Anda di halaman 1dari 36

Panduan Praktis :

Pelaksanaan Studi EHRA (Environmental Health Risk


Assessment)

Bagian B
Penjelasan Rinci Laporan Studi EHRA
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahun 2013

LAPORAN STUDI
EHRA(Environmental Health Risk
Assessment)

Kabupaten Kepulauan Talaud


Provinsi Sulawesi Utara

(bagian ini dapat diisi foto atau gambar)

DISIAPKAN OLEH:
POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN KEPL. TALAUD
KATA PENGANTAR

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
merupakan salah satu dari beberapa studi primer untuk menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih
Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP).
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah
sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta
perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai dengan tingkat kelurahan.
Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk
menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK).
Studi EHRA dirancang sedemikian rupa agar dapat melakukan pengulangan studi EHRA dalam kurun
waktu tertentu, misalnya setiap 3 tahun. Biayanya pun seminimum mungkin tanpa harus mengorbankan kualitas
informasi yang diperoleh. Pengulangan studi EHRA beberapa tahun kemudian dapat merupakan bagian dari
kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev). Studi EHRA memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan
data. Petugas pengumpul data (enumerator) umumnya menggunakan tenaga kader Posyandu, yang jelas punya
banyak keunggulan dibandingkan menggunakan tenaga lain.
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah input Buku Putih untuk mendapatkan
gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan, Memberikan
advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi, Menyediakan dasar informasi yang valid dalam
penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada City Fasilitator yang mendampingi kami Pokja
Kabupaten Kepl. Talaud selama proses persiapan sampai tersusunnya EHRA, juga kepada semua pihak jajaran
pemerintah dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepl. Talaud dan terlebih Bupati Kabupaten Kepl. Talaud yang selalu
memberi dukungan untuk penyusunan EHRA. Semoga Tuhan Memberkati Kita Semua.

Ketua Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Kepl. Talaud

………………………………………..
……Juli 2013
Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif

Bab 1: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA

Bab 2: Metodologi dan Langkah Studi EHRA


2.1 Penentuan target area survei (Klastering Kecamatan dan Desa/Kelurahan)
2.2 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan surve
2.3 Penentuan Jumlah/besar responden
2.4 Penentuan RT/RW dan responden di lokasi survei
2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya

Bab 3: Hasil Studi EHRA


3.1 Informasi responden
3.2 Pengelolaan sampah rumah tangga
3.3 Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dan lumpur tinja
3.4 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir
3.5 Pengelolaan air minum rumah tangga
3.6 Perilaku higiene
3.7 Kejadian penyakit diare
3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Bab 4: Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Hambatan/Kendala
4.3 Saran

Daftar Istilah

Daftar Tabel

Daftar Grafik

Daftar Foto
RINGKASAN EKSEKUTIF (RE)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap orang bukanlah hal yang mudah,
akan tetapi memerlukan proses yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta
berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai, dan mengukur tingkat kemajuan tatanan
adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan.
Gambaran pengelolaan air limbah domestik yang meliputi kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan,
kesadaran masyarakat dan PMJK, pemetaan media terhadap pelaksanaan pengelolaan air limbah yang selama ini
telah dilakukan, partisipasi dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan, serta isu strategis dan permasalahan yang
mendesak terkait pengelolaan air limbah.
Pengelolaan air limbah cair di Kabupaten Kepulauan Talaud masih banyak menggunakan sistem
pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di
sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud lebih pada
pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung
di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank atau ke drainase lingkungan.
Penanganan persampahan di Kabupaten Kepulauan Talaud pada umumnya dimulai dari pewadahan,
pengumpulan/penyapuan, pengangkutan. Kabupaten Kepulauan Talaud saat ini sedang melakukan persiapan
pembebasan lahan untuk lokasi TPA. Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kepulauan Talaud masih
dilakukan secara konvensional. Penerapan sistem pengelolaan sampah secara terpadu masih terus diupayakan
dalam kerangkan percepatan pembangunan sanitasi permukiman. Kebiasaan masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Talaud sampai saat ini di dominasi oleh perlakuan akhir sampah dengan cara dibakar, di buang ke lahan
kosong/hutan/dibiarkan membusuk. Sementara perlakuan yang cukup menimbulakan resiko pencemaran lingkungan
adalah membuang sampah ke sungai dan laut. Pengelolaan persampahan yang dapat menimbulkan tingginya resiko
sanitasi dikalangan masyarakat disebabkan oleh minimnya akses terhadap infastruktur persampahan, karena itu
perlu suatu proses perencanaan secara terpadu khusunya pada pengelolaan persampahan.
Secara umum, saluran Drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud belum menjangkau seluruh Ibukota
kecamatan. Kabupaten kepulauan Talaud sebagai wilayah pesisir memiliki sebagian besar dataran rendah sehingga
disaat musim penghujan sering terjadi genangan. Saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan limpasan air hujan
baik dalam bentuk drainase buatan maupun drainase alami. Namun dalam pengelolaan pemeliharaannya belum
optimal, hal ini terbukti banyaknya terjadi luapan air ke permukaan jalan ketika terjadi hujan. Tingkat
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud masih rendah hal bisa dilihat
dari hasil survey EHRA yaitu masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga
menyumbat saluran drainase lingkungan. Karena tersumbatnya saluran drainase lingkungan tersebut sehingga
diwaktu hujan air meluap menggenangi jalan.
Distribusi air bersih di Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan sistem gravitasi, namun distribusi air
bersih belum mencakup seluruh wilayah kecamatan. Untuk itu masih baynak masyarakat yang menggunakan sumur
atau juga air kemasan untuk masak dan minum.
Persentase rumah yang mengalami banjir di wilayah yang menjadi sampling dilakukannya survey EHRA.
Sebagian besar rumah tidak pernah mengalami banjir tetapi untuk gengangan air disekitar rumah masih tinggi
Bab 1: Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan
merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang harus dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi
Kabupaten/Kota untuk menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan
pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat
rumah tangga dalam skala kabupaten/kota. Komponen sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair
domestik, limbah padat/persampahan dan drainase lingkungan, serta Perilaku Higiene dan Sanitasi termasuk
praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

Berdasarkan metoda pelaksanaan studi EHRA yang baru, sebelum menentukan jumlah sampel, Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota harus melakukan klastering kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria, yaitu kepadatan
penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasiyang berpotensi
digunakan untuk sarana sanitasi dan daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat.
Pengambilan sampel studi EHRA dibuat lebih fleksibel, disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.Namun demikian
ada batasan jumlah sampel/responden minimum tertentu yang harus tetap dipenuhi sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian ilmiah dengan tingkat kepercayaan 95%.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di
kabupaten/kota sampai dengan kelurahan.Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja
Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK).

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/Kota karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat


2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai
kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui
Musrenbang;
4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan.
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan untuk
melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama
masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa
6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat
dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:
A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup:
1. Sumber air minum,
2. Layanan pembuangan sampah,
3. Jamban,
4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga.

B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM:
1. Buang air besar
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan 3R
5. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)

1.3. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten Talaud dimulai dari pelatihan EHRA diantaranya pelatihan
Enumerator dan Entryer data yang dilakukan pada tanggal 06 Mei 2013 kemudian pelaksanaan pengisian kuesioner
di lapangan dilakukan pada tanggal 07 Mei sampai dengan 21 Mei 2013.pemasukan data kedalam program EHRA
dilakuakan mulai tanggal 14 Mei sampai dengan 28 Mei 2013. Analisa data EHRA dilakukan selama 2 Hari yaitu dari
tanggal 29 – 30 Mei 2013.
Bab 2 : Metodologi dan Langkah Studi EHRA

Metoda penentuan target area survey secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering.
Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” .
Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dengan
demikian metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok
digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan
sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area survey.

Pihak-pihak yang mendukung hingga terlaksananya studi EHRA ini yaitu semua anggota Pokja Sanitasi Kabupaten
Kepulauan Talaud, para enumerator dan juga para responden yang telah mau bekerjasama dalam pengisian data
kuesioner yang dilakikan oleh enumerator yang dalam hal ini adalah petugas puskesmas masing-masing kecamatan
yang telah terpilih.

2.1 Penentuan Target Area Survey

Penentuan target area survey dilakukan oleh anggota pokja dalam hal ini SKPD-SKPD terkait sanitasi.Penetapan
klaster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib
digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota dalam melakukan studi EHRA.

Kriteria utama penetapan klaster tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah tertentu. Pada umumnya kota-kota telah
mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan kecamatan dan kelurahan. Sementara untuk kabupaten,
umumnya hanya mempunyai data kepadatan penduduk sampai kecamatan meskipun ada pula beberapa
kabupaten yang mempunyai data kepadatan penduduk sampai desa.

Di banyak kabupaten, tingkat kepadatan penduduk tidak merata. Ada beberapa kecamatan atau
desa/kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi dan lainnya masih sangat rendah karena
sebagian besar lahannya masih berupa perkebunan atau hutan lindung. Oleh karena itu, Studi EHRA di
kabupaten yang kepadatan penduduknya tidak merata akan diutamakan di kecamatan dan desa dengan
kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per Ha.

b. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan
kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau desa/kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan
bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula
sebagai berikut:

(∑ Pra-KS + ∑ KS1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
∑ KK
Persentase angka kemiskinan disesuaikan dengan data angka kemiskinan masing-masing Kabupaten/Kota
atau yang disepakati oleh Pokja.

c. Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah
digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

d. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air,
luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut yang bisa ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM
PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam.

Klastering wilayah dalam sebuah kabupaten/kota akan menghasilkan kategori klaster. Wilayah (kecamatan atau
desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang
identik/ homogen. Dengan demikian, desa/ kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili
desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka
hasil Studi EHRA dengan metoda Cluster Random Sampling akan bisa memberikan peta area berisiko dalam skala
kabupaten/kota.

2.2 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Area Survei

Dalam menentukan jumlah desa dan kelurahan, Pokja mengambil jumlah sample minimal dikarenakan
Kabupaten Talaud merupakan daerah kepulauan yang sangat berjauhan jarak antar desa sehingga dibutuhkan dana
yang besar. Tetapi dana yang teredia terbatas sehingga tidak dapat dilakukan pengambilan sampling secara
keseluruhan dari semua desa yang ada. Untuk itu Pokja mengambil beberapa desa yang dianggap mewakili desa-
desa yang lain berdasarkan klaster yang telah dilakukan

DATA-DATA UNTUK KLASTERING DESA/KELURAHAN


KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

KRITERIA KLASTER
Jumlah
Kecamatan & Jumlah Terlewati KK per
No. Kepadatan Banjir / Klaster
Kelurahan KK sungai/drainase/irigasi/ kelurahan
Penduduk ROB / desa
Miskin pesisir pantai

1 KABARUAN 3,929
1 BULUDE v v 2 128
2 BULUDE SELATAN v 1 125
3 KABARUAN v v 2 158
4 KABARUAN TIMUR v v 2 103
5 KORDAKEL v v 2 97
6 MANGARAN v v 2 169
7 PANGERAN v 1 129
8 PANTUGE v 1 80
9 PANTUGE BARAT v 1 86
10 PANULAN v v 2 100
11 RARANGE v 1 134
12 TADUNA V 1 266
TOTAL KABARUAN 1,575

2 DAMAU 2,725
1 AKAS v 1 90
2 AKAS BALANE v 1 117
3 BIRANG v v 2 104
4 DAMAU v v 2 264
5 DAMAU BAWONE v 1 210
6 IGHIK v 1 45
7 PERET v 1 54
8 TADUWALE v 1 249
TOTAL DAMAU 1,133

3 LIRUNG 4,690
1 LIRUNG v v 2 249
2 LIRUNG I v v v 3 500
3 LIRUNG MATANE v v 2 218
4 MUSI v v v 3 184
5 SEREH v 1 160
6 SEREH I v 1 164
7 TALOLANG v v 2 217
TOTAL LIRUNG 1,692

4 SALIBABU 3,712
1 BALANG v v 2 151
2 BITUNURIS v v v v 4 384
3 BITUNURIS SELATAN v v 2 236
4 DALUM v v v v 4 378
5 SALIBABU v v 2 234
6 SALIBABU UTARA v v 2 245
TOTAL SALIBABU 1,628

5 KALONGAN 2,870
1 ALUDE v v v 3 138
2 KALONGAN v v 2 327
3 KALONGAN SELATAN v v 2 179
4 KALONGAN UTARA v v v 3 126
5 MUSI I v v v 3 124
TOTAL KALONGAN 894

6 MORONGE 1,974
1 MORONGE v 1 201
2 MORONGE I v 1 172
3 MORONGE II v 1 164
4 MORONGE SELATAN v v 2 179
5 MORONGE SELATAN I v 1 182
MORONGE
1
6 SELATAN II v 181
TOTAL MORONGE 1,079

7 MELONGUANE 5,662
1 AMBELA v 1 66
2 KIAMA v v 2 146
3 KIAMA BARAT v v 2 139
4 MALA v v 2 138
5 MALA TIMUR v v 2 114
6 MAREDAREN KIAMA v v 2 93
7 MELONGUANE V v v v 4 288
8 MELONGUANE BARAT V v v v 4 325
9 MELONGUANE TIMUR V v v v 4 317
10 SAWANG v v v 3 112
11 SAWANG UTARA v v v 3 86
12 TARUN v v 2 106
13 TARUN SELATAN v v 2 134
TOTAL MELONGUANE 2,064

8 MELONGUANE TIMUR 3,540


1 BOWOMBARU v v 2 163
BOWOMBARU
v 2
2 TENGAH v 106
3 BOWOMBARU UTARA v v 2 226
4 TULE v v 2 144
5 TULE TENGAH v v 2 142
6 TULE UTARA v v 2 104
TOTAL MELONGUANE
TIMUR 885

9 BEO 3,544
1 BANTIK 0 368
2 BANTIK LAMA 0 110
3 BENGEL 0 72
4 BEO v v 2 436
5 BEO BARAT v v v v 4 452
6 BEO TIMUR v v v v 4 260
TOTAL BEO 1,698

10 BEO UTARA 3,547


1 AWIT v v 2 164
2 AWIT SELATAN v v 2 166
3 LOBBO v v 2 146
4 LOBBO I v v 2 137
5 MAKATARA v v 2 154
6 MAKATARA TIMUR v v 2 142
7 RAE v v 2 100
8 RAE SELATAN v v 2 92
TOTAL BEO UTARA 1,101

11 BEO SELATAN 3,017


1 MATAHIT v v 2 148
2 NIAMPAK v v 2 135
3 NIAMPAK UTARA v v 2 136
4 PAMPALU v v 2 129
5 RUSOH v v 2 165
6 TAROHAN v v 2 161
7 TAROHAN SELATAN v v 2 133
TOTAL BEO SELATAN 1,007

12 RAINIS 4,453
1 ALO v v 2 205
2 ALO UTARA v v 2 129
3 BANTANE v v 2 193
4 BANTANE UTARA v v 2 184
5 NUNU v v 2 142
6 NUNU UTARA v v 2 111
7 PERANGEN v v 2 155
8 RAINIS v v 2 212
9 RAINIS BATU PENGA v v 2 172
10 TABANG v v 2 150
11 TABANG BARAT v v 2 167
TOTAL RAINIS 1,820

13 TAMPAN' AMMA 5,377


1 AMAT v v 2 163
2 AMAT SELATAN v v 2 110
3 BINALANG v v 2 101
4 BINALANG SELATAN v v 2 110
5 DAPALAN v v 2 176
6 DAPIHE v v 2 255
7 GANALO v v 2 127
8 RIUNG v v 2 171
9 RIUNG UTARA v v 2 101
10 TUABATU v v 2 167
11 TAUABATU BARAT v v 2 129
TOTAL TAMPAN' AMMA 1,610

14 PULUTAN 1,662
1 DARAN v v 2 126
2 DARAN UTARA v v 2 122
3 PULUTAN v v 2 149

JUMLAH DESA SASARAN KEGIATAN EHRA BERDASARKAN KLASTERING PER DESA DI 5 KECAMATAN
DENGAN TARGET SASARAN 400 RESPONDEN

Kecamatan Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Total Desa

1 Melonguane 0 1 7 2 3 13

2 Lirung 0 2 3 2 0 7

3 Beo 3 0 1 0 2 6

4 Gemeh 0 0 0 9 0 9

5 Nanusa 0 0 2 3 0 5

Total 3 3 13 16 5 40

Persent 8% 8% 33% 40% 13% 100%


1 1 3 4 1 10

Jumlah Total Responden di 5 Kecamatan yang diambil minimal dan atau 400
responden
Total Anggaran 27,397,000
Jumlah Desa 10 Desa
Maka Sampel Responden yg diambil di tiap Desa di 5 Kecamatan adalah
400/10 = 40 Responden / Desa
Biaya / Responden = 27.397.000 / 40 / 10
68,493 Per Responden

Klaster 4 Melonguane
Klaster 3 Sawang,Lirung 1,Bambung Timur,Marampit
Klaster 2 Karatung Tengah,Beo,Kiama
Klaster 1 Sereh 1
Klaster 0 Bantik
2.3 Penentuan Jumlah/Besar Responden
Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA di Kab. Kep. Talaud adalah RT (Rukun
Tetangga)/Lingkungan dan dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT/lingkungan dalam
setiap Desa/Kelurahan yang telah dipilih menjadi area survey.

Jumlah sampel total responden minimal adalah 400 responden. Sementara jumlah sampel RT/Lingkungan per
Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden.Dengan demikian jumlah
sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden. Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak
perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

2.4 Penentuan RW/RT dan Responden di Lokasi Survei

Di Kab. Kep. Talaud, Rumah tangga responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini
bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan
rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri.
Bab 3 : Hasil Studi EHRA
3.1 Informasi Responden

B. INFORMASI RESPONDEN.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
Kelompok <= 20 tahun 1 3.3 1 2.5 0 .0 0 .0 0 .0 2 .5
Umur 21 - 25 tahun 2 6.7 1 2.5 11 9.2 7 4.1 0 .0 21 5.3
Responden 26 - 30 tahun 0 .0 3 7.5 14 11. 14 8.2 9 22. 40 10.
7 5 0
31 - 35 tahun 8 26. 4 10. 14 11. 33 19. 6 15. 65 16.
7 0 7 4 0 3
36 - 40 tahun 6 20. 7 17. 23 19. 35 20. 11 27. 82 20.
0 5 2 6 5 5
41 - 45 tahun 3 10. 7 17. 14 11. 20 11. 8 20. 52 13.
0 5 7 8 0 0
> 45 tahun 10 33. 17 42. 44 36. 61 35. 6 15. 13 34.
3 5 7 9 0 8 5
B2. Apa status Milik sendiri 23 76. 36 90. 94 78. 13 78. 25 62. 31 77.
dari rumah 7 0 3 3 2 5 1 8
yang anda Rumah dinas 1 3.3 1 2.5 2 1.7 2 1.2 4 10. 10 2.5
tempati saat 0
ini? Berbagi dengan 0 .0 0 .0 1 .8 0 .0 2 5.0 3 .8
keluarga lain
Sewa 0 .0 0 .0 1 .8 0 .0 1 2.5 2 .5
Kontrak 0 .0 1 2.5 0 .0 0 .0 2 5.0 3 .8
Milik orang tua 6 20. 2 5.0 22 18. 32 18. 6 15. 68 17.
0 3 8 0 0
Lainnya 0 .0 0 .0 0 .0 3 1.8 0 .0 3 .8
B3. Apa Tidak sekolah 3 10. 2 5.0 1 .8 1 .6 2 5.0 9 2.3
pendidikan formal 0
terakhir SD 7 23. 25 62. 29 24. 71 41. 3 7.5 13 33.
anda? 3 5 2 8 5 8
SMP 10 33. 5 12. 29 24. 49 28. 7 17. 10 25.
3 5 2 8 5 0 0
SMA 9 30. 4 10. 42 35. 37 21. 12 30. 10 26.
0 0 0 8 0 4 0
SMK 1 3.3 1 2.5 9 7.5 4 2.4 2 5.0 17 4.3
Universitas/Aka 0 .0 3 7.5 10 8.3 8 4.7 14 35. 35 8.8
demi 0
B4. Apakah Ya 3 10. 24 60. 35 29. 25 14. 3 7.5 90 22.
ibu 0 0 2 7 5
mempunyai Tidak 27 90. 16 40. 85 70. 14 85. 37 92. 31 77.
Surat 0 0 8 5 3 5 0 5
Keterangan
Tidak Mampu
(SKTM) dari
desa/kelurah
an?
B5. Apakah Ya 13 43. 30 75. 74 61. 13 77. 4 10. 25 63.
ibu 3 0 7 2 6 0 3 3
mempunyai Tidak 17 56. 10 25. 46 38. 38 22. 36 90. 14 36.
Kartu 7 0 3 4 0 7 8
Asuransi
Kesehatan
bagi Keluarga
Miskin
(ASKESKIN)?
B6. Apakah Ya 21 70. 37 92. 10 89. 15 90. 32 80. 35 87.
ibu 0 5 7 2 4 6 0 1 8
mempunyai Tidak 9 30. 3 7.5 13 10. 16 9.4 8 20. 49 12.
anak? 0 8 0 3

3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sistem pengelolaan persampahan Kabupaten Kepulauan Talaud masih dilakukan secara konvensional.
Penerapan sistem pengelolaan sampah secara terpadu masih terus diupayakan dalam kerangkan percepatan
pembangunan sanitasi permukiman. Dalam pelaksanaanya pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Talaud
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Berdas

Gambar 3.13: Grafik pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah berdasarkan cluster (gambar 3.5), bahwa kebiasaan sampai saat ini di dominasi oleh perlakuan
akhir sampah dengan cara dibakar, di buang ke lahan kosong/hutan/dibiarkan membusuk. Sementara perlakuan yang
cukup menimbulakan resiko pencemaran lingkungan adalah membuang sampah ke sungai dan laut seperti yang
tampak pada grafik batang yang berwarna ungu.
Gambar 3.14 : Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga

Praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada empat puluh desa di
kabupaten kepulauan Talaud, ternya hampir seluruh masyarakat yang menjadi responden tidak memilah sampah
Pengelolaan persampahan yang dapat menimbulkan tingginya resiko sanitasi dikalangan masyarakat
disebabkan oleh minimnya akses terhadap infastruktur persampahan, karena itu perlu suatu proses perencanaan
secara terpadu khusunya pada pengelolaan persampahan
3. PERSAMPAHAN.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
3.1 Tidak 29 96.7 40 100 120 100 170 100 40 100 399 99.8
Pengelolaan memadai
sampah Ya, 1 3.3 0 .0 0 .0 0 .0 0 .0 1 .3
memadai
3.4 Tidak 2 96.7 3 95.0 117 97.5 168 98.8 40 100 392 98.0
Pengolahan diolah 9 8 .0
sampah Ya, diolah 1 3.3 2 5.0 3 2.5 2 1.2 0 .0 8 2.0
setempat

3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja


Di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar masyarakat sudah menggunakan jamban pribadi. Tetapi di
sisi lain masih masih banyak warga masyarakat yang masih melakukan BAB di sembarang tempat seperti yang
ditunjukan dalam grafik berikut berdasarkan hasil survey (EHRA)
Gambar 3.8 Grafik Persentase tempat buang air Besar

Cakupan pengelolaan air limbah cair di Kabupaten Kepulauan Talaud masih banyak menggunakan sistem
pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di
sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud lebih pada
pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain black water dan grey water yang yang dihasilkan langsung
di buang ke sungai, lahan terbuka serta ada yang dibuang ke septik tank atau ke drainase lingkungan. Dibawah ini
adalah grafik tempat penyaluran tinja berdasarkan hasil survey (EHRA)

Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja


Gambar 3.10 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki

Dari hasil survey yang sama juga ditemukan bahwa sebagian besar masyarakat ternyata tidak pernah melakukan
pengurasan tanki septic seperti yang terlihat pada gambar 3.10 yaitu grafik batang berwarna ungu. Sedangkan praktek
pengurasan tanki septic berdasarkan cluster maka sebagian besar pelaksanaan pengurasan dilakukan sendiri seperti
pada gambar dibawah ini. Walaupun kondisi ini sudah berlangsung sampai saat ini tapi kondisi aman tidaknya tanki
septic secara cluster dapat dikatakan belum beresiko fatal (gambar 3.12)
Gambar 3.11 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik

Gambar 3.12 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

Di beberapa tempat, pada bangunan-bangunan tertentu diwajibkan menyediakan fasilitas instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) seperti: rumah sakit, industri, penginapan dll. Fasilitas pengolahan ini sangat dibutuhkan untuk
menghindari dampak pencemaran lingkungan hidup. Prasarana pembuangan air limbah yang ada di Kabupaten
Kepulauan Talaud antara lain :
JAMBAN KELUARGA
Pengadaan prasarana jamban keluarga diupayakan oleh masyarakat dan sebagian merupakan
sumbangan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud melalui berbagai sumber pendanaan baik dari APBN,
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten Kepulauan Talaud. Sistem pengolahan air limbah umumnya pengolahan
setempat (on-site system) baik secara individual (jamban keluarga) maupun komunal (MCK) dengan fasilitas dan
pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi
sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan skala kecil. Sampai saat ini Kabupaten
Kepulauan Talaud belum memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat berupa IPAL dan IPLT. Walaupun
demikian, dibeberapa lokasi sudah dibangun MCK sistem komunal untuk melayani satu kawasan pemukiman melalui
program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas).
SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH (SPAL)
Sistem pengolahan air limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk menampung dan menyalurkan air
limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan
sebuah pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan langsung dengan tanah. Kondisi
SPAL yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud pada umumnya masih menyatu dengan pembuangan air drainase.

Tabel 3.3 Air Limbah Domestik


2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
2.1 Tangki Tidak 1 3.3 8 20. 62 51. 86 50. 18 45. 17 43.
septik aman 0 7 6 0 5 8
suspek Suspek 29 96. 32 80. 58 48. 84 49. 22 55. 22 56.
aman aman 7 0 3 4 0 5 3
2.2 Tidak, 11 10 0 .0 15 93. 7 10 5 10 38 97.
Pencemara aman 0.0 8 0.0 0.0 4
n karena Ya, 0 .0 0 .0 1 6.3 0 .0 0 .0 1 2.6
pembuanga aman
n isi tangki
septik
2.3 Tidak 16 53. 36 90. 75 62. 11 70. 16 40. 26 65.
Pencemara aman 3 0 5 9 0 0 2 5
n karena Ya, 14 46. 4 10. 45 37. 51 30. 24 60. 13 34.
SPAL aman 7 0 5 0 0 8 5
3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir

Pengelolaan drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud di tangani oleh Dinas Pekerjaan Umum. Secara
umum, saluran Drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud belum menjangkau seluruh Ibukota kecamatan
Kabupaten kepulauan Talaud sebagai wilayah pesisir memiliki sebagian besar dataran rendah sehingga disaat
musim penghujan sering terjadi genangan. Adapun sistem drainase yang sudah terbangun sampai saat ini belum
mencakup seluruh wilayah kecamatan

Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga Yang Pernah Mengalami Banjir

Grafik diatas (gambar 3.8) menunjukkan persentase rumah yang mengalami banjir di wilayah yang menjadi
sampling dilakukannya survey EHRA. Sebagian besar rumah tidak pernah mengalami banjir seperti yang
tampak pada grafik batang warna biru muda. Grafik batang lainnya adalah jumlah kecil rumah serta frekuensi
terjadinya banjir. Sedangkan Rumah yang mengalami banjir rutin dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Persentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI


BANJIR RUTIN DI KAB. KEPL TALAUD TAHUN 2013
120

100

80

60 Tidak
100 100 100 100 100 100 Ya
40

20

0
0 1 2 3 4 Total

Dari table di atas diketahui bahwa di Kab. Kepl. Talaud tidak ada rumah tangga yang mengalami banjir rutin
Gambar 3.10 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan di sekitar


Rumah

Grafik diatas (gambar 3.11) adalah lokasi genangan didekat rumah. Lebih dari setengah responden atau
sejumlah 236 responden lokasi genangannya berada disekitar rumah, lokasi lainnya di dekat dapur, kamar mandi
dan dekat bak penampungan.

Pada grafik penggunaan sumber air di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar masih menggunakan air sumur
gali tidak terlindung yang dimanfaatkan sebagai air minu, masak, cuci piring, cuci pakaian dan gosok gigi. Pada
peringkat kedua penggunaan sumber air ditempati oleh air sumur gali terlindung, mata air terlindung dan seterusnya.
Gambar 3.2 : Grafik Persentase Kepemilkan SPAL

Sementara untuk kepemilikan sistem pengolahan air limbah rumah tanggga hanya sebesar 39 persen, sisanya tidak
memiliki SPAL atau dengan kata lain air limbah hanya dibiarkan tergenang begitu saja.
Gambar 3.3 : Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

Gambar 3.14: Grafik Persentasi SPAL Yang Berfungsi


Gambar diatas menunjukan kondisi sistem pengolahan air limbah, dimana grafik yang berwarna ungu adalah kondisi
air limbah yang dibuang tanpa adanya saluran, warna hijau artinya saluran tidak dapat dipakai/kering. Sedangkan
warna coklat menandakan bahwa saluran tidak berungsi sama sekali
Gambar 3.15: Grafik Pencemaran SPAL
Sistim pengolahan air limbah dapat menimbulkan adanya pencemaran bila penanganannya tidak diperhatikan
secara serius. Pada gambar 3.8 dapat dilihat persentase ada/tidaknya pencemaran SPAL
Tabel 3.4 Area Beresiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
4. GENANGAN AIR.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
4.1 Ada 9 30.0 9 22.5 43 35.8 37 21.8 7 17.5 105 26.3
Adan gena
ya ngan
gena air
ngan (banji
air r)
Tidak 21 70.0 31 77.5 77 64.2 133 78.2 33 82.5 295 73.8
ada
gena
ngan
air

3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

Distribusi air bersih di Kabupaten Kepulauan Talaud menggunakan sistem gravitasi, namun distribusi air bersih
belum mencakup seluruh wilayah kecamatan. Saat ini Kabupaten Kepuluaun Talaud sedang menyusun Masterplan
air minum sehingga diharapkan akan memaksimalkan pelayanan air minum diseluruh wilayah secara bertahap
Gambar 3.16 Grafik terhadap Air Bersih

GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR DI KAB.


KEPL. TALAUD TAHUN 2013
140

120
24.75
100
20.25
80 25.25
17
20.25
60 14.25 24.75 17
14.25 Gosok Gigi
14.25 20.25
40 13.25 17 Cuci Pakaian
15 20.5 24.75
13 17.75 5.25
20 0.5
0 12.75
1.25 14.25 4.25 5.5 Cuci Piring dan Gelas
5
17.5 5.5 20.5 21.5 17 5.5 5
0.5
0
5 1.25
9 1.75
1.5 11.75 4.75
3.5 5 0.25 Masak
0 1 0 0.25
0 0 0.25
Minum
Gambar 3.17: Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

Grafik diatas menggambarkan sumber air minum dan memasak, secara berurutan; urutan tertinggi sumber air
minum berasal dari air isi ulang, air sumur gali;PDAM dan air botol kemasan.

Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
SUMBER AIR
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
1.1 Tidak 4 13. 23 57. 78 65. 41 24. 30 75. 176 44.
Sumber , 3 5 0 1 0 0
air sumb
terlindung er air
i berisi
ko
terce
mar
Ya, 26 86. 17 42. 42 35. 129 75. 10 25. 224 56.
sumb 7 5 0 9 0 0
er air
terlin
dungi
1.2 Tidak 0 .0 2 5.0 26 21. 26 15. 25 62. 79 19.
Penggunaa Aman 7 3 5 8
n sumber Ya, 30 100 38 95. 94 78. 144 84. 15 37. 321 80.
air tidak Aman .0 0 3 7 5 3
terlindung
i.
1.3 Meng 8 26. 3 7.5 7 5.8 57 33. 5 12. 80 20.
Kelangkaa alami 7 5 5 0
n air kelan
gkaan
air
Tidak 22 73. 37 92. 113 94. 113 66. 35 87. 320 80.
perna 3 5 2 5 5 0
h
meng
alami
3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi

Gambar 3.1 Kondisi Perilaku CTPS di Lima Waktu Penting

Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (81,50 %) tidak terbiasa melakukan Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) di Lima Waktu Penting. Lima waktu penting yang dimaksud adalah: sebelum makan, sesudah buang air
besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memberi makan anak, dan setelah menceboki anak. Sedangkan
hanya sebagian kecil (18,50 %) saja yang mempraktekkan Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting.
Kemudian dibawah ini adalah persentase perilaku CTPS pada lima waktu penting (Gambar 3.2)
Gambar 3.2: Grafik Waktu Melakukan CTPS

3.3 : Grafik Persentasi Tempat Buang Air Besar


Dari perilaku BAB sudah sebagian besar masyarakat sudah mengunakan jamban pribadi yakni sekitar 75 persen
kemudian diikuti oleh grafik berwarna coklat yang menunjukkan persentase tempat BAB di MCK/WC Umum.
Tabel 3.6 Area Beresiko Perilaku higienis dan Sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA
PERILAKU HIGIENE DAN SANITASI.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
5.1 CTPS di Tida 2 6.7 35 87. 10 90. 15 88. 30 75. 32 81.
lima waktu k 5 9 8 0 2 0 6 5
penting Ya 28 93. 5 12. 11 9.2 20 11. 10 25. 74 18.
3 5 8 0 5
5.2.a. Apakah Tida 1 3.3 22 55. 36 30. 33 19. 2 5.0 94 23.
lantai dan k 0 0 4 5
dinding Ya 29 96. 18 45. 84 70. 13 80. 38 95. 30 76.
jamban bebas 7 0 0 7 6 0 6 5
dari tinja?
5.2.b. Apakah Tida 1 3.3 27 67. 40 33. 27 15. 6 15. 10 25.
jamban bebas k 5 3 9 0 1 3
dari kecoa Ya 29 96. 13 32. 80 66. 14 84. 34 85. 29 74.
dan lalat? 7 5 7 3 1 0 9 8
5.2.c. Tida 2 6.7 23 57. 20 16. 11 6.5 4 10. 60 15.
Keberfungsia k 5 7 0 0
n Ya, 28 93. 17 42. 10 83. 15 93. 36 90. 34 85.
penggelontor. berf 3 5 0 3 9 5 0 0 0
ungs
i
5.2.d. Apakah Tida 4 13. 27 67. 63 52. 91 53. 2 5.0 18 46.
terlihat ada k 3 5 5 5 7 8
sabun di Ya 26 86. 13 32. 57 47. 79 46. 38 95. 21 53.
dalam atau di 7 5 5 5 0 3 3
dekat
jamban?
5.3 Ya, 4 13. 7 17. 12 10. 4 2.4 6 15. 33 8.3
Pencemaran terc 3 5 0 0
pada wadah ema
penyimpanan r
dan Tida 26 86. 33 82. 10 90. 16 97. 34 85. 36 91.
penanganan k 7 5 8 0 6 6 0 7 8
air terc
ema
r
5.4 Perilaku Ya, 18 60. 23 57. 36 30. 65 38. 10 25. 15 38.
BABS BAB 0 5 0 2 0 2 0
S
Tida 12 40. 17 42. 84 70. 10 61. 30 75. 24 62.
k 0 5 0 5 8 0 8 0
3.7 Kejadian Penyakit Diare

Tabel 3.7 Kejadian Diare Pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA
KEJADIAN PENYAKIT DIARE.
Kluster Desa/Kelurahan Total
0 1 2 3 4 11 12
n % n % n % n % n % n %
H.1 Kapan Hari ini 0 .0 1 2.5 5 4.2 0 .0 0 .0 6 1.5
waktu paling Kemari 0 .0 1 2.5 3 2.5 1 .6 0 .0 5 1.3
dekat anggota n
keluarga ibu 1 3 10.0 1 2.5 5 4.2 7 4.1 0 .0 16 4.0
terkena diare minggu
terakhir
1 bulan 3 10.0 0 .0 1 .8 4 2.4 3 7.5 11 2.8
terakhir
3 bulan 2 6.7 0 .0 4 3.3 5 2.9 2 5.0 13 3.3
terakhir
6 bulan 0 .0 0 .0 4 3.3 5 2.9 0 .0 9 2.3
yang
lalu
Lebih 0 .0 3 7.5 22 18.3 3 1.8 0 .0 28 7.0
dari 6
bulan
yang
lalu
Tidak 22 73.3 34 85.0 76 63.3 145 85.3 35 87.5 312 78.0
pernah
A. Anak-anak Tidak 4 50.0 3 50.0 34 77.3 22 88.0 1 20.0 64 72.7
balita Ya 4 50.0 3 50.0 10 22.7 3 12.0 4 80.0 24 27.3
B. Anak-anak Tidak 4 50.0 5 83.3 36 81.8 23 92.0 4 80.0 72 81.8
non balita Ya 4 50.0 1 16.7 8 18.2 2 8.0 1 20.0 16 18.2
C. Anak remaja Tidak 8 100. 6 100. 43 97.7 24 96.0 5 100. 86 97.7
laki-laki 0 0 0
Ya 0 .0 0 .0 1 2.3 1 4.0 0 .0 2 2.3
D. Anak remaja Tidak 8 100. 6 100. 38 86.4 23 92.0 5 100. 80 90.9
perempuan 0 0 0
Ya 0 .0 0 .0 6 13.6 2 8.0 0 .0 8 9.1
E. Orang Tidak 8 100. 4 66.7 34 77.3 15 60.0 5 100. 66 75.0
dewasa laki- 0 0
laki Ya 0 .0 2 33.3 10 22.7 10 40.0 0 .0 22 25.0
F. Orang Tidak 8 100. 6 100. 28 63.6 15 60.0 5 100. 62 70.5
dewasa 0 0 0
perempuan Ya 0 .0 0 .0 16 36.4 10 40.0 0 .0 26 29.5

Dari table di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kab. Kepl. Talaud yang terkena diare masih sangat
minim. Ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan lingkungan masih dapat terjaga walaupun masih banyak masalah
sanitasi yang ada
1.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Gambar 3.21 Grafik Indeks Resiko Sanitasi


Bab 4 : Penutup
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA)
adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas
serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data
ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota Sub
sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase
lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
Data- data yang diperoleh tidak lepas dari peran penting seorang Numerator, respoden dalam hal ini kader, petugas
kesehatan, PKK dll. Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan
lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian
rupa sehingga mempermudah pelaksanaan survei, entrii maupun analisa data hasil studinya. Hasil survey digunakan
sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota.
Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan EHRA ini adalah input untuk Buku Putih, khususnya
Bab 3.1, Bab 4.1, dan Bab 5 yaitu Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko
terhadap kesehatan lingkungan, Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi,
Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan. Studi EHRA dirancang
sedemikian rupa agar Pemerintah Kota dapat melakukan pengulangan studi EHRA dalam kurun waktu tertentu,
misalnya setiap 3 tahun. Biayanya pun seminimum mungkin tanpa harus mengorbankan kualitas informasi yang
diperoleh. Pengulangan studi EHRA beberapa tahun kemudian dapat merupakan bagian dari kegiatan Monitoring
dan Evaluasi (Monev).
Hambatan-hambatan yang dialami oleh Kabupaten Kepulauan Talaud dalam melakukan EHRA yaitu
kondisi geografis Kabupaten Kepulauan Talaud yang terdiri dari beberapa pulau yang sangat sulit dijangkau untuk itu
membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menjangkau semua desa dan kelurahan yang ada. Dan juga harus
ditunjang dengan cuaca yang cukup baik untuk dapat menjangkau pulau-pulau terluar dari Kabupaten Kepulauan
Talaud.
Lampiran
TABEL INDEKS RISIKO
Kluster Desa/Kelurahan
0 1 2 3 4
% % % % %
1.1 Sumber air terlindungi Tidak, 13.3 57.5 65.0 24.1 75.0
sumber
air
berisik
o
tercem
ar
Ya, 86.7 42.5 35.0 75.9 25.0
sumber
air
terlind
ungi
1.2 Penggunaan sumber air Ya .0 5.0 21.7 15.3 62.5
tidak terlindungi. Tidak 100.0 95.0 78.3 84.7 37.5
1.3 Kelangkaan air Ya 26.7 7.5 5.8 33.5 12.5
Tidak 73.3 92.5 94.2 66.5 87.5
2.1 Tangki septik suspek aman Tidak 3.3 20.0 51.7 50.6 45.0
Ya 96.7 80.0 48.3 49.4 55.0
2.2 Pencemaran karena Ya 100.0 .0 93.8 100.0 100.0
pembuangan isi tangki septik Tidak .0 .0 6.3 .0 .0
2.3 Pencemaran karena SPAL Ya 53.3 90.0 62.5 70.0 40.0
Tidak 46.7 10.0 37.5 30.0 60.0
3.1 Pengelolaan sampah Tidak 96.7 100.0 100.0 100.0 100.0
Ya 3.3 .0 .0 .0 .0
3.4 Pengolahan sampah Tidak 96.7 95.0 97.5 98.8 100.0
setempat diolah
diolah 3.3 5.0 2.5 1.2 .0
4.1 Adanya genangan air Ya 30.0 22.5 35.8 21.8 17.5
Tidak 70.0 77.5 64.2 78.2 82.5
5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 6.7 87.5 90.8 88.2 75.0
Ya 93.3 12.5 9.2 11.8 25.0
5.2.a. Apakah lantai dan dinding Tidak 3.3 55.0 30.0 19.4 5.0
jamban bebas dari tinja? Ya 96.7 45.0 70.0 80.6 95.0
5.2.b. Apakah jamban bebas Tidak 3.3 67.5 33.3 15.9 15.0
dari kecoa dan lalat? Ya 96.7 32.5 66.7 84.1 85.0
5.2.c. Keberfungsian Tidak 6.7 57.5 16.7 6.5 10.0
penggelontor. Ya 93.3 42.5 83.3 93.5 90.0
5.2.d. Apakah terlihat ada sabun Tidak 13.3 67.5 52.5 53.5 5.0
di dalam atau di dekat jamban? Ya 86.7 32.5 47.5 46.5 95.0
5.3 Pencemaran pada wadah Ya,Terc 13.3 17.5 10.0 2.4 15.0
penyimpanan dan penanganan emar
air Tidak 86.7 82.5 90.0 97.6 85.0
tercem
ar
5.4 Perilaku BABS Ya, 60.0 57.5 30.0 38.2 25.0
BABS
Tidak 40.0 42.5 70.0 61.8 75.0
Tabel 1. Indeks Risiko Sanitasi
Variabel Jawab CLUSTER
an 0 1 2 3
1. SUMBER AIR
1.1 Sumber air terlindungi Tidak 13.3 57.5 65.0 24.1 75.0
1.2 Penggunaan sumber air Ya .0 5.0 21.7 15.3 62.5
tidak terlindungi.
1.3 Kelangkaan air Ya 26.7 7.5 5.8 33.5 12.5

2. AIR LIMBAH DOMESTIK


2.1 Tangki septik suspek aman Tidak 3.3 20.0 51.7 50.6 45.0
2.2 Pencemaran karena Ya 100.0 .0 93.8 100.0 100.0
pembuangan isi tangki septik
2.3 Pencemaran karena SPAL Ya 53.3 90.0 62.5 70.0 40.0

3. PERSAMPAHAN
3.1 Pengelolaan sampah Tidak 96.7 100.0 100.0 100.0 100.0
3.2 Frekuensi pengangkutan Tidak
sampah memad
ai
3.3 Ketepatan waktu Tidak
pengangkutan sampah tepat
waktu
3.4 Pengolahan sampah Tidak 96.7 95.0 97.5 98.8 100.0
setempat diolah

4. GENANGAN AIR
4.1 Adanya genangan air Ya 30.0 22.5 35.8 21.8 17.5

5. PERILAKU HIDUP BERSIH


SEHAT
5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 6.7 87.5 90.8 88.2 75.0
5.2.a. Apakah lantai dan dinding Tidak 3.3 55.0 30.0 19.4 5.0
jamban bebas dari tinja?
5.2.b. Apakah jamban bebas Tidak 3.3 67.5 33.3 15.9 15.0
dari kecoa dan lalat?
5.2.c. Keberfungsian Tidak 6.7 57.5 16.7 6.5 10.0
penggelontor.
5.2.d. Apakah terlihat ada sabun Tidak 13.3 67.5 52.5 53.5 5.0
di dalam atau di dekat jamban?
5.3 Pencemaran pada wadah Ya, 13.3 17.5 10.0 2.4 15.0
penyimpanan dan penanganan tercem
air ar
5.4 Perilaku BABS Ya, 60.0 57.5 30.0 38.2 25.0
BABS

Tabel 2. Kalkulasi Indeks Risiko Sanitasi

Variabel Bobot CLUS CLUS CLUS CLUS CLUS CLUS


TER 0 TER TER TER TER TER
1 2 3
1. SUMBER AIR
17 19 25 27 41 -
1.1 Sumber air tercemar 25%
3 14 16 6 19 -
1.2 Penggunaan sumber air 25%
tidak terlindungi. - 1 5 4 16 -
1.3 Kelangkaan air 50%
13 4 3 17 6 -

2. AIR LIMBAH DOMESTIK.


52 37 69 74 62 -
2.1 Tangki septik suspek aman 33%
1 7 17 17 15 -
2.2 Pencemaran karena 33%
pembuangan isi tangki septik 33 - 31 33 33 -
2.3 Pencemaran karena SPAL 33%
18 30 21 23 13 -

3. PERSAMPAHAN.
48 49 49 50 50 -
3.1 Pengelolaan sampah 25%
24 25 25 25 25 -
3.2 Frekuensi pengangkutan 25%
sampah - - - - - -
3.3 Ketepatan waktu 25%
pengangkutan sampah - - - - - -
3.4 Pengolahan setempat 25%
24 24 24 25 25 -

4. GENANGAN AIR.
30 23 36 22 18 -
4.1 Adanya genangan air 100%
30 23 36 22 18 -

5. PERILAKU HIDUP BERSIH


SEHAT. 22 56 41 38 31 -
5.1 CTPS di lima waktu penting 25%
2 22 23 22 19 -
5.2.a. Apakah lantai dan dinding 6%
jamban bebas dari tinja? 0 3 2 1 0 -
5.2.b. Apakah jamban bebas 6%
dari kecoa dan lalat? 0 4 2 1 1 -
5.2.c. Keberfungsian 6%
penggelontor. 0 4 1 0 1 -
5.2.d. Apakah terlihat ada sabun 6%
di dalam atau di dekat jamban? 1 4 3 3 0 -
5.3 Pencemaran pada wadah 25%
penyimpanan dan penanganan 3 4 3 1 4 -
air
5.4 Perilaku BABS 25%
15 14 8 10 6 -

Tabel 3. Kumulatif Indeks Risiko Sanitasi

Variabel CLUS CLUS CLUS CLUS CLUS CLUS


TER 0 TER TER TER TER TER
1 2 3 4
1. SUMBER AIR
17 19 25 27 41 -
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
52 37 69 74 62 -
3. PERSAMPAHAN.
48 49 49 50 50 -
4. GENANGAN AIR.
30 23 36 22 18 -
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
22 56 41 38 31 -

169 183 220 210 201 -

Tabel 4. Katagori Daerah Berisiko Sanitasi


Batas Ketera
Nilai ngan
Risiko
Total Indeks Risiko Max 220
Total Indeks Risiko Min 169
Interval 13
Katagori Area Berisiko Batas Batas
Bawah Atas
Kurang Berisiko 169 182
Berisiko Sedang 183 196
Risiko Tinggi 197 209
Risiko Sangat Tinggi 210 223

Tabel 5. Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan


Indeks Risiko
CLUSTER NILAI SKOR
IRS EHRA
CLUSTER 2 220 4
KIAMA 220 4
BEO 220 4
KARATUNG TENGAH 220 4
CLUSTER 3 210 4
SAWANG 210 4
LIRUNG I 210 4
BAMBUNG TIMUR 210 4
MARAMPIT 210 4
CLUSTER 4 201 3
MELONGUANE 201 3
CLUSTER 1 183 2
SEREH I 183 2
CLUSTER 0 169 1
BEO 169 1

Anda mungkin juga menyukai