Anda di halaman 1dari 4

Riwayat Penyakit

A. Keluhan Utama

Hal yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya sakit kepala dan demam yang merupakan
gejala awal yang sering terjadi. Sakit kepala berhubungan dengan ensefalitis yang selalu berat dan
sebagai akibat iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkan klien mengalami campak, cacar air, herpes, dan
bronkopneumenia. Pengakajian pada anak mungkin didapatkan riwayat menderita penyakit yang
disebabkan oleh virus, seperti virus influenza, varisela, adenovirus, coxsachie, ekhovirus, atau
parainfluenza, infeksi bakteri, parasit sel satu, cacing, fungus, riketsia. Pengkajian penggunaan obat-obat
yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat kortikosteroid, antibiotik dan reaksinya (untuk
menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat meningkatkan kompherensifnya pengkajian.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri
contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.

E. Pengkajian Psikososiospiritual

Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien.

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, cemas, serta
ketidak mampuan untuk untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa
digunakan klien selama masa setres, meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat setres.

II. Pemeriksaan Fisik


1) Tanda-Tanda Vital (TTV)

Pada klien ensefalitis biasanya didapatkan peningkatan suhu lebih dari normal 39-41°. Keadaan ini
biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak yang sudah mengganggu pusat
pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK.
Jika disertai peningkatan frekuensi nafas sering berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
umum dan adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum mengalami ensefalitis. Tekanan darah
biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningkatan TIK.

2) B1 (Breathing)

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi nafas yang sering didapatkan pada klien ensefalitis yang disertai adanya gangguan
pada sistem pernafasan. Palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi nafas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis karena akumulasi sekret dari penurunan
kesadaran.

3) B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovelemik) yang sering terjadi pada
klien ensefalitis yang telah mengganggu autoregulasi dari sistem kardiovaskuler.

4) B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistem lainnya.

· Pengkajian tingkat kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor dan
semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan.

· Pengkajian fungsi serebral

Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik klien. Pada klien ensefalitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

· Pengkajian saraf kranial

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf I-XII

Saraf I : biasanya pada klien ensefalitis tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II : tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin
didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
Saraf III, IV dan VI : pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien ensefalitis yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut ensefalitis yang telah mengganggu
kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan. Dengan alasan yang
tidak diketahui, klien ensefalitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap
cahaya.

Saraf V : pada klien ensefalitis didapatkan paralisis pada otot sehingga mengganggu proses
mengunyah.

Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya paralisis unilateral.

Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.

Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk
melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.

Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan
normal.

· Pengkajian sistem motorik

Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan, dan koordinasi pada ensefalitis tahap lanjut mengalami
perubahan.

· Pengkajian refleks

Pemeriksaan refleks profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat refleks
pada respon normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien ensefalitis dengan tingkat kesadaran
koma.

- Gerakan involunter : tidak ditemukan adanya tremor, tic dan distonia. Pada keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan ensefalitis disertai peningkatan suhu
tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan ensefalitis. Kejang terjadi
sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.

· Pengkajian sistem sensorik

Pemeriksaan sensoris pada ensefalitis biasanya didapatkan sensasi raba, nyeri dan suhu yang normal,
tidak ada sensasi abnormal dipermukaan tubuh, sensasi propriosefsi dan diskriminatif normal. Inflamasi
pada selaput otak mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali pada ensefalitis. Tanda tersebut
adalah kaku kuduk, yaitu adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme
otot-otot leher.

5) B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem kemih biasanya didapatkan penurunan volume urine output, yang
berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.

6) B5 (Bowel)

Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien
ensefalitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

7) B6 (Bone)

Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum.
Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain

Anda mungkin juga menyukai