Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis

maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Diperkirakan

prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Di Indonesia,

malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka

kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan Bali, oleh karena di

daerah tersebut terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan

non-endemis malaria. Pada daerah-daerah tersebut masih sering terjadi letusan wabah

malaria yang menimbulkan banyak kematian.1,2

Malaria juga merupakan penyakit yang bersifat akut maupun kronis, yang

dapat disebabkan oleh satu atau lebih protozoa genus plasmodium yang ditandai

dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia dan hepatosplenomegali. Untuk

memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan darah tepi (hapusan tebal atau tipis)

untuk konfirmasi adanya plasmodium.3

Pada manusia, plasmodium terdiri dari 5 spesies, yaitu plasmodium

falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale, dan

plasmodium knowlesi. Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat

bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies plasmodium ini terdapat di

Indonesia, yaitu plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika,

plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana, plasmodium malariae yang

1
menyebabkan malaria quartana dan plasmodium ovale yang menyebabkan malaria

ovale. 1,2,4

Menurut laporan malaria dunia 2011 dari WHO, didapatkan pada 2010

estimasi 3,3 milyar penduduk berada pada resiko malaria, dimana 2,1 milyar berada

di resiko rendah, secara geografik 94% tinggal di luar afrika. Sedangkan 1,2 milyar

berada pada resiko tinggi, dimana sebagian besar hidup di Afrika (47%) dan wilayah

Asia Tenggara(37%). Terdapat 216 juta kasus malari di tahun 2010, dengan interval

yang luas mulai dari 149 juta sampai 274 juta kasus. Kurang lebih 81% atau 174 juta

(113-239 juta) kasus berada di Afrika dan 13% di Asia Tenggara. Angka kematian

pada tahun 2010 berkisar 655.000, dimana 91% terdapat di afrika. Angka mortalitas

malaria berkurang sekitar 25% antara tahun 2000 sampai 2010 dengan presentase

reduksi terbesar di Eropa (99%), Amerika (55%), Pasifik Barat (42%), dan Afrika

(33%).6,7

Di Indonesia, malaria masih ditemukan di seluruh propinsi. Berdasarkan API

(annual practice incidence), dilakukan stratifikasi wilayah Indonesia bagian Timur

masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di

Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi

rendah. API dari tahun 2008 – 2009 menurun dari 2,47% per 1000 penduduk menjadi

1,85% per 1000 penduduk. Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009, provinsi

dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat, NTT dari Papua, terdapat 12 provinsi

yang di atas angka API nasional. Menurut Riskesdas 2010, penyebab malaria yang

tertinggi adalah P. Falciparum (86,4%0 dan P.vivax (6,9%). Angka kematian (CFR)

untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke 2006 (10,51%

2
menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 ke 2009, CFR cenderung meningkat hingga

lebih dua kali lipat.8

Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan

mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Seseorang dapat

terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi virus

campuran/majemuk (mixed infection). Pada umumnya paling banyak dijumpai dua

jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium

vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium

sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.1,2,5

Berikut akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan malaria tertiana

yang dirawat di Irina E BLU RSUP Prof. R. D. Kandou Manado.

3
LAPORAN KASUS

Nama :YL

Jenis Kelamin : Perempuan

Lahir pada tanggal/umur : 22-06-2001 / 12 tahun

Berat waktu lahir : 2600 gr

Lahir di : rumah

Kebangsaan : Indonesia

Suku bangsa : Minahasa

Agama : Kr. Protestan

Nama Ibu :SH Umur : 34 tahun Perkawinan : I

Nama Ayah :YD Umur : 47 tahun Perkawinan : I

Alamat : Kokole Likupang No. Telp : 082195556167

Pekerjaan Ayah : petani Pendidikan Ayah : SMA

Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Ibu : SMP

Dikirim oleh : IRDA

Dengan diagnosa : anemia proevaluasi ec susp malaria

Tanggal : 09-10-2013 Jam : 19.45 WITA

Masuk ke ruangan IRINA E kamar 7B (Tropik)

4
DIAGNOSIS

Anamnesis diberikan oleh ibu penderita.

Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan anak kandung.

Pedigree

Jenis Kelamin Umur Keterangan jika masih hidup


Perempuan 12 thn Sakit
Laki - Laki 9 thn Sakit
Perempuan 5 thn Sehat

Family Tree

Keluhan Utama : demam dialami penderita sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah

sakit yang disertai dengan menggigil

Demam dialami penderita sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam

naik turun. Demam tidak berlangsung setiap hari. Demam turun dengan obat penurun

panas namun demam tidak turun sampai normal dan beberapa saat kemudian naik

lagi. Saat demam penderita tidak merasakan nyeri perut, kejang, mimisan ataupun

5
perdarahan gusi. Sebelum demam, penderita merasakan kedinginan sehingga

penderita menutupi tubuh dengan selimut. Kemudiaan beberapa saat kemudian pasien

demam dan setelah demam, penderita berkeringat banyak. Selain demam penderita

juga mengeluh badan lemah, nyeri kepala dan mual. Penderita juga mengalami

penurunan nafsu makan. Penderita kemudian dibawa ke rumah sakit siti mariam,

namun tidak ada perbaikan, sehingga penderita minta keluar dan pindah ke RSUP

Malalayang. Penderita juga megalami pucat berdasarkan pengalaman ibu penderita.

Pucat dialami penderita ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak ada, pilek

tidak ada, nyeri menelan tidak ada, BAB/BAK biasa.

Anamnesis Ante Natal

Pemeriksaan antenatal care (ANC ) teratur sebanyak 8x di Puskesmas

Imunisasi TT sebanyak 2x

Waktu hamil ibu penderita sehat

Penyakit yang sudah pernah dialami :

Morbili (-)

Varicella (-)

Pertusis (-)

Diarrhea (-)

Cacing (-)

Batuk/pilek (+)

Lain-lain (-)

6
Kepandaian / Kemajuan Bayi

Pertama kali membalik 4 bulan

Pertama kali tengkurap 7 bulan

Pertama kali duduk 7 bulan

Pertama kali merangkak 9 bulan

Pertama kali berdiri 9 bulan

Pertama kali berjalan 12 bulan

Pertama kali tertawa 3 bulan

Pertama kali berceloteh 7 bulan

Pertama kali memanggil mama 9 bulan

Pertama kali memanggil papa 9 bulan

Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi Sampai Sekarang

ASI : 0 – 4 bulan

PASI : 0 – 2 tahun

Bubur Susu : 4 bulan

Bubur Saring : 5 bulan

Bubur Halus : -

Nasi Lembek : 9 bulan

Imunisasi

7
DASAR
I II III
BCG +
POLIO + + +
DPT + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

Anamnesis Keluarga

Riwayat keluarga :

Adik pertama penderita juga mengalami sakit dan keluhan yang sama

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan :

Penderita tinggal di rumah permanen dengan atap seng, dinding batu, lantai

semen.

Jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 5 orang, 2 orang dewasa, 3 orang anak.

WC/KM di dalam rumah.

Sumber air minum: PAM

Sumber penerangan listrik: PLN

Penanganan sampah: dibuang di tempat pembuangan sampah

Pemeriksaan Pertama

Tanggal 09-10-2013

Umur : 12 tahun Berat Badan : 33 kg Panjang Badan : 135 cm

Keadaan Umum : tampak sakit Kesadaran : CM

Gizi : baik Ikterus : (+)

8
Sianosis : (-) Respirasi : 28 x/m

Anemia : (+) Tensi : 100/70 mmHg

Suhu : 36,2oC Nadi : 98 x/m

Keadaan Mental : normal Kejang : (-)

KULIT

Warna : sawo matang Turgor : kembali cepat

Efloresensi : (-) Tonus : eutoni

Pigmentasi : (-) Oedema: (-)

Jaringan parut : (-)

Lapisan lemak : baik

KEPALA

Bentuk : mesocephal Ubun-ubun besar : menutup

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Mata : exopthalmus/enopthalmus : (-)

Tekanan bola mata : normal pada perabaan

Conjunctiva : anemis (+) Lensa : jernih

Sclera : ikterus (+) Gerakan : normal

Corneal Reflex : +/+

Fundus & Visus : tidak dilakukan

Pupil : bulat isokor, Ø 3 – 3 mm

9
RC : +/+

Telinga: sekret -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : Bibir : sianosis (-) Selaput mulut : mukosa basah

Lidah : beslag (-) Gusi : perdarahan (-)

Gigi : caries (-) Bau nafas : foetor (-)

Tenggorokan : Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)

Pharynx : hiperemis (-)

Leher : Trachea : letak di tengah

Kelenjar : tidak ada pembesaran KGB

Kaku kuduk : (-)

THORAX

Bentuk : simetris Xiphosternum : (-)

Rachitic Rosary : (-) Harrison’s Groove : (-)

Ruang Interkostal : normal Pernapasan Paradoxal : (-)

Precordial Bulging : (-) Retraksi : (-)

Lain-lain : (-)

PARU-PARU

Inspeksi : simetris, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : sonor kanan=kiri

Auskultasi : Sp. Bronkovesikular

10
Rh -/- , Wh -/-

JANTUNG

Detak jantung : 98 x/menit

Iktus cordis : tidak tampak

Batas kiri : linea midklavikularis sinistra

Batas kanan : linea parasternalis dextra

Batas atas : ICS II-III

Bunyi jantung apex : M1 > M2

Bunyi jantung aorta : A1 > A2

Bunyi jantung pulmonal : P1 < P2

Bising : tidak ada

ABDOMEN

Bentuk : datar, lemas, BU (+) N

Lain-lain : -

Lien : S2 Hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

Genitalia : perempuan, normal

Kelenjar : tidak ada pembesaran

Anggota Gerak : akral hangat, CRT ≤ 2”

Tulang-belulang : deformitas (-)

Otot-otot : eutoni

Refleks-refleks : refleks fisiologi +/+, refleks patologi -/-

11
RESUME

Perempuan 12 tahun, BB : 33 kg, TB : 135 cm

MRS : 09-10-2013 Jam 19.45 WITA.

Keluhan : demam dialami penderita sejak ± 3 hari SMRS yang disertai dengan

menggigil dan pucat.

KU : tampak sakit, Kes : CM

T : 100/70 mmHg N : 118 x/m R : 28x/m S : 38,2 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta, lien : S2

Ekstremitas : hangat, CRT ≤ 2”

Hasil laboratorium :

Hematokrit : 22,6 % Eosinophil :0

Hb : 8,46 gr/dL Basophil :3

Eritrosit : 2,79 juta /μl Batang :2

Leukosit : 3.990 μL Segmen : 40

Trombosit : 87.000 μL Lymphosit : 54

Malaria : (+) vivax Monosit :1

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Artesunat 1 x 3 tab (3 hari)

12
Amodiaquin 1 x 2 ¼ (hari I)

1 x 2 ¼ (hari II)

1 x 1 ½ (hari III)

Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

Pro : DL, DDR, Parasit Count

FOLLOW UP

10 Oktober 2013

Keluhan : demam (+), muntah (-)

KU : tampak sakit Kes : CM

13
TD : 100/60 mmHg RR : 24 x/menit

N : 120 x/menit SB : 37,4 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

lien : S2

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Artesunat 1 x 3 tab (3 hari)

Amodiaquin 1 x 2 ¼ (hari II)

Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

Hasil laboratorium :

Hematokrit : 22,3 %

Hb : 8,4 gr/dL

Eritrosit : 2,80 juta /μl

Leukosit : 4.300 μL

Trombosit : 118.000 μL

DDR : (-)

Pro : DDR, DL, parasit count

14
11 Oktober 2013

Keluhan : demam (-), intake sulit

KU : tampak sakit Kes : CM

TD : 90/60 mmHg RR : 22 x/menit

N : 80 x/menit SB : 36 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

lien : S2

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Artesunat 1 x 3 tab (3 hari)

Amodiaquin 1 x 1 ½ (hari III)

Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

Hasil laboratorium :

Hematokrit : 20,1%

Hb : 7,7 gr/dl

Eritrosit : 2,55 juta /μl

Leukosit : 3.600 μL

15
Trombosit : 106.000 μL

Pro : DL, DDR, Parasit Count

12 Agustus 2012

Keluhan : demam (-), intake (+)

KU : tampak sakit Kes : CM

TD : 100/60 mmHg RR : 24 x/menit

N : 84 x/menit SB : 36,1 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

lien : S2

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”

Hasil laboratorium :

Hematokrit : 20,7%

Hb : 7,8 gr/dl

Eritrosit : 2,59 juta /μl

Leukosit : 3.400 μL

16
Trombosit : 130.000μL

DDR : (-)

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

Pro : DL

13 Agustus 2012

Keluhan : demam (-), intake (+) membaik

KU : tampak sakit Kes : CM

TD : 100/60 mmHg RR : 22 x/menit

N : 80 x/menit SB : 36,5 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

lien : S2

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

17
14 Agustus 2012

Keluhan : demam (-), intake (+) baik

KU : tampak sakit Kes : CM

TD : 90/60 mmHg RR : 24 x/menit

N : 80 x/menit SB : 36,0 oC

Kepala : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+)

pernapasan cuping hidung (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal

hepar : 2-2 cm bawah arkus kosta

lien : S2

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”

Diagnosis : malaria vivax

Terapi : Primakuin 1 x 8,25 mg (14 hari)

Paracetamol 3 x 500 mg

Pro : rawat jalan

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

09-10-2013 11-10-2013 12-10-2013 13-10-2013


Malaria + P.vivax - - -
Hematokrit 22,6 % 22,3 % 20,1 % 20,7 %
Hemoglobin 8,46 g/dL 8,4 g/dL 7,7 g/dL 7,8 g/dL
Eritrosit 2,79x106 2,80x106 2,55x106 2,59x106
Leukosit 3.990/mm3 4.300/mm3 3.600/mm3 3.400/mm3

18
Trombosit 87.000/mm3 118.000/mm3 106.000/mm3 130.000/mm3
Eosinofil 0
Basofil 3
Batang 2
Segmen 40
Limfosit 54
Monosit 1

PEMBAHASAN

Malaria merupakan penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan

oleh infeksi parasit protozoa dan ditularkan oleh nyamuk anopheles. Pada manusia,

penyakit ini disebabkan oleh plasmodium yang mempunyai 5 spesies yaitu

19
plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium

ovale, dan plasmodium knowlesi. 1,2

Diagnosis dari pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pada anamnesis, biasanya didapatkan keluhan

prodomal dapat terjadi seblum terjadinya demam. Sebelum demam, pasien biasanya

merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Gejala malaria

yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu:

 Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini diawalidengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin.

Gigi gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuh dengan segala macam

pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari –

jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan

pada anak balita sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15

menit sampai 1 jam.

 Stadium demam (hot stage)

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka

merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala,

seringkali terjadi mual dan muntah. Nadi menjadi kuat kuat lagi. Biasanya

pasien menjadi sangat haus dan suhu badan sapat meningkat sampai 41°C

atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 - 12 jam.

 Stadium berkeringat (sweating stage)

20
Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah,

kemudian suhu tubuh kembali turun dengan cepat, kadang-kadang sampai

dibawah normal.

ANAMNESIS

Dari anamnesis, pada pasien ini didapatkan demam sejak 3 hari sebelum

masuk rumah sakit, demam naik turun, tidak berlangsung setiap hari. Demam turun

dengan obat penurun panas namun tidak turun sampai normal dan beberapa saat

kemudian naik lagi. Pada pasien ini, demam yang ditemui adalah demam pola

intermitten yang naik kemudian turun sampai normal kemudian naik lagi, serta ada

periode bebas demam sesuai dengan teori yang ada.

Hal lain yang penting dalam anamnesis malaria adalah apakah penderita

tinggal di daerah endemis malaria. Menurut Peta Stratifikasi Malaria 2009, Sulawesi

Utara termasuk wilayah stratifikasi sedang-tinggi malaria. Data Provinsi 2012,

Minahasa Utara menduduki peringkat kelima daerah endemis malaria. Pasien

memiliki riwayat bertempat tinggal di daerah Kokoleh, Minahasa Utara yang endemis

malaria. Hal ini menunjukkan bahwa penderita sebagai penduduk dari Sulawesi Utara

rentan terinfeksi malaria.

Pada anamnesis juga didapat, sebelum demam penderita merasakan

kedinginan sehingga penderita menutupi tubuh dengan selimut. Kemudiaan beberapa

saat kemudian pasien demam dan setelah demam, penderita berkeringat banyak. Hal

ini merupakan trias dari malaria yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam

(hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage). Selain demam, penderita juga

21
mengeluh badan lemah, nyeri kepala dan mual. Penderita juga mengalami penurunan

nafsu makan. Berdasarkan kepustakaan, gejala-gejala ini biasanya ditemukan pada

penderita malaria. Dikatakan bahwa anak pada awalnya penderita akan menjadi

letargik, mengantuk atau gelisah, anoreksia. Sedangkan pada anak yang umurnya

lebih tua, dapat disertai dengan keluhan nyeri kepala dan mual. Demam juga selalu

dijumpai tetapi sifat dari demam tersebut dapat bervariasi.1

Trias malaria lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada

malaria falciparum gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada.

Pada malaria falciparum demam terjadi tiap 24-48 jam, sedangkan pada malaria vivax

demam terjadi tiap hari ketiga.7-9

PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemeriksaan fisik, hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah tanda-

tanda vital. Hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah suhu badan, apakah penderita

panas. Saat masuk, suhu penderita 38,2ºC, sehingga dapat disimpulkan penderita

demam.

Pada penderita malaria dapat juga ditemukan anemia, yang disebabkan oleh

pecahnya sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria. Hemolisis bergantung

pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Pada penderita ini, ditemukan

adanya konjungtiva anemis.

Pada pemeriksaan fisik abdomen, hal yang khas pada malaria adalah adanya

splenomegali. Hal ini disebabkan oleh fungsi limpa sebagai organ retikuloendotelial

yang memproduksi sel-sel makrofag dan limfosit yang bertugas untuk

22
menghancurkan parasit mengalami peningkatan, sehingga limpa membesar oleh

bertambahnya produksi sel-sel tersebut. Pada penderita ini, ditemukan adanya

splenomegali dengan pemeriksaan fisik schuffner II.

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk menegakkan diagnosis pasti

pada malaria perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratorium. Pada penderita ini, dilakukan pemeriksaan darah lengkap, differential

count, hapusan darah tebal / druke drumpelete (DDR) dan hapusan darah tipis (parasit

count), Pada malaria dapat terjadi trombositopenia yang terjadi karena adanya

kerusakan endotel. Pemeriksaan yang utama untuk memastikan diagnosis malaria

yaitu pemeriksaan darah tepi untuk konfirmasi ada atau tidaknya parasit plasmodium

malaria. Pada penderita malaria biasanya ditemukan trombositopenia yang dapat

terjadi akibat kerusakan endotel sehingga faktor von Willebrand (vWF) yang terdapat

dalam pembuluh darah akan keluar dan berikatan dengan trombosit di sirkulasi darah,

oleh sebab itu konsentrasi trombosit bebas berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan

morfologi darah tepi, ditemukan parasit Plasmodium Vivax.10

DIAGNOSIS

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, maka pada

pasien ini dapat ditegakkan diagnosis malaria tertiana.

PENANGANAN

23
Lini pertama penanganan malaria tertian ini adalah Atersunate Combinaion

Theraphy (ACT) berupa atesunate + amodiakuin yang diberikan selama 3 hari,

ditambah primakuin selama 14 hari. 1,6

Saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi untuk

mencegah terjadinya resistensi, biasanya dilihat obat anti malaria yang mengandung

artemisin, antara lain: artesunat + amodiakuin, dengan dosis artesunat 4mg/ kgBB/

hari selama 3 hari dan amodiakuin dosis 10 mg/kgBB pada hari I, amodiakuin dosis

10 mg/kgBB pada hari ke II, dan amodiakuin dosis 5 mg/kgBB pada hari ke III. Obat

ini tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50 mg/tablet dan amodiakuin basa

153 mg/ tablet. Untuk mencegah relaps diberikan juga primakuin 0,25 mg

basa/kgBB/hari (maksimal 25mg/hari).1,6

Penderita malaria dianjurkan untuk melakukan kontrol berupa pemeriksaan

hapusan darah tebal (DDR) serial, Darah lengkap dan pemantauan tanda-tanda vital

setiap hari untuk mengetahui keberhasilan pengobatan. Pasien malaria dikatakan

sembuh apabila hasil pemeriksaan DDR negatif selama 3 kali berturut-turut. Bila

keadaan klinis yang sudah membaik, pasien dinyatakan sudah sembuh dari

malarianya dan bisa dipulangkan (rawat jalan).13

Dari laporan kasus ini, penderita dipulangkan setelah mendapat perawatan

selama 4 hari di RSUP Prof. R. D. Kandou. Pemeriksaan darah tepi pada 3 hari

terakhir hasilnya negatif. Pemeriksaan 1 kali dengan hasil negatif tidak

mengesampingkan diagnosis malaria, tapi jika dari 3 kali pemeriksaan dan hasilnya

negatif maka diagnosis malaria dapat disingkirkan. Pasien juga sudah tidak demam

dan sudah ada peningkatan/perbaikan dari kadar trombosit dan eritrosit penderita.

24
Pada pasien dalam laporan kasus ini adalah contoh dari infeksi malaria tertian oleh

plasmodium vivax. Untuk pasien ini prognosisnya adalah dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Rampengan TH. Penyakit

Infeksi Tropik Pada Anak. Ed. 2. Jakarta: EGC; 2007. h 190-225.

25
2. Soedarmo SPS, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, editors. Buku Ajar

Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h 408-

37.
3. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati

ED, editors. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Ikatan Dokter Anak

Indonesia; 2010.

4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian IKA FKUI; 2007. h

655-9.

5. Sudoyo A.W, Setiyohadi B,Alwi I, Sinmadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III Ed. V. Malaria. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Diponegoro 71; 2009.

6. World malaria report: 2011. Geneva: the World Health Organization; 2011.

7. Kaushik JS, Gomber S. Dewan P. Clinical and epidemiological profiles of

severe malaria in children from Delhi, India, J Health Popul Nutr. 2012

Mar;30(1):113-6.

8. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Epidemiologi malaria di

Indonesia. Jakarta: Buku Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; 1:1-16.

9. Harijanto P. N, Nugroho A, Gunawan C.A. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.

10. Wijaya A.M. Pengenalan Penyakit Malaria. Diunduh dari:

http://www.infodokterku.com/index.php?

26
option=com_content&view=article&id=23:pengenalan-penyakit-

malaria&catid=25:penyakit-menular&Itemid=18

11. Putra D.W. Malaria. Diunduh dari:

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/malaria.html

12. Children Grow Up Clinic. Penanganan Terkini Malaria pada Anak. Diunduh

dari: http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/10/penanganan-terkini-

malaria-pada-anak/

13. Wirawan R. Pansitopenia. Diunduh dari:http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=patogenesis%20trombositopenia%20pada

%20malaria&source=web&cd=8&cad=rja&sqi=2&ved=0CEwQFjAH&url=h

ttp%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups

%2F20899393%2F516769836%2Fname%2Ftentir&ei=iFdeULiNN4-

JrAfu4YGgBA&usg=AFQjCNHCPNd3HIA9ye1eDw8d9aNhLhD31Q

14. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi

Kesehatan: Epidemiologi Malaria di Indonesia.Jakarta: Kementrian Kesehatan

RI; 2011, Triwulan 1. h 1-17.

15. Medicafarma. Malaria. Diunduh dari:

http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html

16. Gabrielle C. Malaria Falciparum pada Anak. Diunduh dari:

http://www.scribd.com/doc/89412377/MALARIA-FALCIPARUM-PADA-

ANAK

27

Anda mungkin juga menyukai