Anda di halaman 1dari 36

STUDI PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) PADA KEGIATAN PENAMBANGAN PT.


KASONGAN BUMI KENCANA DESA MIRAH KALANAMAN,
KECAMATAN KATINGAN TENGAH, KABUPATEN
KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh

Ariesa Alaili Suwarno


NIM. DBD 114 065

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA


KEGIATAN PENAMBANGAN PT. KASONGAN BUMI KENCANA DESA MIRAH
KALANAMAN, KECAMATAN KATINGAN TENGAH, KABUPATEN KATINGAN,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

OLEH :
Ariesa Alaili Suwarno
DBD 114 065

Palangkaraya, Oktober 2017

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Neny Sukmawatie, S.Hut., MP Ir.Yulian Taruna,M.Si

NIP. 19760614 200801 2 020 NIP. 19580705 198903 1 019

Mengetahui.

Ketua Jurusan

Teknik Pertambangan Univesitas Palangka Raya

Ir. Yulian Taruna, M.Si

19580705 198903 1 019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelaakaan kerja adalah hal yang tidak dapat diprediksi kapan akan

terjadi, namun hal tersebut dapat dicegah. Adanya kecelakaan kerja

menyebabkan kerugian bagi pekerja dan perusahaan. Kecelakaan dapat

menimbulkan kerugian besar bagi tenaga kerjanya seperti kecacatan, cidera,

bahkan kematian adalah hal paling teburuk yang dapat terjadi. Dan instansi

yang bersangkutan memiliki tanggung jawab terhadap para pekerjanya,

sehingga akan dikenai undang undang yang berlaku apabila terjadi suatu

kelalaian yang berakibat fatal dan akan di tuntun. Selain itu dapat

menurunkan produktifitas perkerjaan perusahaannya dikarenakan bahan

bekerja yang tidak dapat berfungsi. Hal tersebut tentu saja memberikan

kerugian bagi perusahaan.

Perangkat peraturan pemerintah mengenai K3 adalah Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dimana pada pasal 3 dijelaskan

bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100

orang atau lebih dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh

karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja,

wajib menerapkan SMK3.


Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah,

tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pelaku

industri. Tujuan dalam penerapan K3 itu sendiri sebenarnya adalah

meningkatkan kesadaran dan ketaatan pemenuhan terhadap norma K3,

meningkatkan partisipasi semua pihak untuk optimalisasi pelaksanaan budaya

K3 disetiap kegiatan usaha dan terwujudnya budaya K3 masyarakat

Indonesia. Dan sebagai sasarannya adalah tingginya tingkat pemenuhan

norma K3, meningkatnya jumlah perusahaan yang mendapatkan kecelakaan

nihil (zero accident) dan terwujudnya masyarakat yang berprilaku K3.

Keterlibatan seluruh pihak terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dibutuhkan dalam setiap jenis kegiatan di lingkungan perusahaan

dan berbagai kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan progam keselamatan dan kesahatan kerja di PT.

Kasongan Bumi Kencana ?

2. Faktor – faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kecelakaan pada

kegiatan pertambangan di PT. Kasongan Bumi Kencana ?

3. Bagaimana upaya pencegahan akan potensi bahaya yang ada di PT.

Kasongan Bumi Kencana ?


1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir (TA) ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui penerapan progam keselamatan dan kesahatan kerja

di PT. Kasongan Bumi Kencana.

2. Untuk mengetahui faktor – factor yang menjadi penyebab kecelakaan

pada kegiatan pertambangan di PT. Kasongan Bumi Kencana.

3. Menganalisis upaya pencegahan akan potensi bahaya yang ada di PT.

Kasongan Bumi Kencana.

1.4 Batasan masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah dalam

pengamatan ini adalah sebagai berikut.

1. Pengidentifikasian bahaya yang dapat terjadi pada area kegiatan

pertambangan di PT. Kasongan Bumi Kencana.

2. Parameter yang bagaimana menjadi acuan sehingga di kategorikan

sebagai bahaya.

3. Penelitian dilakukan pada area kerja PT. Kasongan Bumi Kencana.

Seperti Workshop, Pit, Area Crusher, Hauling Road dan Office.

4. Penelitian ini hanya membahas mengenai potensi bahaya dan upaya

pencegahannya di PT. Kasongan Bumi Kencana.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan, Hukum, dan Peraturan

2.2.1 Undang – undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indonesia mempunyai kerangka hukumK3 yang extensif,

sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang – undangan K3.

Undang – undang K3 yang terutama di Indonesia adalah undang –

undang No I / 1970 Tentang

Keselamatan Kerja. Undang – undang ini meliputi semua tempat

kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan

primer.

Undang – undang No. 23 / 1992 Tentang Kesehatan

memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 23 yang

menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua

pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa

membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya

mereka dapat mengoptimalkan produtivitas kerja mereka sesuai

dengan program perlindungan tenaga kerja (Depetemen Kesehatan

2002).
2.2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen adalah bagian dari sistem manajemen

secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam rangka pengendalaian resiko yang berkaiatan dengan

kegiatan – kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif. Dalam penerapan Sistem Manajemen K3,

perusahaan wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan sebagai

berikut (Sastrohadiwiryo : 2005).

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap

penerapan sistem manajemen K3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

3. Menerapkan kebijakan keselamatan secara efektif

4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta

melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem

manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan

meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.


2.2 Manajemen Resiko Kecelakaan Kerja

OHSAS – Occupational Health and Safety Assesment Series-18001

merupakan standar internasional untuk penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan & Keselamatan Kerja atau biasa disebut Manajemen K3. Tujuan

dari OHSAS 18001 ini sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan Sistem

Manajemen K3 Permenaker, yaitu Perlindungan terhadap para pekerja dari

hal-hal yang tidak diinginkan yg timbul dari lingkungan kerja pekerjaan itu

sendiri yang berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan para pekerja

dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri.

Akibat dari kecelakaan kerja bagi perusahaan yang bisa menciptakan citra

buruk perusahaan dan menurunkan image perusahaan di mata clients,

media dan pekerja lainnya. Seperti diketahui Banyak Industri ataupun biro

jasa yang prosesnya berdampak negative terhadap lingkungan serta

kesehatan dan keselamatan pekerjanya, oleh sebab itu di butuhkan

manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (Manajemen K3) sehingga ada

jaminan bagi para pekerjanya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa

perusahaan besar terutama OIL & GAS mewajibkan semua mitranya

minimal harus mengimplementasikan sistem Manajemen K3 atau biasa di

sebut dengan CSMS ( Contractor Safety Manajemen System ) serta untuk

bisa mengikuti tender pada bidang oil and gas syarat utamanya perusahaan

wajib memiliki dokumen K3LL .


2.3 Identifikasi Bahaya

Bahaya berarti apa saja (termasuk kebiasaan kerja atau prosedur) yang

mempunyai resiko membahayakan/mencelakakan keselamatan atau

kesehatan seseorang. Sedangkan identifikasi bahaya adalah proses

mengidentifikasi semua situasi atau kejadian yang dapat memberi

peningkatan untuk cedera, sakit, atau kerugian bagi property.

Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996

tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan , tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat suatu sumber

atau sumber-sumber bahaya yang berasal dari darat, di dalam tanah,

permukaan air, di dalam air, di udara yang berada diwilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia. Dengan demikian, variabel penyebab bahaya

dapat bermacam-macam, termasuk kondisi lingkungan dan manusia, serta

kegiatan di dalamnya.

2.4 Kecelakaan Kerja

2.4.1 Macam – macam Kecelakaan Kerja

Klasifikasi Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut : (ILO : 2004)

Menurut tipe kecelakaan :

 Orang jatuh

 Terpukul benda jatuh

 Tersentuh / terpukul benda yang tidak bergerak

 Terjepit diantara dua benda


 Gerakan yang di paksakan

 Terkena suhu yang ekstrem

 Tersengat arus listrik

 Terkena bahan – bahan berbahaya atau radiasi

 Lain – lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini.

A. Menurut Benda

a. Mesin

1. Penggerak utama terkecuali motor listrik

2. Gigi transmisi mesin

3. Mesin pemotong

4. Mesin kayu

5. Mesin pertambangan

b. Alat pengangkat dan sarana angkutan

1. Mesin dan perlengkapan pengangkat

2. Pengangkut diatas rel

3. Alat pengangkut lainnya selain diatas rel

4. Pengangkut udara

5. Pengangkut perairan

6. Lain – lain sarana angkutan

c. Perlengkapan lainnya

1. Bejana bertekanan

2. Dapur, oven, pembakaran

3. Pusat – pusat pendingin


4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi tidak

termasuk peralatan – peralatan listrik.

5. Alat – alat listrik tangan 6. Alat – alat, perkakas,

perlengkapan listrik.

6. Tangga, jalur landai (ramp)

7. Perancah.

d. Material bahan dan Radiasi

1. Bahan peledak

2. Serbuk, gas, cairan dan kimia.

3. Pecahan terpelanting.

4. Radiasi.

5. Lain – lain.

e. Lingkungan Kerja

1. Diluar gedung

2. Didalam gedung

3. Dibawah tanah

f. Lain – lain

1. Hewan

2. Lain – lain

B. Menurut Jenis Luka – luka

 Fraktur / retak

 Dislokasi

 Terkilir
 Gegar otak dan luka didalam lainnya

 Amputasi

 Luka – luka lainnya

 Luka – luka ringan

 Memar dan remuk

 Terbakar

 Keracunan akut

 Pengaruh cuaca

 Sesak nafas

 Akibat arus listrik

 Akibat radiasi

 Luka – luka majemuk berlainan

 Lain – lain luka

C. Menurut jenis luka pada bagian

 Kepala

 Leher

 Badan

 Tangan

 Tungkai

 Aneka lokasi

 Luka – luka umum

 Luka – luka lainnya


Klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja

jarang disebabkan oleh faktor tertentu melainkan berbagai faktor

sekaligus. Terpenting dicatat adalah interaksi berbagai unsur

yang terlibat dalam kecelakaan itu sendiri. Faktor manusia

merupakan faktor utama kecelakaan kerja.

2.5 Sebab - sebab yang sering terjadi pada kecelakaan

Kecelakaan kerja sering terjadi pada sebuah pembangunan konstruksi

bangunan, Sebab – sebabnya adalah : (Santoso : 2004)

a. Faktor manajemen

1. Seperti standart kerja yang kurang baik

2. Standart perencanaan yang kurang tepat

3. Standart perawatan yang kurang tepat

4. Standart pembelian peralatan yang kurang tepat

5. Keausan alat akibat keseringan dipakai, dan pemakain yang

abnormal.

b. Faktor pekerja

1. Seperti kurangnya pengetahuan pekerja

2. Kurang ketrampilannya pekerja

3. Motivasi yang kurang

4. Fisik yang tidak mendukung

5. Masalah mental dan stress fisik.

6. Ketidak seimbangan kemampuan psikologis


Penyebab dasar inilah timbul keadaan – keadaan yang disebut

substandard (unsafe), yang berupa gejala – gejala dari kondisi dan pebuatan

substandard. Memakai istilah standart dapat memberikan suatu ukuran

tertentu yang standart, ukuran yang digunakan. Tidak memenuhi standart

tersebut disebut substandart. Kondisi dan perbuatan substandart ini timbul

sebagai akibat adanya penyebab dasar (basic causes).

Perbuatan substandart (tidak memenuhi standart) yang sering dijumpai

antara lain:

1. Menjalankan yang bukan tugasnya, gagal memberikan peringatan.

2. Melepaskan alat pengaman atau membuat alat pengaman tidak

berfungsi.

3. Membuat peralatan yang rusak.

4. Tidak memakai alat pelindung diri (APD).

5. Memuat sesuatu secara berlebihan.

6. Menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

7. Mengangkat berlebihan

8. Posisi kerja tidak tepat

9. Melakukan perbaikan pada waktu mesin masih berjalan.

10. Bersenda gurau.

11. Bertengkar.

12. Berada dalam pengaruh alkohol atau obat – obatan.


Kondisi substandard (tidak memenuhi standart) yang sering dijumpai :

1. Pengamanan tidak sempurna.

2. Alat pelindung diri yang tidak memenuhi standart.

3. Bahan atau peralatan kerja yang telah rusak.

4. Gerak tidak leluasa karena tumpukan benda.

5. Sistem tanda bahaya tidak memenuhi syarat.

6. House keeping dan lay out yang jelek.

7. Lingkungan kerja yang mengandung bahaya. Faktor – faktor penyebab

terjadinya kecelakaan kerja baik dari aspek penyakit akibat kerja

maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya :

a. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban,

cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanik, radiasi dan lain – lain

b. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh –

tumbuhan.

c. Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap awan, cairan

dan benda padat

d. Faktor mental psikologis yaitu susunan kerja, hubungan diantara

pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya.


Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi 2,

yaitu (Santoso : 2004) :

a. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices / Actions)

1. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

2. Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman

dan memanas

3. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan

geraknya.

4. Memakai alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura.

5. Menggunakan peralatan yang tidak layak.

6. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk

melindungi manusia

7. Bekerja berlebihan / melebihi jam kerja di tempat kerja

8. Mengangkat / mengangkut beban yang berlebihan.

b. Kondisi yang membahayakan

1. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan.

2. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak

3. Terjadi kemacetan

4. Sistem peringatan yang berlebihan

5. Ada api dan ditempat yang berbahaya

6. Alat penjaga / pengaman gedung kurang standar

7. Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain –

lain
8. Terpapar bising Pada umumnya kecelakaan terjadi karena gabungan

dari kedua faktor diatas. Namun demikian faktor perbuatan

berbahaya adalah merupakan faktor paling dominan. Hal ini

dibuktikan melalui penyelidikan yang dilakukan oleh negara maju

dimana hasilnya menunjukkan bahwa peristiwa kecelakaan 80%

disebabkan faktor perbuatan yang berbahaya dan 20% disebabkan

faktor kondisi berbahaya dan faktor – faktor lainnya. (Depnaker : 7)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Kasongan Bumi Kencana adalah perusahaan

Penanaman Modal Asing (PMA) yang terbentuk di bawah hukum

Republik Indonesia. Perusahaan dengan Kontrak Karya (KK)

Generasi ke IV (empat) dengan No.B-43/Pres/11/1986 yang

ditandatangani oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 6

November 1986. PT. Kasongan Bumi Kencana saat ini dalam tahap

Operasi Produksi/Eksploitasi sesuai dengan Keputusan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, nomor:

788.K/30/DJB/2012 tertanggal 08 Agustus 2012. (Sumber:

Environment dept. PT. Kasongan Bumi Kencana)

Luas wilayah Operasi Produksi PT. Kasongan Bumi

Kencana adalah 12.380 Ha. Secara geografis wilayah operasi

produksi berada pada koordinat sebagai berikut:


Garis Lintang
No. Titik Garis Bujur (BT)
Selatan (LS)
1 112° 54' 5.00" 1° 28' 46.00"
2 112° 54' 37.00" 1° 28' 46.00"
3 112° 54' 37.00" 1° 25' 56.00"
4 112° 55' 51.00" 1° 25' 56.00"
5 112° 55' 51.00" 1° 27' 33.00"
6 112° 56' 28.00" 1° 27' 33.00"
7 112° 56' 28.00" 1° 30' 52.00"
8 112° 58' 20.00" 1° 30' 52.00"
9 112° 58' 20.00" 1° 33' 0.00"
10 113° 0' 45.00" 1° 33' 0.00"
11 113° 0' 45.00" 1° 37' 45.00"
12 112° 58' 0.00" 1° 37' 45.00"
13 112° 58' 0.00" 1° 34' 30.00"
14 112° 54' 5.00" 1° 34' 30.00"

Sumber : Environment department PT. Kasongan Bumi Kencana


Tabel 3.1. Koordinat Geografis Wilayah Operasi Produksi

3.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

PT. Kasongan Bumi Kencana berada pada 1025’56” sampai

dengan 1037’45” Lintang Selatan, berdasarkan titik koordinat

tersebut wilayah Kontrak Karya (KK) berdekatan dengan garis

khatulistiwa sehingga beriklim tropis. Iklim tropis sendiri terdiri

dari dua musim yaitu musim hujan yang umumnya terjadi antara

bulan September sampai dengan Februari, sedangkan musim

kemarau terjadi pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Suhu

rata-rata iklim tropis berkisar antara 25-300 C dengan curah hujan

rata-rata terhitung pada tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut.

Bulan 2012 2013 2014 2015 2016

Jan 204.00 348.0 214.5 156 347.5

Feb 342.50 359.5 117.5 416.5 315.5

Mar 316.00 450.5 519.0 365.5 346.0

Apr 377.50 277.1 286.0 259 338.0

Mei 255.50 260.5 305.5 130.5

Juni 103.00 101.5 228.5 281.5


Juli 171.35 368.2 38.5 151.0

Agust 183.30 192.6 108.5 103

Sept 120.00 319.0 108.5 13

Okt 247.50 341.0 197.5 62.05

Nov 284.00 312.5 276.5 264

Dec 560.50 382.5 390.5 300.2

Total 3165.15 3712.9 2791 2502.25 1347

Sumber : Environment department PT. Kasongan Bumi Kencana


Tabel 3.2. Data Curah Hujan Maksimum Bulanan

3.1.3 Flora dan Fauna

Daerah penelitian merupakan daerah hutan dengan

pepohonan cukup lebat, terdapat semak belukar serta perkebunan

sawit.

Sedangkan untuk fauna pada daerah penelitian tidak terlihat

adanya binatang buas. Sesekali terlihat jejak babi hutan, beberapa

jenis serangga seperti kupu-kupu dan kumbang serta terlihat

berbagai jenis burung seperti burung elang, burung enggang,

burung gagak, dan lainnya. Untuk fauna air seperti ikan gabus, lele,

toman, dan lainnya.

3.1.4 Sosial dan Kependudukan

Penduduk di Kecamatan Katingan Tengah, khususnya

diwilayah Desa Mirah Kalanaman dengan luas daerah 253 km²


secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar

yaitu kelompok masyarakat lokal (Suku Dayak) dan kelompok

masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang yang dimaksud

adalah pendatang melalui program transmigrasi dan masyarakat

pendatang lain yang bekerja di perusahaan-perusahaan perkebunan

sawit dan usaha tambang rakyat. Dilihat dari asalnya, masyarakat

pendatang didominasi oleh suku Jawa, suku Banjar, dan Suku

Batak.

3.2. Kondisi Geologi Regional

3.2.1 Fisiografi

Secara umum fisiografi daerah Kabupaten Katingan

berdasarkan Peta Geologi Lembar Tewah dapat dikelompokkan

menjadi enam zona fisiografi, yaitu : zona pegunungan/perbukitan

(batuan intrusi dan endapan masam); zona dataran rendah (batuan

endapan pantai);dataran rendah (endapan sungai dan backswamps);

dome gambut; pulau dan danau. Pembagian zona fisiografis daerah

Kabupaten Katingan dapat dilihat peta fisiografi Kabupaten

Katingan. Dari peta fisiografi tersebut terlihat bahwa dibagian utara

Kabupaten Katingan didominasi oleh zona pegunungan/perbukitan

yang tersusun batuan intrusi dan endapan masam, dibagian selatan

didominasi oleh dome gambut dan disekitar dan daerah aliran

sungai Katingan dan cabang-cabang sungainya merupakan zona

rendah endapan sungai dan backswamps.


Sumber : Eksplorasi department PT. Kasongan Bumi Kencana
Gambar 3.1. Peta Geologi Regional PT. Kasongan Bumi Kencana

3.2.2 Stratigrafi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tewah

(A.S.Sumartadipura dan U.Margono, 1996), Daerah Kabupaten

Katingan terbentuk oleh batuan Malihan Pinoh, Formasi Kuayan,

Tonalik Sepauk, Granit Sukadana, Batuan Gunung Api Kerabai,

Granit, Basal, Batuan Gunung Api Malasan, Batuan Terobosan

Sintang, Formasi Warukin, Formasi Dahor, Formasi Pembuang,

endapan Klastika, Endapan Rawa, Endapan Sungai, Endapan

Pantai dan Aluvium.Batuan yang tertua yang tersingkap di daerah

Kabupaten Katingan adalah batuan Malihan Pinoh yang terdiri dari

fillit, sekis, kurasit dan genis. Secara umum foliasinya berarah barat
daya-timur laut (NE-SW). Proses hidrotermal pneumatolit

mempengaruhi batuan ini, dibeberapa tempat menghasilkan

endapan logam dasar. Batuan ini diduga berumur Permokarbon.

Didaerah Katingan batuan ini tersingkap di bagian barat laut.

Formasi Kuayan terdiri dari breksi dengan komposisi andesit dan

basal, aliran lava batupasir tufaan dan tuf. Formasi ini tidak dapat

ditentukan umurnya tetapi di Kalimantan Barat, ditemukan fosil

berumur Trias didaerah Kabupaten Katingan. Formasi ini

tersingkap setempat di sebelah barat daerah Tumbang Samba.

Pada jaman Kapur Atas terbentuk batuan Tonalit Sepauk

yang merupakan batuan granitan dengan tekstur merata,

berkomposisi diorit, tonalit, granodiorit sampai monzonit. Kontak

terobosan antara batuan pluton granit dengan batuan dengan batuan

leleran yang bersusunan menengah terdapat disekitar Buntut Nusa,

Hulu Sungai Mentaya. Proses piritasi juga terjadi dibeberapa

tempat ketebalan beberapa milimeter sampai beberapa centimeter,

berhubungan erat dengan terjadinya endapan logam dasar di daerah

ini. Batuan Tonalit Sepauk diendapkan secara luas di bagian utara

Kabupaten Katingan.

Granit Sukadana merupakan batuan yang terdiri dari

Monzonit Kuarsa, Monzogranit, Sienogranit dan Granit Alkali

Feldspar, sedikit Sienit Kuarsa, Monzodiorit Kuarsa dan Diorit

Kuarsa. Batuan ini menerobos dan secara termal memalihkan


Malihan Pinoh, menindih Batuan Gunung Api Kerabai, Granit

Sukadana tersingkap sangat kecil di bagian barat laut Kabupaten

Katingan berbatasan dengan Kabupaten Seruyan.

Di bagian barat laut Kabupaten Katinganyang berbatasan

dengan Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur

setempat terdapat Batuan Gunung Api Kerabai yang diduga

berumur Kapur Atas. Batuan tersebut terdiri dari lava andesit, lava

dasit riolit yang sebagian terpisahkan

dari batuan piroklastik (abu, lapili, tuff hablur dan selatan; breksi

gunung api dan konglomerat). Disekitar Gunung Cintabirahi Granit

(bagian selatan Kabupaten Katingan) terdapat granit yang

merupakan batuan plutonik dengan komposisi granit-granodiorit,

berwarna putih berbintik hitam, kasat mata, berhablur penuh,

berbutir menengah, hipidiomorf. Mineral penyusunnya terdiri dari

orthoklas, kuarsa, plagioklas dan hornblende serta sedikit biotit.

Batuan granit ini diduga terbentuk pada jaman Kapur akhir.

Disekitar hulu sungai Bukni (bagian timur daerah Baun

Bango) terdapat basal yang berumur Eosen-Oligosen dengan

kenampakan warna kelabu kehijauan, berhablir penuh berbutir,

halus-sedang, porforitik dengan massa sulung plagioklas dan

piroksen. Di beberapa tempat memperlihatkan struktur diabas dan

ada juga berkomposisi andesit piroksen. Gejala ubahan tampak


dengan adanya klorit dan mineral lempung. Batuan ini diduga

menerobos batuan granit (Kapur Akhir).

Batuan Gunung Api Malasan terdiri dari breksi gunungapi,

tuff, dan lava andesit hornblende. Batuan gunung Api Malasan

diduga berumur Miosen awal, diendapkan pada lingkungan litoral.

Batuan ini terdapat di sebelah timur daerah Tumbang Hiran. Batuan

terobosan Sintang merupakan batuan terobosan berkomposisi

andesit dan absal terdapat sebagai badan terobosan dengan ukuran

garis tengah beberapa kilometer. Terobosan ini dikaitkan dengan

kegiatan Gunung Api Sintang pada zaman tersier. Batuan ini

terdapat dibagian utara bagian Kabupaten Katingan.

Formasi Warukin terdiri dari dari batupasir, batupasir

tufaan, batupasir gampingan, batulanau dan batulempung. Di

beberapa tempat terdapat konglomerat berlapis silang siur dan

sisipan batugamping. Lapisan batubara dengan ketebalan 0,3

sampai 2 meter terdapat dalam lapisan batupasir. Di daerah formasi

ini mengandung bahan gunungapi dan ke arah utara kandungannya

semakin banyak. Sisipan batugamping koral berwarna putih dan

kekuning-kuningan dengan ketebalan kira-kira 10 sampai 15 meter,

terdapat di bagian bawah satuan ini. Formasi warukin diduga

berumur Miosen.

Formasi Dahor menempati sebagian besar daerah bagian

tengah selatan Kabupaten Katingan. Formasi dahor terdiri dari


konglomerat berselingan dengan batupasir. Konglomerat, warna

cokelat kehitaman, agak padat komponen terdiri dari fragmen

kuarsit dan basal, berukuran 1 sampai 3 cm. Kemas terbuka dengan

matrik berukuran pasir. Batupasir berwarna kekuningan sampai

kelabu, berbutir sedang sampai kasar, setempat berstruktur sedimen

silang siur. Batulempung berwarna kelabu, agak lunak, karbonatan

setempat mengandung lignit, tersingkap sebagai sisipan dalam

batupasir dengan ketebalan 20-60 cm, formasi dahor diperkirakan

mempunyai ketebalan 300 meter, berumur Miosen tengah-

Pleistosen diendapkan di lingkungan paralik.

Dibagian selatan Kabupaten Katingan (sebelah timur daerah

Mendawai) terdapat batuan Formasi Pembuang yang berumur

Pleistosen akhir. Formasi ini terdiri dari batupasir karbonat,

berbutir kasar-sedang, berkomposisi kuarsa, feldspar, karbon dan

biotit, konglomerat aneka bahan, kalsit dan batupasir. Batupasir

kurang padu berbutir halus sedang. Batulanau dan lempung kelabu

berlapis baik. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan delta

berkembang yang meliputi tiga kali siklus pengendapan. Pada kala

holosen di daerah Kabupaten Katingan diendapkan endapan

klastika, endapan rawa, endapan sungai, endapan sungai, endapan

pantai dan aluvium.

Endapan klastika terdiri dari pasir, lanau, lempung dan

gambut. Pasir berbutir kasar-halus umumnya terdiri dari kuarsa,


feldspar dan biotit, berwarna cokelat terang, tidak berlapis,

setempat dijumpai komponen konglomerat. Lanau berwarna kelabu

terang tidak kompak dan tidak berlapis. Lempung dan lumpur

berwarna kelabu sangat lunak. Gambut berwarna hitam cokelat

dibeberapa tempat endapan ini mirip atau sulit dibedakan dengan

endapan permukaan lainnya.

Endapan rawa terdiri dari gambut, lanau, lempung dan

lumpur. Gambut yang umumnya berwarna hitam cokelat, dan tidak

kompak. Serta lanau, lempung dan lumpur umumnya berwarna

putih kecokelatan, banyak sisa organik darat.

Endapan sungai terdiri dari kerakal/kerikil, pasir lanau,

lempung dan lumpur mengandung sisa organik darat.

Kerakal/kerikil dan pasir umumnya tidak kompak terdiri dari

komponen batuan (batupasir/kuarsa/batubara) dan sisa tumbuhan.

Lanau, lempung dan lumpur banyak dijumpai di daerah dekat

muara sungai, tercampur dengan sisa tumbuhan halus, beberapa

garis kelurusan yang hampir sejajar alur sungai menunjukkan

pengaruh kegiatan sungai pada waktu banjir.

Endapan pantai terdapat di bagian selatan Kabupaten

Katingan, terdiri dari pasir, lanau dan sedikit lempung. Pasir kuarsa

lepas, berwarna putih kekuningan, berbutir halus-sedang tak

berlapis, setempat ditemukan sisa organik laut. Endapan ini


membentuk morfologi gunung pasir yang memanjang sejajar

pantai, dengan tebal/tinggi bisa mencapai 2 (dua) meter.

Aluvial (kuarter, holosen) terdiri dari gambut cokelat

kehitaman (endapan rawa; pasir lepas berwarna kekuningan halus-

kasar, tak berlapis (endapan sungai); lempung kelabu kecokelatan,

mengandung sisa tumbuhan, sangat lunak (daerah pasang surut)

dan lempung kailinan warna putih kekuningan, bersifat liat, tebal

berkisar dari 50-100 meter. Aluvium terdapat di sekitar daerah

aliran sungai Katingan dan anak-anak sungai.


3.3 Geologi Daerah Penelitian

3.3.1 Morfologi

Secara umum kondisi morfologi daerah penelitian (Wilayah

Kontrak Karya PT. Kasongan Bumi Kencana) merupakan

perbukitan gelombang lemah dan sedang dengan kemiringan lereng

kurang dari 30°. Daerah ini mempunyai puncak tertinggi 76 meter

di atas permukaan laut (dpl). Sungai utama pada daerah ini adalah

Sungai Jalinei yang mengalir di atas batuan yang bersifat dioritik

yang telah teralterasi kuat, dengan relatif arah aliran dari Barat –

Timur membelah daerah penelitian dan bermuara di Sungai

Kalanaman. Pada perbukitan umumnya jenis batuan penyusunnya

berupa batuan berumur tua dari trias, seperti batuan lithic tuff yang

kemudian mengalami proses litifikasi di daerah permukaan

membentuk clay.

3.4 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan pada tugas akhir ini antara lain :

1. Kamera

2. Buku tulis

3. Alat tulis

4. Kalkulator/Alat hitung

5. Laptop

6. Alat Pelindung Diri (APD)


3.5 Tata Laksana

3.5.1 Langkah Kerja

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan Tugas Akhir,

mempelajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun

buku panduan yang tersedia serta berkaitan dengan masalah

yang dibahas. Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah

gambaran umum daerah penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data

primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan cara pengamatan langsung dilapangan. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari perusahaan, meliputi pengumpulan data

curah hujan, keadaan regional geologi daerah penelitian, dan

lain-lain. Sumber data sekunder yaitu dari studi pustaka dan dari

Perusahaan.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan pengamatan langsung ke

lapangan dan menganalisa untuk mengetahui kandungan

batubara yang terdapat pada PT Indominco Mandiri.


4. Tahap Penyusunan Laporan

Hasil dari data keseluruhan di rangkum ke dalam laporan

tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan

Tugas Akhir.

3.5.2 Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan

metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah

instrumen kunci dengan bekal teori yang dimiliki mampu

menganalisis dan mengkonstruksi obyek yang diteliti sehingga

menjadi jelas dan bermakna. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif

dimana analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan

fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian diolah

menjadi sebuah hipotesis atau teori. Hasilnya lebih menekankan

pada kedalaman informasi atau makna.

Dalam metode kualitatif, teknik pengumpulan data yang

dilakukan yaitu :

a. Observasi (pengamatan)

Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan mengenai

kegiatan penambangan secara langsung pada PT. Kasongan Bumi

Kencana.
b. Interview (Wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan

secara langsung dari narasumber yang berkaitan dengan judul

Tugas Akhir Mahasiswa pada PT. Kasongan Bumi Kencana.

c. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan studi literatur yang berkaitan dengan

Hazard Report sebagai identifikasi awal bahaya dalam pencegahan

kecelakaan kerja pada kegiatan penambangan.

d. Pengumpulan Data

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang

telah di peroleh dari lapangan maupun data dari pihak perusahaan,

baik dari hasil wawancara dengan karyawan di lapangan, data

dokumentasi berupa foto-foto maupun data hasil pengukuran yang

diperoleh langsung dari lapangan.

e. Pengolahan Data

Metode ini dilakukan dengan mengolah data yang telah

dikumpulkan sebelumnya dan melakukan analisis data mengenai

permasalahan-permasalahan yang telah diamati.

f. Penyusunan Laporan

Pada tahap ini data-data yang telah didapatkan baik itu berupa hasil

wawancara maupun pengamatan langsung dilapangan, disusun

dalam bentuk laporan dan dipresentasikan di Jurusan.


3.5.3 Bagan Alir

Mulai

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana penerapan progam keselamatan dan kesahatan kerja di
PT. Kasongan Bumi Kencana ?
2. Faktor – faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kecelakaan pada
kegiatan pertambangan di PT. Kasongan Bumi Kencana ?
3. Bagaimana upaya pencegahan akan potensi bahaya yang ada di PT.
Kasongan Bumi Kencana ?

Studi Pustaka

Observasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


a. Dokumen program keselamatan a. Data curah hujan
dan kesehatan kerja b. Peta lokasi penelitian
perusahaan. c. Profil Perusahaan
b. Contoh kecelakaan kerja di d. Struktur Perusahaan
Lapangan. e. Data Geologi sekitar
c. Tindakan pengendalian atau
pencegahan

Pengolahan dan Analisis


Data
Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian


3.5.4 Waktu Penelitian

Tabel 3.3. Waktu Penelitian Tugas Akhir

Kegiatan Oktober’17 November’17 Desember’17 Januari’17 Febuari’17

Pengajuan judul

Tugas Akhir

Studi Literatur

Konsultasi

Proposal Tugas

Akhir

Seminar

Proposal Tugas

Akhir

Berangkat

Penelitian

Pengambilan

data

Pengolahan data

Penyusunan

Laporan

Pulang dari

Perusahaan

Konsultasi draft

Tugas Akhir

Seminar Hasil

Tugas Akhir

Sidang

Pendadaran
DAFTAR PUSTAKA

Adit, 2010. Jurnal Ilmiah keselamatan dan kesehatan kerja.

http://masadhietblog.blogspot.co.id/2010/02/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-

k3.html. Diakses 12 Oktober 2017.

Ibrahim Jati Kusuma 2010. Jurnal pelaksanaan program keselamtan dan kesehatan

kerja karyawan PT. Bitratex industries semarang.

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35581279/Jurnal.pdf?AWS

AccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1476340156&Signatu

re=b9NfjoumbCD%2F%2FIh%2F05FweA%2FNGR0%3D&response-content-

disposition=inline%3B%20filename%3DPELAKSANAAN_PROGRAM_KES

ELAMATAN_DAN_KESE.pdf. Diakses 12 Oktober 2017.

Magdalena praharani, 2016. Artikel Ilmiah Manfaat keselamatan dan kesehatan

kerja bagi pekerja.

http://www.slideshare.net/magdalenaPSN/artikel-ilmiah-63269744. Diakses 12

Oktober 2017.

Mawardi Edi, 2014. Artikel K3 Sebagai Tanggung Jawab Dan Investasi Masa

Depan.

https://www.linkedin.com/pulse/k3-sebagai-tanggung-jawab-dan-investasi-

masa-depan-mawardi-s-t-. Diakses 12 Oktober 2017.


Zulherbi, S.TP. 2013. Artikel Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (SMK3).

http://konsultaniso.web.id/sistem-manajemen-k3-ohsas-180012007/manfaat-

penerapan-sistem-manajemen-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-smk3/.

Diakses 13 Oktober 2017.

BATAN. (2012). Lampiran PerKa BATAN 020/KA/I/2012 Pedoman Penilaian

Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: BATAN.

Wachyudi, Y. (2010). Identifikasi Bahaya, Analisis, dan Pengendalian Risiko

dalam Tahap Desain Proses Produksi Minyak & Gas di Kapal Floating

Production Storage & Offloading (FPSO) untuk Projek Petronas Bukit Tua Tahun

2010 Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai