan, selain dari asumsi saya, yaitu nilai penyerahan angkutan selain darat bernilai cukup
besar. Seperti yang kita tahu, pesawat tempur harga satuannya mencapai ratusan milyar, sehingga PPN
masukannya juga bernilai besar. Apabila PPN-nya dibebaskan, maka pajak masukannya tidak dapat
dikreditkan. Tentu hal ini merugikan pihak TNI/POLRI, sehingga fasilitas yang lebih tepat adalah fasilitas
tidak terutang PPN.

Anda mungkin juga menyukai