Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
oleh
c) Brainstem
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan
merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya (Puspitawati, 2009). Batang otak terdiri dari tiga bagian,
yaitu:
1) Mesencephalon atau otak tengah (mid brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan cerebrum dan cerebelum. Mesencephalon
berfungsi untuk mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
pupil mata, mengatur gerakan tubuh, dan fungsi pendengaran.
2) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
oblongata mengontrol fungsi involuntary otak (fungsi otak secara tidak
sadar) seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernapasan, dan pencernaan.
3) Pons disebut juga sebagai jembatan atau bridge merupakan serabut yang
menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta menghubungkan midbrain
disebelah atas dengan medula oblongata. Bagian bawah pons berperan
dalam pengaturan pernapasan. Nukleus saraf kranial V (trigeminus), VI
(abdusen), dan VII (fasialis) terdapat pada bagian ini.
d) Limbic system (sistem limbik)
Sistem limbik merupakan suatu pengelompokan fungsional yang mencakup
komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon. Secara fungsional sistem
limbik berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada tingkah
laku individu.
2) Suatu respon sadar terhadap lingkungan.
3) Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar
dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespon keadaan.
228
Gambar 3. Tampak dari sisi kanan aliran darah yang menuju ke otak
2. Epidemiologi
Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total, hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke atau kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan
bahwa 63,52 per 100.000 penduduk Indonesia berumur di atas 65 tahun ditaksir
menderita stroke.
3. Etiologi
Trombosis arteri pada SSP dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari trias
Virchow (Ginsberg, 2008):
a) Abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit degeratif, dapat
juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi). Trombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana
aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
b) Abnormalitas darah, misalnya polisitemia
c) Gangguan aliran darah
Infark trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar (termasuk
sistem arteri karotis) merupakan 70 persen kasus stroke non hemoragik trombus
dan pembuluh darah yang kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior)..
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti
oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga
diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein
(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran
232
darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
merupakan indikator penyakit aterosklerosis. Menurut Ginsberg (2008),
kemungkinan berkembangnya penyakit degeratif arteri yang signifikan meningkat
pada beberapa faktor resiko vaskular, yaitu umur, riwayat penyakit vaskular dalam
keluarga, hipertensi, diabetes melitus, merokok, hiperkolesterolemia, alkohol,
kontrasepsi oral, dan fibrinogen plasma.
4. Patofisiologi
Abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit degeneratif
yaitu arterosklerotik dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik
dengan cara menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya
trombus atau menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah, dan terjadi
aneurisma yang kemudian dapat robek (Janice & Hinkle, 2007).
Trombosis diawali dengan adanya kerusakan endotel, sehingga tampak
jaringan kolagen dibawahnya. Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah
akan berhubungan dengan serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian akan
merangsang trombosit dan agregasi trombosit serta merangsang trombosit
mengeluarkan zat-zat yang terdapat di dalam granula-granula di dalam trombosit
dan zat-zat yang berasal dari makrofag yang mengandung lemak. Akibat adanya
reseptor pada trombosit menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan
kolagen pembuluh darah.
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
dapat menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu singkat kurang dari
10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara, sedangkan iskemik yang
terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan
mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2008). Tempat terjadinya trombosis
yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Ketika arteri tersumbat secara akut oleh
233
trombus, maka area SSP yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada
perdarahan kolateral yang adekuat (Ginsberg, 2008).
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen
yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju otak (Batticaca, 2008). Adanya
stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah. Energi yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal dari metabolisme
glukosa dan disimpan di otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk
persediaan pemakaian selama 1 menit. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30
detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan otak
berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila
lebih dari 9 menit manusia dapat meninggal.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infark trombotik berdasarkan lokasi struktur otak yang
terkena (Price & Wilson, 2002):
a) Arteri karotis interna (sirkulasi anterior: gejala biasanya unilateral). Lokasi
tersering lesi adalah bifurkasio arteri karotis komunis ke dalam arteri karotis
interna dan eksterna. Cabang-cabang arteri karotis interna adalah arteri
oftalmika, arteri komunikan posterioir, arteri koroidalis anterior, arteri serebri
anterior, dan arteri serebri media.
1) Dapat terjadi kebutaan satu mata (episodik dan disebut amaurus fugaks) di
sisi arteri karotis yang terkena akibat insufisiensi arteri retinalis
2) Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi
arteri serebri media
3) Lesi dapat terjadi di daerah antara arteri serebri anterior dan media. Gejala
mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin mengenai wajah.
Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif karena
keterlibatan daerah bicara-motorik broca
b) Arteri serebri media (tersering)
1) Hemiparesis atau monoparesis kontralateral (biasanya mengenai lengan)
234
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk infark trombotik (Batticaca,
2008), yaitu:
a) Angiografi serebral untuk membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik misalnya sumbatan arteri
b) Scan tomografi komputer (Computer Tomography scan-CT scan) untuk
mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, dan tekanan
intrakranial. Kadar protein total meingkat, beberapa kasus trombosis disertai
proses inflamasi
236
a) Pengobatan Konservatif
Pengobatan konservatif (Brunner & Suddarth, 2001) meliputi:
1) Diuretika: untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2) Anti koagulan: mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi dari
tempat lain dalam kardiovaskuler.
3) Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
b) Pengobatan pembedahan
Pengobatan pembedahan tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral (Muttaqin, 2008):
1) Endosteroktomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh klien TIA
c) Penanganan dan perawatan stroke trombotik dirumah (Batticaca, 2008), yaitu:
1) Berobat secara teratur ke dokter
2) Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa
petunjuk dokter
3) Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi
tubuh yang lemah atau lumpuh
4) Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah
5) Bantu kebutuhan klien
6) Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik
7) Periksa tekanan darah secara teratur
8) Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke non hemoragik trombotik
8. Komplikasi
Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi dengan
hemiplegia berat, rentan terhadap komplikasi yang dapat menyebabkan kematian
lebih awal (Ginsberg, 2008), yaitu:
a) Pneumonia, septikemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
238
C. Clinical Pathway
Penyakit yang mendasari stroke (alkohol, hiperkolesteroid,
merokok, stress, depresi, kegemukan)
Obstruksi thrombus di
otak
Ketidakefektifan perfusi
Penurunan darah ke otak
jaringan otak
Pompa jantung
Hipoksia serebri meningkat
Kerusakan pusat gerakan
motorik dilobus frontalis terjadi Infark jaringan otak Edema TIK Resiko
hemiparese dan hemiplegia jaringan meningkat perdarahan
Mobilitas menurun
Penurunan kemampuan Reflek mengunyah Daya penciuman menurun (N. Penurunan daya
otot mengunyah/menelan menurun (N. 12) 1), menutup kelopak mata, penglihatan (N. 2)
(N. 5, 9, 10, 11) fungsi pengecap (N.7), Penurunan lapang
Hambatan pengdengaran dan pandang (N. 3, 4, 6)
Tirah baring
mobilitas fisik Tersedak keseimbangan menurun (N. 8)
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Obstruksi
jalan napas
Perubahan Resiko cedera
Risiko kerusakan Defisit persepsi sensori
integritas kulit perawatan diri
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
240
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
b) Keluhan Utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
melitus.
f) Pengkajian Fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital. Pemeriksaan tingkat kesadaran dapat dinilai
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale).
Membuka Mata (Eye)
Nilai
4 Spontan
3 Rangsang suara (pasien disuruh membuka mata)
2 Rangsang nyeri
1 Tidak membuka mata
Respon Bicara (Verbal)
5 Baik dan tidak terdapat disorientasi
4 Kacau (terdapat disorientasi tempat dan waktu)
Tidak tepat (mengucapkan kata-kata tetapi tidak dalam
3
bentuk kalimat dan kata-kata tidak tepat)
2 Mengerang (tanpa mengucapkan kata-kata)
241
Gangguan nervus cranial yang biasanya terjadi pada pasien dengan stroke
infark trombotik adalah:
Nervus kranial Fungsi Penemuan klinis dengan lesi
I: Olfaktorius Penciuman Anosmia (hilangnya daya
penghidu)
II: Optikus Penglihatan Amaurosis (buta sesaat)
III: Okulomotorius Gerak mata; kontriksi Diplopia (penglihatan kembar),
pupil; akomodasi ptosis; midriasis; hilangnya
akomodasi
IV: Troklearis Gerak mata Diplopia
V: Trigeminus Sensasi umum wajah, kulit ”mati rasa” pada wajah; kelemahan
kepala, dan gigi; gerak otot rahang
mengunyah
VI: Abdusen Gerak mata Diplopia
VII: Fasialis Pengecapan; sensasi umum Hilangnya kemampuan mengecap
pada platum dan telinga pada dua pertiga anterior lidah;
luar; sekresi kelenjar mulut kering; hilangnya lakrimasi;
lakrimalis, submandibula paralisis otot wajah
dan sublingual; ekspresi
wajah
VIII: Pendengaran; Tuli; tinitus(berdenging terus
Vestibulokoklearis keseimbangan menerus); vertigo; nitagmus
(gerakan bola mata yg cepat di luar
kemampuan)
IX: Glosofaringeus Pengecapan; sensasi umum Hilangnya daya pengecapan pada
pada faring dan telinga; sepertiga posterior lidah; anestesi
mengangkat palatum; pada farings; mulut kering
sekresi kelenjar parotis sebagian
X: Vagus Pengecapan; sensasi umum Disfagia (gangguan menelan) suara
pada farings, laring dan parau; paralisis palatum
telinga; menelan; fonasi;
parasimpatis untuk jantung
dan visera abdomen
XI: Asesorius Fonasi; gerakan kepala; Suara parau; kelemahan otot
Spinal leher dan bahu kepala, leher dan bahu
XII: Hipoglosus Gerak lidah Kelemahan dan pelayuan lidah
g) Pemeriksaan Refleks
1) Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau
periosteum derajat refleks pada respons normal.
2) Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahului dengan refleks patologis.
243
2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat
b) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas karena reflek mengunyah menurun
c) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan kemampuan otot mengunyah/menelan
d) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan daya
penglihatan, penurunan lapang pandang, daya penciuman menurun,
pengdengaran dan keseimbangan menurun
246
3. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA