Bagian B
Penjelasan Rinci Laporan Studi EHRA
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahun 2013
LAPORAN STUDI
EHRA(Environmental Health Risk
Assessment)
DISIAPKAN OLEH:
POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN KEPL. TALAUD
KATA PENGANTAR
Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
merupakan salah satu dari beberapa studi primer untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih
Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP).
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah
sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta
perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai dengan tingkat kelurahan.
Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk
menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK).
Studi EHRA dirancang sedemikian rupa agar dapat melakukan pengulangan studi EHRA dalam kurun
waktu tertentu, misalnya setiap 3 tahun. Biayanya pun seminimum mungkin tanpa harus mengorbankan kualitas
informasi yang diperoleh. Pengulangan studi EHRA beberapa tahun kemudian dapat merupakan bagian dari
kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev). Studi EHRA memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan
data. Petugas pengumpul data (enumerator) umumnya menggunakan tenaga kader Posyandu, yang jelas punya
banyak keunggulan dibandingkan menggunakan tenaga lain.
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah input Buku Putih untuk mendapatkan
gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan, Memberikan
advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi, Menyediakan dasar informasi yang valid dalam
penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada City Fasilitator yang mendampingi kami Pokja
Kabupaten Kepl. Talaud selama proses persiapan sampai tersusunnya EHRA, juga kepada semua pihak jajaran
pemerintah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepl. Talaud dan terlebih Bupati Kabupaten Kepl. Talaud yang selalu
memberi dukungan untuk penyusunan EHRA. Semoga Tuhan Memberkati Kita Semua.
………………………………………..
……Juli 2013
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif
Bab 1: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA
Bab 4: Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Hambatan/Kendala
4.3 Saran
Daftar Istilah
Daftar Tabel
Daftar Grafik
Daftar Foto
RINGKASAN EKSEKUTIF (RE)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap orang bukanlah hal yang mudah,
akan tetapi memerlukan proses yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta
berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai, dan mengukur tingkat kemajuan tatanan
adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan.
Gambaran pengelolaan air limbah domestik yang meliputi kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan,
kesadaran masyarakat dan PMJK, pemetaan media terhadap pelaksanaan pengelolaan air limbah yang selama ini
telah dilakukan, partisipasi dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan, serta isu strategis dan permasalahan yang
mendesak terkait pengelolaan air limbah.
Pengelolaan air limbah cair di Kabupaten Kepulauan Talaud masih banyak menggunakan sistem
pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di
sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud lebih pada
pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung
di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank atau ke drainase lingkungan.
Penanganan persampahan di Kabupaten Kepulauan Talaud pada umumnya dimulai dari pewadahan,
pengumpulan/penyapuan, pengangkutan. Kabupaten Kepulauan Talaud saat ini sedang melakukan persiapan
pembebasan lahan untuk lokasi TPA. Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kepulauan Talaud masih
dilakukan secara konvensional. Penerapan sistem pengelolaan sampah secara terpadu masih terus diupayakan
dalam kerangkan percepatan pembangunan sanitasi permukiman. Kebiasaan masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Talaud sampai saat ini di dominasi oleh perlakuan akhir sampah dengan cara dibakar, di buang ke lahan
kosong/hutan/dibiarkan membusuk. Sementara perlakuan yang cukup menimbulakan resiko pencemaran lingkungan
adalah membuang sampah ke sungai dan laut. Pengelolaan persampahan yang dapat menimbulkan tingginya resiko
sanitasi dikalangan masyarakat disebabkan oleh minimnya akses terhadap infastruktur persampahan, karena itu
perlu suatu proses perencanaan secara terpadu khusunya pada pengelolaan persampahan.
Secara umum, saluran Drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud belum menjangkau seluruh Ibukota
kecamatan. Kabupaten kepulauan Talaud sebagai wilayah pesisir memiliki sebagian besar dataran rendah sehingga
disaat musim penghujan sering terjadi genangan. Saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan limpasan air hujan
baik dalam bentuk drainase buatan maupun drainase alami. Namun dalam pengelolaan pemeliharaannya belum
optimal, hal ini terbukti banyaknya terjadi luapan air ke permukaan jalan ketika terjadi hujan. Tingkat
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud masih rendah hal bisa dilihat
dari hasil survey EHRA yaitu masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga
menyumbat saluran drainase lingkungan. Karena tersumbatnya saluran drainase lingkungan tersebut sehingga
diwaktu hujan air meluap menggenangi jalan.
Distribusi air bersih di Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan sistem gravitasi, namun distribusi air
bersih belum mencakup seluruh wilayah kecamatan. Untuk itu masih baynak masyarakat yang menggunakan sumur
atau juga air kemasan untuk masak dan minum.
Persentase rumah yang mengalami banjir di wilayah yang menjadi sampling dilakukannya survey EHRA.
Sebagian besar rumah tidak pernah mengalami banjir tetapi untuk gengangan air disekitar rumah masih tinggi
Bab 1: Pendahuluan
Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan
merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi
Kabupaten/Kota untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan
pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat
rumah tangga dalam skala kabupaten/kota. Komponen sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair
domestik, limbah padat/persampahan dan drainase lingkungan, serta Perilaku Higiene dan Sanitasi termasuk
praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA yang baru, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota harus melakukan klastering kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan
penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasiyang berpotensi
digunakan untuk sarana sanitasi dan daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat.
Pengambilan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel, disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.Namun demikian
ada batasan jumlah sampel/responden minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%.
Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di
kabupaten/kota sampai dengan kelurahan.Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja
Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK).
Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:
A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup:
1. Sumber air minum,
2. Layanan pembuangan sampah,
3. Jamban,
4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM:
1. Buang air besar
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan 3R
5. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
Waktu pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten Talaud dimulai dari pelatihan EHRA diantaranya pelatihan
Enumerator dan Entryer data yang dilakukan pada tanggal 06 Mei 2013 kemudian pelaksanaan pengisian kuesioner
di lapangan dilakukan pada tanggal 07 Mei sampai dengan 21 Mei 2013.pemasukan data kedalam program EHRA
dilakuakan mulai tanggal 14 Mei sampai dengan 28 Mei 2013. Analisa data EHRA dilakukan selama 2 Hari yaitu dari
tanggal 29 – 30 Mei 2013.
Bab 2 : Metodologi dan Langkah Studi EHRA
Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering.
Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” .
Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan
demikian metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok
digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan
sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey.
Pihak-pihak yang mendukung hingga terlaksananya studi EHRA ini yaitu semua anggota Pokja Sanitasi Kabupaten
Kepulauan Talaud, para enumerator dan juga para responden yang telah mau bekerjasama dalam pengisian data
kuesioner yang dilakikan oleh enumerator yang dalam hal ini adalah petugas puskesmas masing-masing kecamatan
yang telah terpilih.
Penentuan target area survey dilakukan oleh anggota pokja dalam hal ini SKPD-SKPD terkait sanitasi.Penetapan
klaster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib
digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam melakukan studi EHRA.
a. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah tertentu. Pada umumnya kota-kota telah
mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan kecamatan dan kelurahan. Sementara untuk kabupaten,
umumnya hanya mempunyai data kepadatan penduduk sampai kecamatan meskipun ada pula beberapa
kabupaten yang mempunyai data kepadatan penduduk sampai desa.
Di banyak kabupaten, tingkat kepadatan penduduk tidak merata. Ada beberapa kecamatan atau
desa/kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi dan lainnya masih sangat rendah karena
sebagian besar lahannya masih berupa perkebunan atau hutan lindung. Oleh karena itu, Studi EHRA di
kabupaten yang kepadatan penduduknya tidak merata akan diutamakan di kecamatan dan desa dengan
kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per Ha.
b. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan
kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau desa/kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan
bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula
sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
∑ KK
Persentase angka kemiskinan disesuaikan dengan data angka kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota
atau yang disepakati oleh Pokja.
c. Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah
digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
d. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air,
luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut yang bisa ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM
PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam.
Klastering wilayah dalam sebuah kabupaten/kota akan menghasilkan kategori klaster. Wilayah (kecamatan atau
desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang
identik/ homogen. Dengan demikian, desa/ kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili
desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka
hasil Studi EHRA dengan metoda Cluster Random Sampling akan bisa memberikan peta area berisiko dalam skala
kabupaten/kota.
Dalam menentukan jumlah desa dan kelurahan, Pokja mengambil jumlah sample minimal dikarenakan
Kabupaten Talaud merupakan daerah kepulauan yang sangat berjauhan jarak antar desa sehingga dibutuhkan dana
yang besar. Tetapi dana yang teredia terbatas sehingga tidak dapat dilakukan pengambilan sampling secara
keseluruhan dari semua desa yang ada. Untuk itu Pokja mengambil beberapa desa yang dianggap mewakili desa-
desa yang lain berdasarkan klaster yang telah dilakukan
KRITERIA KLASTER
Jumlah
Kecamatan & Jumlah Terlewati KK per
No. Kepadatan Banjir / Klaster
Kelurahan KK sungai/drainase/irigasi/ kelurahan
Penduduk ROB / desa
Miskin pesisir pantai
1 KABARUAN 3,929
1 BULUDE v v 2 128
2 BULUDE SELATAN v 1 125
3 KABARUAN v v 2 158
4 KABARUAN TIMUR v v 2 103
5 KORDAKEL v v 2 97
6 MANGARAN v v 2 169
7 PANGERAN v 1 129
8 PANTUGE v 1 80
9 PANTUGE BARAT v 1 86
10 PANULAN v v 2 100
11 RARANGE v 1 134
12 TADUNA V 1 266
TOTAL KABARUAN 1,575
2 DAMAU 2,725
1 AKAS v 1 90
2 AKAS BALANE v 1 117
3 BIRANG v v 2 104
4 DAMAU v v 2 264
5 DAMAU BAWONE v 1 210
6 IGHIK v 1 45
7 PERET v 1 54
8 TADUWALE v 1 249
TOTAL DAMAU 1,133
3 LIRUNG 4,690
1 LIRUNG v v 2 249
2 LIRUNG I v v v 3 500
3 LIRUNG MATANE v v 2 218
4 MUSI v v v 3 184
5 SEREH v 1 160
6 SEREH I v 1 164
7 TALOLANG v v 2 217
TOTAL LIRUNG 1,692
4 SALIBABU 3,712
1 BALANG v v 2 151
2 BITUNURIS v v v v 4 384
3 BITUNURIS SELATAN v v 2 236
4 DALUM v v v v 4 378
5 SALIBABU v v 2 234
6 SALIBABU UTARA v v 2 245
TOTAL SALIBABU 1,628
5 KALONGAN 2,870
1 ALUDE v v v 3 138
2 KALONGAN v v 2 327
3 KALONGAN SELATAN v v 2 179
4 KALONGAN UTARA v v v 3 126
5 MUSI I v v v 3 124
TOTAL KALONGAN 894
6 MORONGE 1,974
1 MORONGE v 1 201
2 MORONGE I v 1 172
3 MORONGE II v 1 164
4 MORONGE SELATAN v v 2 179
5 MORONGE SELATAN I v 1 182
MORONGE
1
6 SELATAN II v 181
TOTAL MORONGE 1,079
7 MELONGUANE 5,662
1 AMBELA v 1 66
2 KIAMA v v 2 146
3 KIAMA BARAT v v 2 139
4 MALA v v 2 138
5 MALA TIMUR v v 2 114
6 MAREDAREN KIAMA v v 2 93
7 MELONGUANE V v v v 4 288
8 MELONGUANE BARAT V v v v 4 325
9 MELONGUANE TIMUR V v v v 4 317
10 SAWANG v v v 3 112
11 SAWANG UTARA v v v 3 86
12 TARUN v v 2 106
13 TARUN SELATAN v v 2 134
TOTAL MELONGUANE 2,064
9 BEO 3,544
1 BANTIK 0 368
2 BANTIK LAMA 0 110
3 BENGEL 0 72
4 BEO v v 2 436
5 BEO BARAT v v v v 4 452
6 BEO TIMUR v v v v 4 260
TOTAL BEO 1,698
12 RAINIS 4,453
1 ALO v v 2 205
2 ALO UTARA v v 2 129
3 BANTANE v v 2 193
4 BANTANE UTARA v v 2 184
5 NUNU v v 2 142
6 NUNU UTARA v v 2 111
7 PERANGEN v v 2 155
8 RAINIS v v 2 212
9 RAINIS BATU PENGA v v 2 172
10 TABANG v v 2 150
11 TABANG BARAT v v 2 167
TOTAL RAINIS 1,820
14 PULUTAN 1,662
1 DARAN v v 2 126
2 DARAN UTARA v v 2 122
3 PULUTAN v v 2 149
JUMLAH DESA SASARAN KEGIATAN EHRA BERDASARKAN KLASTERING PER DESA DI 5 KECAMATAN
DENGAN TARGET SASARAN 400 RESPONDEN
1 Melonguane 0 1 7 2 3 13
2 Lirung 0 2 3 2 0 7
3 Beo 3 0 1 0 2 6
4 Gemeh 0 0 0 9 0 9
5 Nanusa 0 0 2 3 0 5
Total 3 3 13 16 5 40
Jumlah Total Responden di 5 Kecamatan yang diambil minimal dan atau 400
responden
Total Anggaran 27,397,000
Jumlah Desa 10 Desa
Maka Sampel Responden yg diambil di tiap Desa di 5 Kecamatan adalah
400/10 = 40 Responden / Desa
Biaya / Responden = 27.397.000 / 40 / 10
68,493 Per Responden
Klaster 4 Melonguane
Klaster 3 Sawang,Lirung 1,Bambung Timur,Marampit
Klaster 2 Karatung Tengah,Beo,Kiama
Klaster 1 Sereh 1
Klaster 0 Bantik
2.3 Penentuan Jumlah/Besar Responden
Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA di Kab. Kep. Talaud adalah RT (Rukun
Tetangga)/Lingkungan dan dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT/lingkungan dalam
setiap Desa/Kelurahan yang telah dipilih menjadi area survey.
Jumlah sampel total responden minimal adalah 400 responden. Sementara jumlah sampel RT/Lingkungan per
Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden.Dengan demikian jumlah
sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden. Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak
perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Di Kab. Kep. Talaud, Rumah tangga responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini
bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan
rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri.
Bab 3 : Hasil Studi EHRA
3.1 Informasi Responden
B. INFORMASI RESPONDEN.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
Kelompok <= 20 tahun 1 3.3 1 2.5 0 .0 0 .0 0 .0 2 .5
Umur 21 - 25 tahun 2 6.7 1 2.5 11 9.2 7 4.1 0 .0 21 5.3
Responden 26 - 30 tahun 0 .0 3 7.5 14 11. 14 8.2 9 22. 40 10.
7 5 0
31 - 35 tahun 8 26. 4 10. 14 11. 33 19. 6 15. 65 16.
7 0 7 4 0 3
36 - 40 tahun 6 20. 7 17. 23 19. 35 20. 11 27. 82 20.
0 5 2 6 5 5
41 - 45 tahun 3 10. 7 17. 14 11. 20 11. 8 20. 52 13.
0 5 7 8 0 0
> 45 tahun 10 33. 17 42. 44 36. 61 35. 6 15. 13 34.
3 5 7 9 0 8 5
B2. Apa status Milik sendiri 23 76. 36 90. 94 78. 13 78. 25 62. 31 77.
dari rumah 7 0 3 3 2 5 1 8
yang anda Rumah dinas 1 3.3 1 2.5 2 1.7 2 1.2 4 10. 10 2.5
tempati saat 0
ini? Berbagi dengan 0 .0 0 .0 1 .8 0 .0 2 5.0 3 .8
keluarga lain
Sewa 0 .0 0 .0 1 .8 0 .0 1 2.5 2 .5
Kontrak 0 .0 1 2.5 0 .0 0 .0 2 5.0 3 .8
Milik orang tua 6 20. 2 5.0 22 18. 32 18. 6 15. 68 17.
0 3 8 0 0
Lainnya 0 .0 0 .0 0 .0 3 1.8 0 .0 3 .8
B3. Apa Tidak sekolah 3 10. 2 5.0 1 .8 1 .6 2 5.0 9 2.3
pendidikan formal 0
terakhir SD 7 23. 25 62. 29 24. 71 41. 3 7.5 13 33.
anda? 3 5 2 8 5 8
SMP 10 33. 5 12. 29 24. 49 28. 7 17. 10 25.
3 5 2 8 5 0 0
SMA 9 30. 4 10. 42 35. 37 21. 12 30. 10 26.
0 0 0 8 0 4 0
SMK 1 3.3 1 2.5 9 7.5 4 2.4 2 5.0 17 4.3
Universitas/Aka 0 .0 3 7.5 10 8.3 8 4.7 14 35. 35 8.8
demi 0
B4. Apakah Ya 3 10. 24 60. 35 29. 25 14. 3 7.5 90 22.
ibu 0 0 2 7 5
mempunyai Tidak 27 90. 16 40. 85 70. 14 85. 37 92. 31 77.
Surat 0 0 8 5 3 5 0 5
Keterangan
Tidak Mampu
(SKTM) dari
desa/kelurah
an?
B5. Apakah Ya 13 43. 30 75. 74 61. 13 77. 4 10. 25 63.
ibu 3 0 7 2 6 0 3 3
mempunyai Tidak 17 56. 10 25. 46 38. 38 22. 36 90. 14 36.
Kartu 7 0 3 4 0 7 8
Asuransi
Kesehatan
bagi Keluarga
Miskin
(ASKESKIN)?
B6. Apakah Ya 21 70. 37 92. 10 89. 15 90. 32 80. 35 87.
ibu 0 5 7 2 4 6 0 1 8
mempunyai Tidak 9 30. 3 7.5 13 10. 16 9.4 8 20. 49 12.
anak? 0 8 0 3
Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kepulauan Talaud masih dilakukan secara konvensional.
Penerapan sistem pengelolaan sampah secara terpadu masih terus diupayakan dalam kerangkan percepatan
pembangunan sanitasi permukiman. Dalam pelaksanaanya pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Talaud
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Berdas
Pengelolaan sampah berdasarkan cluster (gambar 3.5), bahwa kebiasaan sampai saat ini di dominasi oleh perlakuan
akhir sampah dengan cara dibakar, di buang ke lahan kosong/hutan/dibiarkan membusuk. Sementara perlakuan yang
cukup menimbulakan resiko pencemaran lingkungan adalah membuang sampah ke sungai dan laut seperti yang
tampak pada grafik batang yang berwarna ungu.
Gambar 3.14 : Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga
Praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada empat puluh desa di
kabupaten kepulauan Talaud, ternya hampir seluruh masyarakat yang menjadi responden tidak memilah sampah
Pengelolaan persampahan yang dapat menimbulkan tingginya resiko sanitasi dikalangan masyarakat
disebabkan oleh minimnya akses terhadap infastruktur persampahan, karena itu perlu suatu proses perencanaan
secara terpadu khusunya pada pengelolaan persampahan
3. PERSAMPAHAN.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
3.1 Tidak 29 96.7 40 100 120 100 170 100 40 100 399 99.8
Pengelolaan memadai
sampah Ya, 1 3.3 0 .0 0 .0 0 .0 0 .0 1 .3
memadai
3.4 Tidak 2 96.7 3 95.0 117 97.5 168 98.8 40 100 392 98.0
Pengolahan diolah 9 8 .0
sampah Ya, diolah 1 3.3 2 5.0 3 2.5 2 1.2 0 .0 8 2.0
setempat
Cakupan pengelolaan air limbah cair di Kabupaten Kepulauan Talaud masih banyak menggunakan sistem
pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di
sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud lebih pada
pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung
di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank atau ke drainase lingkungan. Dibawah ini
adalah grafik tempat penyaluran tinja berdasarkan hasil survey (EHRA)
Dari hasil survey yang sama juga ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat ternyata tidak pernah melakukan
pengurasan tanki septic seperti yang terlihat pada gambar 3.10 yaitu grafik batang berwarna ungu. Sedangkan praktek
pengurasan tanki septic berdasarkan cluster maka sebagian besar pelaksanaan pengurasan dilakukan sendiri seperti
pada gambar dibawah ini. Walaupun kondisi ini sudah berlangsung sampai saat ini tapi kondisi aman tidaknya tanki
septic secara cluster dapat dikatakan belum beresiko fatal (gambar 3.12)
Gambar 3.11 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik
Gambar 3.12 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) seperti: rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk
menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. Prasarana pembuangan air limbah yang ada di Kabupaten
Kepulauan Talaud antara lain :
JAMBAN KELUARGA
Pengadaan prasarana jamban keluarga diupayakan oleh masyarakat dan sebagian merupakan
sumbangan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud melalui berbagai sumber pendanaan baik dari APBN,
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten Kepulauan Talaud. Sistem pengolahan air limbah umumnya pengolahan
setempat (on-site system) baik secara individual (jamban keluarga) maupun komunal (MCK) dengan fasilitas dan
pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi
sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Sampai saat ini Kabupaten
Kepulauan Talaud belum memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat berupa IPAL dan IPLT. Walaupun
demikian, dibeberapa lokasi sudah dibangun MCK sistem komunal untuk melayani satu kawasan pemukiman melalui
program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas).
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH (SPAL)
Sistem pengolahan air limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air
limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan
sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Kondisi
SPAL yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud pada umumnya masih menyatu dengan pembuangan air drainase.
Pengelolaan drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud di tangani oleh Dinas Pekerjaan Umum. Secara
umum, saluran Drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud belum menjangkau seluruh Ibukota kecamatan
Kabupaten kepulauan Talaud sebagai wilayah pesisir memiliki sebagian besar dataran rendah sehingga disaat
musim penghujan sering terjadi genangan. Adapun sistem drainase yang sudah terbangun sampai saat ini belum
mencakup seluruh wilayah kecamatan
Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir
Grafik diatas (gambar 3.8) menunjukkan persentase rumah yang mengalami banjir di wilayah yang menjadi
sampling dilakukannya survey EHRA. Sebagian besar rumah tidak pernah mengalami banjir seperti yang
tampak pada grafik batang warna biru muda. Grafik batang lainnya adalah jumlah kecil rumah serta frekuensi
terjadinya banjir. Sedangkan Rumah yang mengalami banjir rutin dapat dilihat pada gambar 3.9.
100
80
60 Tidak
100 100 100 100 100 100 Ya
40
20
0
0 1 2 3 4 Total
Dari table di atas diketahui bahwa di Kab. Kepl. Talaud tidak ada rumah tangga yang mengalami banjir rutin
Gambar 3.10 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir
Grafik diatas (gambar 3.11) adalah lokasi genangan didekat rumah. Lebih dari setengah responden atau
sejumlah 236 responden lokasi genangannya berada disekitar rumah, lokasi lainnya di dekat dapur, kamar mandi
dan dekat bak penampungan.
Pada grafik penggunaan sumber air di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar masih menggunakan air sumur
gali tidak terlindung yang dimanfaatkan sebagai air minu, masak, cuci piring, cuci pakaian dan gosok gigi. Pada
peringkat kedua penggunaan sumber air ditempati oleh air sumur gali terlindung, mata air terlindung dan seterusnya.
Gambar 3.2 : Grafik Persentase Kepemilkan SPAL
Sementara untuk kepemilikan sistem pengolahan air limbah rumah tanggga hanya sebesar 39 persen, sisanya tidak
memiliki SPAL atau dengan kata lain air limbah hanya dibiarkan tergenang begitu saja.
Gambar 3.3 : Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
Distribusi air bersih di Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan sistem gravitasi, namun distribusi air bersih
belum mencakup seluruh wilayah kecamatan. Saat ini Kabupaten Kepuluaun Talaud sedang menyusun Masterplan
air minum sehingga diharapkan akan memaksimalkan pelayanan air minum diseluruh wilayah secara bertahap
Gambar 3.16 Grafik terhadap Air Bersih
120
24.75
100
20.25
80 25.25
17
20.25
60 14.25 24.75 17
14.25 Gosok Gigi
14.25 20.25
40 13.25 17 Cuci Pakaian
15 20.5 24.75
13 17.75 5.25
20 0.5
0 12.75
1.25 14.25 4.25 5.5 Cuci Piring dan Gelas
5
17.5 5.5 20.5 21.5 17 5.5 5
0.5
0
5 1.25
9 1.75
1.5 11.75 4.75
3.5 5 0.25 Masak
0 1 0 0.25
0 0 0.25
Minum
Gambar 3.17: Grafik Sumber Air Minum dan Memasak
Grafik diatas menggambarkan sumber air minum dan memasak, secara berurutan; urutan tertinggi sumber air
minum berasal dari air isi ulang, air sumur gali;PDAM dan air botol kemasan.
Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
SUMBER AIR
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
1.1 Tidak 4 13. 23 57. 78 65. 41 24. 30 75. 176 44.
Sumber , 3 5 0 1 0 0
air sumb
terlindung er air
i berisi
ko
terce
mar
Ya, 26 86. 17 42. 42 35. 129 75. 10 25. 224 56.
sumb 7 5 0 9 0 0
er air
terlin
dungi
1.2 Tidak 0 .0 2 5.0 26 21. 26 15. 25 62. 79 19.
Penggunaa Aman 7 3 5 8
n sumber Ya, 30 100 38 95. 94 78. 144 84. 15 37. 321 80.
air tidak Aman .0 0 3 7 5 3
terlindung
i.
1.3 Meng 8 26. 3 7.5 7 5.8 57 33. 5 12. 80 20.
Kelangkaa alami 7 5 5 0
n air kelan
gkaan
air
Tidak 22 73. 37 92. 113 94. 113 66. 35 87. 320 80.
perna 3 5 2 5 5 0
h
meng
alami
3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81,50 %) tidak terbiasa melakukan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) di Lima Waktu Penting. Lima waktu penting yang dimaksud adalah: sebelum makan, sesudah buang air
besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberi makan anak, dan setelah menceboki anak. Sedangkan
hanya sebagian kecil (18,50 %) saja yang mempraktekkan Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting.
Kemudian dibawah ini adalah persentase perilaku CTPS pada lima waktu penting (Gambar 3.2)
Gambar 3.2: Grafik Waktu Melakukan CTPS
Tabel 3.7 Kejadian Diare Pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA
KEJADIAN PENYAKIT DIARE.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
H.1 Kapan Hari ini 0 .0 1 2.5 5 4.2 0 .0 0 .0 6 1.5
waktu paling Kemari 0 .0 1 2.5 3 2.5 1 .6 0 .0 5 1.3
dekat anggota n
keluarga ibu 1 3 10.0 1 2.5 5 4.2 7 4.1 0 .0 16 4.0
terkena diare minggu
terakhir
1 bulan 3 10.0 0 .0 1 .8 4 2.4 3 7.5 11 2.8
terakhir
3 bulan 2 6.7 0 .0 4 3.3 5 2.9 2 5.0 13 3.3
terakhir
6 bulan 0 .0 0 .0 4 3.3 5 2.9 0 .0 9 2.3
yang
lalu
Lebih 0 .0 3 7.5 22 18.3 3 1.8 0 .0 28 7.0
dari 6
bulan
yang
lalu
Tidak 22 73.3 34 85.0 76 63.3 145 85.3 35 87.5 312 78.0
pernah
A. Anak-anak Tidak 4 50.0 3 50.0 34 77.3 22 88.0 1 20.0 64 72.7
balita Ya 4 50.0 3 50.0 10 22.7 3 12.0 4 80.0 24 27.3
B. Anak-anak Tidak 4 50.0 5 83.3 36 81.8 23 92.0 4 80.0 72 81.8
non balita Ya 4 50.0 1 16.7 8 18.2 2 8.0 1 20.0 16 18.2
C. Anak remaja Tidak 8 100. 6 100. 43 97.7 24 96.0 5 100. 86 97.7
laki-laki 0 0 0
Ya 0 .0 0 .0 1 2.3 1 4.0 0 .0 2 2.3
D. Anak remaja Tidak 8 100. 6 100. 38 86.4 23 92.0 5 100. 80 90.9
perempuan 0 0 0
Ya 0 .0 0 .0 6 13.6 2 8.0 0 .0 8 9.1
E. Orang Tidak 8 100. 4 66.7 34 77.3 15 60.0 5 100. 66 75.0
dewasa laki- 0 0
laki Ya 0 .0 2 33.3 10 22.7 10 40.0 0 .0 22 25.0
F. Orang Tidak 8 100. 6 100. 28 63.6 15 60.0 5 100. 62 70.5
dewasa 0 0 0
perempuan Ya 0 .0 0 .0 16 36.4 10 40.0 0 .0 26 29.5
Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kab. Kepl. Talaud yang terkena diare masih sangat
minim. Ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan lingkungan masih dapat terjaga walaupun masih banyak masalah
sanitasi yang ada
1.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
3. PERSAMPAHAN
3.1 Pengelolaan sampah Tidak 96.7 100.0 100.0 100.0 100.0
3.2 Frekuensi pengangkutan Tidak
sampah memad
ai
3.3 Ketepatan waktu Tidak
pengangkutan sampah tepat
waktu
3.4 Pengolahan sampah Tidak 96.7 95.0 97.5 98.8 100.0
setempat diolah
4. GENANGAN AIR
4.1 Adanya genangan air Ya 30.0 22.5 35.8 21.8 17.5
3. PERSAMPAHAN.
48 49 49 50 50 -
3.1 Pengelolaan sampah 25%
24 25 25 25 25 -
3.2 Frekuensi pengangkutan 25%
sampah - - - - - -
3.3 Ketepatan waktu 25%
pengangkutan sampah - - - - - -
3.4 Pengolahan setempat 25%
24 24 24 25 25 -
4. GENANGAN AIR.
30 23 36 22 18 -
4.1 Adanya genangan air 100%
30 23 36 22 18 -