Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB - III
OPERASI
A. Pengertian
Operasi (eksploitasi) adalah usaha-usaha untuk memanfaatkan prasarana irigasi
secara optimal. Usaha-usaha tersebut merupakan kesatuan proses pengumpulan dan
perencanaan, penyediaan, pembagian, pengaturan air irigasi, dan membuang
kelebihan air irigasi, agar dapat mencapai sasaran secara optimal. Sedangkan
menurut pasal 1 (23) UU RI No.7 Tahun 2004 “Operasi adalah kegiatan
pengaturan, pengalokasian serta pengelolaan air dan sumber air untuk
mengoptimalkan pemantapan prasarana SDA”.
Adapun ruang lingkup operasi irigasi terdiri dari :
Pengukuran dan pengumpulan data
Pengolahan dan analisa data
Kalibrasi alat ukur debit
Rencana tata tanam (global dan detail) serta golongan.
Rencana pembagian air (terus menerus, giliran,
intermiten)
Pelaksanaan pembagian air
Pengoperasian pintu air untuk membagi air, mengontrol drainasse, dan menjaga
keamanan saluran dan bangunan.
Pengoperasian pintu bendung untuk pengaturan air ke saluran induk
Pemantauan (monitoring) dan evaluasi
B. Luas Layanan
Luas sawah yang dilayani dari Bendung Benteng dapat dilihat pada ‘Tabel 3.1’.
D. Penjelasan Umum
Muka air diudik bendung dipertahankan selalu pada posisi +21.75.
Pada debit normal (Q<1000 m3/dt) pintu nomor 1 dan nomor 8, bukaan bawah
= 0.25 m.
Urutan menggerakkan pintu (membuka/ menutup) adalah mulai dari tengah
lalu ke pintu kiri dan kanan 4–5; 3–6; 2–7; 1–8.
Pada perubahan debit normal (debit bertambah atau berkurang), tiap-tiap pintu
digerakkan (membuka, menutup) sebesar = 0.25m.
Pada perubahan debit diatas normal (Q>1000 m3/dt), tiap-tiap pintu
digerakkan (membuka/ menutup) sebesar = 0.50m.
Dalam keadaan bukaan bawah, sebelum ditutup, pintu diangkat dahulu 0.50 m
(untuk melewatkan benda-benda yang mungkin terjepit).
Formasi akhir ’bukaan semua pintu rata’.
Denah komplex bendung Benteng dapat dilihat pada ’Gambar 3.1’ dan
potongan bendung Benteng dapat dilihat pada ’Gambar 3.2’.
Catatan :
Pengoperasian pintu utama secara prinsip sebagai berikut :
1. Dalam keadaan banjir, pengaliran diatas mercu max. 2 m.
2. Bila muka air masih naik (> +21,75) pintu diangkat untuk pengaliran dibawah
(muka air dipertahankan pada +21,75).
3. Dalam mengatur tinggi muka air, seluruh pintu diatur pula.
F. Tabel Debit
Pintu utama bendung Benteng dapat dioperasikan lewat bawah dan dapat
dioperasikan lewat atas.
a. Debit yang lewat di atas, memakai rumus debit : Q = 1,78 H3/2
Tabel debit dan penjelasannya (lihat ’Tabel 3.3’)
b. Debit yang lewat di bawah, memakai rumus debit : Q = 34,53 h (H–½h)
Tabel debit dan penjelasannya (lihat ’Tabel 3.4’)
Q = C x F2 N2 x 2 x g x z
N2-1
dimana : C = 0.95
F2 =2.025 m2
F1 =6,25 m2
N = F1 = 6.25 = 3.086
F2 2.025
z = selisih tinggi muka air diudik dan dihilir
g = 9,8 m/dt2
+ 22.27
+ 21.52
Z + 21.32
F1 + 18.82 F2
+ 16.16
w = 1.00 m
Pengambilan untuk saluran induk Sawitto, menggunakan pintu ukur
“Crump De Gruyter” sebanyak 4 unit, dengan rumus debit sebagai berikut :
Q = C x b x y x 2 x g x (h-y)
dimana : C = 0.94
b = 3.25 m (tiap pintu)
g = 9.8 m/dt2
y = tinggi bukaan pintu (m)
h = tinggi muka air diudik (diukur dari mercu ambang)
+ 22.27
+ 21.52
+ 21.15
h
o + 19.90
+ 18.82
+ 16.16
Alat ukur Crump De Gruyter dapat mengukur sekaligus mengatur besar dan
kecilnya debit yang dikehendaki. Untuk memudahkan perhitungan debit,
maka bukaan semua pintu pada posisi sama.
Tabel debit Crump De Gruyter dapat dilihat pada ‘Tabel 3.7’.
t = 1 : 1.5
w = 0,85 m
Pengambilan untuk saluran induk Pekkabata, menggunakan bangunan ukur
“Bendung Crump” sebanyak 1 unit, dengan rumus debit sebagai berikut :
Q = Cd x b x H3/2
dimana
Cd = 1,81 (mercu crump), hasil kalibrasi
b = 14 m
H = tinggi air diatas mercu crump, pada posisi datar (m)
Q = 1,81 x 14 x H3/2
= 25,34 H3/2
Q = C x B x T 2g Z
dimana :C = 0,75
B = 1,53 m
g = 9,8 m/dt2
sehingga
Q = 0,75 x 1,53 x T 2 . 9,8 . Z
= 5,08 x T Z
Tabel debit pintu intake Urung (pintu sorong) dapat dilihat pada ’Tabel 3.10’.