Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACARA 2
Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop
Oleh :
Muhamad Nurdinansa [120722420614]
A. LATAR BELAKANG
Sistem penginderaan jauh sekarang ini semakin berkembang pesat
seiring dengan kemajuan alat dan teknologi yang ada, sehingga semakin
banyak kalangan yang memanfaatkan data dari penginderaan jauh.
Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau
gejala yang dikaji. Salah satu data penginderaan jauh yang sering digunakan
adalah data yang berasal dari foto udara. Citra foto udara merupakan citra yang
diambil dengan menggunakan sensor kamera, dengan menggunakan detektor
film dan proses perekamannya dilakukan secara fotografi secara serentak.
Foto udara merupakan citra fotografi yang menggunakan pesawat
sebagai media pembawa atau wahana dan kamera sebagai sensornya. Dalam
studi kasus ini dipilih foto udara sebagai sumber datanya dikarenakan skala
pada foto udara termasuk dalam skala besar, sehingga resolusinya juga
tergolong dalam resolusi yang tinggi. Dengan resolusi yang tinggi ini, maka
kenampakan obyek akan terlihat jelas.
Pengamatan stereoskopik pada pasangan foto udara yang
bertampalan dapat menimbulkan gambaran tiga dimensional. Untuk
mendapatkan gambaran tiga dimensi dapat dilakukan dengan alat ataupun
tanpa menggunakan alat. Bentuk tiga dimensi pasangan foto udara yang
diperoleh tanpa alat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang terlatih saja.
Alat yang biasanya dipergunakan untuk melihat bentuk tiga dimensi pasangan
foto udara adalah stereoskop.
Untuk mengetahui gambaran obyek secara keseluruhan dapat
dilakukan dengan cara mengamati foto udara dan menggabung (mosaik) foto
udara secara berurutan Mosaik merupakan serangkaian foto daerah tertentu
yang disusun menjadi satu lembar foto. Tujuannya untuk menggambarkan
daerah yang dikaji atau daerah penelitian secara utuh. Mozaik dibedakan
menjadi tiga yaitu mosaik terkontrol, mosaik setengah terkontrol dan mosaik
tak terkontrol.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami konsep mozaik foto udara/citra
2. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara dari berbagai jenis foto dan
skala.
3. Mahasiswa mampu menghitung dan mencari skala foto udara
4. Mahasiswa mampu melakukan pengamatan secara sterioskop
5. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto digital menggunakan software
D. DASAR TEORI
1. MOZAIK FOTO UDARA
Foto udara merupakan salah satu citra foto yang umumnya diambil
menggunakan wahana pesawat terbang. Bentuk wahana lain yang dapat
digunakan sebagai bahan foto udara adalah balon udara, pesawat ulang-alik,
satelit, paralayang dan berbagai wahana lainnya. Dalam teknis perekaman foto
udara telah dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
1. Bentuk wilayah, bentuk wilayah ini akan menentukan biaya pemotretan.
Semakin luas suatu wilayah jelas biaya yang dikeluarkan akan semakin
mahal, karena biaya untuk operasional juga semakin besar
2. Jalur terbang, dalam pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang
terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan
pesawat disaat pemotretan.
Gambar ….
3. Area yang bertampalan overlap dan Sidelap, Overlap merupakan daerah yang
bertampalan antara foto satu dengan foto yang lainnya sesuai dengan nomor
urutan jalur terbang. Besarnya tampalan antar foto tersebut umumnya sebesar
60%. Misalnya foto X1 memiliki informasi yang sama dengan foto X2
sebesar 60%. Tujuan dari tampalan ini adalah untuk menghindari daerah yang
kosong disaat perekaman dikarenakan wahana pesawat terbang melaju dengan
kecepatan yang tinggi. Selain overlay foto udara juga harus sidelap. Sidelap
merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan foto udara lain yang
ada diatas maupun dibawah area yang direkam. Sidelap ini terjadi pada jalur
terbang yang berbeda jadi suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang telah
direkam akan direkam kembali sebesar 25% dari liputan jalur terbang 2.
Berikut ini gambaran dari proses Overlap dan Sidelap. Tujuan dibuatnya
sidelap ini adalah untuk menghindari kekosongan foto antara jalur terbang.
Selain tujuan tersebut dibuatnya foto overlap dan sidelap adalah untuk
memperoleh kenampakan 3 dimensi ketika dilihat melalui sterioskop cermin.
Gambar 1. Contoh hasil overlap dan sitelap pada kegiatan pemotretan udara
4. Gangguan perekaman, gangguan ini dapat berupa Drift dan Crab. Drif
adalah perpindahan atau pergeseran lateral pesawat udara dari garis
terbang yang direncanakan, yang disebabkan oleh gerakan angin,
kesalahan navigasi atau penyebab-penyabab yang lain. Hasilnya dapat
berupa suatu celah (gab) sebagaimana gambar 2 diantara foto udara yang
berdekatan. Crab merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan
mengorientasikan kamera sehubungan dengan garis terbang yang
direncanakan. Pada fotografi udara vertical hal tersebut ditunjukkan oleh
tipe-tipe foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintas terbang antara
pusat-pusat foto). Karena alasan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya
dan pusat foto mungkin sedikit berbeda daripada lokasi yang
direncanakan.
Gambar 3. Kesalahan akibat drift
y Variasi skala
x
z
x kappa
z
Rotasi terhadap
y sumbu X
Rotasi terhadap
sumbu X,Y& Z
x omega
Rotasi terhadap
y sumbu Y Rotasi terhadap
sumbu X & Y
x phi
2. PANDANGAN STEREOSKOPIS
Untuk mendapatkan informasi baik kualitatif maupun kuantitatif dari
potret udara, interpretasi visual secara stereoskopis merupakan suatu proses yang
memegang peranan yang sangat penting. Interpretasi yang dilakukan secara
stereoskopis akan memberikan hasil yang lebih detail karena adanya kesan
keruangan. Sebagaimana diketahui, stereoskopis adalah fenomena alamiah yang
mencakup prinsip-prinsip mekanis dan psikologis. Dengan pandangan
stereoskopis, suatu benda akan dilihat dari sudut-sudut pandang yang berbeda
(sudut-sudut paralaks). Pada potret udara, sudut paralaks dan beda sudut paralaks
dinyatakan dengan paralaks absobut dan paralaks relatif (beda paralaks). Kesan
keruangan terjadi karena adanya perbedaan sudut-sudut paralaks yang dikenal
dengan beda paralaks. Secara teknis, untuk mendapatkan stereoskopis yang baik
dan benar, potret udara harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut
(Jaya, 1986; Paine, 1981): Skala potret yang berpasangan relatif sama; Adanya
pertampalan (overlap) khususnya pertampalan ke belakang (end lap) dengan
pasangan stereoskopisnya; Orientasi potret harus benar, dimana arah eye base,
stereoscopic base dan photo base harus sejajar antara satu dengan lainnya. Dengan
kata lain sumbu stereoskopis sejajar dengan jalur terbang pesawat pada waktu
pemotretan.
E. LANGKAH KERJA
1. Mozaik Foto Udara secara manual
1) Ambilah foto udara
2) Urutkanlah foto udara tersebut sesuai dengan nomor dan jalur terbang
3) Catatlah nomor foto yang telah berurutan
4) Ambilah satu pasang foto udara yang berurutan
5) Ambilah sterioskop cermin dan pasanglah pada posisi pengamatan
6) Letakan foto udara tersebut di bawah sterioskop cermin
7) Amatilah foto udara tersebut dari atas sterioskop sesuai dari tempat yang
telah disediakan
8) Geserlah foto udara tersebut sampai ketemu pandangan 3D
9) Setelah ketemu pandangan 3D, kuncilah posisi foto dengan menggunakan
isolasi pada tepi foto.
10) Tampalkan plastic transparan dan isolasilah tepinya supaya tidak bergeser
11) Ambilah spidol transparan dan lakukanlah deliniasi objek
5) Selanjutnya proses merger berjalan, jika foto udara anda dapat dibaca oleh
software dengan baik maka semua foto akan menjadi satu, namun jika foto
tersebut tidak dapat dibaca foto yang tidak dapat dibaca akan disendirikan
secara otomatis.
F. HASIL PRAKTIKUM
Dari praktikum penginderaan jauh mengenai Pengenalan Mozaik Foto
Udara dan Pengamatan Sterioskop diperoleh data sebagai berikut :
1. Mozaik Foto Udara Secara Manual
Penyusunan foto udara dengan nomor seri 0724-0725 bagian bawah. Dari
pengamatan menggunakan sterioskop diperoleh beda paralaks sebesar :
C 27,6 cm
Bx
A 27,5 cm
Dari proses merger 4 foto udara diketahui 3 foto berhasil digabungkan dan
terdapat 1 foto yang tidak dapat bergabung.
G. PEMBAHASAN
Dari penyusunan mozaik secara manual ini ditemukan susunan foto udara
yang saling tumpang tindih memiliki susunan tidak lurus/agak bergeser ke atas
atau kebawah yang mengindikasikan dalam pemotretan pesawat mengalami
gangguan sehingga hasil pemotretan tidak bisa lurus. Penyimpangan tersebut
dikenal dengan Drif dan Crab. Drif adalah perpindahan atau pergeseran lateral
pesawat udara dari garis terbang yang direncanakan, yang disebabkan oleh
gerakan angin, kesalahan navigasi atau penyebab-penyabab yang lain. Hasilnya
dapat berupa suatu celah (gab) diantara foto udara yang berdekatan. Crab
merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan mengorientasikan kamera
sehubungan dengan garis terbang yang direncanakan. Namun jika diamati dari
susunan mozaik foto udara nomor seri 0724-0728, kebanyakan gangguan
disebabkan oleh Drif.
Dalam penyusunan foto udara secara manual diperlukan kecermatan dan
ketelitian, terutama dalam menyusun maupun menumpang tindihkan foto udara.
Seringkali yang tidak diperhatikan adalah pengurutan nomor seri foto udara. Hal
tersebut cukup menghambat dalam proses penyusuan mozaik foto udara secara
manual.
2. Pengamatan Sterioskop
Pengamatan menggunakan Sterioskop dilakukan untuk melihat gambaran
3D dari foto udara yang diamati. Pengamatan dilakukan terhadap dua foto udara
dengan nomor seri yang berurutan dan skala yang sama. Kemudian foto tersebut
diamati dengan menggunakan sterioskop. Untuk menghasilkan gambar secara 3D,
dari foto tersebut harus ditemukan daerah yang bertampalan. Daerah yang
bertampalan dari kedua foto tersebut dapat ditemukan dengan cara menggeser foto
udara tersebut dan dilihat dengan sterioskop hingga dihasilkan gambaran secara
3D.
Biasanya untuk menemukan daerah yang bertampalan tersebut,
penggesaran dilakuakan dengan cara mendekatkan atau menjauhkan secara sejajar
maupun menggeser salah satu foto udara keatas atau kebawah dengan jarak yang
tidak terlalu jauh. Setelah dilakukan penggeseran dan ditemukannya daerah yang
bertampalan, nantinya akan tampak gambaran 3D daerah yang bertampalan dari
foto udara. Dari penggeseran foto udara tersebut dapat ditemukan beda paralaks
yang besarnya dapat dilihat dari besar sudut yang dihasilkan dari pergeseran titik
tengah antar dua foto udara yang diamati. Untuk menghitung beda paralaks
terlebih dahulu harus ditentukan titik tengah dari dua foto udara yang bertampalan
kemudian diukur panjang antar titik tengah foto udara menggunakan penggaris
(monoskopis) atau dengan menggunkan batang paralaks atau meter paralaks
(parallax bar) terdiri dari dua keping kaca yang diberi tanda padanya
(stereoskopis). Kemudian untuk mengetahui beda paralaksnya dapat dicari dengan
menggunakan rumus phytagoras.
(a) (b)
Gambar 3. Mozaik foto udara dimana ada gambar yang dipisahkan karena tidak
terbaca oleh software Photoshop
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA