PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswi mampu memahami asuhan kebidanan patologi pada ibu hamil
dengan preeklampsia dan risiko persalinan prematur.
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswi mampu:
1) Menjelaskan konsep dasar persalinan prematur
2) Menjelaskan konsep dasar preeklampsi/eklampsi
3) Menjelaskan konsep dasar persalinan dengan tindakan seksio sesarea
4) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia dan risiko persalinan
prematur menggunakan pola pikir Varney
5) Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
6) Menjelaskan kesesuaian antara teori yang ada dengan fakta dan praktik dipelayanan ruang
bersalin.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari kepada klien dan
mampu memberikan asuhan kebidanan patologi.
Iskemia plasenta
Hipovolemia
Diuretikum tidak diberikan secra rutin, kecuali jika ada edema paru, payah jantung
kongestif, atau anasarka. Tidak diberikan secara rutin karena memperberat hipovolemia,
memperburuk perfusi uteroplasental, menimbulkan dehidrasi dan penurunan berat badan
pada janin. Pemberian obat antihipertensi diberikan jika tekanan darah > 160/110 mmHg.
Jenis yang dapat digunakan :
1) Nifedipin : 4 x 10 – 30 mg per oral (short acting).
1x 20 – 30 mg per oral (long acting).
2) Metildopa : 2 x 250 – 500 mg per oral (dosis maksimal 2.000 mg/hari)
< 34 minggu
Jika didapat :
Eklamsi Jika usia kehamilan
Edeme paru. > 24 minggu anin
Dic hidup : Terminasi
HT berat tidak Ya Berikan pematangan kehamilan seelah
terkontrol paru (dosis tidak stabilisasi
Gawat janin. harus selalu lengkap)
solutio plasenta. tanpa menunda
IUFD terminasi.
Janin tidak viabel
Tidak
Jika didapatkan
Gejala persistensi. Jika usia kehamilan >
Sindrom HELLP 24 minggu :
PJT Ya Pematangan paru
Severe oligohydramnion (Dexametason 2x6mg
Reversed and diastolic atau betamethason IM
flow 1x12mg) 2x24 jam
KPP atau inpartu
Gangguan renal berat
Tidak
Perawatan konservatif :
Evaluasi di kamar bersalin selam 24 – 48
jam. Usi a kehamilan >
Rawat inap hingga terminasi. 34 minggu
Stop MgSO4 profilaksis (1x24 jam) KPD atau inpartu
Pemberian anti hipertensi jika TD> Pemburukan
160/110 mmHg maternal-fetal
Pematangan paru 2x24 jam
Evaluasi maternal-fetal secara berkala
2.3.5 Indikasi.
Sebagian besar indikasi bedah sesar bersifat relatif dan bergantung pada penilaian
penolong, Indikasi paling umum untuk bedah sesar primer (pertama) adalah kegagalan
proses persalinan. Disproporsi sefalopelvik absolut adalah kondisi klinis ketika janin
terlalu besar dibandingkan rongga tulang panggul sehingga tidak dapat dilakukan
persalinan per vaginam bahkan dalam kondisi paling optimum sekalipun. CPD relative
adalah ketika janin terlalu besar bagi tulang panggul karena adanya kondisi malpresentasi
(Norwitz, 2008)
Absolut Relatif
Induksi persalinan Bedah sesar elektif
Ibu gagal PEB, penyakit jantung ,
Distosia persalinan diabetes, kanker serviks
Disproporsi
sefalopelvik
Sesar klasik (bedah Riwayat bedah uterus
uterus sebelumnya.. sebelumnya
Uteroplasnta. Riwayat ruptur uterus (miomektomi dengan
Obstruksi jalan lahir ketebalan penuh)
Plasenta previa, Presentasi funik (tali
abruption plasenta pusat) pada saat
berukuran besar persalinan
Gawat janin/ hasil Malpresentasi janin
pemeriksaan janin yang (sungsang)
Janin tidak meyakinkan Makrosomia
Propalps tai pusat Kelainan janin
Malpresentasi janin (hidrosefalus)
(post melintang )
2.3.6 Komplikasi.
1) Perdarahan (kemungkinan membutuhkan transfusi darah). Rata – rata darah hilang
akibat Sectio Caesarea 2 kali lebih banyak dari pada yang hilang dengan kelahiran
melalui vagina. Kira – kira 800 – 1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya
pembuluh darah yang terputus, atonia uteri (efek pasca operasi dari pemberian
anestesi) dan pelepasan plasenta.
2) Infeksi (faktor resiko untuk infeksi pasca operasi termasuk diabetes, obesitas, bedah
sesar darurat, demam intrapartum, pemantauan janin internal, anemia, riwayat
pembedahan abdomen sebelumnya, hematoma, induksi persalinan, status
sosioekonomi rendah, ketuban pecah dini memanjang).
3) Cedera pada janin.
4) Cedera pada organ di dekat uterus (usus, kandung kemih, ureter, pembuluh darah)
5) Emboli pulmonal. Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang dapat
mobilisasi dibandingkan dengan melahirkan melalui vagina (normal).
6) Plasenta Akreta. Ibu yang menjalani operasi caesar berisiko mengalami perlengkatan
plasenta pada rahim (plasenta akreta). Perlengketan juga bisa terjadi bila darah,
jaringan rahim (endometrium) atau jaringan plasenta tertinggal dan menempel pada
usus atau organ dalam lainnya.
7) Mungkin perlu pembedahan lebih lanjut (histerektomi, masa nifas, jahitan diusus)
(Norwitz, 2008)
c. Pemeriksaan penunjang.
Untuk mengetahui kondisi hematologi dan kondisi kimia klini serta untuk
mengatahui fungsi organ tubuh ibu. .
- Pemeriksaan penunjang kadar hemoglobin untuk menegakan diagnosa. Hb
normal menurut Depkes RI adalah 11gr%
- Protein urin > 300mg/24 jam atau > +1 pada pemeriksaan ssaat urin dipstik,
atau rasio urine protein : kreatinin > 0.3
Pada preeklamsi berat protein urin > 5gr/24 jam atau 4+ pada pemeriksaa
kualitatif.
- Trombosit < 100.000 /uL
- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDL) > 600 Iu/l
- Peningkatan kadar serum transaminase (ALT dan/atau AST) > 40 IU/l
- Pemeriksaan SGOT dan SGPT.
- Pemeriksaan darah untuk mengetahui HbSAG dan anti HIV.
b. Kejang eklamsi.
Raionalisasi : selama buah kehamilan belum dilahirkan, keadaan preeklamsi tidak
akan hilang dan isa mengalami keparahan termasuk kejang.
c. Solusio plasenta.
Rasionaliasi : keadaan insufisiensi plasenta bisa mengakibatkan terjadinya solisio
plasenta.
2) Janin.
Potensial terjadi ;
a. Respiratory Distress Syndrome
Rasionaliasis : sehubungan dengan maturitas organ paru yang belum sempurna.
b. Hipotermi :
Rasionalisai : Lemak coklat yang berfungsi menghasilkan energi pada bayi yang
kedinginan belum ada dalam tubuh bayi atau masih sedikit.
c. Perdarahan intrakranial.
Rasionalisasi : Penekatan kepala pada pelahiran pervaginam dengan tulang kepala
yang belum cukup kuat berisiko terjadi perdarahan.
2.4.7 Evaluasi
Lakukan evaluasi terhadap perencanaan dan hasil dari asuhan yang diberikan.