Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di masyarakat

dan merupakan penyebab kematian utama nomor dua di dunia. Kanker

merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan

penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga bisa mengakibatkan

kematian. Pada tahun 2016 di Amerika ditemukan kasus baru kanker

sebanyak 1.685.210 kasus dan 595.690 orang meninggal karena kanker atau

sekitar 1.630 orang per hari (American Cancer Society,2016).

Berdasarkan laporan dari Institute català d’oncologia (ICO) human

papillomavirus (HPV) information centre (2017) menyatakan bahwa kanker

serviks merupakan kanker ke empat paling umum terjadi pada wanita di

seluruh dunia. Kanker serviks adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi

human papillomavirus (HPV) yang merupakan suatu penyakit infeksi

menular seksual paling umum di seluruh dunia, dan merupakan penyebab

hampir semua kasus kanker serviks (World Health Organization

[WHO],2017).

Setiap tahun ditemukan kasus baru wanita dengan kanker serviks

sebanyak 527.624 dan setiap tahunnya juga 265.672 wanita didunia

meninggal akibat kanker serviks. Sebanyak 84% dari total kasus baru yang

1
2

ditemukan didunia terjadi dinegara berkembang (ICO HPV information

centre,2017).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dan kanker

serviks menempati urutan kedua sebagai kanker paling umum yang terjadi

pada wanita di Indonesia. Berdasarkan laporan dari ICO HPV information

centre (2017) menyatakan bahwa estimasi kanker serviks di Indonesia setiap

tahunnya sebanyak 20.928 wanita dan 9.498 meninggal karena penyakit ini.

Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan

Kesehatan [BPJS] menyatakan bahwa di Indonesia pada tahun 2016 jumlah

kasus kanker serviks sebesar 19.758 kasus.

Prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat berada pada posisi ke 8 dari

34 Provinsi di Indonesia yakni sebesar 0,9% atau sekitar 2.285 orang sudah

dideteksi kankers serviks (Data dan Informasi Kementerian Kesehatan

[Infodatin Kemenkes],2015). Provinsi Sumatera Barat mempunyai target pada

tahun 2016 sebanyak 144.453 wanita diwilayah Provinsi Sumatera Barat

harus melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Namun setelah

dievaluasi, hanya 35.273 orang (24.42%) wanita yang melakukan deteksi dini

kanker serviks, dimana 649 orang (1,84%) diantaranya dinyatakan positif

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat [Dinkes Sumbar],2016)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Sumatera Barat (Riskesdas Sumbar)

(2013) Kota Padang berada di urutan ke lima dengan prevalensi kanker

tertinggi yakni sebesar 2,5 per 1.000 penduduk, hal ini menunjukkan masih

tingginya angka kanker di Kota Padang. Berdasarkan profil kesehatan


3

Sumatera Barat (2014) memaparkan bahwa hasil pemeriksaan deteksi dini

kanker serviks positif tertinggi adalah Kota Padang dengan 50 kasus. Data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang [DKK] (2016) dari

125.371 sasaran, yang sudah melakukan deteksi dini kanker serviks baru

sebanyak 2.318 wanita (1,85%) dimana, 256 kasus (11,04%) diantaranya

dinyatakan positif.

Meilani (2017) menyatakan bahwa pada umumnya wanita datang

memeriksa kondisinya ke pelayanan kesehatan dalam kedaan kanker sudah

menyebar ke organ lain atau sudah berada pada stadium lanjut. Menurut

Kesseler (2017) untuk mencegah kanker serviks agar tidak menjadi stadium

lanjut dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan dengan mencegah

prakanker terlebih dahulu. Cara yang kedua dengan mendeteksi prakanker

sebelum menjadi kanker stadium lanjut yakni dengan cara deteksi dini kanker

serviks.

Pemeriksaan secara dini diperlukan untuk mendeteksi kanker serviks,

sehingga memiliki prognosis yang baik atau tingkat kesembuhan yang tinggi

dan untuk menghindari dampak yang akan ditimbulkan akibat kanker serviks

yakni gangguan fungsi pada manusia sebagai makhluk hidup seperti ganguan

fisiologis, psikologis ataupun perilaku yang berpotensi mengakibatkan

terjadinya keterbatasan dalam melakukan aktivitas (disabilitas) dan partisipasi

sosial dalam kehidupan sehari-hari (Kementerian Kesehatan

[KemenKes],2016).
4

Metode yang umum digunakan untuk melakukan deteksi dini kanker

serviks di Indonesia yakni dengan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA)

dan Pap Smear (Kemenkes,2016). Namun menurut Mc Farland et al (2016)

menyatakan bahwa rendahnya kesadaran wanita akan kanker serviks dan

kurangnya program deteksi dini kanker serviks yang efektif masih menjadi

prioritas kesehatan masyarakat didunia.

Rokhmawati (2011) menjelaskan perilaku masih menjadi penghambat

pada wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Proses

pembentukan/perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik

dari luar maupun dari dalam individu. Berdasarkan teori Lawrence Green,

perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi adalah faktor

yang mempermudah terjadinya perilaku seperti pengetahuan, sikap, tradisi,

kepercayaan, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi. Faktor pemungkin

adalah ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas dan faktor penguat

adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku seperti perilaku petugas

kesehatan, undang undang peratutan-peraturan, baik dari pusat maupun

pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Beberapa faktor yang sangat berpangaruh terhadap perilaku seseorang

adalah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan

psikis dalam menimbulkan sikap dan perilaku setiap hari. Sedangkan sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek yang reaksinya

dapat berbentuk positif dan negatif. Hal ini didukung oleh penelitian Tokuc B

et al (2017) menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap seseorang sangat


5

penting untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dimana 42,7% dari total

responden tidak mengetahui pentingnya deteksi dini kanker serviks, dan

memiliki sikap negatif terhadap deteksi dini kanker serviks. Ramathuba et al

(2016) juga menyatakan bahwa adanya pengetahuan seseorang terhadap

bahayanya kanker serviks akan menimbulkan sikap kekhawatiran sehingga

nantinya dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk melakukan deteksi

dini kanker serviks. Adapun faktor yang berpengaruh selain pengetahuan dan

sikap seseorang untuk melakukan deteksi dini kanker serviks adalah motivasi.

Motivasi merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu dalam

mencapai tujuan dan untuk memuaskan kebutuhan individu. Motivasi

dipengaruhi oleh tiga faktor yakni adanya kebutuhan (need), harapan

(expectancy) serta minat untuk melakukan suatu tindakan (Taufik,2007). Hal

ini didukung oleh penelitan Runiari dan Prapti (2014) menyatakan bahwa

ada hubungan antara motivasi seseorang untuk melakukan deteksi dini kanker

serviks yakni dari 108 responden hanya (4,7%) memiliki motivasi tinggi dan

telah melakukan pemeriksaan, (16,3%) memiliki motivasi tinggi namun tidak

melakukan pemeriksaan, (19,3%) memiliki motivasi rata-rata dan telah

melakukan pemeriksaan dan (67,7%) memiliki motivasi rata-rata dan belum

melakukan pemeriksaan.

Pengetahuan, sikap dan motivasi wanita terhadap deteksi dini kanker

serviks dapat berbeda-beda sesuai banyaknya paparan informasi yang

diperoleh. Perbedaan paparan informasi pada wanita salah satunya karena

pekerjaan. Wanita yang bekerja lebih mudah terpapar informasi kesehatan


6

seperti deteksi dini kanker serviks. Selain itu, lingkungan tempat wanita yang

bekerja memiliki kontribusi terhadap hal-hal baru yang berkembang

(Kurniawan dkk,2010). Instansi pemerintahan merupakan salah satu

lingkungan tempat wanita bekerja yang memiliki kontribusi besar terhadap

deteksi dini kanker serviks.

Berdasarkan penjelasan ketua yayasan kanker Sumatera Barat yakni Nevi

Irwan P (2017) pada saat rapat evaluasi deteksi dini kanker serviks

menyatakan bahwa cakupan deteksi dini kanker serviks masih sangat rendah

pada ASN wanita yang bekerja di instansi pemerintah Sumatera Barat, dari

total 3.945 ASN wanita hanya 525 orang (13%) yang melakukan

pemeriksaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Sumatera Barat (2015) Kota Padang merupakan kabupaten/kota yang

memiliki populasi wanita bekerja terbanyak di Provinsi Sumatera Barat yakni

sebanyak 144.719 orang dimana, 6.785 diantaranya bekerja di Instansi

Pemerintah Kota Padang. Selain itu, pemerintah Kota Padang juga

mewajibkan kepada seluruh ASN wanita Kota Padang untuk melakukan

deteksi dini kanker serviks, hal ini tercantum dalam surat edaran nomor

441.0285/DKK.2017.

Survei awal yang dilakukan tanggal 9 Desember 2017 dengan wawancara

pada 10 ASN wanita di Kota Padang didapatkan hasil bahwa tiga orang ASN

sudah melakukan deteksi dini kanker serviks. Tujuh orang belum melakukan

deteksi dini kanker serviks, dimana tiga orang diantaranya menyatakan tidak

tahu akan deteksi dini kanker serviks. Satu orang menyatakan tidak mau
7

melakukan deteksi dini kanker serviks karena khawatir akan hasil yang

didapatkan. Tiga orang lainnya menyatakan bahwa mereka tidak ada

mengalami masalah kesehatan terkait dengan kanker serviks sehingga tidak

ada keinginan atau motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Aparatur

Sipil Negara (ASN) dengan Tindakan Deteksi Dini Kanker Serviks di Instansi

Pemerintah Kota Padang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Hubungan

Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan

Tindakan Deteksi Dini Kanker Serviks di Instansi Pemerintah Kota Padang”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Aparatur Sipil

Negara (ASN) dengan Tindakan Deteksi Dini Kanker Serviks di Instansi

Pemerintah Kota padang.


8

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ASN terhadap deteksi dini

kanker serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

b. Diketahui distribusi frekuensi sikap ASN terhadap deteksi dini kanker

serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

c. Diketahui distribusi frekuensi motivasi ASN terhadap deteksi dini

kanker serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

d. Diketahui distribusi frekuensi tindakan ASN terhadap deteksi dini

kanker serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

e. Diketahui hubungan pengetahuan ASN dengan tindakan deteksi dini

kanker serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

f. Diketahui hubungan sikap ASN dengan tindakan deteksi dini kanker

serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

g. Diketahui hubungan motivasi ASN dengan tindakan deteksi dini

kanker serviks di Instansi Pemerintah Kota padang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pemerintah Kota Padang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna serta dapat digunakan sabagai bahan pertimbangan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan pada wanita serta dapat menyadarkan

bahwa sangat penting untuk melakukan deteksi kanker serviks sedini

mungkin.
9

2. Bagi Keperawatan

Diharapkan perawat dapat berperan aktif dalam mengoptimalkan atau

meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahayanya kanker serviks,

dapat memunculkan sikap yang positif sehingga nantinya mau melakukan

deteksi dini kanker serviks.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman

untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai