Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB II
Tinjauan Pustaka
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya
(larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam
basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi
volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri,
1999).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah
warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan
titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan digunakan indikator. Saat
perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).
Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai
standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan menggunakan
suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume
larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut
standar primer (Sukmariah, 1990).
Zat yang digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan
berikut:
1.Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
2.Harus stabil.
3.Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis , sehingga tidak menyerap uap air,
tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah
digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas zat terlarut
dalam suatu volume larutan itu, dimana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui
dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini:
Mol = liter x konsentrasi molar
atau:
Mmol = ml x konsentrasi molar
Perhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutaan yang diketahui
molaritasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan devinisi bobot ekuivalen, dua larutan akan
bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama.
Dalam hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian
juga kedua volume (Brady, 1990).
Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif memberikan informasi mengenai apa saja yang menjadi
komponen penyusun dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif memberikan
informasi mengenai beberapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel. Dengan kata
lain, analisis kualitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya senyawa dalam sampel.
Analisis kuantitatif konvensional yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri.
Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar,
yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume
titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang
didasarkan pada terjadinya reaksi asam basa antara sampel dengan larutan standar disebut
analisis asidi alkalimetri. Apabila larutan standar yang digunakan adalah suatu larutan yang
bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalahh analisis asidimetri. Sebaliknya jika
digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis
alkalimetri. Konsentrasi larutan asam basa sering menggunakan satuan kemolaran (M), maka
rumusan itu dapat diubah. Konversi dari suatu kemolaran ke normalitasan adalah mengalikan
valensi (n) asam atau basa dengan kemolaran. Sebaliknya dari suatu kenormalan ke satuan
kemolaran adalah membagi kemolaran dengan valensi asam atau basa. Konversi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dengan rumus :
VA . MA . nA = VB . MB . nB
Keterangan :
VA = Volume sebelum pengenceran
MA = Molaritas sebelum pengenceran
VB = Volume setelah pengenceran
MB = Molaritas setelah pengenceran
nA = Valensi asam
nB = Valensi basa (Keenan, 1991).
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
I II III
1 Volume larutan asam oksanat 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
19,8 19,7
2 Volume NaOH terpakai 20 mL 19,8 mL
mL mL
Molaritas (M) NaOH 0,05 0,05 0,05 0,05 M
3
M M M
Ulangan
No Prosedur Rata-rata
I II III
1 Volume larutan HCl 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 25 mL 25 mL 12 mL 20,6 mL
Berdasarkan hasil percobaan
3 Molaritas (M) NaOH 0,05 mL
diatas
4 Molaritas (M) larutan HCl 0,04 mL 0,04 mL 0,08 mL 0,05 mL
BAB V
Pembahasan
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari praktikum yang kami lakukan adalah :
1. Untuk mengetahuikadar larutan asam dapat ditentukan dengan menggunakan
larutan basa yang sudah diketahui kadarnya,dan sebaiknya kadar suatu larutan basa
dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang sudah diketahui
kadarnya.
2. Pada standarisasi larutan NaOH terhadap asam oksalat dan NaOH terhadap HCl
indicator yang digunakan adalah penolphtalein atau PP 1 % sebanyak 3 tetes,
dengan demikian didapat bahwa molaritas NaOH yang terpakai sebanyak 0,05 M
dan molaritas HCl sebanyak 0,05 M.
6.2 Saran
Setiap kita melakukan praktikum harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum.
BAB VI
Jawaban Pertanyaan
Pernyataan
1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen ?
2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator ?
3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak di tambah dengan indikator ?
4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi di atas ?
5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder ?
6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi ?
Jawaban
1. Caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen adalah :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah
warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH.
2. Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa,atau
netral melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada trayek pH
tertentu.
Fungsi indikator yaitu :
1.Untuk mengetahui berapa kira-kira pH suatu larutan.
2.Untuk mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapa senyawa organik dan
senyawa anorganik.
3. Tidak, karena tidak akan terjadi perubahan warna pada reaksi, karena larutan tidak
ditambah dengan indikator.
4. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat adalah sebagai berikut :
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan HCl adalah sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
5. a.Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dalam proses
pembuatannya larutan standar primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain
ntuk memastikan konsentrasi larutan yang sebenarnya, contoh larutan standar primer
padapercobaan ini adalah asam oksalat.
b.Larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk
menstandarisas / menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasiyang sebenarnya, contohnya
pada percobaan ini adalah NaOH.
6. Reaksi asam basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. 1990. Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Keenan, Charles W. dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta, Erlangga.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa Aksara, Jakarta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung, ITB.